//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Sampah dan Pencerahan  (Read 77948 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline CandraWie

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 145
  • Reputasi: 5
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Sampah dan Pencerahan
« Reply #120 on: 09 June 2011, 09:49:24 AM »
Jadi, mencuri dan berdana adalah hal yang sama ya karena sifatnya relatif?  :-? Hmmm baru tahu saya.

sekarang coba bro dpikir ulang...
kalo kayak kisahnya robin hood, mencuri dari orang2 kaya dan dibagikan ke org2 tidak mampu?
sebaliknya, bagaimana dengan kegiatan berdana dari materi hasil korupsi, atau curian?

apakah mencuri mutlak perbuatan buruk dan berdana adalah mutlak perbuatan baik?  8)
..lebih baik melihat ke dalam cermin dan perbaiki yg ada daripada selalu melihat ke luar jendela dan mengeluhkan apa yg ada...

Offline djoe

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 892
  • Reputasi: -13
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Sampah dan Pencerahan
« Reply #121 on: 09 June 2011, 09:51:20 AM »


Berbuat baik juga tidak perlu, karena pikiran bisa terkontaminasi oleh perbuatan baik kita. ;D

Makin mantap.
Kenapa anda selalu memplesetkannya. Buddha mengajarkan seseorang berbuat kebaikan. Setelah anda berbuat baik anda jangan melekat pada kebaikan ini. Anda jangan melekat pada pandangan anda telah berbuat banyak kebaikan karena itu hanya menjadi penghalang dalam praktek anda. Anda jangan menyimpannya dalam batin dan pikiran anda bahwa anda telah melakukan suatu kebaikan duniawi.
Jika seseorang yang mempunyai pandangan itu setelah memberi atau berbuat kebaikan, maka pikiran tersebut hanya menghasilkan sebab duniawi yng menghasilkan karma kelahiran kembali.  Untuk mencapai nibbana, kita harus mewujudkan sebab sebab nibbana  dengan mempertahankan pikiran yang berdiam di satu titik yang melampau ke 2 kutub tersebut bahagian dan duka, baik dan jahat dst

Berikut ini cuplikan dari Ajahn Chah
All things have need of a way of release. Contemplation is not a matter of holding on and sticking to things. It's a matter of releasing. A mind that can't release phenomena is in a state of intoxication. In practice, it's important not to be intoxicated. When practice really seems to be good, don't be intoxicated by that good. If you're intoxicated by it, it becomes something harmful, and your practice is no longer correct. We do our best, but it's important not to become drunk on our efforts, otherwise we are out of harmony with Dhamma. This is the Buddha's advice. Even the good is not something to get intoxicated by. Be aware of this when it happens.


Dan ini juga
Thus we humans wish for things in abundance. If we get a lot, that's good. Generally that's how we think. Doing good is supposed to bring good results, and if we get that we're happy. We think that's all we need to do and we stop there. But where does good come to conclusion? It doesn't remain. We keep going back and forth, experiencing good and bad, trying day and night to seize on to what we feel is good.

 The Buddha's teaching is that first we should give up evil and then we practice what is good. Second, he said that we should give up evil and give up the good as well, not having attachment to it because that is also one kind of fuel. When there is something that is fuel it will eventually burst into flame. Good is fuel. Bad is fuel.

 Speaking on this level kills people. People aren't able to follow it. So we have to turn back to the beginning and teach morality. Don't harm each other. Be responsible in your work and don't harm or exploit others. The Buddha taught this, but just this much isn't enough to stop.

Offline Sostradanie

  • Sebelumnya: sriyeklina
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.375
  • Reputasi: 42
Re: Sampah dan Pencerahan
« Reply #122 on: 09 June 2011, 09:56:43 AM »
sekarang coba bro dpikir ulang...
kalo kayak kisahnya robin hood, mencuri dari orang2 kaya dan dibagikan ke org2 tidak mampu?
sebaliknya, bagaimana dengan kegiatan berdana dari materi hasil korupsi, atau curian?

apakah mencuri mutlak perbuatan buruk dan berdana adalah mutlak perbuatan baik?  8)
Jika seperti itu untuk apa aturan sila yang dibuat oleh Sang Buddha?
PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

Offline CandraWie

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 145
  • Reputasi: 5
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Sampah dan Pencerahan
« Reply #123 on: 09 June 2011, 10:03:14 AM »
Jika seperti itu untuk apa aturan sila yang dibuat oleh Sang Buddha?
:)) :)) :)) :)) ditanya tu coba dijawab dulu dong bro... dengan penjelasan yg bisa memenuhi, setelah itu baru balas bertanya....
kok malah ngeles kemana-mana...
yg dibahas kan masalah "label" benar dan salah...
..lebih baik melihat ke dalam cermin dan perbaiki yg ada daripada selalu melihat ke luar jendela dan mengeluhkan apa yg ada...

