//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha  (Read 50420 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline kullatiro

  • Sebelumnya: Daimond
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.155
  • Reputasi: 97
  • Gender: Male
  • Ehmm, Selamat mencapai Nibbana
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #30 on: 31 December 2009, 05:15:23 PM »
tul makanya wa bawa arya maha kassapa ada kan di buku dhammapada atahakata tentang yang arya maha kassapa baca ceritanya.

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #31 on: 31 December 2009, 05:17:09 PM »
Itu gambar org2 yg bikin, di kitabnya ya kagak ada gambarnya  :))  :))

Dalam Visuddhimagga dikatakan bahwa dunia ini disebut Cakkavala (berbentuk lingkaran / roda). Lapisan bumi berada di atas lapisan air dan lapisan air berada di atas lapisan angin. (Langsung ke intinya aja ya, males nerjemahin)  :P  :P

Gunung Sineru berada di tengah-tengah dengan 84000 yojana dikelilingi tujuh pegunungan. Dalam Anguttara Nikaya Sang Buddha mengatakan bahwa tinggi gunung Sineru adalah 84000 yojana baik tinggi maupun lebarnya, membuatnya tidak mungkin berada di bumi kita yang tercinta ini karena kegedean. So where is Mt. Meru?

Dhammasangini Atthakatha mengatakan bahwa di atas lingakaran air terdapat empat benua yaitu Jambudipa, Aparagoyana, Uttarakuru dan Pubbavideha. Matahari dan bulan mengorbit di sekeliling Gunung Sineru. Di atas Gunung Sineru ada lapisan-lapisan surga-surga.

Lapisan-lapisan dunia bertumpukan satu sama lain bagaikan mangkok demikian yang disebutkan Paramattha-manjusa, Visuddhimagga-Atthakata.

Mau lebih jelas lihat web Palikanon...hehe...............

 _/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #32 on: 31 December 2009, 05:20:58 PM »
Quote
Pencapaian spritual yang bagaimana ?
Arahat belum tentu punya pengetahuan sempurna, seperti Sammasambuddha ! , kecuali kekotoran Batin yang bersih total.

Ok. Tapi seharusnya beliau bisa lihat lewat dibbacakkhu. Bahkan walau belum pencerahan pun, seseorang bisa melihat dengan dibbacakkhu apabila mencapai jhana-jhana.

Dan ukuran di Visuddhimagga itu selama ini juga gak ada yang nolak [saya bingung juga, apakah berarti bhikkhu zaman dulu itu = semuanya tidak berpengetahuan / tidak punya dibbacakkhu?], setidaknya sebelum sains membuktikan bahwa ukuran matahari dan bulan adalah jauh berbeda.

 _/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline kullatiro

  • Sebelumnya: Daimond
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.155
  • Reputasi: 97
  • Gender: Male
  • Ehmm, Selamat mencapai Nibbana
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #33 on: 31 December 2009, 05:25:03 PM »
baca tentang arya maha kassapa apakah dia boleh memiliki kemampuan tersebut dalam dhammapada atthakata ( story and verses)apa khusus pada sesuatu.
« Last Edit: 31 December 2009, 05:51:14 PM by daimond »

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #34 on: 31 December 2009, 05:39:34 PM »
Quote
Itu gambar org2 yg bikin, di kitabnya ya kagak ada gambarnya  :))  :))

Aya..aya wae.. :))

Quote
Dalam Visuddhimagga dikatakan bahwa dunia ini disebut Cakkavala (berbentuk lingkaran / roda). Lapisan bumi berada di atas lapisan air dan lapisan air berada di atas lapisan angin. (Langsung ke intinya aja ya, males nerjemahin)  :P  :P

Nah seperti ini kita harus mengetahui persepsi yang melihat.  Lingkaran itu kalo diliat dari satu sisi kalau tiga dimensi jadinya bulat, itu hanya untuk memudahkan penjelasan saat itu saja tapi bukan diartikan datar. Mengenai lapisan bumi ya wajar2 saja, memang bumi ini kan terdiri dari lapisan2nya.

Quote
Gunung Sineru berada di tengah-tengah dengan 84000 yojana dikelilingi tujuh pegunungan. Dalam Anguttara Nikaya Sang Buddha mengatakan bahwa tinggi gunung Sineru adalah 84000 yojana baik tinggi maupun lebarnya, membuatnya tidak mungkin berada di bumi kita yang tercinta ini karena kegedean. So where is Mt. Meru?

