Sang Buddha menyatakan bahwa Planet Bumi yang padat ini terbentuk dari zat cair,dan zat cair terbentuk dari zat gas
dikatakan bahwa dalam udara memang ada air.....itu terbukti dimana singapura mampu memproduksi air siap minum dengan dispenser nya...
hal ini tentu sejalan dengan sains.. tapi masalah ukuran yg nyata-nyata salah......sy rasa tidak semua Kitab komentar layak di benarkan karena Mereknya.
tapi kalau mau di kaji...ternyata kitab komentar itu ada yang salah, benar juga tentu ada.....yg jelas fakta nya salah..
mengenai angka 84.000...apabila dikatakan tak terhingga saya juga kurang setuju...
jadi kalau masalah usia manusia rata-rata 84.000 itu gimana? apa dikatakan tak terhitung?
kemudian syair nya pula...
”Dari semua Dhamma yang Saya hafalkan, 82.000 Dhammakhandha Saya pelajari langsung dari Sang Buddha sendiri; sedangkan 2.000 Dhammakhandha dari para bhikkhu, sehinga seluruhnya berjumlah 84.000 Dhammakhandha. ”
jadi saya kira angka 84.000 dikatakan banyak tentu memang banyak....tapi kalau di anggap tak terhitung..saya kira salah besar tuh.
Kita memang tidak perlu melakukan pembenaran terhadap perhitungan di kitab komentar ini. Saya lebih memilih bersikap objektif dengan berpendapat bahwa mungkin saja perhitungan di kitab komentar didasari oleh sudut perhitungan yang berbeda dengan perhitungan astronomi barat.
Mengenai angka 84.000, memang masih belum bisa dipastikan sebagai "angka pasti" atau "angka kiasan". Sejauh ini, banyak teman-teman Buddhis yang berpendapat bahwa fenomena bunga bermekaran menjelang Maha Parinibbana adalah fenomena alam. Sedangkan saya menilai bahwa fenomena itu adalah makna kiasan dari umat-umat yang memberikan banyak persembahan bunga. Demikian juga mengenai angka 84.000 ini. Menurut saya, penggunaan angka seperti ini tidak bisa dipukul rata sebagai "angka pasti" saja; ataupun sebagai "angka kiasan" saja. Ada koridor tertentu untuk menetapkan makna angka 84.000 ini. Tapi kalau sudah begini, sepertinya malah jadi main tafsir.
Mengenai usia manusia, memang demikianlah. Dalam mitologi Buddhisme, batas usia manusia (makhluk manussa) memang tidak terbatas. Tidak seperti makhluk deva dan makhluk brahma yang memiliki batasan usia yang jelas.
Dari kesimpulan-kesimpulan ini, kita memang tidak perlu ngotot bahwa kitab komentar atau Tipitaka pasti 100% benar. Dalam Kalama Sutta, Sang Buddha sendiri menyatakan bahwa jangan langsung percaya pada apa yang tertulis di kitab. Karena kitab bisa saja salah; jadi kita tidak perlu naif dengan membenarkan apa yang mungkin saja salah dari literatur Buddhis.
Inilah unik dan demokratisnya dari Buddhisme. Tidak ada ancaman dalam mengritik isi kitab. Tidak ada larangan untuk tidak mempercayai isi kitab. Seumpamanya ada kekeliruan dalam isinya, kita tidak perlu menghibur diri dengan pendapat bahwa kitab pasti selalu benar. Justru setelah mengetahui adanya kekeliruan di kitab, seharusnya senyum kita mengembang: "ternyata pandangan kita tidak melekat pada tulisan semata".