dlm pandangan bro djoe atau pun teman2 DC lainnya, apakah seseorang itu perlu bertahan dalam kondisi sampah seperti itu dengan berusaha menumbuhkan teratai dari sampah, ataukan lebih baik keluar dari sampah agar tidak tertular sebagai sampah?
secara teori, pengendalian pikiran dan batin benar-benar diperlukan utk menghadapi hal seperti itu...
tp secara praktis, lebih baik menumbuhkan bunga teratai di lingkungan yg bersih dari sampah (yg lebih mendukung teratai tumbuh), ataukah berusaha mati-matian berada di lingkungan sampah dan mengolahnya?
tp secara praktis, lebih baik menumbuhkan bunga teratai di lingkungan yg bersih dari sampah (yg lebih mendukung teratai tumbuh), ataukah berusaha mati-matian berada di lingkungan sampah dan mengolahnya?
bahh, kentuttttt!!!!!zen banget brooo :))
zen banget brooo :))ZEN khan harus di bales dengan ZEN ;D
ZEN khan harus di bales dengan ZEN ;D
bahh, kentuttttt!!!!!bah, jd ganas gini
bah, jd ganas gini
'Zen yang Dalam' memang kelihatan ganas, :)heh? hudoyo ye? pernah debat sama si eka kan
pernah baca slogan ZEN, jika ketemu buda bunuhlah buda. :))
Bertahan : Bukan bertahan, tetapi memahami kotoran tersebut, sebab munculnya kotoran tersebut, hilangnya kotoran tersebut dan jalan menuju berakhirnya kotoran tersbut.Bro djoe, ada yang ingin saya tanyakan. Seandai-nya kejadian yang saya ceritakan dibawah ini terjadi pada diri anda,
Buddha mengajarkan agar kita menyadari penderitaan itu seperti apa dan melihatnya seperti apa adanya tanpa mengikuti penderitaan tersebut. Jika saudara bertanya pada diri sendiri kenapa anda marah, benci, menderita pada diri sendiri dan merenungkanya dalam - dalam, maka anda akan menemukan jawaban bahwa diri kitalah yang membuat kita menderita dan bukan orang lain.
Pada saat kita marah, rasakanlah marah itu secara penuh sadar. Pada saat kita benci rasakanlah kebencian itu dengan penuh sadar dan lihat kedalam batin anda sampai pada satu titik kemarahan dan kebencian itu akan hilang pada titik fenomena tersebut muncul.
Bro djoe, ada yang ingin saya tanyakan. Seandai-nya kejadian yang saya ceritakan dibawah ini terjadi pada diri anda,
1. Anda tinggal di suatu lingkungan yang mempunyai profesi maling, rampok, pelacur yang otomatis dengan keseharian-nya tidak lepas dari judi, mabuk-mabukkan dengan alkohol maupun obat-obatan. Dan anda mempunyai sepasang anak yang menjelang remaja. Apa yang anda lakukan kepada anak supaya mereka tidak terjerumus didalam pergaulan seperti itu?
2. Dan ternyata pada suatu hari, rumah anda dimasuki perampok yang merampok harta anda. Dan memperkosa anak gadis anda didepan mata anda. Bagaimanakah cara faktor batin anda bekerja untuk tidak menganggap itu bukan suatu penderitaan?
Bagaimana dengan lingkungan yang penuh dengan kekotoran itu, anda menjadi bunga teratai yang cantik?
Hanya itukah yang anda lihat dari postingan diatas? Itukah hasilnya dari anda menyelami batin dan pikiran anda? Hanya itukah yang muncul dari batin dan pikiran anda? Itulah anda dengan kata - kata yang ada dalam pikiran anda.
Tidak melihat batin dan pikiran dalam pengertian benar, terlalu banyak halusinasi, terlalu banyak melamun dan berandai andai. Tidak melihat realita. Pikiran penuh hayalan.
Sibuk pada berandai andai dan lupa pada saat kini. Tidak melihat ketidak tetapan tubuh dan pikiran, fenomena yang muncul pada saat kini, bukan pada masa lalu dan bukan pada masa depan.
Bahaya itu ada pada saat kini, bukan pada masa depan ataupun masa lalu. Kenapa anda sibuk pada masa lalu atau masa depan dengan berhayal. Setiap saat nafas anda bisa berhenti, kenapa mengkhawatirkan halusinasi anda.
Jika anda terlalu banyak berpikir seperti itu, anda akan menjadi gila pada saat sekarang bukan pada masa depan, bukan karena dibunuh atau diperkosa.
;D Ditanya buang mangga, jawabannya buah sukun.
Hanya itukah yang anda lihat dari postingan diatas? Itukah hasilnya dari anda menyelami batin dan pikiran anda? Hanya itukah yang muncul dari batin dan pikiran anda? Itulah anda dengan kata - kata yang ada dalam pikiran anda.Master djoe yang tercerahkan, apakah ada yang salah dengan pertanyaan saya? Saya ini hanyalah orang awam. Dan beginikah cara anda untuk membimbing orang awam? Saya lebih mudah belajar dari contoh langsung alias dharma hidup yang terjadi disekeliling kita dari pada lewat teori atau tinta diatas kertas.
Tidak melihat batin dan pikiran dalam pengertian benar, terlalu banyak halusinasi, terlalu banyak melamun dan berandai andai. Tidak melihat realita. Pikiran penuh hayalan.
Sibuk pada berandai andai dan lupa pada saat kini. Tidak melihat ketidak tetapan tubuh dan pikiran, fenomena yang muncul pada saat kini, bukan pada masa lalu dan bukan pada masa depan.
Bahaya itu ada pada saat kini, bukan pada masa depan ataupun masa lalu. Kenapa anda sibuk pada masa lalu atau masa depan dengan berhayal. Setiap saat nafas anda bisa berhenti, kenapa mengkhawatirkan halusinasi anda.
Jika anda terlalu banyak berpikir seperti itu, anda akan menjadi gila pada saat sekarang bukan pada masa depan, bukan karena dibunuh atau diperkosa.
