Penjelasan Abhidhamma di atas juga bisa ditelusuri di Suttapitaka pula. Salah satunya adalah Madhupuṇḍikasutta dari Majjhimanikāya. Dikatakan bahwa, 'Cakkhuñca paṭicca rūpe uppajjati cakkhuviññāṇaṃ. Tiṇṇaṃ saṅghati phasso. Phassapaccaya vedana. Yaṃ vedeti taṃ sañjānati. Yaṃ sañjānati taṃ vitakketi....' yang bisa diartikan, 'Dengan adanya mata dan bentuk-bentuk, di sana muncullah kesadaran mata. Dengan bergabungnya tiga hal ini, di sana muncullah kontak. Dikondisikan oleh kontak, di sana muncullah perasaan. Apapun yang seseorang rasakan, itulah yang ia persepsikan. Apapun yang seseorang persepsikan, itulah yang ia pikirkan..'. Proses ini juga terjadi melalui cara yang sama pada lima indria lainnya tergantung pada obyek-obyek mereka masing-masing.
Dalam proses pikiran di atas, kita melihat bahwa kesadaran mata (cakkhuviññāṇa) muncul secara natural di mana di sana belum ada perasaan senang dan tidak senang (vedana kata benda dari vedeti), belum ada persepsi (saññā kata benda dari sañjānati) dan juga belum ada pemikiran (vitakka kata benda dari vitakketi). Dalam konteks ini, cakkhuviññāṇa bisa dikatakan sebagai ahetuka citta (rootless consciousnesss).
Sesungguhnya dalam praktik vipassana / pandangan terang, kita dituntun untuk melihat ahetuka citta ini saja atau dalam kata lain hanya mengalami akibat kamma semata tanpa melanjutkan pikiran untuk bereaksi. Reaksi pikiran dalam proses Abhidhamma tampak pada kesadaran yang muncul disertai oleh hetu atau sebab. Sementara itu, reaksi pikiran dalam Madhūpiṇḍikasutta mulai tampak pada ketika kesadaran telah membentuk perasaan, persepsi, pikiran, dst. Namun demikian, karena perasaan, persepsi, pikiran dan bentuk2 mental lain juga merupakan obyek pikiran (mano) yang nantinya membentuk kesadaran pikiran (manoviññāṇā), mereka pun seseungguhnya hanya sekedar akibat kamma dan akan berhenti ketika kemudian seseorang tidak bereaksi dengan obyek2 pikiran ini.
Melatih diri untuk melihat setiap pengalaman sebagai ahetuka citta bisa dilihat dalam Bāhiyasutta ketika Sang Buddha mengatakan, 'Diṭṭhe diṭṭhamattaṃ bhavissati, sute sutamattaṃ bhavissati, mute muttamattaṃ bhavissati, viññāte viññātamattaṃ bhavissati - ketika melihat, ini hanya sekedar penglihatan; ketika mendengar, ini hanya sekedar pendengaran; ketika mengalami, ini hanya sekedar pengalaman; ketika berpikir, ini hanya sekedar pikiran'.
Be happy.