Pendapat anda tersebut berasal dari usaha mencampurkan 2 Niat (baik dan buruk) dalam 1 momen. Ketika Robin Hood mencuri, ia melakukan dengan niat buruk, dan ketika ia membagikannya kepada orang tidak mampu itu adalah berdasarkan niat baik. Begitu sebaliknya dengan berdana dari hasil korupsi.
Dalam Buddhisme, niat seseorang selalu silih berganti dan tidak muncul secara bersamaan antara niat buruk dan baik. Tidaklah mungkin saat berniat membunuh tetapi saat yang sama ingin menolong. Yang ada adalah niat membunuh muncul baru diikuti niat lainnya meskipun dalam hitungan 1/1000 detik. Bagi kita yang kurang mengamati gerak-gerik pikiran maka sering menganggapnya 2 niat menjadi 1, sehingga terjadinya bias baik dan buruk.
Jadi kita tidak bisa mencampur adukkan 2 niat ini sehingga yang baik menjadi buruk, yang buruk menjadi baik.
Jadi jelas dalam hal ini, yang baik adalah baik, yang buruk adalah buruk.
aku setuju dengan bro kelana...
aku bukan seorang praktisi buddhist murni, maka aku memandang baik dan buruk dari sisi umat awam.
suatu aktivitas, terdiri niat dan perbuatan, dan blm tentu keduanya sinkron...
aku bukannya mengada-ada utk menyanggah pertanyaan sebelumnya, tapi hanya berusaha memberi contoh peristiwa dlm kehidupan sehari2...
robin hood, niatnya baik, menolong orang lain yg sangat membutuhkan, tp caranya buruk, yaitu mencuri...
koruptor yg berdana, penghidupannya buruk, dari korupsi, tp sebagai sosok yg dinilai mampu, dia berdana dengan membangun rumah ibadah...
baik atau buruk tergantung dari siapa yg menilai...
Jika seperti itu untuk apa aturan sila yang dibuat oleh Sang Buddha?
ttg aturan sila yg diajarkan Sang Buddha, aku tidak berani berkomentar karena pengetahuanku sendiri utk konsep2 mendasar masih dangkal...