Ini bisa jadi perumpamaan tentang sesuatu yang hanya dimengerti orang dijamannya. Tidak bisa diartikan secara harfiah. Kalau gunung semeru di jawa ada sih  ^-^

Quote
Dhammasangini Atthakatha mengatakan bahwa di atas lingakaran air terdapat empat benua yaitu Jambudipa, Aparagoyana, Uttarakuru dan Pubbavideha. Matahari dan bulan mengorbit di sekeliling Gunung Sineru. Di atas Gunung Sineru ada lapisan-lapisan surga-surga.

Nah disini telah diperjelas tentang Gunung Sineru yang sepertinya suatu arti yg dapat dimengerti jaman saat itu atau hanya Buddha yang tau. Karena ada tulisan surga pulak...jangan2 yang dilihat bukan hanya bumi saja lagi... tetapi alam2 lain yg berhubungan dengan bumi ^-^

Quote
Lapisan-lapisan dunia bertumpukan satu sama lain bagaikan mangkok demikian yang disebutkan Paramattha-manjusa, Visuddhimagga-Atthakata.

Mau lebih jelas lihat web Palikanon...hehe...............

Apa arti lapisan dunia, dunia dewa dan alam2 lainnya termasuk ?

Sepertinya mesti belajar syair2 jaman dahulu deh... ^-^

Sebaiknya dicari persepsi awal mereka dulu, kalau bisa...daripada menyimpulkan sendiri..




Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #35 on: 31 December 2009, 05:52:10 PM »
Quote
Nah seperti ini kita harus mengetahui persepsi yang melihat.  Lingkaran itu kalo diliat dari satu sisi kalau tiga dimensi jadinya bulat, itu hanya untuk memudahkan penjelasan saat itu saja tapi bukan diartikan datar. Mengenai lapisan bumi ya wajar2 saja, memang bumi ini kan terdiri dari lapisan2nya.

Haha... memang benar, tetapi harus dilihat dahulu apakah masuk akal:

Di bawah bumi ada air, ok masuk akal. Di bawah air ada angin? What????

Lagipula di Visuddhimagga dikatakan lingkaran lapisan bumi itu paling kecil, lapisan air semakin membesar keliling lingkarannya dan lapisan udara paling besar kelilingnya. Semuanya bertumpukan. Melihat sistem tata surya kita, rasanya kok nggak cocok.

Apalagi kalau mau dipaksakan berbentuk globe.

Quote
Ini bisa jadi perumpamaan tentang sesuatu yang hanya dimengerti orang dijamannya. Tidak bisa diartikan secara harfiah. Kalau gunung semeru di jawa ada sih  chuckle

Lalu apakah kosmologi Buddhis secara keseluruhan juga demikian?

Berarti mulai hari ini, kalau sekarang kita masih menyindir agama K karena mereka menganggap bumi datar, harus cepat2 diperbaiki karena toh di agama kita jg ada.

Soalnya di Alkitab, bumi kan juga dikatakan "circle", kalau di Buddhis itu Cakka (Chakra) - lingkaran roda.

Quote
Nah disini telah diperjelas tentang Gunung Sineru yang sepertinya suatu arti yg dapat dimengerti jaman saat itu atau hanya Buddha yang tau. Karena ada tulisan surga pulak...jangan2 yang dilihat bukan hanya bumi saja lagi... tetapi alam2 lain yg berhubungan dengan bumi chuckle

Hehe.... kalau sistem dunia memang juga sekalian dengan surga-surga. Tapi bola buminya nggak kelihatan tuh di kosmologi Buddhis..... ^-^

Quote
Apa arti lapisan dunia, dunia dewa dan alam2 lainnya termasuk ?

Sepertinya mesti belajar syair2 jaman dahulu deh... chuckle

Sebaiknya dicari persepsi awal mereka dulu, kalau bisa...daripada menyimpulkan sendiri..

Rinpoche2 pada zaman dahulu percaya bahwa bumi ini datar.

Bhante Migettuwatte Gunananda yang memenangkan perdebatan Panadura juga percaya bahwa bumi itu datar.

Para peneliti Buddhis juga dengan tegas mengatakan bahwa bumi menurut Buddhis adalah datar.

Penggambaran Abhidharmakosa itu juga nggak asal, ini dibuat oleh para peneliti dengan cermat.

Apakah terburu2 menyimpulkan kalau begitu? Atau kita yang berusaha menyelaraskan yang tidak selaras?