Master djoe yang tercerahkan, apakah ada yang salah dengan pertanyaan saya? Saya ini hanyalah orang awam. Dan beginikah cara anda untuk membimbing orang awam? Saya lebih mudah belajar dari contoh langsung alias dharma hidup yang terjadi disekeliling kita dari pada lewat teori atau tinta diatas kertas.
Jika master djoe bisa menunjukkan kepada saya dengan menjawab pertanyaan itu. Saya bisa langsung praktek. Master tahu bahwa saya adalah orang buta, dan alangkah bagusnya jika yang tidak buta seperti master menunjukkan sedikit pencerahan pada orang yang buta seperti saya.
Daripada ditanya buang sukun tapi jawabnya buah mangga. ;DMaaf, salah ketik gara-gara sambil tertawa lihat posting master. Benar-benar 'buah-buah' waktu, mendingan minum jus 'buang' stroberi.
Maaf, salah ketik gara-gara sambil tertawa lihat posting master. Benar-benar 'buah-buah' waktu, mendingan minum jus 'buang' stroberi.
BTW, sudah lama kok ga kelihatan, bro Upasaka?
Untung gak sambil muncrat. :)) Yup, sehabis melalang-buana di tempat lain, sekarang mau main ke sini lagi. Habis katanya banyak "orang sakti" sepeninggalan saya di Forum ini. ;D
Anda terlambat.. ;D
Wah mana bisa, kan masternya ga bisa lihat keluar ;DBagaimana maksudnya dengan ga bisa lihat keluar?
Untung gak sambil muncrat. :)) Yup, sehabis melalang-buana di tempat lain, sekarang mau main ke sini lagi. Habis katanya banyak "orang sakti" sepeninggalan saya di Forum ini. ;DSudah belajar dari pengalaman untuk tidak baca yang 'tidak-tidak' sambil minum.
Bagaimana maksudnya dengan ga bisa lihat keluar?Karena master suruhnya lihat ke 'dalam' terus.
Sudah belajar dari pengalaman untuk tidak baca yang 'tidak-tidak' sambil minum.
Sayang sekali yang boss-nya sudah meninggalkan forum, anda hanya dapat sub-boss.
Bagaimana maksudnya dengan ga bisa lihat keluar?
Kan belum jadi Buddha... ;DIya juga yah...sebelum jadi Buddha tidak boleh lihat keluar,tidak boleh meluruskan.
_/\_
artikel yg sangat dekat dengan peristiwa sehari-hari...
dari tulisan bro djoe, aku menangkap 'sampah' adalah fleksibel terkait dengan 5 indria kita.
bro djoe, aku berada di kondisi yg kurang lebih bisa dibilang sebagai 'sampah' oleh beberapa pihak yg merasa dirugikan.
mengelola sampah butuh usaha ekstra... karena saat awal menerima sampah tersebut, pasti timbul pikiran-pikiran menolak, kebencian, dan rasa sakit hati.. apapun bentuk sampah itu...
dikata-katain dengan kata2 kasar dan dihadapan banyak orang, bukan lagi suatu pemandangan aneh di lingkunganku, padahal aku bukan orang lapangan.
reaksi pertama saat aku yg mengalami hal itu adalah perasaan benci dan sakit hati... karena tekanan yg berlanjut, perasaan itu berkembang menjadi penolakan terhadap apapun yg berhubungan dengan pihak tersebut.
dlm pandangan bro djoe atau pun teman2 DC lainnya, apakah seseorang itu perlu bertahan dalam kondisi sampah seperti itu dengan berusaha menumbuhkan teratai dari sampah, ataukan lebih baik keluar dari sampah agar tidak tertular sebagai sampah?
secara teori, pengendalian pikiran dan batin benar-benar diperlukan utk menghadapi hal seperti itu...
tp secara praktis, lebih baik menumbuhkan bunga teratai di lingkungan yg bersih dari sampah (yg lebih mendukung teratai tumbuh), ataukah berusaha mati-matian berada di lingkungan sampah dan mengolahnya?
......
bila anda memilih tinggal tanyakan pada diri anda mengapa anda tinggal dan untuk apa, pada sebagian orang mungkin mengangap ini sebagai latihan yang natural. tetapi dgn tetap tinggal mungkin anda dapat merubah kondisi sekitar menjadi kondisi yang baik hingga menjadi berkah utama bagi anda dan mahluk lain hingga mereka dapat melatih diri untuk mencapai nibbana.
semuanya tergantung pilihan anda dan tentu nya setiap pilihan mengandung resiko masing2. harus diingat disini tidak ada benar dan salah dalam mengambil pilihan harus di ingat pada masa mendatang.
salam, saya mau tanya...Coba jawab ya... ;D
1. apa itu pencerahan? apakah itu seperti terbebas dari dimensi dan keterbatasan?
2. apakah pencerahan adalah titik kesempurnaan?
3. bisakah pencerahan itu rusak akibat perbuatan kita sendiri?
4. siapa sajakah yg dpt mencapai pencerahan? (apakah semua mahluk termasuk dewa?)
5. apakah perbuatan buruk kita, akan tetap terhitung dan terbawa dikehidupan selanjutnya?
+6. apakah pencerahan itu seperti suatu proses yg seketika juga lalu kita menghilang? atau tetap sama saja menjalani kehidupan namun tdk terikat roda kehudipan lagi?
+7. bagian mana dr diri kita yg mencapai pencerahan? tubuh atau yg mana?
terima kasih, (maap kl pertanyaannya krg berbobot :) )
Coba jawab ya... ;Dsebaiknya tunggu master djoe dateng dan memberikan pencerahan.
1. Pencerahan adalah memahami sepenuhnya realitas, terbebas dari konsep. Mungkin bisa diimajinasikan kalo orang yang telah tercerahkan meninggal, lepas dari dimensi ruang dan waktu ;D
2. Pencerahan bisa saja dikatakan kesempurnaan (dalam term yang sesuai).
3. Tentu saja tidak, tapi bisa saja iya dalam pandangan orang lain, ketika melihat seseorang yang tercerahkan melakukan sesuatu yang dianggap suatu kesalahan.
