//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Mengapa Tidak Ada Arahat yang Berdiskusi dengan Pemuka Agama Lain?  (Read 16026 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline icykalimu

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 121
  • Reputasi: 4
  • Gender: Male
  • from zero to hero
Pada jaman Sang Buddha, banyak pemimpin2 aliran lain yang berdiskusi dengan Buddha. Dan setelah selesai, pemimpin dan seluruh pengikutnya menyatakan berlindung kepada Buddha, Dhamma, dan Sangha.

Pada masa sekarang mengapa tidak ada kejadian seperti itu?

Misalnya saja Arahat berdiskusi dengan paus, dan setelah selesai, paus dan seluruh umat ka****k menyatakan berlindung kepada Buddha, Dhamma, dan Sangha.
...

Offline rooney

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.750
  • Reputasi: 47
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia...
Re: Mengapa Tidak Ada Arahat yang Berdiskusi dengan Pemuka Agama Lain?
« Reply #1 on: 29 June 2011, 08:16:41 PM »
Bagaimana cara mengetahui kalo seorang bhikku itu arahat atau bukan ?  :-?

Kalo untuk bhikku yang berdialog dengan pemuka agama lain tentunya sudah sering sekali hal itu terjadi...

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Mengapa Tidak Ada Arahat yang Berdiskusi dengan Pemuka Agama Lain?
« Reply #2 on: 30 June 2011, 05:46:52 AM »
Pada jaman Sang Buddha, banyak pemimpin2 aliran lain yang berdiskusi dengan Buddha. Dan setelah selesai, pemimpin dan seluruh pengikutnya menyatakan berlindung kepada Buddha, Dhamma, dan Sangha.

Pada masa sekarang mengapa tidak ada kejadian seperti itu?

Misalnya saja Arahat berdiskusi dengan paus, dan setelah selesai, paus dan seluruh umat ka****k menyatakan berlindung kepada Buddha, Dhamma, dan Sangha.

pada jaman Buddha Gotama, orang2 setelah berdiskusi dengan Buddha Gotama juga belum tentu akan berlindung kepada Sang Tiratana ! (bukan berarti mengecilkan kemampuan Sang Buddha) tapi batin orang itu yang belum siap/belum bisa terima Buddha Dhamma.

Dan kemampuan seorang Arahat sangat terbatas, jauh sekali dan tidak bisa dibandingkan dengan kemampuan Sammasambuddha(Buddha Gotama)

 _/\_
« Last Edit: 30 June 2011, 05:52:33 AM by adi lim »
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Mengapa Tidak Ada Arahat yang Berdiskusi dengan Pemuka Agama Lain?
« Reply #3 on: 30 June 2011, 08:15:32 AM »
Pada jaman Sang Buddha, banyak pemimpin2 aliran lain yang berdiskusi dengan Buddha. Dan setelah selesai, pemimpin dan seluruh pengikutnya menyatakan berlindung kepada Buddha, Dhamma, dan Sangha.

Pada masa sekarang mengapa tidak ada kejadian seperti itu?

Misalnya saja Arahat berdiskusi dengan paus, dan setelah selesai, paus dan seluruh umat ka****k menyatakan berlindung kepada Buddha, Dhamma, dan Sangha.
Sederhana, karena Buddhanya memang sudah tidak ada.

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Mengapa Tidak Ada Arahat yang Berdiskusi dengan Pemuka Agama Lain?
« Reply #4 on: 30 June 2011, 04:44:39 PM »
Sederhana, karena Buddhanya memang sudah tidak ada.

kalau yang se-kualitas NAGASENA, ada ?
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Mengapa Tidak Ada Arahat yang Berdiskusi dengan Pemuka Agama Lain?
« Reply #5 on: 30 June 2011, 04:48:25 PM »
kalau yang se-kualitas NAGASENA, ada ?
Wah, kalau itu kurang tahu juga.

Offline icykalimu

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 121
  • Reputasi: 4
  • Gender: Male
  • from zero to hero
Re: Mengapa Tidak Ada Arahat yang Berdiskusi dengan Pemuka Agama Lain?
« Reply #6 on: 15 July 2011, 09:08:33 PM »
pada jaman Buddha Gotama, orang2 setelah berdiskusi dengan Buddha Gotama juga belum tentu akan berlindung kepada Sang Tiratana ! (bukan berarti mengecilkan kemampuan Sang Buddha) tapi batin orang itu yang belum siap/belum bisa terima Buddha Dhamma.

Dan kemampuan seorang Arahat sangat terbatas, jauh sekali dan tidak bisa dibandingkan dengan kemampuan Sammasambuddha(Buddha Gotama)

 _/\_

Ya memang sih. Mungkin org2 jaman sekarang memiliki banyak debu di matanya.
...

Offline Mahadeva

  • Sebelumnya: raynoism
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 602
  • Reputasi: 10
  • Gender: Male
Re: Mengapa Tidak Ada Arahat yang Berdiskusi dengan Pemuka Agama Lain?
« Reply #7 on: 16 July 2011, 02:08:39 PM »
Ya memang sih. Mungkin org2 jaman sekarang memiliki banyak debu di matanya.

itulah gunanya Insto

Offline wang ai lie

  • Sebelumnya: anggia.gunawan
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.204
  • Reputasi: 72
  • Gender: Male
  • Terpujilah Sang Bhagava,Guru para Dewa dan Manusia
Re: Mengapa Tidak Ada Arahat yang Berdiskusi dengan Pemuka Agama Lain?
« Reply #8 on: 16 July 2011, 06:08:28 PM »
mungkin saja ada , tapi bukankah seorang yang sudah mencapai ke arahatan tidak boleh mengatakan dia sudah arahat? kalau tidak salah dengar ya  ;D
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

Offline DragonHung

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 963
  • Reputasi: 57
  • Gender: Male
Re: Mengapa Tidak Ada Arahat yang Berdiskusi dengan Pemuka Agama Lain?
« Reply #9 on: 16 July 2011, 06:14:46 PM »
mungkin saja ada , tapi bukankah seorang yang sudah mencapai ke arahatan tidak boleh mengatakan dia sudah arahat? kalau tidak salah dengar ya  ;D

Terhadap umat awam, iya tidak boleh mengatakan

Terhadap komunitas sangha, boleh mengatakannya.
Banyak berharap, banyak kecewa
Sedikit berharap, sedikit kecewa
Tidak berharap, tidak kecewa
Hanya memperhatikan saat ini, maka tiada ratapan dan khayalan

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Mengapa Tidak Ada Arahat yang Berdiskusi dengan Pemuka Agama Lain?
« Reply #10 on: 16 July 2011, 06:17:55 PM »
itulah gunanya Insto

mohon tidak melakukan promosi dengan menyebutkan merek dagang.

Offline wang ai lie

  • Sebelumnya: anggia.gunawan
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.204
  • Reputasi: 72
  • Gender: Male
  • Terpujilah Sang Bhagava,Guru para Dewa dan Manusia
Re: Mengapa Tidak Ada Arahat yang Berdiskusi dengan Pemuka Agama Lain?
« Reply #11 on: 16 July 2011, 11:16:16 PM »
mohon tidak melakukan promosi dengan menyebutkan merek dagang.
:))  harus bayar biaya iklan ya om  ;D

 [at] dragon hung, tetapi apakah sangha juga akan membuka bahwa si A, atau si B telah mencapai arahat?


Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

Offline antidote

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 249
  • Reputasi: 25
  • Gender: Male
Re: Mengapa Tidak Ada Arahat yang Berdiskusi dengan Pemuka Agama Lain?
« Reply #12 on: 17 July 2011, 05:39:54 AM »
Terhadap umat awam, iya tidak boleh mengatakan

Terhadap komunitas sangha, boleh mengatakannya.
benar kah hal tersebut?
kalau benar, memamerkan kesaktian dalam komunitas sangha, boleh juga kah?
« Last Edit: 17 July 2011, 05:42:24 AM by antidote »
NOW

Offline DragonHung

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 963
  • Reputasi: 57
  • Gender: Male
Re: Mengapa Tidak Ada Arahat yang Berdiskusi dengan Pemuka Agama Lain?
« Reply #13 on: 17 July 2011, 07:20:14 AM »
:))  harus bayar biaya iklan ya om  ;D

 [at] dragon hung, tetapi apakah sangha juga akan membuka bahwa si A, atau si B telah mencapai arahat?





Gak bisalah dibuka untuk umum
« Last Edit: 17 July 2011, 07:38:15 AM by DragonHung »
Banyak berharap, banyak kecewa
Sedikit berharap, sedikit kecewa
Tidak berharap, tidak kecewa
Hanya memperhatikan saat ini, maka tiada ratapan dan khayalan

Offline DragonHung

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 963
  • Reputasi: 57
  • Gender: Male
Re: Mengapa Tidak Ada Arahat yang Berdiskusi dengan Pemuka Agama Lain?
« Reply #14 on: 17 July 2011, 07:20:49 AM »
benar kah hal tersebut?
kalau benar, memamerkan kesaktian dalam komunitas sangha, boleh juga kah?

Tuh contohnya Bhante Ananda sewaktu konsili sangha I, menunjukkan kesaktiannya sebelum sidang sangha dimulai
Banyak berharap, banyak kecewa
Sedikit berharap, sedikit kecewa
Tidak berharap, tidak kecewa
Hanya memperhatikan saat ini, maka tiada ratapan dan khayalan

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Mengapa Tidak Ada Arahat yang Berdiskusi dengan Pemuka Agama Lain?
« Reply #15 on: 17 July 2011, 07:33:28 AM »
Tuh contohnya Bhante Ananda sewaktu konsili sangha I, menunjukkan kesaktiannya sebelum sidang sangha dimulai

kesaktian seperti apakah?

Offline DragonHung

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 963
  • Reputasi: 57
  • Gender: Male
Re: Mengapa Tidak Ada Arahat yang Berdiskusi dengan Pemuka Agama Lain?
« Reply #16 on: 17 July 2011, 07:38:51 AM »
kesaktian seperti apakah?

Masuk ke dalam bumi dan keluar dari dalam bumi.
Banyak berharap, banyak kecewa
Sedikit berharap, sedikit kecewa
Tidak berharap, tidak kecewa
Hanya memperhatikan saat ini, maka tiada ratapan dan khayalan

Offline wang ai lie

  • Sebelumnya: anggia.gunawan
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.204
  • Reputasi: 72
  • Gender: Male
  • Terpujilah Sang Bhagava,Guru para Dewa dan Manusia
Re: Mengapa Tidak Ada Arahat yang Berdiskusi dengan Pemuka Agama Lain?
« Reply #17 on: 17 July 2011, 08:50:11 AM »
Masuk ke dalam bumi dan keluar dari dalam bumi.


sertakan referensinya please, baru tau soalnya  ;D
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

Offline Mahadeva

  • Sebelumnya: raynoism
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 602
  • Reputasi: 10
  • Gender: Male
Re: Mengapa Tidak Ada Arahat yang Berdiskusi dengan Pemuka Agama Lain?
« Reply #18 on: 17 July 2011, 09:57:06 AM »
mohon tidak melakukan promosi dengan menyebutkan merek dagang.


oh sori sebut merk...bisa dengan air biasa ato air mata juga kok menghilangkan debu di mata



pelanggaran paling berat kan kalau bilang sudah arahat padahal belum, dan bilang sudah punya kesaktian padahal tidak.

kalau tunjukin ma sesama bhikkhu masih boleh kayaknya...yang penting ga bohong. kalau tunjukin ato pamer ke umat awam, ya pelanggaran vinaya tapi ga berat kok.

