//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Filosofi Mahayana Mencapai Nirvana Bersama-sama  (Read 31635 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline djoe

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 892
  • Reputasi: -13
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Filosofi Mahayana Mencapai Nirvana Bersama-sama
« Reply #15 on: 14 July 2012, 02:34:10 PM »
bagaimana orang buta melihat apel??
pakai mata kaki?? :-?

ujar2an hal dibawah ini seperti tetangga sebelah kami yang memiliki moto: lebih baik tidak  melihat tapi percaya

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma."
sepertinya ini hanya jadi hiasan saja.

Bro tidak melihat sesuatu hal yang sedang dijelaskan oleh orang lain, tetapi hanya melihat sesuatu/hal yang ingin bro lihat sendiri dan meresponnya berdasarkan persepsi bro sendiri.

Dengan kata lain , bro melihat ilusi bro sendiri dan meresponnya

Kenapa kita melihat hal yang ingin kita lihat dan tidak melihat hal apa adanya, karena ego kita menutupi mata kita. Pengetahuan membuat ego kita semakin besar. Apa yang kita tahu memperkuat ego kita.
Apa yang kita pelajari membuat ego kita semakin kuat, semakin melekat daripada melepaskannya, kita malah terjebak dengan ego kita.

Jadi apa gunanya pengetahuan dhamma itu, bila itu membuat LDM kita semakin menebal

« Last Edit: 14 July 2012, 02:40:04 PM by djoe »

Offline Mas Tidar

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.262
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
Re: Filosofi Mahayana Mencapai Nirvana Bersama-sama
« Reply #16 on: 14 July 2012, 04:30:18 PM »

memberikan diri kepada orang lain juga perlu pertimbangan, agar Anda juga tetap bisa hidup dengan baik
kalau hanya "memberikan diri kita untuk kepentingan orang banyak" tanpa memperhatikan diri sendiri kiranya tindakan seperti ini malah merugikan diri kita sendiri.
Satu hal yang perlu diperhatikan bahwa pada saat memberi objek yang diberi mendatangkan manfaat untuk kita sebelum, pada saat & sesudah memberi

Contoh nyata kita bisa melihat apa yang dilakukan oleh yayasan buddha tzuzhi. Melakukan kebajikan bersama - sama, Mengajak orang lain melakukan kebajikan bersama sama. Mengabdikan diri untuk kepentingan orang banyak. Memberikan diri kita untuk kepentingan orang banyak. Pikiran senantiasa setiap saat selalu mengutama kepentingan orang lain.


Sang Buddha mencapaian kesempurnaan dengan melakukan meditasi dan bukan cara pengorbanan diri
tulisan Anda suka dicampur aduk antara "Meditasi saja tidak cukup", "melakukan meditasi sampai kita menyadari dan melihat kebenaran bahwa jalan tidak ada disana" dan "pembebasan sepnuhnya melalui pengorbanan diri"

atau pengetahuan dan referensi kami selama ini yang tidak tepat, mohon dikoreksi ...

Quote
Pergi ke hutan sendirian dan meditasi disana tidak akan membawa anda kemana mana.
Meditasi saja tidak cukup.
Jalan kebenaran hanya bisa dicapai melalui pelepasan diri yang sepenuhnya.  Pelepasan diri yang sepenuhnya hanya bisa dicapai dengan memberikan dirimu bagi orang lain.
Pertama mungkin kita ke hutan, melakukan meditasi sampai kita menyadari dan melihat kebenaran bahwa jalan tidak ada disana. Karena itu hanya membawa kita pada tahap untuk menyadari bahwa jalan bodhisatva adalah jalan seutuhnya yang membawa diri kita pada pembebasan sepnuhnya melalui pengorbanan diri.