Offline Sunyata

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.082
  • Reputasi: 52
Re: Sampah dan Pencerahan
« Reply #124 on: 09 June 2011, 10:04:45 AM »
Kenapa anda selalu memplesetkannya. Buddha mengajarkan seseorang berbuat kebaikan. Setelah anda berbuat baik anda jangan melekat pada kebaikan ini. Anda jangan melekat pada pandangan anda telah berbuat banyak kebaikan karena itu hanya menjadi penghalang dalam praktek anda. Anda jangan menyimpannya dalam batin dan pikiran anda bahwa anda telah melakukan suatu kebaikan duniawi.
Jika seseorang yang mempunyai pandangan itu setelah memberi atau berbuat kebaikan, maka pikiran tersebut hanya menghasilkan sebab duniawi yng menghasilkan karma kelahiran kembali.  Untuk mencapai nibbana, kita harus mewujudkan sebab sebab nibbana  dengan mempertahankan pikiran yang berdiam di satu titik yang melampau ke 2 kutub tersebut bahagian dan duka, baik dan jahat dst

Berikut ini cuplikan dari Ajahn Chah
All things have need of a way of release. Contemplation is not a matter of holding on and sticking to things. It's a matter of releasing. A mind that can't release phenomena is in a state of intoxication. In practice, it's important not to be intoxicated. When practice really seems to be good, don't be intoxicated by that good. If you're intoxicated by it, it becomes something harmful, and your practice is no longer correct. We do our best, but it's important not to become drunk on our efforts, otherwise we are out of harmony with Dhamma. This is the Buddha's advice. Even the good is not something to get intoxicated by. Be aware of this when it happens.


Dan ini juga
Thus we humans wish for things in abundance. If we get a lot, that's good. Generally that's how we think. Doing good is supposed to bring good results, and if we get that we're happy. We think that's all we need to do and we stop there. But where does good come to conclusion? It doesn't remain. We keep going back and forth, experiencing good and bad, trying day and night to seize on to what we feel is good.

 The Buddha's teaching is that first we should give up evil and then we practice what is good. Second, he said that we should give up evil and give up the good as well, not having attachment to it because that is also one kind of fuel. When there is something that is fuel it will eventually burst into flame. Good is fuel. Bad is fuel.

 Speaking on this level kills people. People aren't able to follow it. So we have to turn back to the beginning and teach morality. Don't harm each other. Be responsible in your work and don't harm or exploit others. The Buddha taught this, but just this much isn't enough to stop.
Yang dikatakan oleh Ajahn Chah adalah bagus dan bermanfaat :)

Offline djoe

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 892
  • Reputasi: -13
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Sampah dan Pencerahan
« Reply #125 on: 09 June 2011, 10:05:34 AM »

Orang suci menilai baik, apabila suatu perbuatan dilandasi dengan pikiran yang baik, dilaksanakan secara baik, dan memberikan manfaat yang baik pula kepada dirinya maupun orang lain..


Orang suci menilai jahat, apabila suatu perbuatan dilandasi dengan pikiran yang buruk, dilaksanakan secara buruk, dan memberikan manfaat yang buruk pula kepada dirinya maupun orang lain..

Jika orang suci melakukan perbuatan baik, kondisi batin dan pikirannya gimana?Apakah ia mempertahankan pikiran bahwa ia baru saja berbuat kebaikan?

Offline The Ronald

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.231
  • Reputasi: 89
  • Gender: Male
Re: Sampah dan Pencerahan
« Reply #126 on: 09 June 2011, 10:10:35 AM »
Anda berbicara  Buddha tahu mana yang baik dan mana yang buruk. Tetapi benarkah Buddha memberikan label tersebut.?.

***Warna merah adanya pengeditan

sedikit kutipan dari vinaya sutta (sutta yg isinya ttg peraturan Sangha, yg di buat oleh Buddha..berdasarkan situasi saat itu, dari mungkin anda dpt melihat apakah suatu perbuatan (yg di lakukan Bhikkhu)  di berikan label ( di berikan pembernaran atau kecaman thdp pebuatan tsb) oleh Buddha, atau Buddha cuma diam saja...

