Tato dīpaṃ olokento ‘‘jambudīpeyeva buddhā nibbattantī’’ti dīpaṃ passi. Tato jambudīpo nāma mahā dasayojanasahassaparimāṇo, katarasmiṃ nu kho padese buddhā nibbattantī’’ti desaṃ vilokento majjhimadesaṃ passi. Tato kulaṃ vilokento ‘‘buddhā nāma lokasammate kule nibbattanti, idāni khattiyakulaṃ lokasammataṃ, tattha nibbattissāmi, suddhodano nāma me rājā pitā bhavissatī’’ti kulaṃ addasa. Tato mātaraṃ vilokento ‘‘buddhamātā nāma lolā surādhuttā na hoti, akhaṇḍapañcasīlāti ayañca mahāmāyā nāma devī edisā, ayaṃ me mātā bhavissatīti kittakaṃ assā āyū’’ti āvajjento dasannaṃ māsānaṃ upari sattadivasāni passi. sunber Buddhavaṃsa Aṭṭhakathā 54.
Hal inilah yang dijadikan dasar pernyataan bahwa Buddha selalu lahir di India. Menurut Buddhavaṃsa Aṭṭhakathā tadi ada lima hal yang diinvestigasi Boddhisatva sebelum lahir kedunia dari surga Tusita yang disebut pañcamahāvilokana. Hal ini meliputi penginvestigasian terhadap kāla atau āyu (waktu atau umur manusia yang kira-kira 100 tahun), dīpa (pulau, yaitu jambudīpa), desa (region/district, yaitu majjhimadesa), kula (keluarga, yaitu khatiyya atau kestariya), lalu māta (ibu, yaitu mahamaya).
Hal yang perlu diingat adalah bahwa literatur ini (Buddhavaṃsa) ditulis pada later period dari perkembangan literatur Buddhis. Sehingga, ada juga pandangan yang menyatakan bahwa ini adalah pandangan orang-orang India untuk menjaga keekslusifan daerah mereka sebagai tempat lahirnya Buddha.
Salam
Wong Cilik