Tanpa orang lain, anda tidak akan mencapai pembebasan seutuhnya.
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

Offline Mas Tidar

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.262
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
Re: Filosofi Mahayana Mencapai Nirvana Bersama-sama
« Reply #17 on: 14 July 2012, 04:32:36 PM »

iya Anda benar, itu hanya slogan karena kami masih belum mampu melihat Dhamma yang sejati.

adalah lebih mudah menjelaskan apel kepada orang yang melihat dan mau mengerti bahwa benda tersebut adalah apel.

adalah susah dan tidak mungkin menjelaskan apel kepada orang buta tetapi mau melihat bahwa benda tersebut adalah apel.
ujar2an hal dibawah ini seperti tetangga sebelah kami yang memiliki moto: lebih baik tidak melihat tapi percaya
adalah lebih mudah menjelaskan apel kepada orang yang buta tetapi mau melihat apel tersebut

adalah susah dan tidak mungkin menjelaskan apel kepada orang yang tidak buta tetapi tidak mau melihat apel tersebut.

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma."
sepertinya ini hanya jadi hiasan saja.



kami tidak sedang berilusi jika kami sedang berilusi kami tidak berada di Forum ini
kemungkinan Anda yang sedang berilusi dengan tidak melihat kami tetapi mengatakan hal tanpa ada dasar kami sedang berilusi.

kami lebih percaya dengan melihat bukan sperti ujar2an Anda diatas ttg orang buta "lebih baik tidak melihat tapi percaya"
kami berpikir bahwa contoh yang Anda berikan tentang orang buta tidaklah tepat, bagaiman jika Anda mengatakan kepada orang buta bahwa yang Anda berikan itu apel dan 99 orang yang datang kepada orang buta tsb memberikan durian dan meyakinkan orang buta itu bahwa durian tsb adalah apel.
kami pikir dan yakin bahwa orang buta tersebut akan meng-Amini, bahwa durian tsb adalah apel.

btw, apakah ada contoh orang buta yang percaya dengan "melihat" ? atau itu hanya hiasan saja ?
Quote
Bro tidak melihat sesuatu hal yang sedang dijelaskan oleh orang lain, tetapi hanya melihat sesuatu/hal yang ingin bro lihat sendiri dan meresponnya berdasarkan persepsi bro sendiri.

Dengan kata lain , bro melihat ilusi bro sendiri dan meresponnya


kalau boleh, Anda bisa jelaskan "melihat apa adanya" itu seperti apa ?
ambilah contoh "melihat apa adanya" dalam kehidupan sehari2 dan beserta rujukannya secara konvensional (lokuttara) dan hakiki (paramattha).
Kami harapkan rujukan "melihat apa adanya" berasal dari sutra karena ini berada diboard mahayana.

Quote
Kenapa kita melihat hal yang ingin kita lihat dan tidak melihat hal apa adanya, karena ego kita menutupi mata kita. Pengetahuan membuat ego kita semakin besar. Apa yang kita tahu memperkuat ego kita.
Apa yang kita pelajari membuat ego kita semakin kuat, semakin melekat daripada melepaskannya, kita malah terjebak dengan ego kita.

Jadi apa gunanya pengetahuan dhamma itu, bila itu membuat LDM kita semakin menebal


kami akui bahwa kami masih memiliki ego & LDM karena kami masih sekkha.
apakah dengan menunjukan "ego" dan LDM orang lain, Anda menjadi terbebaskan dari hal2 tsb ?
atau Anda tampak akan lebih bijaksana dengan memaparkan "ego" dan LDM orang lain ?
Ataukah Anda telah terbebas dari "ego" dan LDM sehingga menunjuk "ego" dan LDM orang lain ?
jika Anda memang seseorang yang bijaksana, alangkah baiknya jika Anda memberi contoh teladan kepada kami bagaimana terbebas dari "ego" dan LDM.
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: Filosofi Mahayana Mencapai Nirvana Bersama-sama
« Reply #18 on: 14 July 2012, 08:48:59 PM »
Contoh nyata kita bisa melihat apa yang dilakukan oleh yayasan buddha tzuzhi. Melakukan kebajikan bersama - sama, Mengajak orang lain melakukan kebajikan bersama sama. Mengabdikan diri untuk kepentingan orang banyak. Memberikan diri kita untuk kepentingan orang banyak. Pikiran senantiasa setiap saat selalu mengutama kepentingan orang lain.