Offline DragonHung

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 963
  • Reputasi: 57
  • Gender: Male
Re: Mengapa Tidak Ada Arahat yang Berdiskusi dengan Pemuka Agama Lain?
« Reply #19 on: 17 July 2011, 09:58:41 AM »
coba baca di Theragatha 1035-1036 atau di buku

SISWA - SISWA UTAMA SANG BUDDHA 1
Editor: Bhikkhu Indaratano Penyusun: Dharma K. Widya Ilustrator: Noviannya Widya, ST Desain: Aditya Widya, S.Kom / Sandry Daryanto
Penerbit : Yayasan Dana Pendidikan Buddhis Nalanda, Jakarta
Banyak berharap, banyak kecewa
Sedikit berharap, sedikit kecewa
Tidak berharap, tidak kecewa
Hanya memperhatikan saat ini, maka tiada ratapan dan khayalan

Offline wang ai lie

  • Sebelumnya: anggia.gunawan
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.204
  • Reputasi: 72
  • Gender: Male
  • Terpujilah Sang Bhagava,Guru para Dewa dan Manusia
Re: Mengapa Tidak Ada Arahat yang Berdiskusi dengan Pemuka Agama Lain?
« Reply #20 on: 17 July 2011, 10:45:25 AM »
coba baca di Theragatha 1035-1036 atau di buku

SISWA - SISWA UTAMA SANG BUDDHA 1
Editor: Bhikkhu Indaratano Penyusun: Dharma K. Widya Ilustrator: Noviannya Widya, ST Desain: Aditya Widya, S.Kom / Sandry Daryanto
Penerbit : Yayasan Dana Pendidikan Buddhis Nalanda, Jakarta

bisa share link nya bro, nyari begitu susah buat saya maklum saya cupu  ;D
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

Offline DragonHung

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 963
  • Reputasi: 57
  • Gender: Male
Banyak berharap, banyak kecewa
Sedikit berharap, sedikit kecewa
Tidak berharap, tidak kecewa
Hanya memperhatikan saat ini, maka tiada ratapan dan khayalan

Offline wang ai lie

  • Sebelumnya: anggia.gunawan
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.204
  • Reputasi: 72
  • Gender: Male
  • Terpujilah Sang Bhagava,Guru para Dewa dan Manusia
Re: Mengapa Tidak Ada Arahat yang Berdiskusi dengan Pemuka Agama Lain?
« Reply #22 on: 17 July 2011, 11:52:16 AM »
http://id-id.facebook.com/note.php?note_id=406056298705
http://bursamitra.com/index2.php?page=shop.product_details&flypage=flypage.tpl&product_id=158&category_id=6&option=com_virtuemart&Itemid=34&vmcchk=1&Itemid=34&pop=1&tmpl=component

untuk yang 1 tidak ada di ceritakan tentang Masuk ke dalam bumi dan keluar dari dalam bumi, utnuk yang kedua saya tidak bisa lihat... koneksi saya super lemot, ada yg bisa bantu share apa ada tentang Masuk ke dalam bumi dan keluar dari dalam bumi
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

Offline J.W

  • Sebelumnya: Jinaraga, JW. Jinaraga
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.864
  • Reputasi: 103
  • Gender: Male
Re: Mengapa Tidak Ada Arahat yang Berdiskusi dengan Pemuka Agama Lain?
« Reply #23 on: 18 July 2011, 10:36:57 AM »
 [at] WAL
yg kedua hny promosi buku.

Offline wang ai lie

  • Sebelumnya: anggia.gunawan
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.204
  • Reputasi: 72
  • Gender: Male
  • Terpujilah Sang Bhagava,Guru para Dewa dan Manusia
Re: Mengapa Tidak Ada Arahat yang Berdiskusi dengan Pemuka Agama Lain?
« Reply #24 on: 18 July 2011, 12:32:36 PM »
[at] WAL
yg kedua hny promosi buku.

oh begitu ya bro, terima kasih infonya

 [at] dragon  :hammer: yang saya tanya link yang berkaitan keterangan masuk keluar bumi , pengin belajar ini saya  :))
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

Offline DragonHung

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 963
  • Reputasi: 57
  • Gender: Male
Re: Mengapa Tidak Ada Arahat yang Berdiskusi dengan Pemuka Agama Lain?
« Reply #25 on: 18 July 2011, 12:59:09 PM »
Pada hari pertemuan, Ananda memasuki ruang pertemuan dan muncul diatas tempat duduk kosong yang telah disediakan untuknya. YA Upali dipilih untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan YA Maha Kasyapa tentang Vinaya dan YA Ananda ditunjuk untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang Dhamma, yaitu tentang Sutta dan Abhidhamma. Oleh karena itulah tiap Sutta selalu dimulai dengan kata-kata, "Evam me sutam". 'Demikianlah telah kudengar'.




Belajar yang begini mah, untuk prasyaratnya aja butuh 2,5 tahun.  Itu pun setelah 2,5 tahun belon tentu berhasil, tergantung karma juga buntut2nya.
« Last Edit: 18 July 2011, 01:01:39 PM by DragonHung »
Banyak berharap, banyak kecewa
Sedikit berharap, sedikit kecewa
Tidak berharap, tidak kecewa
Hanya memperhatikan saat ini, maka tiada ratapan dan khayalan

Offline wang ai lie

  • Sebelumnya: anggia.gunawan
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.204
  • Reputasi: 72
  • Gender: Male
  • Terpujilah Sang Bhagava,Guru para Dewa dan Manusia
Re: Mengapa Tidak Ada Arahat yang Berdiskusi dengan Pemuka Agama Lain?
« Reply #26 on: 18 July 2011, 01:10:35 PM »
Pada hari pertemuan, Ananda memasuki ruang pertemuan dan muncul diatas tempat duduk kosong yang telah disediakan untuknya. YA Upali dipilih untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan YA Maha Kasyapa tentang Vinaya dan YA Ananda ditunjuk untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang Dhamma, yaitu tentang Sutta dan Abhidhamma. Oleh karena itulah tiap Sutta selalu dimulai dengan kata-kata, "Evam me sutam". 'Demikianlah telah kudengar'.




Belajar yang begini mah, untuk prasyaratnya aja butuh 2,5 tahun.  Itu pun setelah 2,5 tahun belon tentu berhasil, tergantung karma juga buntut2nya.

nah kan tadi di atas di bilang ilmu masuk keluar bumi, biarpun 2,5 tidak masalah, pengin belajar... butuh link atau referensinya bro :D
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

Offline DragonHung

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 963
  • Reputasi: 57
  • Gender: Male
Re: Mengapa Tidak Ada Arahat yang Berdiskusi dengan Pemuka Agama Lain?
« Reply #27 on: 18 July 2011, 02:04:22 PM »
nah kan tadi di atas di bilang ilmu masuk keluar bumi, biarpun 2,5 tidak masalah, pengin belajar... butuh link atau referensinya bro :D


Kalau untuk referensi saya ini benar-benar seorang 'fakir referensi' karena keterbatasan bahasa inggris saya dan tinggal jauh di pelosok kampung.

Denger2 sih di visudhi magha ada.
Banyak berharap, banyak kecewa
Sedikit berharap, sedikit kecewa
Tidak berharap, tidak kecewa
Hanya memperhatikan saat ini, maka tiada ratapan dan khayalan

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Mengapa Tidak Ada Arahat yang Berdiskusi dengan Pemuka Agama Lain?
« Reply #28 on: 20 July 2011, 10:59:43 AM »
Pada hari pertemuan, Ananda memasuki ruang pertemuan dan muncul diatas tempat duduk kosong yang telah disediakan untuknya. YA Upali dipilih untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan YA Maha Kasyapa tentang Vinaya dan YA Ananda ditunjuk untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang Dhamma, yaitu tentang Sutta dan Abhidhamma. Oleh karena itulah tiap Sutta selalu dimulai dengan kata-kata, "Evam me sutam". 'Demikianlah telah kudengar'.

tidak ada disebutkan tentang masuk keluar dari tanah, IMO, ini hanya kasus gaya bahasa dalam karya terjemahan.



Quote
Belajar yang begini mah, untuk prasyaratnya aja butuh 2,5 tahun.  Itu pun setelah 2,5 tahun belon tentu berhasil, tergantung karma juga buntut2nya.

sepertinya keberhasilan dalam latihan tidak ada persyaratan waktu, satu2nya waktu yg secara eksplisit disebutkan oleh Sang Buddha terdapat dalam Mahasatipatthana Sutta yg menyebutkan waktu 7 tahun ... down to ... 7 hari, tapi ini dalam hal mencapai kesucian, bukan kesaktian.

seseorang mungkin saja berhasil dalam sehari latihan, sebaliknya mungkin juga gagal setelah berlatih seumur hidup

Offline DragonHung

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 963
  • Reputasi: 57
  • Gender: Male
Re: Mengapa Tidak Ada Arahat yang Berdiskusi dengan Pemuka Agama Lain?
« Reply #29 on: 20 July 2011, 11:04:21 AM »

Saya pernah di gertak bhante gara2 nanya kebanyakan soal begini. 

Ditanya mau belajar ini?  Untuk dasarnya aja perlu waktu kira-kira 2,5 tahun kata beliau.  Itu pun gak jaminan sukses, perlu karma pendukung yang luar biasa dari kehidupan lampau.

Jiper deh di tantang begitu ama beliau. (membayangi waktu 2,5 tahun terbuang sia2 jika tidak berhasil)
Banyak berharap, banyak kecewa
Sedikit berharap, sedikit kecewa
Tidak berharap, tidak kecewa
Hanya memperhatikan saat ini, maka tiada ratapan dan khayalan

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Mengapa Tidak Ada Arahat yang Berdiskusi dengan Pemuka Agama Lain?
« Reply #30 on: 20 July 2011, 11:42:15 AM »
Debate terakhir secara terbuka yang pernah dicatat antara Buddhis dan pemuka agama lain adalah yang dikenal dengan Debat PANADURA VADAYA antara Migettuwatte Gunananda Thera (Mohottiwatte Gunananda Thera) mewakili Buddhisme dan Pastor David de Silva mewakili Kristiani di kota Panadura, Srilanka pada tahun 1873 dengan "kemenangan" pihak buddhisme.

http://en.wikipedia.org/wiki/Migettuwatte_Gunananda_Thera
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Mengapa Tidak Ada Arahat yang Berdiskusi dengan Pemuka Agama Lain?
« Reply #31 on: 20 July 2011, 12:04:02 PM »
Dari salah satu forum berbahasa inggris...

In the library of the University of California at Berkeley, the closest thing to a primary source for the Great Panadura Debate of 1873:

Controversy at Panadura, or Pa:nadura: Va:daya,
Re-edited by Pranith Abhayasundara, Sri Lanka State Printing Company, 1990

It was listed under "Panadura Vadaya" in the UCB book catalog, making me worry that it would be in Sinhalese, but it was in English, with most of it apparently the reproduction of some original edition.

A sizable part of it contained discussions of Buddhist beliefs, including a part which claims that Buddhists believe in an impersonal, pantheist God. Which may seem like no God at all by Abrahamic standards.

The book had several pictures, drawings, and pictures of statues of the Buddhist side of these debates, the Venerable Migettuwatte/Mohottiwatte Sri Gunananda Thera. He was an orator and writer who spoke often in defense of Buddhism and Sinhalese literature; he helped revive Buddhism in Sri Lanka.

He was up against the Rev. David de Silva and the Rev. F. S. Sirimanne.

Now to the main event, with some commentary:

Rev. de Silva

He argued that Buddhists believe that there is no soul or irreducible "self", quoting various Buddhist scriptures to that effect, like:

(the original Pali) Rupam bhikkhave anattam, yadanattam n'etam mama n'eso 'hamismineso attati.

(English translation) Organized form, monks, is not self, that which is not self is not mind, I am not that, that is, not to me a soul.

He continued by claiming that this means that there is no fundamental difference between humanity and frogs, pigs, and the rest of the animal kingdom.

LP: there is no need to accept the existence of an irreducible soul or self to recognize an important difference between humanity and the rest of the animal kindgom: sentience vs. nonsentience. In fact, "animal" in common usage implies nonsentience, which may explain why "animal" is sometimes used as an insult, as de Silva was trying to do.