 _/\_
The Siddha Wanderer
« Last Edit: 31 December 2009, 05:54:46 PM by GandalfTheElder »
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #36 on: 31 December 2009, 06:05:11 PM »
Dalam buku Buddhist Cosmology karya Akira Sadakata dikatakan bahwa kemungkinan stupa juga merepresentasikan dunia Sumeru.

Kubah stupa (anda) menyimbolkan kubah dunia [wind hemisphere]. Cattravali dan harmika di puncak stupa menyimbolkan alam-alam surga.

Tapi buminya tetap datar, jadi kaya kosmologi dunia kuno, di mana buminya datar terus diberi kubah [dome].

Di India, yang pertama kali menyebutkan bahwa bumi itu globe [gola] itu Aryabhatta, konon kepala vihara - universitas Nalanda.

 _/\_
The Siddha Wanderer
« Last Edit: 31 December 2009, 06:07:51 PM by GandalfTheElder »
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #37 on: 31 December 2009, 06:21:35 PM »
Ven. Taixu, reformer Buddhis Tiongkok yang terkemuka, pernah menulis dalam karyanya Zhen Xianshi Lun Zongyi Lun bahwa:

1. Matahari tepat berada di atas Gunung Sumeru, jadi Gunung Sumeru adalah pusat tata surya.
2. Surga Trayastrimsa ada di matahari
3. Jambudvipa adalah planet Bumi
4. Uttarakuru adalah planet Mars
5. Aparagodaniya adalah Venus
6. Purvavideha adalah Merkuri

Inner planet itu dihuni manusia.

Jupiter, Saturnus, Uranus dan Neptunus dihuni dewa-dewa.

Dalam Kalachakra Tantra yang disabdakan Buddha, Jambudvipa itu tidak hanya India, tetapi juga mencakup Tiongkok, Mongolia, Srilanka, Arab, Tibet, Bhutan, Turki, dan Kashmir.

 _/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #38 on: 31 December 2009, 06:46:16 PM »
Quote
Di bawah bumi ada air, ok masuk akal. Di bawah air ada angin? What?

Rongga bumi yang terdiri dari gas bumi apakah itu bukan unsur angin?

Quote
Lagipula di Visuddhimagga dikatakan lingkaran lapisan bumi itu paling kecil, lapisan air semakin membesar keliling lingkarannya dan lapisan udara paling besar kelilingnya. Semuanya bertumpukan. Melihat sistem tata surya kita, rasanya kok nggak cocok.

Bumi = daratan

Lautan = air

Daratan lebih dikit dari lautan. Pertanyaannya bila bumi dalam bahasa pali bisa diartikan sebagai daratan maka sudah jelas artinya.

Lapisan udara beserta atmospherenya adalah unsur angin. Bukankah lebih besar dari lapisan bumi?

Quote
Quote
Ini bisa jadi perumpamaan tentang sesuatu yang hanya dimengerti orang dijamannya. Tidak bisa diartikan secara harfiah. Kalau gunung semeru di jawa ada sih  chuckle

Lalu apakah kosmologi Buddhis secara keseluruhan juga demikian?

Tidak juga, makanya harus diteliti dan diselidiki makna sebenarnya. Karena ada yg bersifat langsung atau terkadang perumpamaan bahkan ada juga dalam bentuk syair.

Quote
Berarti mulai hari ini, kalau sekarang kita masih menyindir agama K karena mereka menganggap bumi datar, harus cepat2 diperbaiki karena toh di agama kita jg ada.

Kalau memang ada dan terbukti maka harus diakui, tetapi bukan asumsi/tafsir menjadi kesimpulan .

Quote
Soalnya di Alkitab, bumi kan juga dikatakan "circle", kalau di Buddhis itu Cakka (Chakra) - lingkaran roda.

Ngak pernah denger di alkitab dibilang lingkaran, hanya datar( kalau ada di ayat berapa?)  Cakka lebih mendekati bisa jadi ini hanya simbolisme saja...

Quote
Hehe.... kalau sistem dunia memang juga sekalian dengan surga-surga. Tapi bola buminya nggak kelihatan tuh di kosmologi Buddhis.....

Bola buminya ngak kelihatan karena teknologi belum canggih  untuk memberikan gambaran pada saat itu. :)) makanya menggunakan perumpamaan.

Quote
Rinpoche2 pada zaman dahulu percaya bahwa bumi ini datar.

Bhante Migettuwatte Gunananda yang memenangkan perdebatan Panadura juga percaya bahwa bumi itu datar.