Pergi ke hutan sendirian dan meditasi disana tidak akan membawa anda kemana mana.
Meditasi saja tidak cukup.
Jalan kebenaran hanya bisa dicapai melalui pelepasan diri yang sepenuhnya.  Pelepasan diri yang sepenuhnya hanya bisa dicapai dengan memberikan dirimu bagi orang lain.
Pertama mungkin kita ke hutan, melakukan meditasi sampai kita menyadari dan melihat kebenaran bahwa jalan tidak ada disana. Karena itu hanya membawa kita pada tahap untuk menyadari bahwa jalan bodhisatva adalah jalan seutuhnya yang membawa diri kita pada pembebasan sepnuhnya melalui pengorbanan diri.

Tanpa orang lain, anda tidak akan mencapai pembebasan seutuhnya.

teori dari mana pula ini ;D

Buddha Gotama meditasi sendiri dan telah mencapai penerangan Sempurna koq.
Jadi jelas statement "Pergi ke hutan sendirian dan meditasi disana tidak akan membawa anda kemana mana."
sangat tidak relevan dengan ajaran Buddha ;D
Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
Re: Filosofi Mahayana Mencapai Nirvana Bersama-sama
« Reply #19 on: 14 July 2012, 08:51:08 PM »
teori dari mana pula ini ;D

Buddha Gotama meditasi sendiri dan telah mencapai penerangan Sempurna koq.
Jadi jelas statement "Pergi ke hutan sendirian dan meditasi disana tidak akan membawa anda kemana mana."
sangat tidak relevan dengan ajaran Buddha ;D
ah, itu cuma akting kali...  ;D
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Filosofi Mahayana Mencapai Nirvana Bersama-sama
« Reply #20 on: 14 July 2012, 09:14:30 PM »
teori dari mana pula ini ;D

Buddha Gotama meditasi sendiri dan telah mencapai penerangan Sempurna koq.
Jadi jelas statement "Pergi ke hutan sendirian dan meditasi disana tidak akan membawa anda kemana mana."
sangat tidak relevan dengan ajaran Buddha ;D
tanpa orang lain gotama gak akan lahir, dia khan lahir dari ibunya jadi setelah lahir dia baru tidak terlahir lagi gitu kali maksudnya =))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline siswahardy

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 615
  • Reputasi: 10
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Filosofi Mahayana Mencapai Nirvana Bersama-sama
« Reply #21 on: 15 July 2012, 12:51:59 PM »
kalau ini dilihat secara harafiah dan mentah2 dibandingkan dengan kanon pali, sudah pasti ngak ketemu poinnya

kalau melihat substansialnya, ini mengajak orang jangan egois, bahkan2 humanis (welas asih)
terlebih lagi untuk Buddhis, karena ini syarat mutlak untuk mencapai pantai seberang
sebenarnya ingin jadi Arahat juga ngak boleh egois, kan ngak mungkin bisa jadi Arahat kalau egois (melekat aku)

saya lihat secara esensial sama saja, cuma mungkin caranya lebih kreatif dan inspiratif

 _/\_

Offline djoe

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 892
  • Reputasi: -13
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Filosofi Mahayana Mencapai Nirvana Bersama-sama
« Reply #22 on: 15 July 2012, 02:05:08 PM »
kalau ini dilihat secara harafiah dan mentah2 dibandingkan dengan kanon pali, sudah pasti ngak ketemu poinnya

kalau melihat substansialnya, ini mengajak orang jangan egois, bahkan2 humanis (welas asih)
terlebih lagi untuk Buddhis, karena ini syarat mutlak untuk mencapai pantai seberang
sebenarnya ingin jadi Arahat juga ngak boleh egois, kan ngak mungkin bisa jadi Arahat kalau egois (melekat aku)

saya lihat secara esensial sama saja, cuma mungkin caranya lebih kreatif dan inspiratif

 _/\_

Ini yang saya maksud one who sees the dharma, yg tidak melihat secara harfiah, yg bukan melihat hal yang ingin kita lihat

Daripada melek tetapi hanya melihat hal yang ingin dilihatnya dengan slogan one who sees the dharma

Salut Bro


Offline djoe

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 892
  • Reputasi: -13
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Filosofi Mahayana Mencapai Nirvana Bersama-sama
« Reply #23 on: 15 July 2012, 02:16:27 PM »
Kecuali anda sekaliber Buddha, pergi ke hutan dan meditasi tidak akan membawa kemana mana.

Pergi ke hutan dan meditasi hanyalah setengah jalan pertama yang tidak membawa kita kemana mana. 

Ketika seseorang telah menempuh setengah jalan pertama pada akhirnya dia akan terjadi dua kemungkinan. Ia akan menyadari jalan sepenuhnya adalah melalui pemberian diri atau Ia akan melekat dengan praktek dan hasil pencapaiannya.

Pada jalan setengah pertama ia akan berusaha melepaskan diri, tetapi itu bukanlah pelepasan diri sesungguhnya. Itu hanyalah suggesti kepada diri sendiri bahwa diri itu tidak ada dan untuk melepaskan diri. Karena tidak ada orang lain di hutan tidak ada interaksi, ia akan mengalami ketenangan yang semu. Sehingga seseorang akan mengira bahwa ia telah melepaskan dirinya.
Tetapi ketika ia kembali ke masyarakat ia akan menyadari bahwa debu itu hanyalah mengendap ke dasar dan hanya tinggal waktu ombak atau angin akan menghembuskan debu tersebut.

Ketika seseorang telah berhasil pada setengah jalan pertama dan mencapai pembebasan diri, tetapi pembebasan diri ini adalah multak atau tidak harus di test di tengah tengah masyarakat. Benarkah telah tiada diri disitu???

Jalan satu satunya adalah pemberian diri anda bagi orang lain. Tetapi kemudian kita akan menyadari dengan pemberian diri kita bagi orang lain, dengan satu langkah kaki dua pulau terlampaui, kenapa harus pergi ke hutan dan meditasi sementara hasil yang dicapai dengan pergi ke hutan dan meditasi bisa diperoleh melalui pemberian diri anda bagi orang lain. Kenapa harus melalui jalan berliku liku sementara ada jalan yang lurus menuju tujuan anda.

Offline djoe

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 892
  • Reputasi: -13
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Filosofi Mahayana Mencapai Nirvana Bersama-sama
« Reply #24 on: 15 July 2012, 02:21:41 PM »
Dan perlu diingat, Buddha pergi ke hutan dan meditasi demi penderitaan manusia. Ia memberikan dirinya demi penderitaan orang lain. Ia mencari jalan demi penderitaan orang lain.

Kita tidak akan tahu batin yang seperti apa yang buddha rasakan ketika ia memutuskan pergi ke hutan untuk meditasi?

Kecuali anda mempunya batin yang sama, yang sama welasasih dengan Buddha, yang melepaskan segalanya demi mencari jalan untuk mengatasi penderitaan manusia maka boleh saja anda meniru Buddha.


Jika tidak, jangan meniru Buddha dan mengatakan mengatakan  pergi ke hutan dan meditasi akan membawa pada pembebasan diri, karena kita tidak tahu kondisi batin Buddha ketika ia memutuskan melepaskan semuanya dan pergi ke hutan untuk meditasi.

Jadi jika seseorang hanya melihat luar, maka ia hanya melihat perbuatan seseorang dan mengambil kesimpulan berdasarkan apa yang diperbuat seseorang maka pembebasan diri dapat dicapai dan tidak akan mengerti substansi didalamnya
« Last Edit: 15 July 2012, 02:26:55 PM by djoe »

Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
Re: Filosofi Mahayana Mencapai Nirvana Bersama-sama
« Reply #25 on: 15 July 2012, 02:33:08 PM »
Bodhisatta mengajar dulu baru mencapai pencerahan atau mencapai pencerahan dulu baru mengajar??
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Offline sanjiva

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.091
  • Reputasi: 101
  • Gender: Male
Re: Filosofi Mahayana Mencapai Nirvana Bersama-sama
« Reply #26 on: 16 July 2012, 06:48:43 AM »
Kalo kita naik pesawat, sebelum take off biasanya pramugarinya akan memperagakan prosedur penyelamatan dan keadaan darurat.

Trus ada instruksi seperti ini :
"Jika tekanan udara dalam cabin menurun, masker oksigen akan otomatis keluar. Bagi yang membawa anak kecil, harap memakai masker untuk diri sendiri terlebih dahulu sebelum menolong memakaikan untuk anak anda"   ::)  :-?

Ooops, ini di kapal laut ya, bukan kapal udara  :hammer:    ^-^
« Last Edit: 16 July 2012, 06:51:32 AM by sanjiva »
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Filosofi Mahayana Mencapai Nirvana Bersama-sama
« Reply #27 on: 16 July 2012, 08:52:00 AM »
Kalo kita naik pesawat, sebelum take off biasanya pramugarinya akan memperagakan prosedur penyelamatan dan keadaan darurat.

Trus ada instruksi seperti ini :
"Jika tekanan udara dalam cabin menurun, masker oksigen akan otomatis keluar. Bagi yang membawa anak kecil, harap memakai masker untuk diri sendiri terlebih dahulu sebelum menolong memakaikan untuk anak anda"   ::)  :-?

Ooops, ini di kapal laut ya, bukan kapal udara  :hammer:    ^-^

untuk kapal laut, peraturannya tetap sama, ganti masker jadi pelampung.

Offline sanjiva

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.091
  • Reputasi: 101
  • Gender: Male
Re: Filosofi Mahayana Mencapai Nirvana Bersama-sama
« Reply #28 on: 16 July 2012, 09:34:18 AM »
untuk kapal laut, peraturannya tetap sama, ganti masker jadi pelampung.
Kalo begitu kita2 ini masih level anak2 ya bro  :D

Waduh, baru ngomong soal pramugari di pesawat sudah ada yg lempar 2 bata ke gw  ::)
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: Filosofi Mahayana Mencapai Nirvana Bersama-sama
« Reply #29 on: 16 July 2012, 09:46:17 AM »
Berarti orang yang hanya sekaliber Buddha kah yang bisa mencapai penerangan dengan meditasi di hutan ?

wah berarti artikel ini perlu direvisi kah ?

Selesai menyampaikan khotbah, Sang Buddha pulang kembali ke Vihara Jetavana. Sore harinya, para bhikkhu memuji Samanera Tissa dihadapan Sang Buddha, “Bhante, Samanera Tissa telah melakukan sesuatu yang tidak mudah, meskipun ia telah memperoleh pemberian dan dana dari orang-orang Savatthi, tetapi meninggalkannya dan pergi hidup sederhana di dalam hutan.”

Quote

Kisah Samanera Tissa Yang Berdiam Di Hutan

Tissa adalah seorang putra hartawan dari Savatthi. Ayahnya biasa memberi dana makanan kepada Murid Utama Sang Buddha, Sariputta Thera di rumahnya.

Ketika masih kecil, Tissa sering berjumpa dengan Murid Utama pada setiap kesempatan. Pada umur 7 tahun ia menjadi seorang samanera dibawah bimbingan Sariputta Thera. Ketika ia tinggal di Vihara Jetavana, banyak teman dan saudara-saudaranya yang mengunjunginya, membawa pemberian/hadiah dan dana. Samanera berpikir bahwa kunjungan ini sangat menjemukan.

Setelah mempelajari salah satu objek meditasi, ia pergi ke sebuah vihara yang terletak di dalam hutan. Setiap kali penduduk mendanakan sesuatu, Tissa hanya berkata “Semoga kamu berbahagia, bebas dari penderitaan,” (Sukhita hotha, dukkha muccatha), dan kemudian ia berlalu.

Ketika tinggal di vihara dalam hutan, ia tekun dan rajin berlatih meditasi, dan pada akhir bulan ketiga ia mencapai tingkat kesucian arahat.

Setelah selesai masa vassa, Y.A. Sariputta ditemani oleh Y.A. Maha Moggallana dan beberapa orang bhikkhu senior datang mengunjungi Samanera Tissa, dengan seizin Sang Buddha.

Seluruh penduduk desa hadir untuk menyambut Y.A. Sariputta bersama rombongan 4.000 bhikkhu. Mereka juga memohon agar Y.A. Sariputta berkenan menyampaikan khotbah, tetapi murid utama tersebut meminta muridnya, Samanera Tissa, untuk menyampaikan khotbah kepada penduduk desa.

Para penduduk desa, berkata bahwa guru mereka, Samanera Tissa, hanya dapat berkata, “Semoga anda berbahagia, bebas dari penderitaan,” dan mohon kepada Y.A. Sariputta untuk menugaskan bhikkhu yang lain.

Tetapi Y.A. Sariputta tetap meminta Samanera Tissa untuk memberikan khotbah dhamma, dan berkata kepada Tissa, “Tissa, berkatalah kepada mereka bagaimana mencapai kebahagiaan dan bagaimana bebas dari penderitaan.”

Untuk memenuhi permintaan gurunya, Samanera Tissa pergi ke tempat khusus untuk menyampaikan khotbah Dhamma. Ia menjelaskan kepada para penduduk desa, arti kelompok kehidupan (khandha), landasan indria dan objek indria (ayatana), faktor-faktor menuju penerangan/Pencerahan sempurna (Bodhipakkhiya Dhamma), jalan menuju kesucian arahat dan nibbana, dan sebagainya. Akhirnya, ia menjelaskan, “Siapa saja yang mencapai tingkat kesucian arahat akan terbebas dari semua penderitaan dan mencapai “kedamaian sempurna”, sementara yang lainnya masih berputar-putar pada lingkaran tumimbal lahir (samsara).”

Y.A. Sariputta memuji Tissa telah menyampaikan khotbah Dhamma dengan baik.

Fajar mulai menyingsing ketika ia menyelesaikan uraiannya, dan seluruh penduduk desa sangat terpesona. Beberapa dari mereka terkejut karena Samanera Tissa memahami Dhamma dengan baik, tetapi mereka juga merasa tidak puas, karena pada awalnya ia hanya sedikit mengajarkan Dhamma kepada mereka; sedangkan yang lain merasa bahagia mengetahui samanera tersebut sangat terpelajar dam merasa bahwa mereka sangat beruntung Samanera Tissa berada di antara mereka.

Sang Buddha, dengan kemampuan batin luar biasa-Nya, melihat dari Vihara Jetavana bahwa timbul dua kelompok penduduk desa, kemudian Beliau menampakkan diri, untuk menjernihkan kesalah-pahaman yang ada.

Sang Buddha hadir ketika para penduduk desa sedang menyiapkan makanan untuk para bhikkhu. Maka, mereka mempunyai kesempatan untuk berdana makanan kepada Sang Buddha. Setelah bersantap, Sang Buddha berkata kepada para penduduk desa, “O umat awam, kamu semua sangat beruntung memiliki Samanera Tissa di antara kalian. Karena dengan kehadirannya di sini, aku, murid-murid utama-Ku, bhikkhu-bhikkhu senior dan banyak bhikkhu lainnya saat ini hadir mengunjungi kalian.” Kata-kata ini menyadarkan para penduduk desa bagaimana beruntungnya mereka bersama Samanera Tissa dan mereka sangat puas.

Sang Buddha kemudian menyampaikan khotbah kepada para penduduk desa dan para bhikkhu, dan pada akhirnya, beberapa dari mereka mencapai tingkat kesucian sotapatti.

Selesai menyampaikan khotbah, Sang Buddha pulang kembali ke Vihara Jetavana. Sore harinya, para bhikkhu memuji Samanera Tissa dihadapan Sang Buddha, “Bhante, Samanera Tissa telah melakukan sesuatu yang tidak mudah, meskipun ia telah memperoleh pemberian dan dana dari orang-orang Savatthi, tetapi meninggalkannya dan pergi hidup sederhana di dalam hutan.”

Kepada mereka Sang Buddha menjelaskan, “Para bhikkhu, seorang bhikkhu, apakah ia tinggal di desa ataupun di kota, seharusnya hidup tidak mengharapkan pemberian dan dana. Jika seorang bhikkhu meninggalkan semua keuntungan keduniawian dan rajin melaksanakan Dhamma, maka ia pasti akan mencapai tingkat kesucian arahat.”

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 75 berikut:

Ada jalan lain menuju pada keuntungan duniawi,
dan ada jalan lain yang menuju ke Nibbana. Setelah menyadari hal ini dengan jelas,
hendaklah seseorang bhikkhu siswa Sang Buddha tidak bergembira dalam hal-hal duniawi,
tetapi mengembangkan pembebasan diri.
Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148