And also that there would be no rewards and punishments after death for what one has done in this life, meaning that one would have nothing to fear if one did something bad.

And quoted the Bible to the effect that we do have souls (no word on frogs, pigs, etc.).

Ven. Gunananda

He took a swipe at Rev. de Silva's command of the Pali language, suggesting that someone who makes elementary mistakes in it cannot be expected to have a good understanding of abstruse metaphysics described in it.

LP: this argument seems like a rather low blow, but it reminds me of when I once exposed someone's expertise in Hebrew as limited to Strong's Concordance.

He then proceeded to explain how reincarnation works in Buddhism in the absence of a "soul" -- there is some sort of continuity that extends beyond the death of the body.

He then accused Christian missionaries of being deceptive on account of their use of various local deities' names for the Christian God, like in Calcutta the Hindu god Ishwara and in Sri Lanka Dewiyanwahanse.

He continued in this vein by charging that some Bible translators have committed variious deceptions, like translating "jealous" into Sinhalese jwalita, which literally means "glittering" or "luminous". And also of omitting verses like Leviticus 17:7, saying that they should no longer make offerings to various devils that they have prostituted themselves to. He concluded by saying that he appreciates that Catholics have not rewritten their Bibles in the above-described fashion of some Protestants.

Turning to Genesis 6:6,
(KJV) And it repented the LORD that he had made man on the earth, and it grieved him at his heart.
(NASB) The LORD was sorry that He had made man on the earth, and He was grieved in His heart.
(NIV) The LORD was grieved that he had made man on the earth, and his heart was filled with pain.

Gunananda asked what kind of entity regrets something that he/she/it has done. Certainly not an omniscient one, as he pointed out.

He continued to ask why an allegedly omniscient being needed visible markers, as when he killed the firstborn of Egypt; the Israelites had to put some blood at the doors of the houses so that God would know who they were and not kill their firstborn.

LP: this oddity may have been invented to justify some ritual practice; that's the most reasonable thing I can think of.

In Exodus 4, God tells Moses to perform a miracle to impress the Egyptians, and if that fails to impress them, to perform more miracles until they are suitably impressed. Gunananda pointed out the implied lack of omniscience here also.

Later in that chapter, Zipporah circumcises Moses, offering Moses's foreskin to God, who had wanted to kill Moses. And God was apparently satisfied with that bloody offering. Gunananda wondered what kind of being the Biblical God must be like, a being like some devil who likes receiving blood offerings.

And turning to Judges 1:19, he wondered how omnipotent a being was who could not overcome iron chariots.

Rev. de Silva

He claimed that he was simply repeating some statements made elsewhere, and that any alleged errors were not his fault. And he bluntly denied that any Bible translators were trying to be dishonest.

He also claimed that the "translations" of the Christian God's name were not done to deceive would-be converts but to provide something that they could relate to.

About the regretting of Genesis 6:6, he claimed that the original Hebrew word (nokam) did not imply regretfulness. And the marking with blood in Exodus he claimed was a symbol of Christ's death.

LP: Checking in The Blue-Letter Bible (http://www.blueletterbible.org), I find that the word is nahham, 05162 in Strong's Concordance, listed as meaning "to be sorry, console oneself, repent, regret, comfort, be comforted". So "regret" is a reasonable translation.

Also, that supposed Christ's-death symbolism seems to me to be a non sequitur.

He concluded with an effort to show that some Buddhist doctrines have some contradictions of the form that X is the source of Y and Y is the source of X.

LP: I could not follow that argument very well.

Ven. Gunananda

He started off by pointing that the Reverend had called him viruddhakaraya ("opponent" or "adversary"), even though there was no personal enmity between the two. And that he now had no choice but to do the same.

He continued by asking why de Silva had made no comment about the (mis)translation of "jealous" in the Sinhalese Bible, and why the Biblical God is referred to as "jealous". He continued in this vein, asking what de Silva's level of competence in Pali was when he repeats others' grammatical errors without bothering to correct them. And despite de Silva's praise of the honesty of Bible translators, the rearrangements of parts of it suggests something suspicious about Bible translators.

LP: there are worse translation issues, like Isaiah's "young woman" being translated as "virgin", and the "translation" of the "eunuchs" of Matthew 19:12 as "those who cannot marry".

He turned to the question of Iswara, noting that Hindus believe that he has a wife named Umayaganawa; does the Christian God also have a wife?

LP: Gunananda could have gone into more detail about the sexist absurdity of Christianity's pantheon (three male beings in one God), but Buddhism has also had a long history of sexism.

Continuing in this vein, he complained that de Silva never took on the question of the Biblical God's implied non-omniscience and taste for blood offerings.

He then explained further what gets reincarnated, discussing various views of the "soul", claiming that the Biblical view sort-of agrees with the Buddhist view of something that has an eternal existence before birth as well as after death.

LP: I found that difficult to follow.

He continued into the story of Jephthah sacrificing his daughter; he charged that Protestants had rewritten their Bibles to indicate that that sacrifice was not literal, and he praised Catholics for being honest about that sacrifice.

He next took on the question of how long  Christ had stayed in his tomb, noting that "three days and three nights" does not exactly fit Friday afternoon to Sunday morning.

He then argued that  Christ's birth had a bad omen associated with it -- King Herod's mass murder of baby boys. By comparison, the Buddha's birth had had nothing but good omens -- lots of cures and pain relief.

LP: I'm not sure if that's a "proper" omen -- that mass murder took place after JC was born. In fact, the only bad omen I can think of is there being no room in the inn for his parents (Luke 2).

Gunananda would have made a better argument if he had noted the lack of mention of this spectacular atrocity elsewhere in the New Testament, and its lack of mention by outside historians like Josephus, whose description of Herod would make it completely in character for him.

He could also have mentioned how common it is for someone to try to murder some legendary figure in his infancy:
Moses
Zeus
Hercules
Oedipus
Perseus
Romulus
Krishna

But the story of the Buddha has something parallel -- his father tries to raise him to be his heir, not a religious teacher.

He concluded by claiming that he would renounce Buddhism if even so much as an ant died as a result of the Buddha's birth.

Rev. Sirimanne

He started by comparing Gunananda's rejection of Christianity to a fever patient's rejection of food, no matter how good the food might be for him/her.

LP: analogy time -- watch out for apologists wielding analogies, because they are likely to be specious.

He claimed that Gunananda had not really replied to the argument that Buddhism teaches that there is no such thing as the soul, and that Buddhism also teaches the existence of beings like the soul, beings that are immaterial and invisible and so forth.

He continued with the claim that the Biblical God being "jealous" did not really mean "envious", just not wanting his glory to be shared by others.

About the Ten Plagues of Egypt, he claimed that God knew how it would turn out, but that all those plagues were necessary because the king of Egypt was so haughty.

LP: then God could have told Moses about this: "That Pharaoh is a tough one. It will take ten plagues to soften him up, but hang in there; we'll beat him."

He continued with God being unable to defeat those iron chariots in Judges 1:19, claiming that Judah had not had sufficient faith in him. He claimed that the Bible is not only literally and historically true, but full of valuable spiritual lessons for future generations.

LP: that's not what the Bible itself says; theologians are fond of imposing externally-derived interpretations on their favorite sacred books.

He had a chortle at Gunananda's interpretation of the creation of Adam by God blowing on him, the monk claimed that that meant that Adam had received some of God's soul.

He turned to Jephthah's daughter, seemingly claiming that she was not really sacrificed. And also to JC's reamining in the tomb, claiming that this was some special Jewish way of counting days. He correctly points out that Herod's massacre would be hard to call an omen, though he continued by claiming that they were sent to Heaven, where they would be much happier than if they had been allowed to live out their lives.

LP: this reminds me of how Andrea Yates had killed her children in order to send them off to Heaven. This argument would make murder seem like a Good Thing.

About the Buddha's birth, Sirimanne noted that the Buddha's mother had died seven days afterward, and that the Buddha had not only walked and talked when he was born, he roared like a lion. And he noted that lion roars are widely believed to be deadly.

He followed that by claiming that  Christ came to fight sin and establish righteousness, while the Buddha was a sinner who wanted to encourage vice. And that the Buddha's good omens are like drunkards welcoming a fellow drunkard with open arms, while spurning a teetotaler.

He continued by pointing out that the Buddhist scriptures were written down only 450 years after the Buddha's death, hinting that they could have been less-than-reliably transmitted in all that time.

LP: a good point, but one that also applies to the Bible, parts of which have internal evidence of after-the-fact composition.

This was followed by him claiming that the Buddha pursued enlightenment in previous reincarnations by offering his eyes, head, flesh, blood, wives and children; he commented on how cruel the Buddha must have been, to desert all those wives and children.

He also wondered if the Buddha was as omniscient as he was sometimes claimed to be, since the Buddha thought that some living people were dead, and vice versa, and since the Buddha was not initially sure that there would be anyone who could understand his message.

He interpreted Nirvana as be a state of nonexistence, and thus, since the Buddha had achieved that state, that the Buddha was now nonexistent. This meant that "taking refuge in the Buddha", as many Buddhists talk about, is taking refuge in someone now nonexistent.

And he concluded by claiming that many Buddhist monks are wicked, thus making them unfit for moral leadership.

... Continue
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Mengapa Tidak Ada Arahat yang Berdiskusi dengan Pemuka Agama Lain?
« Reply #32 on: 20 July 2011, 12:04:34 PM »
... Continuing

Ven. Gunananda

He started by expressing disappointment in the quality of his opponents' arguments, and continued by noting that Ecclesiastes 3:19 (NIV: Man's fate is like that of the animals; the same fate awaits them both: As one dies, so dies the other. All have the same breath man has no advantage over the animal. Everything is meaningless.) is what de Silva charges that Buddhism teaches. He challenged de Silva to find similar statements in the Buddhist scriptures.

LP: Gunananda was not making very clear the sentience-nonsentience distinction; he could point out that physically, we are essentially another animal species, and that the author of Ecclesiastes is right about that, while mentally we are very different.

After going into some arcane Buddhist doctrines, and explaining further what gets reincarnated if there is no soul, he pointed out a contradiction:

1 Corinthians 15:22-28 (NIV: For as in Adam all die, so in Christ all will be made alive. ...) -- implying that everybody who believes in  Christ will go to Heaven.

Matthew 25:41-46 (NIV: Then he will say to those on his left, 'Depart from me, you who are cursed, into the eternal fire prepared for the devil and his angels. ... [those who do wicked things] ... "Then they will go away to eternal punishment, but the righteous to eternal life.") -- implying that one can believe in  Christ yet be sent to Hell.

He then asked why take the Bible seriously when it contains gross contradictions like that. Which of these parts is right, if any at all? They can't both be right.

Turning to Sirimanne's speech, he commented that he had never heard anything so unscholarly or aimlessly meandering, and that he will skip over irrelevant parts like the curing of a fever patient. Many of his opponents responses he found beside the point, like how haughty the Pharaoh was. About Judah and the iron chariots, he asked that if Judah did not have enough faith in God, then why was God with him at all?

In connection with the baby-boy massacre, Sirimanne charged that Buddha's mother had died seven days after giving birth to him. Gunananda's response was that she had been fated to die on that date, implying that giving birth to the Buddha had had nothing to do with it.

LP: this is so laughable that I am almost at a loss for words. Does this mean that the Buddha's mother would have mysteriously dropped dead on the appropriate date if she had never given birth to her famous child? And given that many women have died of giving birth, one quickly suspects cause-and-effect here.

He reiterated that the baby-boy massacre was nevertheless a bad omen, and that sinful omens imply that one will be a friend of sin. And asked if there was any record of anyone having been injured by the "lion-like" roaring of the baby Buddha.

As to the transmission of the Buddhist scriptures, he claimed that they had been recorded in the Buddha's lifetime on gold-leaf pages.

