dulu sering nih saya kecewa, tapi sejak baca suatu kisah saya jadi kecewanya gag lama2...
Ini ringkasannya lho...
Waktu masa Sang Buddha setiap peralatan makan yang dipakai bersama selalu dianggap "sudah rusak" maksudnya kalau gelas ya sudah pecah, piringpun begitu jadi kalau nantinya kelak piring, gelas atau peralatan makan lain pecah, rusaj atau hilang tidak ada perasaan kecewa, marah atau sedih jika mereka tak sengaja merusakkan/ menghilangkan karena dari awal brg tersebut sudah rusak....
Apa yang menyebabkan kekecewaan terletak pada cara kita memandang suatu hal, kejadian, barang atau apapun, ketika kita memandang seseorang, sesuatu ataupun suatu kejadian indah, baik dan menyenangkan kita cenderung "melekatinya" dengan cara menyayangi, mencintai dan mengganggapnya "milikku" ataupun jika suatu kejadian kita menjadi org yang ingin stuck di masa itu aja alias gag mau maju sehingga kalau mengalami sesuatu yang tidak menyenangkan cenderung kecewa, sedih bahkan marah....
jika kita memandang semua yang kita miliki seperti keindahan ragawi, barang2 yang kita cintai atau seseorang yang kita sayangi adalah akan berlalu, lenyap bahkan hilang maka perasaan kecewa itu akan berkurang bahkan mungkin hilang sehingga pada tahap tertentu semua perasaan senang, sedih adalah sama saja sehingga tidak mengenal lagi perasaan yang disebut "kekecewaan" itu