Quote
Kemudian bhikkhu-bhikkhu itu dengan berbagai cara
mengecam Sudinna Yang Mulia, dan melaporkan kejadian ini
kepada Sang Bhagawan. Lantas Sang Bhagawan berdasarkan
ini, sehubungan dengan kejadian ini, mengadakan pertemuan
Sanggha Bhikkhu, dan bertanya kepada Sudinna Yang Mulia,
“Benarkah Sudinna, sebagaimana diceritakan bahwa Anda
melakukan percabulan dengan mantan istri Anda?” “Betul,
Bhagawan.”
Kecam Sang Buddha Yang Mahamulia, “Itu tidak patut,
manusia dungu, itu tidak selaras, tidak pantas, tidak layak bagi
seorang petapa, tidak sesuai dengan tata aturan, tidak
seyogianya dilakukan. Mengapa Anda, manusia dungu, setelah
meninggalkan kehidupan berumah tangga di bawah
Dhammawinaya yang telah sempurna dibabarkan, tidak sanggup
menjalani kehidupan suci nan utuh dan murni sepanjang hidup?
Bukankah, manusia dungu, dengan berbagai cara telah
kupaparkan Dhamma untuk peniadaan nafsu, bukan untuk
bernafsu; telah kupaparkan Dhamma untuk peniadaan belenggu,
bukan untuk terbelenggu; telah kupaparkan Dhamma untuk
peniadaan kemelekatan bukan untuk melekat? Tetapi, manusia dungu,
di sana sementara olehku diajarkan Dhamma untuk
peniadaan nafsu, Anda malah memikirkan nafsu; sementara
diajarkan Dhamma untuk peniadaan belenggu, Anda malah
memikirkan keterbelengguan; sementara diajarkan Dhamma
untuk peniadaan kemelekatan, Anda malah memikirkan
kemelekatan. Bukankah, manusia dungu, dengan berbagai cara
telah kupaparkan Dhamma demi memudarnya nafsu, telah
dipaparkan Dhamma demi pengikisan keangkuhan,
pengenyahan kehausan, penyingkiran kemelengketan,
pemutusan siklus kelahiran kembali, pengakhiran haus-damba,
peniadaan nafsu, demi penghentian, demi kepadaman (nibbāna)?
Bukankah, manusia dungu, dengan berbagai cara telah
kukemukakan penanggalan kesenangan indriawi, telah
dikemukakan pemahaman kesan-kesan kesenangan indriawi,
telah dikemukakan penanggulangan dambaan kesenangan
indriawi, telah dikemukakan penyingkiran kecondongan batin
terhadap kesenangan indriawi, telah dikemukakan peredaan
kobaran api kesenangan indriawi? Lebih baik, manusia dungu,
alat kelamin Anda dimasukkan ke dalam mulut ular berbisa dan
mengerikan, daripada dimasukkan ke dalam alat kelamin wanita.
Lebih baik, manusia dungu, alat kelamin Anda dimasukkan ke
dalam mulut ular hitam berbisa, daripada dimasukkan ke dalam
alat kelamin wanita. Lebih baik, manusia dungu, alat kelamin
Anda dimasukkan ke dalam lubang bara api yang berpijar,
menyala, terbakar berkobar-kobar, daripada dimasukkan ke
dalam alat kelamin wanita. Apa sebabnya? Karena dengan
demikian, 33 manusia dungu, Anda (hanya) akan menghadapi
kematian atau penderitaan setara kematian. Bukan karena itu,
setelah meninggal, setelah hancur terurainya badan jasmani,
Anda akan terlahir di alam rendah, alam menyedihkan, alam
celaka, alam neraka. Namun, dengan inilah,34 manusia dungu,
setelah meninggal, setelah hancur terurainya badan jasmani,
Anda akan terlahir di alam rendah, [20] alam menyedihkan, alam
celaka, alam neraka. Anda, manusia dungu, apa yang Anda
lakukan ini, bertolak belakang dengan kualitas (Dhamma) nan
sejati, mencerminkan kualitas orang udik, kualitas orang celaka,
cabul, yang berakhir dengan pembasuhan, berselingkuh rahasia,
dua sejoli dalam kekeliruan. Anda, manusia dungu, merupakan
pelaku pertama yang mengawali aneka kebobrokan. Ini, manusia
dungu, tidak baik bagi mereka yang tidak yakin, pun tidak baik
untuk melipatgandakan mereka yang sudah yakin. Sebaliknya,
manusia dungu, ini membuat mereka yang tidak yakin semakin
tidak yakin, dan membuat mereka yang sudah yakin beralih ke
yang lain.”
Lantas dengan berbagai cara, Sang Bhagawan
mengecam Sudinna Yang Mulia. Setelah mencela ia yang sulit
disokong, sulit dirawat, banyak keinginan, tak terpuaskan, suka
bergaul bersekutu, dan lamban lesu, lalu dengan berbagai cara
beliau menyanjung ihwal orang yang mudah disokong, mudah
dirawat, sedikit keinginan, merasa puas, mengenyahkan kotoran

33 Memasukkan alat kelamin ke dalam mulut ular berbisa atau lubang bara api.
34 Melakukan percabulan.
...

Offline djoe

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 892
  • Reputasi: -13
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Sampah dan Pencerahan
« Reply #127 on: 09 June 2011, 10:11:53 AM »
Anda menyamakan umat awam dengan orang suci menilai baik dan jahat.

paham tampa label seolah2 enak di dgr..jd seakan2 dia suci...tidak menilai, tp justru di situlah kesalahannya... justru org suci  bisa menilai..mana yg baik sebagai yg baik, mana yg salah sebagai yg salah

Tulisan yang di bold membuat saya berhalusinasi bahwa master djoe adalah orang suci. Sehingga master djoe tahu kondisi batin orang suci.
Itu penafsiran anda sendiri, baca dan cerna baik baik, Jangan asal bicara.
Saya tidak tahu kondisi batin orang suci. Yang saya tahu posting bro Ronald menyama ratakan umat awam dan orang suci menilai baik dan buruk. Karena disini saya sedang berbicara dalam konteks batin umat awam melihat baik dan buruk. Pandangan umat awam melihat baik dan buruk.
« Last Edit: 09 June 2011, 10:13:33 AM by djoe »

Offline Sunyata

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.082
  • Reputasi: 52
Re: Sampah dan Pencerahan
« Reply #128 on: 09 June 2011, 10:13:50 AM »
Jika seperti itu untuk apa aturan sila yang dibuat oleh Sang Buddha?
Yang dikatakan bro Candra, menurut saya adalah benar. Ingatkah sis dengan kamma baik dan buruk yang akan menghasilkan hasil yang baik dan buruk? Ya, itu sebatas ingatan saja. Maaf kalau ada salah kata :)

Offline Blacquejacque

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 229
  • Reputasi: 7
Re: Sampah dan Pencerahan
« Reply #129 on: 09 June 2011, 10:14:57 AM »
Jika orang suci melakukan perbuatan baik, kondisi batin dan pikirannya gimana?Apakah ia mempertahankan pikiran bahwa ia baru saja berbuat kebaikan?

Seimbang

Offline djoe

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 892
  • Reputasi: -13
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Sampah dan Pencerahan
« Reply #130 on: 09 June 2011, 10:15:01 AM »
sedikit kutipan dari vinaya sutta (sutta yg isinya ttg peraturan Sangha, yg di buat oleh Buddha..berdasarkan situasi saat itu, dari mungkin anda dpt melihat apakah suatu perbuatan (yg di lakukan Bhikkhu)  di berikan label ( di berikan pembernaran atau kecaman thdp pebuatan tsb) oleh Buddha, atau Buddha cuma diam saja...

Quote
Kemudian bhikkhu-bhikkhu itu dengan berbagai cara
mengecam Sudinna Yang Mulia, dan melaporkan kejadian ini
kepada Sang Bhagawan. Lantas Sang Bhagawan berdasarkan
ini, sehubungan dengan kejadian ini, mengadakan pertemuan
Sanggha Bhikkhu, dan bertanya kepada Sudinna Yang Mulia,
“Benarkah Sudinna, sebagaimana diceritakan bahwa Anda
melakukan percabulan dengan mantan istri Anda?” “Betul,
Bhagawan.”
Kecam Sang Buddha Yang Mahamulia, “Itu tidak patut,
manusia dungu, itu tidak selaras, tidak pantas, tidak layak bagi
seorang petapa, tidak sesuai dengan tata aturan, tidak
seyogianya dilakukan. Mengapa Anda, manusia dungu, setelah
meninggalkan kehidupan berumah tangga di bawah
Dhammawinaya yang telah sempurna dibabarkan, tidak sanggup
menjalani kehidupan suci nan utuh dan murni sepanjang hidup?
Bukankah, manusia dungu, dengan berbagai cara telah
kupaparkan Dhamma untuk peniadaan nafsu, bukan untuk
bernafsu; telah kupaparkan Dhamma untuk peniadaan belenggu,
bukan untuk terbelenggu; telah kupaparkan Dhamma untuk
peniadaan kemelekatan bukan untuk melekat? Tetapi, manusia dungu,
di sana sementara olehku diajarkan Dhamma untuk
peniadaan nafsu, Anda malah memikirkan nafsu; sementara
diajarkan Dhamma untuk peniadaan belenggu, Anda malah
memikirkan keterbelengguan; sementara diajarkan Dhamma
untuk peniadaan kemelekatan, Anda malah memikirkan
kemelekatan. Bukankah, manusia dungu, dengan berbagai cara
telah kupaparkan Dhamma demi memudarnya nafsu, telah
dipaparkan Dhamma demi pengikisan keangkuhan,
pengenyahan kehausan, penyingkiran kemelengketan,
pemutusan siklus kelahiran kembali, pengakhiran haus-damba,
peniadaan nafsu, demi penghentian, demi kepadaman (nibbāna)?
Bukankah, manusia dungu, dengan berbagai cara telah
kukemukakan penanggalan kesenangan indriawi, telah
dikemukakan pemahaman kesan-kesan kesenangan indriawi,
telah dikemukakan penanggulangan dambaan kesenangan
indriawi, telah dikemukakan penyingkiran kecondongan batin
terhadap kesenangan indriawi, telah dikemukakan peredaan
kobaran api kesenangan indriawi? Lebih baik, manusia dungu,
alat kelamin Anda dimasukkan ke dalam mulut ular berbisa dan
mengerikan, daripada dimasukkan ke dalam alat kelamin wanita.
Lebih baik, manusia dungu, alat kelamin Anda dimasukkan ke
dalam mulut ular hitam berbisa, daripada dimasukkan ke dalam
alat kelamin wanita. Lebih baik, manusia dungu, alat kelamin
Anda dimasukkan ke dalam lubang bara api yang berpijar,
menyala, terbakar berkobar-kobar, daripada dimasukkan ke
dalam alat kelamin wanita. Apa sebabnya? Karena dengan
demikian, 33 manusia dungu, Anda (hanya) akan menghadapi
kematian atau penderitaan setara kematian. Bukan karena itu,
setelah meninggal, setelah hancur terurainya badan jasmani,
Anda akan terlahir di alam rendah, alam menyedihkan, alam
celaka, alam neraka. Namun, dengan inilah,34 manusia dungu,
setelah meninggal, setelah hancur terurainya badan jasmani,
Anda akan terlahir di alam rendah, [20] alam menyedihkan, alam
celaka, alam neraka. Anda, manusia dungu, apa yang Anda
lakukan ini, bertolak belakang dengan kualitas (Dhamma) nan
sejati, mencerminkan kualitas orang udik, kualitas orang celaka,
cabul, yang berakhir dengan pembasuhan, berselingkuh rahasia,
dua sejoli dalam kekeliruan. Anda, manusia dungu, merupakan
pelaku pertama yang mengawali aneka kebobrokan. Ini, manusia
dungu, tidak baik bagi mereka yang tidak yakin, pun tidak baik
untuk melipatgandakan mereka yang sudah yakin. Sebaliknya,
manusia dungu, ini membuat mereka yang tidak yakin semakin
tidak yakin, dan membuat mereka yang sudah yakin beralih ke
yang lain.”
Lantas dengan berbagai cara, Sang Bhagawan
mengecam Sudinna Yang Mulia. Setelah mencela ia yang sulit
disokong, sulit dirawat, banyak keinginan, tak terpuaskan, suka
bergaul bersekutu, dan lamban lesu, lalu dengan berbagai cara
beliau menyanjung ihwal orang yang mudah disokong, mudah
dirawat, sedikit keinginan, merasa puas, mengenyahkan kotoran

33 Memasukkan alat kelamin ke dalam mulut ular berbisa atau lubang bara api.
34 Melakukan percabulan.
Anda tidak perlu menampilkan tulisan. Tertulis baik dan jahat hanyalah cara untuk mengkomunikasikan dalam duniawi.