LP: but whatever happened to those gold-leaf books? Have they, by any chance, gone the way of the gold-plate originals of the Book of Mormon?

And while the recorders of the Buddhist scriptures had supposedly reached a state of great enlightenment, the same cannot be said of the writers of the Bible; he pointed out that Moses had committed some murders. He even claimed that the Bible was once completely burnt and then written down again.

LP: I have no idea where he got that idea from. The closest thing I can think of is Moses breaking the tablets of the Law when he saw his people commit idolatry. God obligingly prepared some new tablets for him, and the Bible tells us the wording of both sets(!).

And as to Moses performing miracles in Egypt, his Egyptian-sorcerer opponents had performed similar miracles (turning sticks into snakes), he commented that either Moses was also a sorcerer or else God Almighty was helping his Egyptian sorcerers also.

LP: this seems rather weak.

He continued into discussing the abandonment of wives and children by those seeking Buddhahood; he pointed that it was necessary to conquer passions and attachments, like to one's wives and children.

LP: that is not very reassuring; why not find new husbands for his wives? Or not marry at all?

About Sirimanne's remarks about how long  Christ spent in his tomb, Gunananda mainly commented novasanavan ("miserable"), and reiterated his view that "three days and three nights" is a miscount. He claimed that he'd be providing more demonstration of the falsehood of Christianity in his final statement.

Rev. de Silva

After claiming that "opponent" is not objectionable, he then took on Eccl. 3:19, claiming that Eccl. 3:21 implies that humanity has a soul, unlike animals.

LP: NIV: Who knows if the spirit of man rises upward and if the spirit of the animal goes down into the earth? -- which implies that both have souls.

After commenting that human souls would be human souls in Heaven, though being glorious immortal beings there, he continued to the contradiction that Gunananda had pointed out between 1 Corinthans and Matthew, claiming that "being made alive" and "being saved" were two different things.

LP: however, when "eternal life" is used for salvation and "eternal death" is used for damnation, it is not clear that there is any real difference.

As to when the Buddhist scriptures were written down, he quoted those scriptures themselves as stating that they had been written down 450 years after the Buddha died.

As to Moses killing someone, he claimed that Moses had only killed some Egyptian who had been trying to kill some fellow Israelite.

LP: however, Exodus 2:11 says only that that Egyptian had "attacked" or "beat" that Israelite, with no hint on how deadly that attack was.

He continued into how some very enlightened people (Arahants/Arhats) had once been robbers and murderers.

LP: and these guys tend to be proud of their alleged sordid pasts; they make a hero out of Paul, who had been a persecutor of their sect before that famous side-changing on the road to Damascus.

After mentioning some more such scandals, like someone who gambled with a king and seduced and ran off with his wife, he turned to the subject of a legendary world-axis mountain, Mt. Meru (Mahameru), which according to Buddhist scriptures has a length, a width, a depth below the sea, and a height of 84000 yojanas (1 yojana ~ 16 mi / 26 km). Quoting some more Buddhist scriptures, he noted this sequence of world-destruction events:

* The rain would stop and all the plants would die.
* A second sun would appear and the small rivers and lakes would dry up.
* A third sun would appear and the large rivers would dry up.
* A fourth sun would appear and the large lakes would dry up.
* A fifth sun would appear and the oceans would dry up.
* A sixth sun would appear and Mt. Meru, everything else on Earth, and the Earth itself would be destroyed.

LP: Some Buddhist might claim that this is a prediction that the Sun will someday become a Red Giant, baking the Earth dry and then possibly destroying it.

De Silva then showed a globe and asked where was Mt. Meru. It is mentioned in several places in the Buddhist scriptures, and it would be difficult for it to escape explorers' attentions; where was it?

LP: this comment reminds me of Yuri Gagarin's comment "I don't see any god up here" during his spaceflight; likewise, no mountain climber has found any gods living on top of Mt. Olympus in Greece.

Also, this argument can be turned against the Bible, which clearly supports flat-earthism, as shown in The Flat-Earth Bible (http://www.lhup.edu/~dsimanek/febible.htm). A counterpart to Mt. Meru in it may be the mountain from which the Devil showed  Christ "all the kingdoms of the world".

On top of Mt. Meru is a stack of heavenly worlds, on top of those is a stack of Brahma worlds, and on top of those is a stack of Arupa worlds. Without Mt. Meru, they would have no support, and thus could not exist. De Silva asked why act virtuously and perform good deeds if one has no chance of being reborn in one of these worlds?

He continued by noting that some Buddhist monks have interpreted their mandated celibacy in strange ways; one of them had sex with his mother, another with his sister, and another with a female monkey. And when some monks committed what de Silva described as "the foulest sin, the particulars of which cannot be given", the Buddha treated those acts as minor offenses.

LP: from what he was willing to list, I'm guessing that these were homosexual acts.

About the Buddha's death, he pointed out that the Buddha had died in an entirely normal fashion, of food poisoning from some pork and rice he had eaten, with none of the miracles or divine assistance of the rest of his career.

LP: the same could be said of  Christ's crucifixion.

He ended by saying that believing in  Christ was the only way to Heaven, and he claimed that all the objections to Christianity had been answered, while none of the objections to Buddhism had been.

Ven. Gunananda

He reiterated Eccl. 3:19 on how humanity is fundamentally like the (nonsentient) animals, and rebutted the Revs' claim that some Buddhist doctrine represents a mixed-up view of causality. He went on to explain that if there is any mixed-up causality, it's in the Christian Trinity with the Virgin Mary. Is God her father? Her sort-of husband? Her son?

LP: the Trinity was likely invented to tie up a lot of the theological loose ends of the New Testament; Gunananda is not alone in finding it confusing.

He continued by reiterating his claim that the Bible had once been burnt and re-recorded, and he asked if some of those alleged criminals who achieved enlightement had really been criminals, and claimed that if they had, then they had received appropriate punishments before achieving enlightenment. By comparison, Moses was an unrepentant murderer.

He then claimed that there was nothing in the Buddhist scriptures about the Buddha giving away his wife, and that sins in previous reincarnations should not be held against the Buddha.

About Mt. Meru, he claimed that de Silva was referring to Isaac Newton's theory that night is caused by the Sun being hidden behind the bulk of the Earth instead of behind Mt. Meru.

LP: this was understood long before Isaac Newton, at least as far back as Ptolemy and Aristotle.

He claimed that Newtonianism was not completely accepted, noting the work of a certain R.J. Morrison, and also noting that the Bible, like some Buddhist books, states that the Earth is stationary. (Eccl. 1:5, NIV: The sun rises and the sun sets, and hurries back to where it rises.)

LP: R.J. Morrison's theories were likely crackpottery, making that gentleman one of the numerous anti-Newton crackpots in the 19th century. However, Gunananda was correct about the Bible stating that the Earth is stationary in some cosmic sense.

He noted that compass needles point northward and not in any other direction, meaning that Mt. Meru must be at the North Pole, and that it must be magnetic. He also claimed that the exact size of a yojana was controversial, meaning that that mountain could be smaller than de Silva thought it is.

LP: it was subsequently discovered that there is no trace of such a mountain at the North Pole. In fact, the Earth's magnetic field is generated in its liquid outer core, whose convection generates electric currents, which in turn, generate those magnetic fields.

And by symmetry, this argument might also "demonstrate" that Mt. Meru is at the South Pole.

After arguing that the misbehavior of some Buddhist monks did not necessarily discredit Buddhism, he pointed out that some Christian clergymen have also been known to misbehave. He continued with mentioning that the Bible has numerous immoralities, like Lot and his daughters' incest and the incest committed by Adam and Eve's children.

He claimed that the pork and rice were not responsible for the Buddha's death, since he was fated to have dropped dead at the date and time he did.

LP: That hooey again? First the Buddha's mother and now the Buddha himself?

At any rate, he claimed, pork was no fundamentally worse than the grasshoppers eaten by John the Baptist.

LP: I think he was right about that.

As to the Buddha being dead, he claimed that part of the Buddha was still "alive" -- his relics -- and that 2500 years from now, they will be gathered at the Bo tree where he achieved enlightenment, where they will assume the form of a living Buddha, preach for a while, and then disappear. And that the Buddha will completely achieve Nirvana when that happens.

LP: I am at a loss for words.

About the Buddha's alleged omniscience, he claimed that it was not the sort of omniscience that the Christian God has, of knowing everything whether he wants to or not, but the ability to know whatever he wants to know. Which thus shields him from all the superabundance of pain and misery and sin and filth in the world.

He asked why Christians attach so much emphasis to the death of  Christ, someone who advised his followers to acquire swords, and someone who had been charged with posing as the king of the Jews.

LP: the implication is that he had provoked his execution by trying to start an armed revolt.

As to the resurrection, the first witness, according to Mark 16:9, was Mary Magdalene, who had seven devils driven out of her. Could she be counted on to be completely sane and reliable?

He seemed to believe in a form of spontaneous generation, in which air, heat, and water produces living things -- whether they be called Brahma, Vishnu, and Iswara, or God, Son, or Holy Ghost. "The spirit of God moved across the waters" he cited as evidence that the Bible agrees with him.

Turning to the Adam and Eve story, and how women were sentenced to give birth painfully as a result of eating that forbidden fruit, he asked why is it that some animals sometimes give birth painfully. Had their ancestors eaten some forbidden fruit also?

LP: Some theologians would claim that that was also due to Adam and Eve eating that fruit; many theologians have claimed that there was no such thing as death before that event, with all animals being vegetarians.

In a final statement, he claimed that the most eminent in all ages had spoken in support of Buddhism, including eminent doctors, astrologers, and the like, and he stated that Buddhism "inculcated the purest morality and urged the necessity of self-denial, self-sacrifice, and charity. It encouraged peace. It tolerated all religions in its midst. It had nothing to fear. It pleaded of men to follow the example of Holy Buddha, and pointed the sick and the sorrowing to the blissful state of Nirvana." After stating that he had proved the truth of Buddhism and the falsehood of Christianity, he urged his listeners to take refuge in Holy Buddha.

His listeners shouted "Sadhu! Sadhu! Sadhu!", but only stopped when he told them to.

The End

Sumber: Panadura Debate / Panadura Vaadaya -  http://www..org/t65469/#ixzz1ScQZR7rr
Hak Cipta: www..org
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline DragonHung

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 963
  • Reputasi: 57
  • Gender: Male
Re: Mengapa Tidak Ada Arahat yang Berdiskusi dengan Pemuka Agama Lain?
« Reply #33 on: 20 July 2011, 10:31:49 PM »
kalau di translate terus dimasukin DC pedia bakal bagus nih
Banyak berharap, banyak kecewa
Sedikit berharap, sedikit kecewa
Tidak berharap, tidak kecewa
Hanya memperhatikan saat ini, maka tiada ratapan dan khayalan

Offline wang ai lie

  • Sebelumnya: anggia.gunawan
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.204
  • Reputasi: 72
  • Gender: Male
  • Terpujilah Sang Bhagava,Guru para Dewa dan Manusia
Re: Mengapa Tidak Ada Arahat yang Berdiskusi dengan Pemuka Agama Lain?
« Reply #34 on: 20 July 2011, 11:16:33 PM »
bro dilbert... kalau bisa bahasa indonesia , maklum saya tidak bisa bahasa linggis  ;D
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

Offline leeanyee

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 7
  • Reputasi: 4
Terjemahan Debat Panadura
« Reply #35 on: 25 July 2011, 11:39:00 AM »
Saya coba translate untuk postingan bro dilbert pada
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=20727.0;message=365737

Maaf sebelumnya, bila mungkin ada kata2 yang salah saya terjemahkan / interpretasikan,
mohon teman2 skalian mau membantu mengoreksi bila ada kesalahan.