Para peneliti Buddhis juga dengan tegas mengatakan bahwa bumi menurut Buddhis adalah datar.

Penggambaran Abhidharmakosa itu juga nggak asal, ini dibuat oleh para peneliti dengan cermat.
[/b]


Nah rinpoche dan bhante yang percaya bumi datar hanya sebatas kepercayaan pribadi dan tidak mewakili kata2 Buddha yang sebenarnya.

Boleh2 saja peneliti Buddhis menyimpulkan demikian tapi sebelum saya tau dasar mereka berkesimpulan maka saya tidak percaya mereka bahwa kesimpulan mereka ilmiah. Karena dalam tipitaka tidak ada secara gamblang dikatakan bumi datar seperti di alkitab.

Apakah peniliti buddhis itu juga buddhis atau ilmuwan murni yang terdiri dari beberapa bidang keilmuan yang relevan dalam sebuah penyelidikan fakta?

Abhidharmakosa yang digambarkan, saya bisa maklumi bila itu salah karena dibuat oleh peneliti manusia biasa bukan oleh Sang Buddha.
beda dengan alkitab yang katanya kata2 tuhan dengan mengatakan bumi itu datar, sehingga isinya mewakili tuhan.

Quote
Apakah terburu2 menyimpulkan kalau begitu? Atau kita yang berusaha menyelaraskan yang tidak selaras?

Dalam hal ini saya pribadi saya tidak menyimpulkan, tetapi berehipasiko. Sehingga tidak berusaha menyelaraskan yang tidak selaras. ataupun yg sudah selaras, sengaja tidak diselaraskan.

Quote
Di India, yang pertama kali menyebutkan bahwa bumi itu globe [gola] itu Aryabhatta, konon kepala vihara - universitas Nalanda.

Nah tandanya itu pintar  ^-^. Tidak langsung menghukum orang. U know what I mean bro  ;D

 _/\_



Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline The Ronald

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.231
  • Reputasi: 89
  • Gender: Male
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #39 on: 31 December 2009, 09:12:07 PM »
hmm.. bukannya yg berbentuk roda itu yg dimaksud adalah.. galaxi bima sakti?
...

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #40 on: 01 January 2010, 06:36:55 AM »
Quote
Rongga bumi yang terdiri dari gas bumi apakah itu bukan unsur angin?

Bumi = daratan

Lautan = air

Daratan lebih dikit dari lautan. Pertanyaannya bila bumi dalam bahasa pali bisa diartikan sebagai daratan maka sudah jelas artinya.

Lapisan udara beserta atmospherenya adalah unsur angin. Bukankah lebih besar dari lapisan bumi?

Apakah Rongga bumi lebih besar dari lapisan bumi?

Bukankah kalau Atmosphere seharusnya lapisan udara berada di atas lapisan air dan lapisan bumi, bukan di bawahnya?

Lagipula keliling lingkaran lapisan air [laut] lebih besar daripada lapisan bumi, kalau mau dipaksakan ke dalam bumi kita yang globe dan atmosphere sebagai lapisan udara, maka seluruh daratan akan tenggelam.

Apalagi keliling dan diameter lapisan udara berlipat2 lebih besar dari lapisan bumi, sedangkan Atmosphere kan nggak.

Lagipula Uttarakuru sendiri kagak mungkin ada di bumi ini, krn tinggi manusia dan hewan di sana terlalu gede buat kita manusia yang hiodup di bumi ini. So krn Uttarakuru dan Gunung Sumeru gak mungkin ada di bumi, maka gak mungkin lapisan udara itu adalah Atmosphere, so what is the 'wind disk' / 'ring of wind' actually??

Quote
Tidak juga, makanya harus diteliti dan diselidiki makna sebenarnya. Karena ada yg bersifat langsung atau terkadang perumpamaan bahkan ada juga dalam bentuk syair.

Kalau saya baca sih, tidak seperti perumpamaan, la wong gaya njelaskannya terlihat presisi dan ilmiah banget, tapi eh ternyata keliru.  :))  :))

Waktu pertama saya baca kosmologi Buddhis, pikiran saya juga mengatakan bahwa "mungkin ini perumpamaan deh', tapi lama2 kok saya menemukan kejanggalan2....  :P  :P

Dan sudah barang pasti perhitungannya bukan syair atau perumpamaan.

Quote
Ngak pernah denger di alkitab dibilang lingkaran, hanya datar( kalau ada di ayat berapa?)  Cakka lebih mendekati bisa jadi ini hanya simbolisme saja...