4. Setau saya yang tidak dapat mencapai pencerahan adalah makhluk penghuni alam di bawah manusia dan penghuni alam brahma. Kenapa ? kalo penghuni alam di bawah manusia (peta, dll) kondisinya terlalu menderita sehingga sulit untuk dapat memahami Dhamma, sedangkan kalo brahma hidupnya terlalu nyaman sehingga sulit juga untuk memahami Dhamma.
5. Tiap perbuatan mempunyai karma jika disertai dengan kehendak (Cetana).
6. Kalo sudah tercerahkan tentu saja tetap menjalani hidup sama seperti manusia lain, yang membedakan tentu saja adalah bagaimana pandangannya terhadap kehidupan (konsep dan realitas)...
7. Pencerahan adalah pengetahuan, tentu saja tidak ada satu bagian tubuh pun yang yang mengalami pencerahan.
sebaiknya tunggu master djoe dateng dan memberikan pencerahan.
sebaiknya tunggu master djoe dateng dan memberikan pencerahan.
Master djoe yang tercerahkan, apakah ada yang salah dengan pertanyaan saya?Ada beberapa hal yang perlu di perhatikan disini.
Saya ini hanyalah orang awam. Dan beginikah cara anda untuk membimbing orang awam?Pikiran hayalan dan Ilusi yang lain lagi dari anda. Darimana anda tahu saya bukan orang awam?
Saya lebih mudah belajar dari contoh langsung alias dharma hidup yang terjadi disekeliling kita dari pada lewat teori atau tinta diatas kertas.Dari mana anda tahu lebih mudah???
Jika master djoe bisa menunjukkan kepada saya dengan menjawab pertanyaan itu. Saya bisa langsung praktek. Master tahu bahwa saya adalah orang buta, dan alangkah bagusnya jika yang tidak buta seperti master menunjukkan sedikit pencerahan pada orang yang buta seperti saya.
Bro djoe, ada yang ingin saya tanyakan. Seandai-nya kejadian yang saya ceritakan dibawah ini terjadi pada diri anda,
1. Anda tinggal di suatu lingkungan yang mempunyai profesi maling, rampok, pelacur yang otomatis dengan keseharian-nya tidak lepas dari judi, mabuk-mabukkan dengan alkohol maupun obat-obatan. Dan anda mempunyai sepasang anak yang menjelang remaja. Apa yang anda lakukan kepada anak supaya mereka tidak terjerumus didalam pergaulan seperti itu?
2. Dan ternyata pada suatu hari, rumah anda dimasuki perampok yang merampok harta anda. Dan memperkosa anak gadis anda didepan mata anda. Bagaimanakah cara faktor batin anda bekerja untuk tidak menganggap itu bukan suatu penderitaan?Karena itu fantasi anda dan pikiran anda, coba anda beritahu saya bagaimana kondisi perasaan dan batin anda saat diperkosa di depan mata orang tua anda atau anak anda atau suami anda atau didepan sekeluarga anda?
Bagaimana dengan lingkungan yang penuh dengan kekotoran itu, anda menjadi bunga teratai yang cantik?
Ada beberapa hal yang perlu di perhatikan disini.Jadi hayalan diatas yang keluar dari pikiran master djoe, maksudnya apa? Jika kotoran master yang mainin master sendiri tentu lebih mudah buat diterangkan artinya oleh master sendiri.
Kata kata merah itu berasal dari pikiran anda atau kata - kata saya. Itu hayalan anda atau realita?
Pikiran hayalan dan Ilusi yang lain lagi dari anda. Darimana anda tahu saya bukan orang awam?
Kalau anda bertanya kepada saya sebagai sesama orang awam cara membimbing orang awam, ada postingan yang bagus dari Ajahn Chah disini. http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=20465.msg353126#msg353126 (http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=20465.msg353126#msg353126).
Makanya jangan berprasangka pada saya kalau saya bilang anda buta bukan berarti saya master, Karena anda sibuk menikmati kotoran dan membuang kotoran (GIGO) di thread tersebut bersama lalat lalat lain sehingga tidak tahu disana ada artikel bagus dari master.
Dari mana anda tahu lebih mudah???
Berdasarkan postingan dan tulisan anda sebagai respon terhadap postingan saya, maka tidak susah bagi setiap orang untuk mengetahui anda buta atau mungkin penghayal. Karena itu batin anda tidak tahu anda sedang berilusi sehingga ilusi - ilusi diatas yang ada dipikiran anda memberi gagagasan kepada diri anda bahwa saya seorang master yang bisa menunjukkan sedikit pencerahan pada anda yang sedang berilusi sekarang anda buta.
Karena itu fantasi anda, kenapa bukan anda yang memberi tahu saya.
Karena itu fantasi anda dan pikiran anda, coba anda beritahu saya bagaimana kondisi perasaan dan batin anda saat diperkosa di depan mata orang tua anda atau anak anda atau suami anda atau didepan sekeluarga anda?
Jika katakan anda tinggal di lingkungan yang kumuh dan rawan dengan kejahatan, tetangga kiri anda misalnya adalah abg prostitusi yang cakep dan sexy bak mirip selebritis yang berumur 19 tahunan sedangkan tetangga kanan anda adalah pengedar narkoba.
