Topik apaan ini? Apa pula hubungan memanggil orang sebagai 'bhante' dengan kemelekatan?
Menurut Tradisi Theravada, pertama, selama Arahant belum parinibbana, masih terkondisi pancakkhanda, maka ia masih membawa kecenderungan lampaunya. Jadi bukannya ketika mencapai Arahatta-phala, seseorang jadi seperti robot. Bedanya hanya pada kecenderungannya itu TIDAK akan mempengaruhi bathinnya lagi, tidak menyebabkannya senang ataupun sedih, sebab sudah tidak berakar pada lobha-dosa-moha lagi.
Ke dua, sebelum parinibbana, Buddha Gotama sudah berpesan pada para bhikkhu agar memanggil menurut 'senioritas'. Jadi biarpun seorang bhikkhu yang baru ditahbiskan menjadi Arahant, ia tetap harus memanggil seniornya yang puthujjana sebagai 'bhante', dan seniornya itu boleh memanggilnya sebagai 'avuso'.
6.1. Dan Sang Bhagavā berkata kepada Ānanda: ‘Ānanda, engkau mungkin berpikir: “nasihat-nasihat Sang Guru telah tiada, sekarang kita tidak memiliki guru!” Jangan berpikiran seperti itu, Ānanda, karena apa yang telah Kuajarkan dan Kujelaskan kepada kalian sebagai Dhamma dan disiplin akan, saat Aku tiada, menjadi guru kalian.’
6.2. ‘Dan sementara para bhikkhu memiliki kebiasaan memanggil satu sama lain sebagai “Teman,” kebiasaan ini harus dihilangkan setelah Aku meninggal dunia. Bhikkhu senior boleh memanggil bhikkhu yang lebih junior dengan nama mereka, atau marga mereka, atau “Teman”, - sedangkan bhikkhu yang lebih junior harus memanggil senior mereka dengan panggilan “Bhante” atau “Yang Mulia”.’
DN 16, Mahāparinibbānasutta.