Yesaya 40:22: Dia yang bertakhta di atas bulatan [circle] bumi yang penduduknya seperti belalang.

Kalau globe, seharusnya lebih tepat pake istilah gola, bukan cakka.

Quote
Bola buminya ngak kelihatan karena teknologi belum canggih  untuk memberikan gambaran pada saat itu. laugh makanya menggunakan perumpamaan.

Apakah teknologi harus canggih dulu baru orang bisa tau bumi itu globe? La wong Aryabhatta dan Varahamihira aja bisa kok...hehe.....

Quote
Nah rinpoche dan bhante yang percaya bumi datar hanya sebatas kepercayaan pribadi dan tidak mewakili kata2 Buddha yang sebenarnya.

Mereka percaya bukan berarti tanpa sebab dan asal percaya. Kepercayaan mereka adalah konsekuensi logis dari deskripsi kosomologis yang ada di kitab-kitab komenter Buddhis (terutamanya!)

Quote
Boleh2 saja peneliti Buddhis menyimpulkan demikian tapi sebelum saya tau dasar mereka berkesimpulan maka saya tidak percaya mereka bahwa kesimpulan mereka ilmiah. Karena dalam tipitaka tidak ada secara gamblang dikatakan bumi datar seperti di alkitab.

Apakah peniliti buddhis itu juga buddhis atau ilmuwan murni yang terdiri dari beberapa bidang keilmuan yang relevan dalam sebuah penyelidikan fakta?

Klo begitu coba deh anda baca2 dulu Abhidharmakosa, Visuddhimagga dan penelitian para ahli tersebut, biar bisa tahu pakah peneliti tersebut benar2 cermat  ;)

Quote
Abhidharmakosa yang digambarkan, saya bisa maklumi bila itu salah karena dibuat oleh peneliti manusia biasa bukan oleh Sang Buddha.
beda dengan alkitab yang katanya kata2 tuhan dengan mengatakan bumi itu datar, sehingga isinya mewakili tuhan.

Ya. Tapi saya masih tidak bisa menerima kalau misalnya Arhat yang punya dibbacakkhu tidak bisa melihat ukuran asli matahari dan bulan. Bahkan Visuddhimagga dan Abhidharmakosa diterima dan diyakini selama berabad2 oleh para guru2 Buddhis yang hebat. Apakah semuanya pada nggak punya dibbacakkhu?  ::) ::)

Quote
Dalam hal ini saya pribadi saya tidak menyimpulkan, tetapi berehipasiko. Sehingga tidak berusaha menyelaraskan yang tidak selaras. ataupun yg sudah selaras, sengaja tidak diselaraskan.

Semoga demikian selalu adanya.

Quote
Nah tandanya itu pintar  chuckle. Tidak langsung menghukum orang. U know what I mean bro  Grin

Buddhis gt lo...  :))  :)) Tapi saya mengharapkan ada org yang memberi perhatian lebih terhadap kosomologi Buddhis ini, krn sebelumnya jarang sekali yg bahas. Kadang orang cenderung menghindari pembahasan kosmologi Buddhis yang bertentangan dengan sains.

 _/\_
The Siddha Wanderer
« Last Edit: 01 January 2010, 06:44:25 AM by GandalfTheElder »
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline Juice_alpukat

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 734
  • Reputasi: 11
  • Gender: Male
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #41 on: 01 January 2010, 09:50:21 AM »
wadow,klo gini jdinya bs bkurang sradha ai sama dharma sang Buddha ni,kok besar matahari bulan tak sesuai ya sama sains,help me,jangan smpai aku jdi kurang sradha sama buddha,dhamma dan sangha,pliz.

Offline The Ronald

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.231
  • Reputasi: 89
  • Gender: Male
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #42 on: 01 January 2010, 09:57:52 AM »
lol, baca dulu yg bilang besarnya matahari segitu, bukan buddha koq
...

Offline Juice_alpukat

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 734
  • Reputasi: 11
  • Gender: Male
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #43 on: 01 January 2010, 10:10:25 AM »
Theronal,katanya, dalam angutranikaya,budha mengatakan gunung semeruatau himalaya,tinggi 84 rb yojana,dan dmikian jg lbrnya.

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Kosmologi Non-Saintifik dalam Agama Buddha
« Reply #44 on: 01 January 2010, 10:31:39 AM »
Quote
by Gandalf
Apakah Rongga bumi lebih besar dari lapisan bumi?

sepertinya sih tidak....dan ini mengacu pada pertanyaan bro sebelumnya yakni

"Di bawah bumi ada air, ok masuk akal. Di bawah air ada angin? What?Huh?"