Sebenarnya yang membuat kita penuh dengan kotoran dan sampah itu bukan lingkungan kita, tetapi kita sendiri yang menimbun kotoran tersebut dalam batin kita sehingga membuat diri kita menjadi kotor karena kita tidak mendaur ulang kotoran, kita melihat kotoran tersebut sebagai ssesuatu yang bernilai dan berharga sehingga kita menjadi melekat pada kesenangan indrawi/fenomena.wah master djoe menilai kotoran tapi merasa tidak menilai kotoran =))
_/\_
artikel yg sangat dekat dengan peristiwa sehari-hari...
dari tulisan bro djoe, aku menangkap 'sampah' adalah fleksibel terkait dengan 5 indria kita.
bro djoe, aku berada di kondisi yg kurang lebih bisa dibilang sebagai 'sampah' oleh beberapa pihak yg merasa dirugikan.
mengelola sampah butuh usaha ekstra... karena saat awal menerima sampah tersebut, pasti timbul pikiran-pikiran menolak, kebencian, dan rasa sakit hati.. apapun bentuk sampah itu...
dikata-katain dengan kata2 kasar dan dihadapan banyak orang, bukan lagi suatu pemandangan aneh di lingkunganku, padahal aku bukan orang lapangan.
reaksi pertama saat aku yg mengalami hal itu adalah perasaan benci dan sakit hati... karena tekanan yg berlanjut, perasaan itu berkembang menjadi penolakan terhadap apapun yg berhubungan dengan pihak tersebut.
dlm pandangan bro djoe atau pun teman2 DC lainnya, apakah seseorang itu perlu bertahan dalam kondisi sampah seperti itu dengan berusaha menumbuhkan teratai dari sampah, ataukan lebih baik keluar dari sampah agar tidak tertular sebagai sampah?
secara teori, pengendalian pikiran dan batin benar-benar diperlukan utk menghadapi hal seperti itu...
tp secara praktis, lebih baik menumbuhkan bunga teratai di lingkungan yg bersih dari sampah (yg lebih mendukung teratai tumbuh), ataukah berusaha mati-matian berada di lingkungan sampah dan mengolahnya?
Terlepas dimana kita tinggal, sampah itu tetap mengikuti kita selama kita membawanya dan melihatnya adalah sesuatu yang berharga dan kita tidak mau terlepas darinya. Terlepas Apakah kita berada didalam hutan, berada di lingkungan yang kumuh dan rawan , bahkan pada saat di vihara ketika anda sedang membaca parita. Selama kita membawa sampah itu, maka dia akan mengikuti kemana kita pergi.Apakah yang anda berikan ini hasil dari membaca diatas kertas yang sekarang anda bagikan atau hasil dari praktek anda?
Jika katakan anda tinggal di lingkungan yang kumuh dan rawan dengan kejahatan, tetangga kiri anda misalnya adalah abg prostitusi yang cakep dan sexy bak mirip selebritis yang berumur 19 tahunan sedangkan tetangga kanan anda adalah pengedar narkoba.
Lantas karena lingkungan yang kotor inikah yang membuat anda menjadi kotor atau diri anda yang membuat anda kotor sendiri????
Sebenarnya yang membuat kita penuh dengan kotoran dan sampah itu bukan lingkungan kita, tetapi kita sendiri yang menimbun kotoran tersebut dalam batin kita sehingga membuat diri kita menjadi kotor karena kita tidak mendaur ulang kotoran, kita melihat kotoran tersebut sebagai ssesuatu yang bernilai dan berharga sehingga kita menjadi melekat pada kesenangan indrawi/fenomena.
Selama anda hanya belajar tinta di atas kertas tanpa berpraktek menjaga penuh kesadaran pada saat kini dan melihat segala hal adalah hanya fenomena muncul dan lenyap, segala hal adalah tidak tetap. Maka kita pasti akan melekat pada segala kotoran yang muncul dalam pikiran kita dan mengikuti kesenangan duniawi.
Jika misalnya anda kemudian pindah ke dalam hutan jauh dari keramaian, jauh dari prostitusi, Jika anda tetap membawa kotoran tersebut (berpraktek, tidak menjaga penuh kesadaran pada saat kini ) maka hanya tinggal masalah waktu kkotoran tersebut akan muncul dalam pikiran anda dan pikiran membayangkan pada gadis tetangga anda yang sexy di kota dan menjadi melekat pada kecantikannya, kemudian anda tidak mendaur pikiran kotor anda tetapi mengkuti maka anda menjadi nafsu, maka tetap saja batin anda menjadi kotor karenanya walaupun anda di tengah hutan.
Atau katakan jika anda tinggal di lingkungan yang bersih dan aman, tidak peduli anda berada dimanapun, selama anda membawa sampah itu, maka dia akan ikut kemana anda pergi. Katakan tetangga anda di lingkungan yang aman ini ada anak gadis yang cantik dan sexy, setiap pagi anda melihatnya jogding dengan pakaian ketat dan anda menjadi nafsu . Maka pikiran anda menjadi jorok dan batin anda menjadi kotor. Jika kemudian anda menyapa pada gadis tersbut, dan anda dibalas dengan kata kata hina " Gak Level nih yeeee", maka anda menjadi marah dan tersinggung, sehingga timbul dendam dalam pikiran anda dan ingin membalas gadis tersebut. Maka dikatakan mata anda melihat dengan hal external, anda tidak mendaur ulang kotoran tersebut, tetapi anda mengkomsumsi kotoran tersebut dalam pikiran anda, sehinggal output pikiran lain adalah kotoran. Kotoran menghasilkan kotoran lain sehingga anda menjadi kotor oleh fenomena hal tersebut.
Jadi intinya yang ingin saya sampaikan sebenarnya bukan pada masalah dimana anda tinggal dimana tetapi selalu menjaga pikiran kita tetap bersih dan suci. Jika kita selalu melihat keluar dan menyalahkan segala hal yang diluar dan tidak melihat kedalam batin dan pikiran, maka selama itu pula kita tetap membawa sampah tersebut.
Terlepas anda pindah atau tidak pindah, anda bisa mengambil keputusan sendiri. Jika anda tetap tinggal atau andan memutuskan anda pindah asalkan anda tidak membawa kotoran dalam pikiran. Asalkan anda berpraktek selalu menjaga penuh kesadaran pada kini, dan melihat segala fenomena adalah tidak tetap pada saat mereka muncul dan tidak mengkuti kesenangan duniawi.
:lotus:
_/\_
*** mesem mesem aja dah
;D mau tanya lagi... boleh y... ^^Ajaran Buddha tidak ada sangkut pautnya dengan tradisi dan agama yang dianut seseorang. Siapapun meninggalkan keserakahan, kebencian, dan kebodohan bathin, akan lebih berbahagia, terlepas dari tradisi dan agama yang dianutnya.