Anda harus lihat konteks yang sedang dibicarakan disini. Jika anda tidak mengikuti, darimana saja anda datang tiba - tiba nyerocos?
Pertanyaannya sederhana saja. Benarkah Buddha jika melakukan perbuatan baik, ia berpikir ia sedang melakukan perbuatan baik?
« Last Edit: 09 June 2011, 10:17:49 AM by djoe »

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Sampah dan Pencerahan
« Reply #131 on: 09 June 2011, 10:15:05 AM »
sekarang coba bro dpikir ulang...
kalo kayak kisahnya robin hood, mencuri dari orang2 kaya dan dibagikan ke org2 tidak mampu?
sebaliknya, bagaimana dengan kegiatan berdana dari materi hasil korupsi, atau curian?

apakah mencuri mutlak perbuatan buruk dan berdana adalah mutlak perbuatan baik?  8)

Pendapat anda tersebut berasal dari usaha mencampurkan 2  Niat (baik dan buruk) dalam 1 momen. Ketika Robin Hood mencuri, ia melakukan dengan niat buruk, dan ketika ia membagikannya kepada orang tidak mampu itu adalah berdasarkan niat baik. Begitu sebaliknya dengan berdana dari hasil korupsi.

Dalam Buddhisme, niat seseorang selalu silih berganti dan tidak muncul secara bersamaan antara niat buruk dan baik. Tidaklah mungkin saat berniat membunuh tetapi saat yang sama ingin menolong. Yang ada adalah niat membunuh muncul baru diikuti niat lainnya meskipun dalam hitungan 1/1000 detik. Bagi kita yang kurang mengamati gerak-gerik pikiran maka sering menganggapnya 2 niat menjadi 1, sehingga terjadinya bias baik dan buruk.

Jadi kita tidak bisa mencampur adukkan  2 niat ini sehingga yang baik menjadi buruk, yang buruk menjadi baik.

Jadi jelas dalam hal ini, yang baik adalah baik, yang buruk adalah buruk.
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline Blacquejacque

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 229
  • Reputasi: 7
Re: Sampah dan Pencerahan
« Reply #132 on: 09 June 2011, 10:17:08 AM »
Yang dikatakan oleh Ajahn Chah adalah bagus dan bermanfaat :)

Bagus dan manfaat, kalau arti nya disalahpahami, jadi sampah dan busuk ^^

Offline djoe

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 892
  • Reputasi: -13
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Sampah dan Pencerahan
« Reply #133 on: 09 June 2011, 10:22:07 AM »
ya memang sepertinya ajaran buda itu omong kosong semua, hanya ilusi, tidak ada yang namanya suci, semua hanya ilusi, merasa telah menjadi arahat, mengatakan dirinya sebagai pembabar dama, mengajarkan jalan tengah padahal semua hanyalah ilusi =))

ajaran buda sungguh parah sehingga membuat semua pengikutnya berilusi dan menyembah suatu ilusi, cerita2 di tipitaka juga semua itu hanya ilusi para biku penghapal dan biku pemusik =))

Jika anda tidak punya komentar, jangan membuat komentar tak berguna disini. Hanya menambah kotoran saja dan membuat orang susah mengikuti nya

Offline The Ronald

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.231
  • Reputasi: 89
  • Gender: Male
Re: Sampah dan Pencerahan
« Reply #134 on: 09 June 2011, 10:22:57 AM »

Pertanyaannya sederhana saja. Benarkah Buddha jika melakukan perbuatan baik, ia berpikir ia sedang melakukan perbuatan baik?


ok..klo Buddha..tak ada referensinya.. tetapi bbrp Bhikkhu arahat iya..
sebagai ada bbrp arahat dalam cacatan tipitaka, yg mencari dana makanan dari org miskin, dgn tujuan agar org tsb mendapat kamma baik, dan jelas.. mereka sadar.. bukan tidak sadar kalau sedang berbuat baik, sebelum , saat, dan sesudah dana itu di terima

dan kurasa Buddha pun sadar pada saat seseorg berkata "demi belas kasihan, sudilah sang Bhagava menerima dana makan pada esok hari" beliau sadar.. bukan tidak sadar...

gimana menurut anda?? (mungkin jawaban org suci lebih benar...)
« Last Edit: 09 June 2011, 10:26:07 AM by The Ronald »
...

 

anything