Terima kasih


PERDEBATAN PANADURA
[/size]

Sumber yang paling mendekati mengenai "PERDEBATAN HEBAT PANADURA" di taun 1873 ditemukan di perpustakaan Universitas California Berkeley

Controversy at Panadura, or Pa:nadura: Va:daya,
Re-edited by Pranith Abhayasundara, Sri Lanka State Printing Company, 1990

Hal ini tertulis dalam Panadura Vadaya dalam buku katalog UCB, saya sempat khawatir kalau isinya akan dalam bahasa sinhalese, namun untungnya tertulis dalam bahasa inggris yang tampaknya merupakan saduran dari versi aslinya

Yang paling banyak dibahas buku ini adalah mengenai kepercayaan Buddhisme. termasuk mengenai umat buddha yg mempercayai Tuhan yg bersifat impersonal, hal yg sangat berbeda dgn Tuhan dalam konsep agama samawi

Buku ini juga memuat beberapa gambar, lukisan dan gambar dari patung Venerable Migettuwatte/Mohottiwatte Sri Gunananda Thera.
Beliau adalah seorang orator dan penulis yang banyak menyuarakan buddhisme, Beliaulah yang membangkitkan Buddhisme di sri lanka

(Dalam buku ini)Ia berhadapan(debat) dengan pendeta David de Silva dan pendeta F.S. Sirimanne


Berikut kejadiannya, disertai beberapa komentar :
( komentar penulis akan saya tandai dengan tulisan italic dan warna biru )

Pendeta de Silva
Quote
Beliau berargumen bahwa buddhisme tidak mengenal ada nya jiwa atau diri , mengutip dari beberapa kitab Buddha seperti :

(the original Pali) Rupam bhikkhave anattam, yadanattam n'etam mama n'eso 'hamismineso attati.

(English translation) Organized form, monks, is not self, that which is not self is not mind, I am not that, that is, not to me a soul.


Beliau berkesimpulan bahwa ini artinya,(Dalam buddhisme) tidak ada perbedaan mendasar antara manusia dan kodok, babi, atau binatang lainnya

LP : De Silva berusaha mengatakan bahwa ada perbedaan mendasar antara hewan dan manusia, dimana manusia adalah makhluk yg berakal sedang binatang tidak.Ini merupakan suatu penghinaan bila manusia dikatakan sama saja dengan binatang.

Dan dengan tidak adanya hukuman atau penghargaan setelah kematian ( kepada roh ) atas apa yang mereka lakukan selama hidup, akan berakibat manusia tidak takut untuk berbuat jahat

Kembali dia mengutip alkitab, yang isinya mengatakan bahwa manusia memilik jiwa ( sedangkan binatang tidak )

Ven.Gunananda
Quote
Beliau menanggapi terjemahan pali yang disampaikan pendeta De Silva,
menurut beliau seseorang yang melakukan kesalahan dalam penerjemahan
tentu tidak akan betul-betul paham inti dari pengetahuan yang terdapat di dalamnya.


LP: Argumentasi ini ( Ven.Gunananda ) tampak seperti tamparan ringan, namun ini mengingatkan saya bahwa seseorang yang ahli dalam bahasa ibrani sekalipun terbatas pada keakuratannya ( waktu menterjemahkan ke dalam bahasa lain )

Kemudian beliau ( Ven. Gunananda ) lanjut menjelaskan mengenai bagaimana reinkarnasi dalam buddhisme (tanpa adanya jiwa) - ada proses berkesinambungan setelah kematian tubuh

Beliau juga menuduhkan bahwa Misionaris kr****n melakukan penipuan dengan menggunakan nama dewa lokal sebagai Tuhan nya kr****n, yang dikatakan sebagai Ishwara dalam dewa Hindu di Kalkuta dan Deiyanwahanse di Sri lanka

Kemudian menurut beliau, para penerjemah Alkitab juga telah melakukan berbagai kesalahan serius seperti menerjemahkan kata "jealous" menjadi "jwalita" dalam bahasa sinhalese, yang artinya berkilau atau bercahaya.

Dan juga menghilangkan beberapa ayat, seperti Imamat 17:7 yang isinya :
"Janganlah mereka mempersembahkan lagi korban mereka kepada setan, sebab (menyembah setan) itu adalah zinah".

Beliau sempat menyatakan penghargaannya kepada ka****k yang tidak melakukan pengubahan seperti yang dilakukan protestan.

Pada Kejadian 6:6
(KJV) Dan menyesallah Tuhan bahwa ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya
(NASB) TUHAN menyesal bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan Dia sedih di dalam hati-Nya.
(NIV) TUHAN merasa sedih karena telah menjadikan manusia di dunia, hatinya penuh dengan rasa pedih.


Ven Gunananda mempertanyakan :
Makhluk apakah yang "menyesal" akan apa yang telah Ia lakukan ?
Ini jelas menunjukkan bahwa Dia(Tuhan) bukannya makhluk yang MAHA TAHU

Kemudian, mengapa seorang (TUHAN) yang maha mengetahui membutuhkan tanda, saat Dia hendak membunuh keturunan pertama mesir,

dimana (pada saat itu) umat israel diharuskan untuk memberi tanda darah pada pintu rumah mereka sehingga Tuhan tau siapa mereka dan tidak akan membunuh
keturunan pertama mereka



LP : Penggunaan tanda ini mungkin digunakan untuk memperkuat suatu praktik ritual tertentu (dalam budaya bangsa isreal)



Dalam keluaran 4 juga disebutkan,Tuhan meminta Musa untuk melakukan berbagai keajaiban guna memperingatkan bangsa mesir, dan jika hal tersebut gagal untuk membuat mereka sadar, mereka (Musa) akan terus melakukan keajaiban sampai keajaiban ini membuat bangsa mesir sadar / takjub (akan kebesaran Tuhan).

Ven Gunananda menunjuk bahwa ini adalah contoh bahwa Tuhan itu tidak maha mengetahui.


Di bab selanjutnya juga disebutkan:
Zippora memaksa musa untuk mempersembahkan kulit khatan kepada tuhan yang hendak membunuhnya (musa). Dan tuhan tampak puas dengan persembahan darah itu.

"Keluaran 4:24-26": ShowHide

(Keluaran 4:24-26) - dimana Tuhan hendak mencari dan membunuh Musa. Alasannya adalah bahwa ia tidak menyunat anaknya laki-laki seperti yang diperintahkan Abraham. Demikianlah Zipora mengambil pisau batu dan memotong kulit khatan anaknya (Keluaran 4:24-26). Demikianlah Musa diampuni oleh darah.


Ven Gunananda mempertanyakan Tuhan seperti apakah yang ada dalam alkitab itu, ini seperti setan yang senang menerima persembahan darah.

Pada Hakim 1:19 juga , beliau mempertanyakan bagaimana mungkin seorang yang maha bisa / kuasa tidak dapat mengalahkan kereta besi

"Hakim-hakim 1:19": ShowHide

(Hakim-hakim 1:19) - Dan TUHAN menyertai suku Yehuda, sehingga mereka menduduki pegunungan itu; tetapi mereka tidak dapat menghalau penduduk yang di lembah, sebab orang-orang ini mempunyai kereta-kereta besi.


Pendeta de Silva
Quote
Beliau berkilah, dan mengatakan bahwa mudah baginya untuk mengulang kembali jawaban (atas pertanyaan Ven. Gunananda ) yang sudah dijawab sebelum2nya,
kemudian kesalahan penulisan adalah bukan kesalahannya, Dan beliau juga menolak bahwa penerjemah alkitab bermaksud menipu / memperdaya.

Beliau juga menjelaskan bahwa terjemahan nama Tuhan kr****n ke dalam nama Tuhan lokal tidak bertujuan untuk menipu calon pengikutnya, namun untuk memberikan pemahaman yang mudah dipahami.

Mengenai Kejadian 6:6, beliau menyatakan bahwa dalam bahasa aslinya (ibrani) kata tersebut (NoKAM) tidak memiliki arti menyesali.
Dan penggunaan darah itu hanya sebagai simbol akan kematian Yesus


LP : Melihat pada Blue-Letter Bible (http://www.blueletterbible.org), saya menemukan kata "nahham" itu berarti "to be sorry, console oneself, repent, regret, comfort, be comforted". Karenanya, kata yang paling sesuai adalah "regret" (menyesali)

Kemudian, mengenai simbol kematian Yesus, buat saya ini tidak pada konteksnya.



Beliau berusaha menunjukan bahwa doktrin buddhisme memiliki kontradiksi.


LP : Saya tidak benar2 dapat memahami argument yang disampaikan


Ven. Gunananda
Quote
Beliau memulai perkataannya dengan menunjukan bahwa pendeta tersebut menyebutnya sebagai viruddhakaraya (musuh) , walaupun pada dasarnya mereka tidak memiliki permusuhan pribadi. Dan beliau tidak memiliki jalan lain selain melakukan hal yg sama.

Beliau lanjut bertanya, mengapa Pendeta De Silva tidak memberikan komentar mengenai kesalahan dalam menterjemahkan "jealous" dalam alkitab yang berbahasa sinhalese, dan mengapa Tuhan dalam alkitab bisa merasa jealous.
Beliau melanjutkan, bahwa tampaknya pendeta De Silva hanya mengulang kesalahan orang lain dalam memahami bahasa pali tanpa pernah bermaksud mengetahui kebenarannya ( makna di dalamnya ). 
Dan walaupun pendeta De Silva memuji kejujuran penterjemah alkitab,
penyusunan kitab tersebut (menulis jealous sebagai luminous) menunjukkan sesuatu yang mencurigakan.

LP: ada beberapa kesalahan dalam terjemahan, seperti dalam Yesaya, "wanita muda" diterjemahkan sebagai "perawan" dan terjemahan kata "kasim" di Matius 19:12 diterjemahkan sebagai "Mereka yang tidak dapat kawin"


Beliau pun mempertanyakan, Iswara dalam kepercayaan hindu memiliki istri yang bernama Umayaganawa, apakah Tuhan kr****n juga memiliki istri ?

LP: Ven Gunanada dapat saja membahas lebih detail mengenai ke tidak masuk akalan paham kr****n mengenai jenis kelamin ( 3 makhluk pria sebagai 1 Tuhan ),namun buddhisme pun memiliki masalah yang sama mengenai jenis kelamin ini.
(dimana seorang SammasamBuddha pastilah seorang pria?)

Melanjutkan argumentasinya, beliau juga mengkritik pendeta de Silva karena tidak menjawab pertanyaan mengenai ke Maha Tahu annya Tuhan dan kesenangannya akan persembahan darah


Beliau lalu melanjutkan pembahasan mendetail mengenai reinkarnasi, membahas beberapa pandangan tentang jiwa, dan menyatakan bahwa beberapa pandangan kr****n sejalan dengan pandangan Buddhisme dalam melihat adanya kehidupan sebelum kelahiran dan setelah kematian

LP : saya kesulitan untuk memahami


Kemudian, beliau juga membahas mengenai Yefta yang diminta mengorbankan anaknya untuk dijadikan korban bakaran bagi Tuhan,
menurut beliau protestan melakukan perubahan pada kitab mereka untuk menunjukkan bahwa pengorbanan ini tidak bermakna sebenarnya ( harafiah ). Berbeda dengan ka****k yang secara jujur menjelaskan tentang pengorbanan ini.


Beliau lalu mempertanyakan tulisan mengenai lamanya Yesus berdiam di dalam kuburannya ( sebelum bangkit ), tertulis 3 hari dan 3 malam,namun hal tsb tidak menunjukan kesesuaian apabila dikatakan jumat siang sampai senin pagi.