1. apakah seseorang bisa-boleh mengamalkan ajaran Buddha, namun masih memegang Tradisi dan agama?
2. apakah kepercayaan (ttg adanya Tuhan) dapat menghalangi seseorang mendapat pencerahan?Pencerahan tidak dicapai dengan memercayai atau tidak memercayai sesuatu, tapi dengan memahami semua fenomena sebagaimana adanya.
3. apakah mempercayai praktek sihir dan gaib sudah melenceng dari ajaran Buddha?Sihir dan gaib adalah objek yang netral. Bagaimana seseorang memahami dan menyikapi suatu objek netral itulah yang bisa dinilai 'melenceng' atau tidak.
;D mau tanya lagi... boleh y... ^^
1. apakah seseorang bisa-boleh mengamalkan ajaran Buddha, namun masih memegang Tradisi dan agama?
2. apakah kepercayaan (ttg adanya Tuhan) dapat menghalangi seseorang mendapat pencerahan?
3. apakah mempercayai praktek sihir dan gaib sudah melenceng dari ajaran Buddha?
trmksh. :)
Ajaran Buddha bisa dipraktekkan oleh siapa pun tanpa melihat agama seseorang dan tradisi seseorang. Ajaran Buddha mengajak kita untuk mengamati diri sendiri dan meneliti kehidupan itu. Ajaran Buddha tidak bertujuan untuk merubah agama / kepercayaan seseorang dan tradisi seseorang tetapi mengajak setiap orang untuk melihat kehidupan itu adalah suatu penderitaan bahwa segala hal duniawi itu hanyalah penderitaan.
Buddha memberikan suatu ide gagasan bahwa kehidupan itu adalah suatu penderitaan. Kita diajak untuk membuktikan kebenarannya. Benarkah bahwa hidup itu adalah suatu penderitaan? Bagaimana caranya membuktikan kebenaran itu? Mulailah dari diri sendiri anda. Amatilah tubuh dan batin anda. Adakah sesuatu yang pasti dan tetap dari tubuh anda sendiri?
Dengan melihat hidup itu adalah suatu penderitaan maka seseorang akan berpikir bagaimana cara mengakhiri penderitaan tersebut. Ia akan mencari sebab - sebab penderitaan. Kenapa kita mengalami penderitaan. Ajaran Buddha mengajak kita untuk meneliti penderitaan (kehidupan) dan mengakhirinya sampai ke akar - akarnya dan selamanya.
Jika seseorang hanya mengejar kekuatan gaib, tidak ubahnya sama seperti orang lain yang mengejar segala kesenangan duniawi. Segala hal yang duniawi ini hanya membawa penderitaan. Kemelekatan kepada hal duniawi hanya membawa penderitaan.
Praktek Ajaran agama buddha tidak mengajarkan benar atau salah. Benar atau salah adalah label yang diberikan oleh manusia. Ajaran Buddha melihat segala hal adalah netral, terlepas dari benar dan salah, bahagia dan duka dan mengajarkan kita untuk melihatnya sebagai fenomena yang tidak tetap, tidak memuaskan dan tiada diri. Jika seseorang masih terlibat dalam rutintias sehari - hari melihat benar dan salah, bahagia dan duka, maka ia akan terjebak ke dalam dualitas tersebut. Seperti roda yang berputar kadang bahagai kadang duka.
Jika kita terlibat dalam rutinitas duniawi benar dan salah, maka manusia akan terjebak dalam konflik di dunia ini. Melihat tinta diatas kertas dan mengatakan kitab Agama saya lebih benar dan suci, kita Agama anda salah dan sesat. Seseorang jika terlibat dalam hal ini tak ubahnya membandingkan kotoran dengan kotoran dan mengatakan kotoran saya lebih benar dan suci, kotoran anda lebih kotor. Karena mereka membandingkan tinta dengan tinta dan kertas dengan kertas dan mengambil kesimpulan seperti itu. Hal tersebut tidak berguna dan hanya membawa konflik dan penderitaan.
Ajaran Buddha bisa dipraktekkan oleh siapa pun tanpa melihat agama seseorang dan tradisi seseorang. Ajaran Buddha mengajak kita untuk mengamati diri sendiri dan meneliti kehidupan itu. Ajaran Buddha tidak bertujuan untuk merubah agama / kepercayaan seseorang dan tradisi seseorang tetapi mengajak setiap orang untuk melihat kehidupan itu adalah suatu penderitaan bahwa segala hal duniawi itu hanyalah penderitaan.Setuju dgn master djoe...
Buddha memberikan suatu ide gagasan bahwa kehidupan itu adalah suatu penderitaan. Kita diajak untuk membuktikan kebenarannya. Benarkah bahwa hidup itu adalah suatu penderitaan? Bagaimana caranya membuktikan kebenaran itu? Mulailah dari diri sendiri anda. Amatilah tubuh dan batin anda. Adakah sesuatu yang pasti dan tetap dari tubuh anda sendiri?
Dengan melihat hidup itu adalah suatu penderitaan maka seseorang akan berpikir bagaimana cara mengakhiri penderitaan tersebut. Ia akan mencari sebab - sebab penderitaan. Kenapa kita mengalami penderitaan. Ajaran Buddha mengajak kita untuk meneliti penderitaan (kehidupan) dan mengakhirinya sampai ke akar - akarnya dan selamanya.
Jika seseorang hanya mengejar kekuatan gaib, tidak ubahnya sama seperti orang lain yang mengejar segala kesenangan duniawi. Segala hal yang duniawi ini hanya membawa penderitaan. Kemelekatan kepada hal duniawi hanya membawa penderitaan.
Praktek Ajaran agama buddha tidak mengajarkan benar atau salah. Benar atau salah adalah label yang diberikan oleh manusia. Ajaran Buddha melihat segala hal adalah netral, terlepas dari benar dan salah, bahagia dan duka dan mengajarkan kita untuk melihatnya sebagai fenomena yang tidak tetap, tidak memuaskan dan tiada diri. Jika seseorang masih terlibat dalam rutintias sehari - hari melihat benar dan salah, bahagia dan duka, maka ia akan terjebak ke dalam dualitas tersebut. Seperti roda yang berputar kadang bahagai kadang duka.