Quote
Bukankah kalau Atmosphere seharusnya lapisan udara berada di atas lapisan air dan lapisan bumi, bukan di bawahnya?

Lapisan udara memang diatas air dan lapisan bumi. Tetapi mengacu pertanyaan Anda yang saya bold biru diatas adalah dibawah air ada angin maksudnya unsur angin yakni gas bumi.

Quote
Lagipula Uttarakuru sendiri kagak mungkin ada di bumi ini, krn tinggi manusia dan hewan di sana terlalu gede buat kita manusia yang hiodup di bumi ini. So krn Uttarakuru dan Gunung Sumeru gak mungkin ada di bumi, maka gak mungkin lapisan udara itu adalah Atmosphere, so what is the 'wind disk' / 'ring of wind' actually??

Nah inipun kita harus melihat apa yg dimaksud uttara karu, apa yg dimaksud gunung sineru..dan meneliti ukuran2 yg dipakai.

Quote
Kalau saya baca sih, tidak seperti perumpamaan, la wong gaya njelaskannya terlihat presisi dan ilmiah banget, tapi eh ternyata keliru.  laugh  laugh

Waktu pertama saya baca kosmologi Buddhis, pikiran saya juga mengatakan bahwa "mungkin ini perumpamaan deh', tapi lama2 kok saya menemukan kejanggalan2....  Tongue  Tongue

Dan sudah barang pasti perhitungannya bukan syair atau perumpamaan.

Penjelasan buku itu kan hanya intrepertasi yang nulis, bukan kata2 dan maksud Buddha sebenarnya. Sementara kalimat yang sesuai kitab belum tentu artinya sama dengan intrepertasi. Walaupun demikian menarik untuk dikaji. Nah coba bro teliti lebih lanjut saja bersama ilmuwan dan scholar buddhist  ;D

Quote
Yesaya 40:22: Dia yang bertakhta di atas bulatan [circle] bumi yang penduduknya seperti belalang.

Kalau globe, seharusnya lebih tepat pake istilah gola, bukan cakka.

Ok thanks referensinya..dan saya baru tau. Berarti org keris itu terlalu gegabah menyimpulkan pada masa lalu hingga hilangnya nyawa seorang ilmuwan. Apakah kata circle jiplak dari agama Buddha :whistle:
Quote
Apakah teknologi harus canggih dulu baru orang bisa tau bumi itu globe? La wong Aryabhatta dan Varahamihira aja bisa kok...hehe.....

Paling tidak, ada tools yang memadai(misal perahu untuk keliling dunia) dan yang pasti jaman Sang Buddha lebih gaptek dibandingkan sesudahnya. Pertanyaanya jaman Aryabhatta dan Varahamihira tahunya tahun berapa?
Quote
Mereka percaya bukan berarti tanpa sebab dan asal percaya. Kepercayaan mereka adalah konsekuensi logis dari deskripsi kosomologis yang ada di kitab-kitab komenter Buddhis (terutamanya!)

Ya memang konsekwensi dari suatu penafsiran dari isi kitab . Seharusnya meneliti lebih lanjut isi kitab yang dimaksud dengan fakta, sehingga makna kitab bisa dimengerti lebih lanjut.
Quote
Klo begitu coba deh anda baca2 dulu Abhidharmakosa, Visuddhimagga dan penelitian para ahli tersebut, biar bisa tahu pakah peneliti tersebut benar2 cermat  Wink

Sekalipun cermat terbaik dijamannya jika masih tidak sesuai fakta maka kecermatannya tidaklah benar2 cermat. Seperti ilmuwan pun tidak selalu cermat dan belajar dari kesalahan oleh karena itu mereka selalu mengadakan uji coba, nah apakah mereka sudah melakukan uji coba2 seperti ilmuwan atau sekedar pemikiran logika teoritis.
Quote
Klo begitu coba deh anda baca2 dulu Abhidharmakosa, Visuddhimagga dan penelitian para ahli tersebut, biar bisa tahu pakah peneliti tersebut benar2 cermat  Wink

Dibacakhhu arahat kalah keren dari Sang Buddha. Makanya bisa saja meleset. Wajar2 sajalah.

Quote
by ronald
hmm.. bukannya yg berbentuk roda itu yg dimaksud adalah.. galaxi bima sakti?

Nah coba bro teliti pernyataan bro the ronaldo diatas sehubungan cakkavalla.
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada