Empat Kesunyataan Mulia (Catu Ariya Sacca)17. Selain itu, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa melakukan perenungan
obyek pikiran sebagai obyek pikiran dalam aspek Empat Kesunyataan
Mulia (Catu Ariya Sacca).
Dan bagaimanakah, para bhikhu, seorang bhikkhu senantiasa melakukan
perenungan obyek pikiran sebagai obyek pikiran dalam aspek
Empat Kesunyataan Mulia ?
Dalam hal ini, para bhikkhu, seorang bhikkhu menyadari: (1) "ini
Dukkha"; ia menyadari: (2) "inilah sebab dari Dukkha"; ia menyadari:
(3) "inilah padamnya Dukkha"; ia menyadari: (4) "inilah
jalan yang menuju padamnya Dukkha."
18. Dan apakah, para bhikkhu, Kesunyataan Mulia Tentang Dukkha (Dukkha
Ariya-sacca) ?
Kelahiran adalah Dukkha, menjadi tua adalah Dukkha, kematian adalah
Dukkha, kesedihan adalah Dukkha, keluh-kesah adalah Dukkha,
penderitaan, perasaan tak menyenangkan, putus asa adalah Dukkha,
tidak memperoleh sesuatu yang diinginkan adalah Dukkha, singkatnya:
Lima Kelompok Perpaduan yang menjadi obyek Kemelekatan adalah
Dukkha.
Dan apakah, para bhikkhu, yang disebut Kelahiran (jati) ?
Kelahiran adalah terbentuknya, timbul dalam wujud baru, timbulnya
kelompok-kelompok kemelekatan, terdapatnya indria-indria pada waktu
ini atau itu, atau kelompok makhluk ini atau itu. Inilah yang
disebut Kelahiran.
Dan apakah, para bhikkhu, yang disebut Menjadi Tua (jara) ?
Menjadi tua adalah lapuk, jompo, berderai, beruban, berkeriput,
berkurangnya jangka waktu hidup, lumpuhnya kemampuan indria dari
makhluk ini atau itu, atau kelompok makhluk ini atau itu. Inilah
yang disebut Menjadi Tua.
Dan apakah, para bhikkhu, yang disebut Kematian (marana) ?
Kematian adalah terhentinya proses kehidupan (yang terjadi pada
setiap alam kelahiran), meninggalkan (suatu alam kelahiran), hancur,
hilangnya, mati, meninggal, habisnya jangka waktu hidup, leburnya
kelompok-kelompok kemelekatan, terbaringnya jasmani makhluk
ini atau itu. Inilah yang disebut Kematian.
Dan apakah, para bhikkhu, yang disebut kesedihan (soka) ?
Kesedihan adalah keadaan sengsara, sakit hati dan yang menyakitkan,
dukacita, keadaan yang menyedihkan yang terpendam pada seseorang
yang dirundung kemalangan atau yang semacamnya, dukacita
seseorang yang terpukul oleh berbagai kemalangan. Inilah yang disebut
Kesedihan.
Dan apakah, para bhikkhu, yang disebut Keluh-kesah (parideva) ?
Keluh-kesah adalah perbuatan mengeluh, dalam keadaan mengeluh,
ratapan, penyesalan seseorang yang dihinggapi oleh berbagai kemalangan.
Inilah yang dikatakan Keluh-kesah.
Dan apakah, para bhikkhu, yang dikatakan Penderitaan (dukkha) ?
Penderitaan adalah rasa sakit yang dialami jasmani, sakit jasmaniah,
sakit yang disebabkan oleh tersentuhnya jasmani, jasmani
yang diliputi hal yang menyakitkan. Inilah yang disebut Penderitaan.
Dan apakah, para bhikkhu, yang dikatakan Perasaan tak menyenangkan
(domanassa) ?
Sakit yang dirasakan oleh batin, sakit batiniah, sakit batiniah
yang disebabkan oleh hati yang tersinggung, batin yang diliputi
oleh yang menyakitkan. Inilah yang disebut Perasaan tak menyenangkan.
Dan apakah, para bhikkhu, yang dikatakan Putus asa (upayasa) ?
Putus asa adalah peristiwa patah hati dan dalam keadaan patah hati,
sedang dalam patah semangat pada orang yang sedang dihinggapi
oleh berbagai kemalangan. Inilah yang dikatakan Putus asa.
Dan apakah, para bhikkhu, yang dikatakan dukkha karena tidak memperoleh
apa yang diinginkan (iccham na labhati tam pi dukkham ) ?