Jika kita terlibat dalam rutinitas duniawi benar dan salah, maka manusia akan terjebak dalam konflik di dunia ini. Melihat tinta diatas kertas dan mengatakan kitab Agama saya lebih benar dan suci, kita Agama anda salah dan sesat. Seseorang jika terlibat dalam hal ini tak ubahnya membandingkan kotoran dengan kotoran dan mengatakan kotoran saya lebih benar dan suci, kotoran anda lebih kotor. Karena mereka membandingkan tinta dengan tinta dan kertas dengan kertas dan mengambil kesimpulan seperti itu. Hal tersebut tidak berguna dan hanya membawa konflik dan penderitaan.
Praktek Ajaran agama buddha tidak mengajarkan benar atau salah. Benar atau salah adalah label yang diberikan oleh manusia. Ajaran Buddha melihat segala hal adalah netral, terlepas dari benar dan salah, bahagia dan duka dan mengajarkan kita untuk melihatnya sebagai fenomena yang tidak tetap, tidak memuaskan dan tiada diri. Jika seseorang masih terlibat dalam rutintias sehari - hari melihat benar dan salah, bahagia dan duka, maka ia akan terjebak ke dalam dualitas tersebut. Seperti roda yang berputar kadang bahagai kadang duka.
Jika kita terlibat dalam rutinitas duniawi benar dan salah, maka manusia akan terjebak dalam konflik di dunia ini. Melihat tinta diatas kertas dan mengatakan kitab Agama saya lebih benar dan suci, kita Agama anda salah dan sesat. Seseorang jika terlibat dalam hal ini tak ubahnya membandingkan kotoran dengan kotoran dan mengatakan kotoran saya lebih benar dan suci, kotoran anda lebih kotor. Karena mereka membandingkan tinta dengan tinta dan kertas dengan kertas dan mengambil kesimpulan seperti itu. Hal tersebut tidak berguna dan hanya membawa konflik dan penderitaan.
Kalo gitu kenapa di JMB8, tiap unsur selalu diakhiri dengan kata "benar" ?
Karena jita tidak ada benar jadi kek gini
Berpandangan
Berpikiran
Berbicara
dst....
:))
Berarti label "benar" dan "salah" masih dibutuhkan bukan ? :whistle:
Berarti kata "rooney" masih dibutuhkan bukan????
Jika anda berpraktek dan melihat batin dan pikiran anda sendiri, adakah yang namanya rooney disitu? Jenis kelaminnya Pria atau wanitakah ?
Wah, postingan master djoe Buddhis banget. (http://static.kaskus.us/images/smilies/matabelo1.gif)Apalagi mengenai "Jalan Mulia Mulia Berunsur 8"-nya:
Apalagi mengenai "Jalan Mulia Mulia Berunsur 8"-nya:
Pandangan tanpa label
Pikiran tanpa label
Ucapan tanpa label
Perbuatan tanpa label
Penghidupan tanpa label
Usaha tanpa label
Perhatian tanpa label
Konsentrasi tanpa label
Benar2 membuat saya mau 'menangis'.
Apalagi mengenai "Jalan Mulia Mulia Berunsur 8"-nya:
Pandangan tanpa label
Pikiran tanpa label
Ucapan tanpa label
Perbuatan tanpa label
Penghidupan tanpa label
Usaha tanpa label
Perhatian tanpa label
Konsentrasi tanpa label
Benar2 membuat saya mau 'menangis'.
Thx. Bro Djoe untuk jawabannya..Sebenarnya tidak ada yang namanya agama. Agama adalah label yang digunakan orang untuk membedakan kelompoknya. Ajaran Buddha adalah bagaimana mengakhiri duka dan mencari kebenaran tersebut. Agama adalah ciptaan manusia. Agama adalah hal duniawi dimana segala hal duniawi selalu membawa penderitaan. Segala hal duniawi selalu berakhir dengan dua poros extrem, bahagia dan duka. Ajaran Buddha adalah tentang bagiaman mengakhiri ke 2 poros extrem tersebut dan membuat sebab - sebab yang melampaui ke 2 poros extrem tersebut.
dalam pandangan Bro Djoe,
1. apakah membedakan Ajaran Buddha dengan agama? (terlepas dr konsep ke-Tuhanan)
2. melihat kepercayaan Ajaran Buddha yang tdk men-Tuhankan sesuatu, apakah hal ini dpt disamakan dengan kaum atheis (maaf)? jika tidak, dimakah perbedaannya?
NB: setau saya pikiran orang Atheis adalah lebih baik dia tdk mempercayai satu ajaran-Tuhan pun yg penting dpt hidup lbh baik dr pd org yg beragama..
Trmksh. (untuk no.2.. 1x lg maap.. bkn mksd ingin menyinggung) :)
=)) sayangnya indra kehilangan moment menggembirakan lagi =))
itulah kalau yang satu tanya dalam konteks pannati, jawabannya paramatha... gak nyambung
Atheis atau tidak itu juga adalah label yang diberikan orang. Tidak ada perbedaan antara atheis dan non atheis. Pikiran manusialah yang membeda - bedakan. Dikatakan ateis jika ia tidak mempercayai tuhan dan dikatakan non ateis jika ia mempercayai tuhan. Benarkah ada perbedaan diantara ateis dan non ateis. Jika berbeda, apa yang membedakan diantara mereka?Mukanya, hatinya atau isi perutnya?
anda juga tau si I itu hombreng yah????Label atau apa yah?
IIIIIhhhhhhhhhhhh :o
Wah, makin 'dalem' nih filosofinya.QuoteAtheis atau tidak itu juga adalah label yang diberikan orang. Tidak ada perbedaan antara atheis dan non atheis. Pikiran manusialah yang membeda - bedakan. Dikatakan ateis jika ia tidak mempercayai tuhan dan dikatakan non ateis jika ia mempercayai tuhan. Benarkah ada perbedaan diantara ateis dan non ateis. Jika berbeda, apa yang membedakan diantara mereka?Mukanya, hatinya atau isi perutnya?
Aneh juga tapi kalau mendengar kaum homoseksual reaksinya begini:anda juga tau si I itu hombreng yah????Label atau apa yah?
IIIIIhhhhhhhhhhhh :o
[at] Upa/ryu
Memangnya bro Indra ke mana?
Wah, makin 'dalem' nih filosofinya.Karena anda mempermasalahkannya dengan membawa ke sini, Coba bisa anda kasih tau saya artinya menurut anda?
Aneh juga tapi kalau mendengar kaum homoseksual reaksinya begini:
Label atau apa yah?
Karena anda mempermasalahkannya dengan membawa ke sini, Coba bisa anda kasih tau saya artinya menurut anda?Anda 'kan yang sedang berilusi dan entah membayangkan apa sampai "IIIIIhhhhhhhhhhhh" begitu. Nah, saya mana tahu apa yang sedang anda khayalkan itu? Seharusnya anda yang menjelaskan donk?
Di tempat kerjanya gak bisa masuk ke Alam DC.;D Wah, turut berkaruna-citta.
;D Wah, turut berkaruna-citta.om kumis lagi melihat batinnya sendiri =))
Di tempat kerjanya gak bisa masuk ke Alam DC.
Anda 'kan yang sedang berilusi dan entah membayangkan apa sampai "IIIIIhhhhhhhhhhhh" begitu. Nah, saya mana tahu apa yang sedang anda khayalkan itu? Seharusnya anda yang menjelaskan donk?
om kumis lagi melihat batinnya sendiri =))
Itulah pikiran anda. Itulah anda. Anda berilusi bahwa saya berilusi. Kalau anda berilusi, simpanlah ilusi itu buat anda sendiri, jangan bawa bawa orang lain. _/\_ ;D
Itulah pikiran anda. Itulah anda. Anda berilusi bahwa saya berilusi. Kalau anda berilusi, simpanlah ilusi itu buat anda sendiri, jangan bawa bawa orang lain. _/\_ ;DSudah saya duga jawaban anda memang hanya segitu-segitu saja. Kalau sudah tidak bisa jawab, selalu menunjuk orang lain sedang berilusi. Saya pikir anda akan dengan jantan mengakui bahwa masih 'terlabel' oleh gay dan normal, ternyata saya terlalu banyak berharap. Saya masih 'berilusi' bahwa djoe adalah bukan orang rendah.
siapa yang berilusi ya ?
Sudah saya duga jawaban anda memang hanya segitu-segitu saja. Kalau sudah tidak bisa jawab, selalu menunjuk orang lain sedang berilusi. Saya pikir anda akan dengan jantan mengakui bahwa masih 'terlabel' oleh gay dan normal, ternyata saya terlalu banyak berharap. Saya masih 'berilusi' bahwa djoe adalah bukan orang rendah.ciri2 orang tercerahkan ya seperti itu =))
ciri2 orang tercerahkan ya seperti itu =))Di thread panas dulu, ajarannya saya setuju, walaupun pribadinya menurut saya kurang sesuai dengan ajarannya. Kalau yang ini, ajarannya entah apa, pribadinya pun lebih tidak jelas lagi.
jadi ingat thread panas dahulu, mengajarkan orang berhenti pikirannya, tapi dirinya sendiri tidak bisa berhenti =))
diblokir !!!!
ketahuan ama bos ! OL melulu pada jam kerja
dipecat ! kasian anak istri, jalan keluar komputer semua diblok tidak boleh OL
=)) =))
Sudah saya duga jawaban anda memang hanya segitu-segitu saja. Kalau sudah tidak bisa jawab, selalu menunjuk orang lain sedang berilusi. Saya pikir anda akan dengan jantan mengakui bahwa masih 'terlabel' oleh gay dan normal, ternyata saya terlalu banyak berharap. Saya masih 'berilusi' bahwa djoe adalah bukan orang rendah.
ciri2 orang tercerahkan ya seperti itu =))
jadi ingat thread panas dahulu, mengajarkan orang berhenti pikirannya, tapi dirinya sendiri tidak bisa berhenti =))
kasar =))
Aduh makkkkkkkk. Yang berkomentar tentang hal itu siapa? saya atau kamu. Kata - kata itu keluar dari pikiran siapa?Jelas yang "IIIIIhhhhhhhhhhhh" sih bukan saya.
Lagipula gak dibutuhkan jantan atau betina untuk melihat seseorang yang masih terlabel?dualisme? Semua orang bisa melihatnya.
Di thread panas dulu, ajarannya saya setuju, walaupun pribadinya menurut saya kurang sesuai dengan ajarannya. Kalau yang ini, ajarannya entah apa, pribadinya pun lebih tidak jelas lagi.ajarannya sih mau ngikut ajahn chah, tapi terbelit ilusi menjadi master, jadilah master ilusi a.k.a ga jelas, bingung api padam kemana larinya jadilah ilusi =))
Kenapa anda sibuk mengotori batin anda karna saya?Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain
_/\_
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain
Maksud baik? Bukannya baik dan buruk hanya label dan ilusi? Master sedang berilusi yah?
Ilusi yang mengagumkan dari master =))Saya membayangkan kalau Saccaka Niganthaputta hidup di zaman sekarang, bisa habis semua 'master'-2 dijadikan bulan-bulanan.
Saya membayangkan kalau Saccaka Niganthaputta hidup di zaman sekarang, bisa habis semua 'master'-2 dijadikan bulan-bulanan.
pertanyaan saya salah tempat ya??? bs tolong arahkan kmn? :)disini adalah junk mania a.k.a kafe jongkok =))
Kenapa bisa habis? ;DKarena guru-guru terkenal saat itu saja bisa di-'skak-mat', bisa dibayangkan 'master'-2 tanggung sekarang ini akan dipermainkan seperti apa? ;D
pertanyaan saya salah tempat ya??? bs tolong arahkan kmn? :)
"Kekotoran batin yg dibawa" ini mengingatakan saya dengan konsep slh satu agama ttg "Dosa warisan"... ^^Tidak ada dosa warisan dalam Ajaran Buddha. Semua makhluk memiliki dan mewarisi kammanya sendiri (bukan kamma orang lain).
lalu apa yg terjadi pada Bayi yg baru lahir dan kemudian mati...