Kemudian beliau juga berargumen bahwa kelahiran Yesus ditandai dengan hal buruk yang menyertainya, dimana Raja Herodes melakukan pembunuhan masal pada bayi lelaki. Dibandingkan dengan kelahiran seorang Buddha yang ditandai dengan hal2 baik

LP : saya tidak yakin apa yang dimaksud tanda buruk disini, karena pembunuhan masal terjadi setelah Yesus lahir (bukan pada saat kelahirannya). Namun tanda buruk yang dapat saya pikirkan adalah tidak adanya ruang di penginapan bagi kedua orang tua Yesus. ( lukas 2 )

Ven Gunanada tentu akan membuat argumen yang lebih baik, jika beliau juga membahas mengenai kekejaman kitab perjanjian baru pada karakter herodes

Yang kalau ditelusuri memiliki kesamaan peran / peristiwa seperti seseorang yg berusaha membunuh figur2 legenda :

musa
zeus
hercules
odipus
perseus
romulus
krishna

Walau begitu cerita mengenai Buddha merupakan sesuatu yg pararel, dimana ayah sang Buddha mencoba membesarkan beliau untuk melanjutkan tahta kerajaannya, tidak sebagai guru spiritual.
Beliau ( Ven Gunananda ) menutup pembicaraanya dengan menyatakan bahwa beliau tentu akan meninggalkan Buddhisme, bila banyak kematian yang timbul akibat kelahiran sang Buddha.

Pendeta sirimanne
Quote
Beliau memulai percakapannya dengan menggambarkan bahwa penolakan Ven. Gunananada sama seperti pasien yang sakit namun menolak makanan yang baik bagi tubuhnya, tak perduli betapa baiknya manfaatnya makanan tersebut


LP : analogi - analogi yang bermakna spesifik

Beliau berpendapat bahwa Ven. Gunananda tidak menjawab argumentasinya mengenai ajaran Buddhisme tentang tidak adanya jiwa dan buddhisme juga (tampaknya) mengajarkan mengenai makhluk yang berciri - ciri seperti jiwa ( makhluk yang tidak berwujud, tidak terlihat, dan sebagainya )

Beliau melanjutkan bahwa Tuhan dalam alkitab menjadi "cemburu" namun tidak berarti "iri", Dia (Tuhan) hanya tidak ingin kemenangan (penghormatan akan diri Nya)nya dibagi dengan yang lain.

Mengenai 10 kutukan di tanah mesir, beliau menyatakan bahwa Tuhan sesungguhnya tau apa yang akan terjadi, namun hal itu tetap dilakukan Nya karena raja Mesir terlalu angkuh

LP : maka Allah bisa memberitahu Musa tentang hal ini: "Firaun adalah raja yang tangguh, Ini akan memakan waktu sepuluh tulah untuk melunakkan dia, tetapi tetaplah bertahan, kita akan mengalahkan dia


Beliau melanjutkan mengenai ketidakmampuan Tuhan menghadapi kereta besi pada Hakim 1:19, itu sebenarnya karena Yehuda yang tidak memiliki cukup iman kepada-Nya.
Beliau juga menyatakan bahwa Alkitab tidak hanya benar dan terbukti secara sejarah, namun juga penuh dengan pelajaran spiritual yang berharga untuk generasi mendatang

LP : tidak seperti apa yang alkitab katakan bahwa para ahli kitab senang memaksakan/menginterpretasikan pendapatnya / pengetahuannya pada kitab2 mereka

Beliau juga tertawa akan pemahaman Ven Gunananda mengenai penciptaan Adam oleh Tuhan yang dikatakan Tuhan meniup adam. Ven Gunananda mengartikan hal tsb sebagai Adam menerima beberapa jiwa Tuhan

Lalu pembahasan mengenai pengorbanan yang dilakukan Yefta, menurut beliau anak tersebut tidak benar-benar bermaksud untuk dikorbankan, kemudian mengenai perbedaan waktu keberadaan Yesus di dalam kubur terjadi karena kaum yahudi memiliki cara penghitungan tanggal/waktu yang berbeda.

Beliau juga meluruskan bahwa pembantaian yang dilakukan oleh Herodes mungkin tidak pantas disebut tanda buruk, karena menurutnya mereka (korban pembantaian) akan masuk surga, dan mereka akan lebih bahagia disana.

LP : Ini mengingatkan saya bagaimana Andrea membunuh anaknya dengan tujuan mengirimkannya ke surga. Argumentasi ini seolah menunjukkan pembunuhan adalah hal yg baik.

Mengenai kelahiran sang Buddha, Pendeta Sirimmane mengemukakan kalau ibu sang Buddha meninggal 7 hari stelah kelahirannya dan Buddha tidak hanya dapat berjalan namun berbbicara ketika dia dilahirkan, kemudian dia (Buddha) mengaum layaknya singa.
Beliau menunjukkan bahwa auman singa dipercaya merupakan sesuatu yg mematikan ( pertanda buruk )

Beliau melanjutkan dengan membahas mengenai kitab-kitab Buddha yang ditulis 450 taun setelah kematian sang Buddha, ini jelas menunjukkan bahwa terjemahan kitab tersebut diragukan kebenarannya.

LP : point yang bagus, namun hal tsb juga dialami oleh alkitab, dimana sebagian darinya disusun setelah dilakukan pembuktian internal.

Beliau melanjutkan, menurutnya Buddha mengejar perncerahan di kehidupan terdahulunya dengan mempersemahkan mata, kepala, tulang, darah, istri dan anaknya.
Hal ini tentu sangat kejam dan menimbulkan penderitaan buat anak dan istrinya.

Beliau pun meragukan kalau Buddha adalah seorang yang Maha mengetahui seperti yang dikatakan banyak orang ( merujuk cerita dimana sang Buddha mengetahui kematian seseorang dsb ), karena pada awalnya sang Buddha sempat ragu kalau orang-orang akan mengerti akan ajaran yang dibawanya


Beliau pun menginterpretasikan nibanna sebagai suatu kondisi diluar eksistensi, dan Buddha adalah seseorang yang mencapai hal tersebut ( tidak eksis lagi ), ini berarti berlindung kepada Buddha adalah berlindung kepada sesuatu yang tidak eksis.

Beliau menyimpulkan bahwa banyak Pendeta Buddhis adalah seorang yang keji, sehingga membuat mereka tidak pantas dijadikan sebagai panutan moral.

« Last Edit: 25 July 2011, 11:54:48 AM by leeanyee »

Offline J.W

  • Sebelumnya: Jinaraga, JW. Jinaraga
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.864
  • Reputasi: 103
  • Gender: Male
Re: Mengapa Tidak Ada Arahat yang Berdiskusi dengan Pemuka Agama Lain?
« Reply #36 on: 25 July 2011, 11:51:49 AM »
Trims bro lee atas terjemahannya..
dannnn.. selamat datang :D

Offline leeanyee

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 7
  • Reputasi: 4
Re: Mengapa Tidak Ada Arahat yang Berdiskusi dengan Pemuka Agama Lain?
« Reply #37 on: 25 July 2011, 12:01:08 PM »
reserved untuk terjemahan selanjutnya

tq

Offline wang ai lie

  • Sebelumnya: anggia.gunawan
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.204
  • Reputasi: 72
  • Gender: Male
  • Terpujilah Sang Bhagava,Guru para Dewa dan Manusia
Re: Mengapa Tidak Ada Arahat yang Berdiskusi dengan Pemuka Agama Lain?
« Reply #38 on: 25 July 2011, 01:00:25 PM »
send cendol +1  ;D

xie2 untuk terjemahannya.. mantap!!
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

Offline leeanyee

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 7
  • Reputasi: 4
Re: Mengapa Tidak Ada Arahat yang Berdiskusi dengan Pemuka Agama Lain?
« Reply #39 on: 26 July 2011, 04:23:27 PM »
terjemahan lanjutan..
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=20727.0;message=365738

Ven. Gunananda
Quote
Beliau menunjukkan kekecewaan pada kualitas argumen dari lawan debatnya, kemudian mengutip ayat

Penghotbah 3:19
NIV: "Karena nasib manusia adalah sama dengan nasib binatang, nasib yang sama menimpa mereka; sebagaimana yang satu mati, demikian juga yang lain. Kedua-duanya mempunyai nafas yang sama, dan manusia tak mempunyai kelebihan atas binatang, karena segala sesuatu adalah sia-sia"

Dimana ayat tersebut menunjuk persis seperti tuduhan de Silva atas ajaran Buddha ( Yang mengatakan bahwa jika dalam ajaran Buddha, tidak ada jiwa, maka manusia dan hewan adalah tidak ada bedanya ).
Kemudian beliau ( Ven. Gunananda ) menantang pendeta de Silva untuk menunjukkan pernyataan serupa (bila ada) dalam kitab Buddha


LP: Ven. Gunananda tidak menjelaskan secara terperinci mengenai perbedaan makhluk berakal dan tidak berakal, sebenarnya beliau dapat mengatakan kalo secara fisik kita tidak berbeda dengan binatang, namun berbeda secara kondisi mental.

Setelah menjelaskan beberapa doktrin buddhisme, dan pembahasan mengenai "apa" yang mengalami reinkarnasi kalau tidak adanya jiwa, beliau menunjukkan beberapa kontradiksi dalam ajaran kristiani

1 Korintus 15:22-28
Dalam adam semua akan mati, namun Kristus membuatnya menjadi hidup .. - menunjukkan bahwa siapapun yang percaya kepada Yesus akan masuk surga

2.Matius 25:41-46
Kemudian dia mengatakan pada orang ada disebelah kirinya : pergilah daripadaku, kau yang terkutuk ke dalam api kekal yang diperuntukkan kepada iblis dan malaikatnya ...( mereka yg melakukan hal jahat" ... Kemudian mereka akan pergi menuju hukuman kekal, namun yang benar menuju kehidupan kekal - ini menunjukkan bahwa seseorang yang percaya pada Yesus pun, dapat saja masuk neraka

Beliau lalu menanyakan, mengapa Alkitab melalukan kontradiksi serius semacam itu. Mana yang benar ? Tidak mungkin keduanya benar

(karena di ayat pertama di katakan, Yesus memberikan kehidupan kekal - pada mereka yg percaya,
namun di ayat kedua.. dikatakan kalau mereka melakukan hal yang tidak benar, walaupun percaya Yesus tetap saja masuk neraka / mengalami kematian kekal )

Membahas mengenai ucapan Pendeta sirimanne, beliau berkomentar bahwa beliau tidak berniat mendengar ucapan yang tidak jelas dan tidak ada tujuannya, maka beliau akan mengabaikan ucapan pendeta Sirimanne (yang menganalogikan Ven . Gunananda sebagai pasien yang menolak makanan sehat ).

Kemudian beliau juga membahas mengenai seberapa angkuhnya firaun ( sampai harus menggunakan tulah )
Dan dalam kasus Yehuda dan Kereta besi, beliau menyangsikan apabila Yehuda tidak memiliki iman yang cukup kepada Tuhan, lalu mengapa Tuhan bersama nya saat itu ?


(Untuk menjawab pembantaian bayi yang dilakukan pada saat kelahiran Yesus, pendeta sirimanne membalas dengan mengatakan Ibunda sang Buddha meninggal 7 hari setelah melahirkan sang Buddha).

Ven Gunananda menjawab, bahwa ibunda sang Buddha memank sudah ditakdirkan untuk meninggal pada saat itu, dan tidak ada hubungannya dengan melahirkan sang Buddha


LP : Sangat menggelikan sekali, apa artinya ibunda sang Buddha akan meninggal tiba-tiba pada saat itu kalau tidak melahirkan sang Buddha ? Ditambah kenyataan banyak wanita yang meninggal karena melahirkan, seseorang akan cepat menangkap kalo hal ini saling berkaitan.


Beliau ( Ven. Gunananda ) menegaskan bahwa terjadinya pembunuhan masal (pada saat kelahiran Yesus) merupakan suatu pertanda buruk, dan tanda itu menunjukkan kalo dia(Yesus) merupakan pembawa bencana.
Kemudian beliau menanyakan, apakah ada yg terluka ketika sang Buddha "mengaum" pada saat itu ?

Menanggapi mengenai (keaslian) ajaran Buddha yang dituliskan dalam kitab-kitab saat ini, beliau menyatakan bahwa ajaran Buddha telah ditulis di daun emas


LP : walau tertulis pada daun emas, bisa saja kitab tersebut hilang seperti yang terjadi pada kitab mormon



Walau demikian, yang menulis (ulang) kitab-kitab Buddha adalah seseorang yang telah mencapai pencerahan ( arahat ) , dan ini tidak dapat disamakan dengan para penyusun alkitab.
Beliau juga menunjukkan bahwa musa sempat melakukan berbagai pembunuhan, bahkan beliau menyatakan kalau alkitab pernah dibakar seluruhnya dan kemudian ditulis kembali

LP : Saya tidak mengerti, darimana beliau (Ven.Gunananda) mendapatkan sumber tersebut. Hal yang paling mungkin adalah ketika Musa menghancurkan tabut perjanjian ketika melihat orang melakukan penyembahan berhala.Namun Allah kemudian membuat tabut perjanjian baru, Alkitab juga menjelaskan kedua peristiwa ini.


Kemudian pada saat musa melakukan keajaiban di Mesir, penyihir mesir pun pada saat itu dapat melakukan suatu keajaiban ( mengubah tongkat menjadi ular ), menurut beliau ( ven.Gunananda) keajaiban ini menunjukkan kalau (mungkin saja) Musa juga seorang penyihir atau memank Tuhan turut menolong penyihir tersebut ( untuk melakukan keajaiban)


LP : argumentasi yang lemah


Beliau pun menjelaskan mengapa Sang Buddha meninggalkan anak dan istrinya demi mencapai keBuddha an, karena hal itu memank perlu dilakukan untuk melepaskan kemelekatan.


LP : tidak terlalu meyakinkan, kenapa tidak mencarikan suami baru untuk istrinya, atau tidak menikah sama sekali ?


Mengenai pernyataan pendeta Sirimanne atas lamanya Kristus di dalam kuburan,Ven Gunananda merasa kecewa dan menegaskan pandangannya, kalau 3 hari dan 3 malam itu jelas salah perhitungan.
Beliau menyatakan, kalau beliau akan menunjukkan kesalahan doktrin kr****n di akhir pernyataannya.


Pendeta de Silva
Quote
Setelah mengatakan bahwa lawannya (ven. Gunananda) tidak objektif, beliau lalu mengambil contoh dalam kitab pengkhotbah 3: 19 dan menyatakan bahwa dalam kitab penghotbah 3:21 ditunjukan bahwa manusia memiliki jiwa sedangkan hewan tidak

LP : NIV : Siapa yang tahu bila jiwa manusia naik ke atas dan jiwa binatang menuju ke dalam bumi ? -- yang menunjukkan keduanya memiliki jiwa


Setelah berkomentar bahwa jiwa manusia yang ada di surga sebagai jiwa yang kekal.
Beliau membahas mengenai kontradiksi yang Ven. Gunananda bahas antara Korintus dan Matius, dengan menyatakan bahwa "membuat hidup" berbeda dengan "menyelamatkan".



LP : Walau begitu, tidak nampak perbedaan yang jelas antara hidup kekal dan kematian kekal


Mengenai kitab Buddha, beliau ( Pendeta de Silva ) tetap berpendapat (walau dikatakan Ven. Gunananda ditulis di daun emas ) bahwa kitab tersebut dibuat 450 taun setelah kematian sang Buddha ( yang akan mengalami ketidakakuratan )

Membahas mengenai tuduhan Ven. gunananda tentang Musa yang melakukan pembunuhan, menurutnya Musa hanya membunuh orang Mesir yang berniat membunuh orang Isreal.


LP : Padahal, dalam keluaran 2 : 11 hanya dituliskan kalau ada orang Mesir yang menyerang orang Isreal, namun tidak dijelaskan seberapa parah efek penyerangan tersebut


Beliau melanjutkan, walau dikatakan penyusun kitab Buddha adalah orang-orang yang telah tercerahkan (arahat), namun salah seorang arahat ada yang pernah menjadi pencuri dan pembunuh ( angulimala )



LP : nampaknya beliau (Pendeta de Silva) lupa, kalau murid Yesus (Paulus) pun ada yang terkenal sebagai seorang pembunuh orang kr****n pada awalnya, namun dia berubah menjadi pengikut Yesus


Setelah membahas mengenai beberapa skandal, seperti seseorang ( murid sang buddha ) yang melakukan pertaruhan dengan raja, merayu, dan membawa kabur istrinya,

Beliau ( Pendeta de Silva ) juga membahas mengenai legenda Gunung Meru ( Mahameru ) yang disebutkan (dalam kitab Buddhis) sebagai pusat dunia dan dikatakan memiliki tinggi 84000 yojanas ( 1 yojanna = 16 mi / 26 km ).

Beliau juga mengutip beberapa kitab Buddha, yang berisi peristiwa-peristiwa yang diramalkan sang Buddha sebelum terjadinya kehancuran dunia seperti :

*Bumi akan mengalami kekeringan (tanpa hujan) dan tanaman akan mati
*matahari kedua akan muncul, dan sungai2 kecil serta danau akan mengering
*matahari ketiga akan muncul dan sungai2 besar akan mengering
*matahari keempat akan muncul dan danau besar akan mengering
*matahari kelima akan muncul dan lautan akan mengering
*matahari keenam akan muncul, Gunung Meru dan Bumi akan hancur


LP : Beberapa umat buddha mungkin berpendapat kalau 6 matahari yang dimaksud adalah matahari akan menjadi bintang merah besar (RED GIANT) yang membakar bumi serta menghancurkannya

(keterangan lebih lanjut mengenai matahari yang menjadi RED GIANT, bisa diliat di wikipedia :
http://en.wikipedia.org/wiki/Red_giant#The_Sun_as_a_red_giant )



Pendeta de Silva menujukkan globe dan bertanya dimanakah Gunung meru ?
Gunung itu terus disebutkan dalam kitab Buddhis (sebagai gunung yg tertinggi), tentunya keberadaan gunung tersebut tidak akan luput dari mata para penjelajah ( bila memank ada ), namun dimanakah letak gunung tersebut ?


LP : pertanyaan ini mengingatkan saya akan komentar Yuri Gagarin yang menyatakan bahwa dia tidak melihat Tuhan di angkasa sana dalam perjalanannya ke bulan. demikian juga para pendaki tidak pernah menemukan adanya dewa di gunung olimpus Yunani.

Dan sebenarnya, argumentasi ini dapat digunakan untuk menyerang kebenaran alkitab, yang jelas-jelas mendukung teori bahwa bumi ini datar , seperti yang tertulis dalam http://www.lhup.edu/~dsimanek/febible.htm.
Dan sebagai balasan mengenai gunung Meru, mungkin saja gunung tersebut merupakan gunung yang sama dipakai Iblis untuk menunjukkan seluruh kerajaan dunia kepada Yesus


Dikatakan diatas gunung Meru itu, terdapat kerajaan surga dan diatasnya lagi terdapat alam brahma, diatas alam brahma terdapat pula alam ARUPA.
Jadi tanpa adanya gunung Meru, alam-alam ini jelas tidak dapat berdiri apalage eksis.

Lalu untuk apa berbuat baik dan benar kalau tidak ada kesempatan lahir di alam-alam ini ( karena alam ini saja tidak eksis )

Beliau (Pendeta de Silva) juga mengutip bahwa sebagian bhikku buddhis telah salah menafsirkan hidup selibat seperti yang telah diamanatkan, beberapa dari mereka melakukan hubungan sex dengan ibunya, beberapa dengan saudara perempuannya, dan beberapa dengan monyet betina, bahkan beberapa lagi melakukan "kesalahan besar dan tidak dapat dimaafkan", namun Buddha melihat itu hanya sebagai pelanggaran kecil

 

LP : saya rasa yang dimaksud pendeta de Silva sebagai " kesalahan besar dan tidak dapat dimaafkan" adalah tindakan homoseksual


Lalu beliau membahas mengenai kematian sang Buddha yang dianggap meninggal dengan cara yang sangat biasa,
Sang Buddha meninggal karena keracunan makanan, namun tampaknya tak ada keajaiban yang membantu beliau (sang Buddha) seperti yang (dikatakan) telah terjadi sepanjang karirnya ( sebagai Buddha ).


LP : Yesus pun demikian pada saat penyalibannya ( tidak ada keajaiban yang menyelamatkannya )


Beliau mengakhiri argumentnya dengan mengatakan, hanya di dalam Yesus saja ada jalan menuju surga, Kemudian menyatakan bahwa segala pertanyaan mengenai kekr****nan ( yang diajukan Ven. Gunananda ) telah dapat dijawab, namun segala pertanyaan mengenai buddhisme belum semua terjawab.

Ven. Gunananda
Quote
Beliau mengulang kembali ayat pengkhotbah 3:19 dimana tertulis manusia pun memiliki kesamaan dengan binatang, dan membantah pernyataan para pendeta yang mengatakan kalau doktrin buddhisme menyampaikan hubungan sebab akibat yang dibuat-buat dan tidak masuk akal, karena menurut beliau (Ven.Gunananda) sebab akibat yang tidak masuk akal itu dtunjukkan oleh kekr****nan sendiri.Yang ditunjukkan dalam trinitas kekr****nan dan perawan maria. Apakah Tuhan itu ayahnya ? suami nya ? atau anaknya sendiri ?



LP : Konsep trinitas dalam perjanjian baru tampak memilik banyak kelemahan secara teologis, dan bukan hanya Ven.Gunananda yang merasa bingung dengan hal tersebut


Beliau lanjut menegaskan kalau alkitab sendiri pernah dibakar dan ditulis kembali (sehingga tidak menjamin keasliannya), kitab buddhis ditulis (kembali) oleh para arahat yang telah mencapai pencerahan sempurna , yang walaupun seorang dari arahat itu ( angulimala ) adalah seorang kriminal, namun beliau (angulimala) telah menyesal dan mendapatkan hukuman atas perbuatan kriminalnya itu sebelum mencapai pencerahan, dibandingkan dengan Musa yang walau telah melakukan pembunuhan namun tidak merasa bersalah.


Beliau (Ven.Gunananda) lanjut menyatakan kalau dalam kitab buddhisme tidak ada satupun yang menuliskan kalau Buddha telah mentelantarkan istrinya, dan juga tidak pernah tertulis kalau seorang Buddha tidak mendapatkan karma atas perbuatannya di masa lalu.


Mengenai gunung meru, beliau berpendapat bahwa pendeta de Silva sedang membicarakan teori dari Isaac Newton yang mengatakan terjadinya malam diakibatkan matahari terhalang oleh bumi daripada gunung Meru.



LP : Konsep tersebut sudah dipahami jauh sebelum jaman Isaac Newton, paling tidak konsep itu telah dikenal oleh Ptolemi dan aristoteles


Beliau berpendapat kalau teori Newton belum dapat sepenuhnya diterima (pada masa itu) sambil mengutip teori R.J. Morrison dan alkitab, kemudian beliau mengatakan kalau teori kekr****nan memiliki teori yang sama seperti buddhisme, yang memahami kalau bumi ini bergerak secara stationer, seperti ditunjukan dalam  ayat, Pengkhotbah 1:5, NIV:. Matahari terbit dan matahari terbenam, dan bergegas kembali ke tempat ia terbit



LP : Teori R.J Morrison tampak seperti teori "crackpottery", yang membuat beliau (RJ Morrison) cukup terkenal sebagai anti teori newton pada masanya (abad ke 19). Walau demikian Ven gunananda benar dengan mengatakan kalau dalam alkitab bumi ini bergerak secara stationer


(teori Crackpottery yang dimaksud mungkin adalah teori yang mengatakan kalau matahari yang memutari bumi, bukan bumi yang berputar)

Beliau (Ven.Gunananda) juga menunjukkan kalau jarum kompas selalu menunjuk arah utara dan tidak pada arah lainnya, ini (mungkin) berarti gunung meru ada di kutub utara dan itu pasti menghasilkan daya magnetis. Beliau juga menegaskan kalau ukuran pasti untuk Yojanna itu masih kontroversial, mungkin saja ukuran gunung tersebut lebih kecil daripada yang pendeta de Silva bayangkan


LP : Tidak pernah ditemukan adanya gunung semacam itu di kutub utara, dan pada kenyataannya daya magnetis bumi dihasilkan oleh lapisan inti bumi yang mengalami pergesekan karena adanya rotasi bumi sehingga menibulkan medan magnet.

Dan secara tidak langsung, Ven gunananda mengatakan kalau gunung Meru ada di kutub utara


untuk teori mengenai sebab magnetisme bumi dapat dilihat di : http://csep10.phys.utk.edu/astr161/lect/earth/magnetic.html


Beliau juga berargumen kalo tingkah laku sebagian bhikku buddhis tidak dapat dijadikan alasan untuk mendiskreditkan ajaran buddha, beliau memberikan contoh bahwa sebagian umat kr****n pun telah melakukan hal yang tidak pantas, Bahkan dalam alkitab sendiri terjadi hal-hal yang tidak bermoral seperti pernikahan lot dan anak perempuannya, hubungan sesama darah (incest) ini pun dilakukan oleh Adam Hawa dan anak-anak mereka

Beliau menjelaskan kalau daging babi dan nasi yang dimakan sang Buddha bukanlah penyebab utama kematian sang Buddha, sang buddha meninggal karena waktunya telah tiba.



LP : Keanehan yang sama, setelah ibu Buddha selanjutnya Buddha sendiri ?


Pada kesempatan selanjutnya beliau (ven.gunananda) juga mengatakan kalau daging babi tersebut tidak berbeda dengan belalang yang dimakan yohanes pembaptis

mengenai kebiasaan Yohanes pembaptis memakan belalang itu bisa dilihat di :
Matius 3:4
Yohanes memakai jubah bulu unta dan ikat pinggang kulit, dan makanannya belalang dan madu hutan.

ayat alkitab yang menyatakan belalang lazim dimakan :
Imamat 11:22
Inilah yang boleh kamu makan dari antaranya: belalang-belalang menurut jenisnya, yaitu belalang-belalang gambar menurut jenisnya, belalang-belalang kunyit menurut jenisnya, dan belalang-belalang padi menurut jenisnya.




LP : Aku rasa beliau benar


Beliau melanjutkan, walaupun sang buddha telah meninggal. namun ada bagian lain dari Buddha yang masih hidup yaitu relik nya, yang telah ada sejak 2500 taun yang lalu.

Mereka akan berkumpul di pohon boddhi tempat sang Buddha mencapai pencerahan, dan disana mereka akan membentuk perwujudan Buddha, memberikan ceramah sejenak lalu menghilang. Kemudian Buddha telah mencapai nibanna ketika hal tersebut terjadi

(saya tidak begitu paham maksud nya)


LP : saya kehilangan kata-kata


Membahas mengenai Buddha yang dikatakan maha mengetahui, beliau menjelaskan bahwa maha mengetahui-nya seorang Buddha berbeda dengan maha mengetahui-nya Tuhan kr****n, yang mengetahui apapun baik dia (Tuhan) inginkan atau tidak, tapi beliau (Buddha) hanya mengetahui apa yang ingin beliau ketahui.
Yang membuat Beliau (Buddha) mengetahui segala penderitaan , kesedihan, dan kotornya dunia ini.

Beliau juga menanyakan, mengapa orang kr****n begitu menekankan (mendramatisir) kematian Yesus ( yang dikatakan telah menebus dosa manusia , dll ), Dia (Yesus) adalah seorang yang menyarankan para pengikutnya untuk mengangkat senjata (memberontak) dan mengganggap dirinya sebagai raja Yahudi.



LP : Hal yang menyebabkan yesus disalib adalah karena menyuarakan pemberontakan


Mengenai kebangkitanNya (Yesus) , orang yang pertama melihatnya adalah Maria Magdalena , Maria sendiri sempat mengalami kesurupan, ada 7 iblis yang dikatakan bersemayam dalam tubuhnya sebelum akhirnya dilepaskan, melihat hal ini mungkin saja maria mengalami gangguan kejiwaan sehingga apa yang dia lihat ( mengenai kebangkitan Yesus ) tidak dapat dipercaya.

Walau begitu, beliau (ven.Gunananda) mempercayai kalau ada sesuatu yang tercipta secara spontan (tercipta tanpa penyebab ) seperti udara, panas, dan air yang menciptakan makhluk hidup - seperti Brahma, Vishnu, dan Ishiwara atau Tuhan, anak, dan roh kudus.

Membahas mengenai cerita Adam dan Hawa, dikatakan bahwa hawa dihukum Tuhan karena telah memakan buah terlarang, Tuhan menghukumnya sehingga akan mengalami kesakitan ketika melahirkan.
Namun, pada kenyataannya, binatang-binatang lain pun mengalami kesakitan yang sama pada saat melahirkan, apa binatang-binatang ini juga ikut makan buah terlarang ?


LP : Beberapa ahli teologi berpendapat sebelum adam dan Hawa memakan buah terlarang, tidak ada kematian disana dan semua binatang adalah vegetarian .


Dalam pernyataan akhirnya, beliau (Ven Gunananda) mengatakan ajaran Buddha telah diakui kebenarannya oleh para pakar baik oleh dokter, ahli astronomi, dan  ahli-ahli lainnya.
Beliau juga mengatakan kalau Buddhisme menanamkan moralitas murni dan mengutamakan penyangkalan diri, pengorbanan diri serta perbuatan baik.
Ajaran ini mengajarkan kedamaian serta toleransi antar umat beragama.
Ajaran ini membimbing tiap umatnya mengikuti jalan sang Buddha, yang telah menemukan jalan menuju kebahagiaan sejati ( nibanna ).


Demikianlah beliau telah membuktikan kebenaran ajaran Buddha dan mematahkan argumen pihak Nasrani, ia mendesak pendengarnya untuk berlindung kepada Buddha

Para penonton meneriakan : Sadhu! Sadhu! Sadhu! tanpa henti.


TAMAT


note : maaf mod, saya tidak bisa  mengedit post sebelumnya,makanya membuat post baru
« Last Edit: 26 July 2011, 04:43:24 PM by leeanyee »

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Mengapa Tidak Ada Arahat yang Berdiskusi dengan Pemuka Agama Lain?
« Reply #40 on: 26 July 2011, 05:49:52 PM »
Quote
Beliau lalu mempertanyakan tulisan mengenai lamanya Yesus berdiam di dalam kuburannya ( sebelum bangkit ), tertulis 3 hari dan 3 malam,namun hal tsb tidak menunjukan kesesuaian apabila dikatakan jumat siang sampai senin pagi.

Mungkin perlu dikoreksi sedikit, yang di bold adalah sunday bukan monday sehingga bukan senin tapi minggu.

-------
Dan dari apa yang ada nampaknya komentar LP adalah komentar tambahan dari salah satu nasrani yang pro Pendeta Karesten tsb
 
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline leeanyee

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 7
  • Reputasi: 4
Re: Mengapa Tidak Ada Arahat yang Berdiskusi dengan Pemuka Agama Lain?
« Reply #41 on: 27 July 2011, 10:12:10 AM »
Mungkin perlu dikoreksi sedikit, yang di bold adalah sunday bukan monday sehingga bukan senin tapi minggu.

-------
Dan dari apa yang ada nampaknya komentar LP adalah komentar tambahan dari salah satu nasrani yang pro Pendeta Karesten tsb
 

iya betul..
agak siwer bacanya dan lagi diawali (S)unday ingetnya (S)enin... hehe

sayang postnya ga ada bisa diedit lagi yah disini..
terima kasih atas koreksinya
 _/\_

send cendol +1  ;D

xie2 untuk terjemahannya.. mantap!!
Trims bro lee atas terjemahannya..
dannnn.. selamat datang :D

terima kasih _/\_
« Last Edit: 27 July 2011, 10:17:37 AM by leeanyee »

Offline wang ai lie

  • Sebelumnya: anggia.gunawan
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.204
  • Reputasi: 72
  • Gender: Male
  • Terpujilah Sang Bhagava,Guru para Dewa dan Manusia
Re: Mengapa Tidak Ada Arahat yang Berdiskusi dengan Pemuka Agama Lain?
« Reply #42 on: 27 July 2011, 04:56:26 PM »
kenapa tidak menggunakan keterangan dari ST.THomas, yang dulu di cantumkan lantas untuk perjanjian baru di hilangkan... ?

kenapa tidak mengangkat kasus STIGMATA juga ya, hal yang selalu di sembunyikan oleh vatikan roma :D..

pengin tau alibinya apa ..  ;D

banyak sekali ayat2 yang berubah di alkitab, dan banyak catatan dari para santo yang di hilangkan , banyak cerita yang tidak singkron antar santo mengenai mr J .
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

Offline a_w_p

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 23
  • Reputasi: 0
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Mengapa Tidak Ada Arahat yang Berdiskusi dengan Pemuka Agama Lain?
« Reply #43 on: 22 March 2013, 02:26:19 AM »
1. karena perbedaan konsep.. tidak akan nyambung yg "lain" kl bahas ajaranya jawabannya lgsg 1 dan pasti, sementara kita 1 pertanyaan penjelasannya panjang dan bisa nyambung kemana2..
contoh : konsep keTuhanan>> yg "lain" jawabannya personifikasi mahkluk, buddhisme >> jelasin konsep ketuhanan (nibbana).

2. pemuka agama yg hidup di jaman Sang Buddha memang sudah mempunyai karma baik untuk melihat dan memahami dhamma yang dibabarkan langsung oleh Buddha.. sedangkan jaman ini bukan hanya pemuka agama lain, tapi kita sendiri pun (termasuk saya) msh banyak yg sudah berlindung pada Tiratana tp blm bisa memahami isi ajaran Buddha..

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Mengapa Tidak Ada Arahat yang Berdiskusi dengan Pemuka Agama Lain?
« Reply #44 on: 22 March 2013, 05:25:13 AM »
1. karena perbedaan konsep.. tidak akan nyambung yg "lain" kl bahas ajaranya jawabannya lgsg 1 dan pasti, sementara kita 1 pertanyaan penjelasannya panjang dan bisa nyambung kemana2..
contoh : konsep keTuhanan>> yg "lain" jawabannya personifikasi mahkluk, buddhisme >> jelasin konsep ketuhanan (nibbana).

bold, versi Indonesia
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline urban888

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 134
  • Reputasi: 2
  • Gender: Male
  • Kebetulan terjerumus ke DC
Re: Mengapa Tidak Ada Arahat yang Berdiskusi dengan Pemuka Agama Lain?
« Reply #45 on: 22 March 2013, 12:29:00 PM »
Pada jaman Sang Buddha, banyak pemimpin2 aliran lain yang berdiskusi dengan Buddha. Dan setelah selesai, pemimpin dan seluruh pengikutnya menyatakan berlindung kepada Buddha, Dhamma, dan Sangha.

Pada masa sekarang mengapa tidak ada kejadian seperti itu?

Misalnya saja Arahat berdiskusi dengan paus, dan setelah selesai, paus dan seluruh umat ka****k menyatakan berlindung kepada Buddha, Dhamma, dan Sangha.

Pikiran, perkataan, dan perbuatan yg dilakukan oleh arahat tidak dilandasi oleh niat yg menimbulkan vipaka baru....btw maybe saat ini belum ada arahat di dunia jd tdk ada yg berdiskusi dgn pemuka agama lain  _/\_
Lebih baik punya 1 sahabat daripada 1000 teman lebih baik punya 1000 teman daripada 1 musuh

Offline a_w_p

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 23
  • Reputasi: 0
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Mengapa Tidak Ada Arahat yang Berdiskusi dengan Pemuka Agama Lain?
« Reply #46 on: 22 March 2013, 02:40:35 PM »