Makhluk yang seharusnya terlahir kembali, berkeinginan demikian:
"Ah, jika kita tidak terlahir, jika kita dapat menghindari kelahiran
!" Keinginan ini tidak terkabul. Inilah yang dikatakan
dukkha karena tidak memperoleh sesuatu yang diinginkan.
Makhluk yang seharusnya menjadi tua, berkeinginan demikian: "Ah,
jika kita tidak menjadi tua, jika kita dapat menghindari ketuaan!"
Keinginan ini tidak terkabul. Inilah yang dikatakan dukkha karena
tidak memperoleh sesuatu yang diinginkan.
Makhluk yang seharusnya mengalami kematian, berkeinginan demikian:
"Ah, jika kita tidak mati, jika kita dapat menghindari kematian !"
Keinginan ini tidak terkabul. Inilah yang dikatakan dukkha karena
tidak memperoleh sesuatu yang diinginkan.
Makhluk yang seharusnya mengalami kesedihan, keluh kesah, penderitaan,
kesengsaraan, putus asa, berkeinginan demikian: "Ah,
jika kita tidak mengalami kesedihan, keluh kesah, penderitaan,
kesengsaraan, putus asa, jika kita dapat menghindari mereka !"
Keinginan ini tidak terkabul. Inilah yang dikatakan dukkha karena
tidak memperoleh sesuatu yang diinginkan.
Dan apakah, para bhikkhu, yang dikatakan Lima Kelompok yang timbul
karena Kemelekatan (pancupadanakkhandha) adalah Dukkha ?
Mereka adalah kelompok jasmani yang timbul karena kemelekatan
(rupupadanakkhandha), kelompok perasaan yang timbul karena kemelekatan
(vedanupadanakkhandha), kelompok pencerapan yang timbul
karena kemelekatan (san~n~upadanakkhandha), kelompok bentuk-bentuk
pikiran yang timbul karena kemelekatan (sankharupadanakkhandha),
dan kelompok kesadaran yang timbul karena kemelekatan (vin~n~anupadanakkhandha).
Singkatnya, inilah yang dikatakan Lima Kelompok
yang timbul karena Kemelekatan adalah Dukkha.
Demikianlah, para bhikkhu, Kesunyataan Mulia tentang Dukkha.
19. Dan apakah, para bhikkhu, yang dikatakan Kesunyataan Mulia tentang
Sebab Dukkha (Dukkha-samudaya Ariya-sacca) ?
Keinginan/nafsu rendah (tanha) yang mempunyai kekuatan menyebabkan
tumimbal lahir, disertai keinginan pada kesenangan indria yang
mencari kepuasan kesana kemari, yaitu: keinginan pada kesenangan
indria (kama-tanha), keinginan untuk terlahir kembali (bhavatanha),
keinginan untuk lenyap (vibhava-tanha).
Para bhikkhu, dari manakah tanha timbul, dimanakah ia bertempattinggal
? Pada obyek yang disenangi, yang menyenangkan; dari sanalah
tanha itu timbul, di sanalah tanha itu bertempat-tinggal.
Obyek manakah yang disenangi, yang menyenangkan di dunia ini ?
Indria penglihatan (cakkhu) adalah yang disenangi, yang menyenangkan
di dunia ini; dari sanalah tanha itu timbul, di sanalah tanha
itu bertempat-tinggal.
Indria pendengaran (sota) ........................................
Indria pembauan (ghana) ..........................................
Indria pengecapan (jivha) ........................................
Indria sentuhan (kaya) ...........................................
Indria pikiran (mana) adalah yang disenangi, yang menyenangkan di
dunia ini; dari sanalah tanha itu timbul, di sanalah tanha itu
bertempat-tinggal.
Bentuk-bentuk (rupa) adalah yang disenangi, yang menyenangkan di
dunia ini; dari sanalah tanha itu timbul, di sanalah tanha itu
bertempat-tinggal.
Suara-suara (sadda) ..............................................
Bebauan (gandha) .................................................
Kecapan (rasa) ...................................................
Sentuhan (photthabba) ............................................
Obyek pikiran (dhamma) adalah yang disenangi, yang menyenangkan di
dunia ini; dari sanalah tanha itu timbul, di sanalah tanha itu
bertempat-tinggal.
Kesadaran yang timbul melalui indria penglihatan (cakkhu-vin~n~ana)
adalah yang disenangi, yang menyenangkan di dunia ini; dari sanalah
tanha itu timbul, di sanalah tanha itu bertempat-tinggal.
Kesadaran yang timbul melalui indria pendengaran (sota-vin~n~ana) ..
Kesadaran yang timbul melalui indria pembauan (ghana-vin~n~ana) ....
Kesadaran yang timbul melalui indria pengecapan (jivha vin~n~ana)...
Kesadaran yang timbul melalui indria sentuhan (kaya-vin~n~ana)......
Kesadaran yang timbul melalui indria pikiran (mano-vin~n~ana) adalah
yang disenangi, yang menyenangkan di dunia ini; dari sanalah
tanha itu timbul, di sanalah tanha itu bertempat-tinggal.
Kontak yang timbul melalui indria penglihatan (cakkhu-samphassa)
adalah yang disenangi, yang menyenangkan di dunia ini; dari sanalah
tanha itu timbul, di sanalah tanha itu bertempat-tinggal.
Kontak yang timbul melalui indria pendengaran (sota-samphassa) ...
Kontak yang timbul melalui indria pembauan (ghana-samphassa) .....
Kontak yang timbul melalui indria pengecapan (jivha-samphassa) ...
Kontak yang timbul melalui indria sentuhan (kaya-samphassa) ......
Kontak yang timbul melalui indria pikiran (mano-samphassa) adalah
yang disenangi, yang menyenangkan di dunia ini; dari sanalah tanha
itu timbul, di sanalah tanha itu bertempat-tinggal.
Perasaan yang timbul karena kontak indria penglihatan (cakkhusamphassaja
vedana) adalah yang disenangi, yang menyenangkan di
dunia ini; dari sanalah tanha itu timbul, di sanalah tanha itu
bertempat-tinggal.
Perasaan yang timbul karena kontak indria pendengaran (sotasamphassaja
vedana) ..............................................
Perasaan yang timbul karena kontak indria pembauan (ghana-samphassaja
vedana) .....................................................
Perasaan yang timbul karena kontak indria pengecapan (jivhasamphassaja
vedana)...............................................
Perasaan yang timbul karena kontak indria sentuhan (kaya-samphassaja
vedana) .....................................................
Perasaan yang timbul karena kontak indria pikiran (mano-samphassaja
vedana) adalah yang disenangi, yang menyenangkan di dunia ini;
dari sanalah tanha itu timbul, di sanalah tanha itu bertempattinggal.
Pencerapan bentuk (rupa-san~n~a) adalah yang disenangi, yang menyenangkan
di dunia ini; dari sanalah tanha itu timbul, di sanalah
tanha itu bertempat-tinggal.
Pencerapan suara (sadda-san~n~a) ...................................
Pencerapan bebauan (gandha-san~n~a) ................................
Pencerapan kecapan (rasa-san~n~a) ..................................
Pencerapan sentuhan (photthabba-san~n~a) ...........................
Pencerapan obyek pikiran (dhamma-san~n~a) adalah yang disenangi,yang
menyenangkan di dunia ini; dari sanalah tanha itu timbul, disanalah
tanha itu bertempat-tinggal.
Kehendak yang timbul karena bentuk (rupa-sancetana) adalah yang
disenangi, yang menyenangkan di dunia ini; dari sanalah tanha itu
timbul, di sanalah tanha itu bertempat-tinggal.
Kehendak yang timbul karena suara (sadda-sancetana) ..............
Kehendak yang timbul karena bebauan (gandha-sancetana) ..........
Kehendak yang timbul karena kecapan (rasa-sancetana) ............
Kehendak yang timbul karena sentuhan (photthabba-sancetana) ......
Kehendak yang timbul karena obyek pikiran (dhamma-sancetana) adalah
yang disenangi, yang menyenangkan di dunia ini; dari sanalah
tanha itu timbul, dari sanalah tanha itu bertempat-tinggal.
Tanha yang timbul karena bentuk (rupa-tanha) adalah yang disenangi
yang menyenangkan di dunia ini; dari sanalah tanha itu timbul, di
sanalah tanha itu bertempat-tinggal.
Tanha yang timbul karena suara (sadda-tanha) .....................
Tanha yang timbul karena bebauan (gandha-tanha) ..................
Tanha yang timbul karena kecapan (rasa-tanha) ....................
Tanha yang timbul karena sentuhan (photthabba-tanha) .............
Tanha yang timbul karena obyek pikiran (dhamma-tanha) adalah yang
disenangi, yang menyenangkan di dunia ini; dari sanalah tanha itu
timbul, dari sanalah tanha itu bertempat-tinggal.
Pikiran yang tertuju kepada bentuk (rupa-vitakka) adalah yang disenangi,
yang menyenangkan di dunia ini; dari sanalah tanha itu
timbul, di sanalah tanha itu bertempat-tinggal.
Pikiran yang tertuju kepada suara (sadda-vitakka) ................
Pikiran yang tertuju kepada bebauan (gandha-vitakka) .............
Pikiran yang tertuju kepada kecapan (rasa-vitakka) ...............
Pikiran yang tertuju kepada sentuhan (photthabba-vitakka) ........
Pikiran yang tertuju kepada obyek pikiran (dhamma-vitakka) adalah
yang disenangi, yang menyenangkan di dunia ini; dari sanalah tanha
itu timbul, dari sanalah tanha itu bertempat-tinggal.
Pikiran yang tertambat kepada bentuk (rupa-vicara) adalah yang disenangi,
yang menyenangkan di dunia ini; dari sanalah tanha itu
timbul, di sanalah tanha itu bertempat-tinggal.
Pikiran yang tertambat kepada suara (sadda-vicara) ...............
Pikiran yang tertambat kepada bebauan (gandha-vicara) ............
Pikiran yang tertambat kepada kecapan (rasa-vicara) ..............
Pikiran yang tertambat kepada sentuhan (photthabba-vicara) .......
Pikiran yang tertambat kepada obyek pikiran (dhamma-vicara) adalah
yang disenangi, yang menyenangkan di dunia ini; dari sanalah tanha
itu timbul, dari sanalah tanha itu bertempat-tinggal.
Demikianlah, para bhikkhu, yang dikatakan Kesunyataan Mulia tentang
Sebab Dukkha.
20. Dan apakah, para bhikkhu, Kesunyataan Mulia tentang Padamnya Dukkha
(Dukkha-nirodha Ariya-sacca) ?
Padamnya sama sekali dan tidak adanya nafsu (tanha) itu, melepaskannya,
meninggalkannya, terbebaskan dari dan tak melekat pada
tanha itu. Tetapi sekarang, para bhikkhu, dimanakah ia padam, di
manakah ia lenyap ? Di dalam obyek yang disenangi, yang menyenangkan
di dunia ini; di sanalah tanha itu padam, di sanalah tanha itu
lenyap.
Apakah di dunia ini yang disenangi, yang menyenangkan ?
Indria penglihatan (cakkhu) adalah yang disenangi, yang menyenangkan
di dunia ini; di sanalah tanha itu padam, di sanalah tanha itu
lenyap.
Indria pendengaran (sota) ........................................
Indria pembauan (ghana) ..........................................
Indria kecapan (rasa) ............................................
Indria sentuhan (photthabba)......................................
Indria pikiran (mana) adalah yang disenangi, yang menyenangkan di
dunia ini; di sanalah tanha itu padam, di sanalah tanha itu lenyap
Bentuk-bentuk (rupa) adalah yang disenangi, yang menyenangkan di
dunia ini; dari sanalah tanha itu padam, di sanalah tanha itu lenyap.
Suara-suara (sadda) ..............................................
Bebauan (gandha) .................................................
Kecapan (rasa) ...................................................
Sentuhan (photthabba) ............................................
Obyek pikiran (dhamma) adalah yang disenangi, yang menyenangkan di
dunia ini; dari sanalah tanha itu padam, di sanalah tanha itu
lenyap.
Kesadaran yang timbul melalui indria penglihatan (cakkhu-vin~n~ana)
adalah yang disenangi, yang menyenangkan di dunia ini; dari sanalah
tanha itu padam, di sanalah tanha itu lenyap.
Kesadaran yang timbul melalui indria pendengaran(sota-vin~n~ana)....
Kesadaran yang timbul melalui indria pembauan (ghana-vin~n~ana) ....
Kesadaran yang timbul melalui indria pengecapan(jivha-vin~n~ana)....
Kesadaran yang timbul melalui indria sentuhan (kaya-vin~n~ana)......
Kesadaran yang timbul melalui indria pikiran (mano-vin~n~ana) adalah
yang disenangi, yang menyenangkan di dunia ini; dari sanalah tanha
itu padam, di sanalah tanha itu lenyap.
Kontak yang timbul melalui indria penglihatan (cakkhu-samphassa)
adalah yang disenangi, yang menyenangkan di dunia ini; dari sanalah
tanha itu padam, di sanalah tanha itu lenyap.
Kontak yang timbul melalui indria pendengaran (sota-samphassa)....
Kontak yang timbul melalui indria pembauan (ghana-samphassa) .....
Kontak yang timbul melalui indria pengecapan (jivha-samphassa) ...
Kontak yang timbul melalui indria sentuhan (kaya-samphassa) ......
Kontak yang timbul melalui indria pikiran (mano-samphassa) adalah
yang disenangi, yang menyenangkan di dunia ini; dari sanalah tanha
itu padam, di sanalah tanha itu lenyap.
Perasaan yang timbul karena kontak indria penglihatan (cakkhusamphassaja-
vedana) adalah yang disenangi, yang menyenangkan di
dunia ini; dari sanalah tanha itu padam, di sanalah tanha itu lenyap.
Perasaan yang timbul karena kontak indria pendengaran (sotasamphassaja-
vedana) ..............................................
Perasaan yang timbul karena kontak indria pembauan (ghana-samphassaja-
vedana) .....................................................
Perasaan yang timbul karena kontak indria pengecapan (jivha-samphassaja-
vedana) .................................................
Perasaan yang timbul karena kontak indria sentuhan (kaya-samphas
saja-vedana) .....................................................
Perasaan yang timbul karena kontak indria pikiran (mano-samphassaja-
vedana) adalah yang disenangi, yang menyenangkan di dunia ini;
dari sanalah tanha itu padam, di sanalah tanha itu lenyap.
Pencerapan bentuk (rupa-san~n~a) adalah yang disenangi, yang menyenangkan
di dunia ini; dari sanalah tanha itu padam, di sanalah
tanha itu lenyap.
Pencerapan suara (sadda-san~n~a) ...................................
Pencerapan bebauan (gandha-san~n~a) ................................
Pencerapan kecapan (rasa-san~n~a) ..................................
Pencerapan sentuhan (photthabba-san~n~a) ...........................
Pencerapan obyek pikiran (dhamma-san~n~a) adalah yang disenangi,yang
menyenangkan di dunia ini; dari sanalah tanha itu padam, di sanalah tanha itu lenyap.
Kehendak yang timbul karena bentuk (rupa-sancetana) adalah yang
disenangi, yang menyenangkan di dunia ini; dari sanalah tanha itu
padam, di sanalah tanha itu lenyap.
Kehendak yang timbul karena suara (sadda-sancetana) ..............
Kehendak yang timbul karena bebauan (gandha-sancetana) ..........
Kehendak yang timbul karena kecapan (rasa-sancetana) ............
Kehendak yang timbul karena sentuhan (photthabba-sancetana) .....
Kehendak yang timbul karena obyek pikiran (dhamma-sancetana)
adalah yang disenangi, yang menyenangkan di dunia ini; dari sanalah
tanha itu padam, dari sanalah tanha itu lenyap.
Tanha yang timbul karena bentuk (rupa-tanha) adalah yang disenangi
yang menyenangkan di dunia ini; dari sanalah tanha itu padam, di
sanalah tanha itu lenyap.
Tanha yang timbul karena suara (sadda-tanha) .....................
Tanha yang timbul karena bebauan (gandha-tanha) .................
Tanha yang timbul karena kecapan (rasa-tanha) ...................
Tanha yang timbul karena sentuhan (photthabba-tanha) ............
Tanha yang timbul karena obyek pikiran (dhamma-tanha) adalah yang
disenangi, yang menyenangkan di dunia ini; dari sanalah tanha itu
padam, dari sanalah tanha itu lenyap.
Pikiran yang tertuju kepada bentuk (rupa-vitakka) adalah yang disenangi,
yang menyenangkan di dunia ini; dari sanalah tanha itu
padam, di sanalah tanha itu lenyap.
Pikiran yang tertuju kepada suara (sadda-vitakka) ................
Pikiran yang tertuju kepada bebauan (gandha-vitakka) .............
Pikiran yang tertuju kepada kecapan (rasa-vitakka) ...............
Pikiran yang tertuju kepada sentuhan (photthabba-vitakka) ........
Pikiran yang tertuju kepada obyek pikiran (dhamma-vitakka) adalah
yang disenangi, yang menyenangkan di dunia ini; dari sanalah tanha
itu padam, dari sanalah tanha itu lenyap.
Pikiran yang tertambat kepada bentuk (rupa-vicara) adalah yang disenangi,
yang menyenangkan di dunia ini; dari sanalah tanha itu
padam, di sanalah tanha itu lenyap.
Pikiran yang tertambat kepada suara (sadda-vicara) ...............
Pikiran yang tertambat kepada bebauan (gandha-vicara) ............
Pikiran yang tertambat kepada kecapan (rasa-vicara) ..............
Pikiran yang tertambat kepada sentuhan (photthabba-vicara) .......
Pikiran yang tertambat kepada obyek pikiran (dhamma-vicara) adalah
yang disenangi, yang menyenangkan di dunia ini; dari sanalah tanha
itu padam, dari sanalah tanha itu lenyap.
Inilah, para bhikkhu, yang dikatakan Kesunyataan Mulia tentang
Padamnya Dukkha.
Bersambung....