1. apakah itu akibat karmanya sendiri? lalu sampai kapan karma itu berakhir jk tdk ada kesempatan?
2. bisakah kekotoran batinnya dihitung berkurang/bertambah?Tidak bisa dihitung, karena senantiasa berubah juga dan mungkin perubahannya pun tidak kita sadari.
disini adalah junk mania a.k.a kafe jongkok =))
heh? maksudnya??
maklum msh ingusan... heheh..
ya krn di tempat ini.. bro Djoe mengajarkan ttg paham "tampa label"Ini yang saya tunggu-tunggu.
dan itu menurutku tdk ada di budhism
jika tampa label..alias suatu perbuatan tidak bisa di nilai benar atau salah, baik atau buruk.. trus bagaimana seseorg dpt berbuat yg benar..., krn bahkan untuk tau ini berbuatan benar atau tidak..sudah di anggap dualisme, berlabel dll...
bahkan Buddha sendiri mengetahui mana yg baik mana yg buruk...mana yg tidak mambawa manfaat dan mana yg tidak
paham tampa label seolah2 enak di dgr..jd seakan2 dia suci...tidak menilai, tp justru di situlah kesalahannya... justru org suci bisa menilai..mana yg baik sebagai yg baik, mana yg salah sebagai yg salah
Itulah pikiran anda. Itulah anda. Anda berilusi bahwa saya berilusi. Kalau anda berilusi, simpanlah ilusi itu buat anda sendiri, jangan bawa bawa orang lain. _/\_ ;D
"Kammasakka manava, satta kammadayada kammayoni kammabandhu kammapatisarana."
"Pemilik kamma, pemuda, makhluk mewarisi kamma, terlahir dari kamma, berkaitan dengan kamma, terlindung oleh kammanya."
Majjhima Nikaya, 135. Culakammavibhangasutta.
"Student, beings are owners of kammas, heirs of kammas, they have kammas as their progenitor, kammas as their kin, kammas as their homing-place. It is kammas that differentiate beings according to inferiority and superiority."
Yah semua itu hanya ilusi
Bro Kainyn, Sepertinya penyusunan kalimatnya ada yang kurang sempurna ;DSetahu saya bukan. "Māṇava" kira-kira berarti "pemuda", biasa ditujukan kepada kasta Brahmana.
Mungkin pemuda = student ?
:-?
ya krn di tempat ini.. bro Djoe mengajarkan ttg paham "tampa label"
dan itu menurutku tdk ada di budhism
jika tampa label..alias suatu perbuatan tidak bisa di nilai benar atau salah, baik atau buruk.. trus bagaimana seseorg dpt berbuat yg benar..., krn bahkan untuk tau ini berbuatan benar atau tidak..sudah di anggap dualisme, berlabel dll...
bahkan Buddha sendiri mengetahui mana yg baik mana yg buruk...mana yg tidak mambawa manfaat dan mana yg tidak
paham tampa label seolah2 enak di dgr..jd seakan2 dia suci...tidak menilai, tp justru di situlah kesalahannya... justru org suci bisa menilai..mana yg baik sebagai yg baik, mana yg salah sebagai yg salah
Dalam konteks orang awam, kita berbicara benar dan salah. Perbuatan benar dan salah harus bisa dibedakan. Tetapi dalam konteks pencapaian kebenaran sejati, kita tidak boleh melekat pada benar apalagi yang salah. Buddha mengajarkan agar kita menjauhi perubuatan jahat dan melakukan perbuatan baik. Tetapi anda jangan sampai melekat pada kebaikan, melekat pada pandangan anda telah berbuat baik Jika anda berpandangan anda telah melakukan banyak kebaikan anda telah melekat padanya dan praktek anda menjadi terkontaminasi. Usaha anda dalam mencari dan mewujudkan kebenaran sejati akan sia sia. Jika anda melekat pada perbuatan baik yang telah anda lakukan dan seseorang yang telah menerima kebaikan anda menyakiti anda, maka anda mulai berbicara kebaikan anda sendiri. Pikiran anda terkontanminasi dengan kebaikan anda sendiri. Dengan Pikiran seperti ini praktek anda sia sia belaka dalam mencapai pencerahan
Dalam konteks praktek mencari kebenaran sejati untuk mencapai pencerahan, maka anda harus melepas ke 2 extrim tersebut dan berdiam diam di tengah. (Dalam konteks batin dan pikiran anda sendiri harus seperti ini).
JIka anda belajar dharma hanya untuk melihat perbuatan baik jahat seseorang, saya rasa orang yang tidak beragama pun tahu baik dan jahat secara umum. Tidak diperlukan kitab suci untuk menilai baik dan jahat. Toh label baik dan jahat itu hanya pikiran manusia yang membeda bedakan. Manusia yang menilai ini baik, ini jahat. Sebenarnya tidak ada nama, manusia yang memberikan namanya. Manusia yang meberikan label. Anda berbicara seolah -oleh Buddha memberikan label tersebut.
paham tampa label seolah2 enak di dgr..jd seakan2 dia suci...tidak menilai, tp justru di situlah kesalahannya... justru org suci bisa menilai..mana yg baik sebagai yg baik, mana yg salah sebagai yg salah
Yang membedakan antara seseorang dengan orang lain hanyalah kekotoran batin yang dibawanya. Jika seseorang bisa tetap berada di tengah - tengah roda, walaupun secara ekternal ia tidak beda antara ateis dan non ateis, tetapi di dalam kondisi batinnya terdapat kedamaian, terdapat ketenangan. Ia tidak terpengaruh oleh segala hal fenomena ekternal maupun internal. Ia melihatnya segala sesuatu adalah tidak tetap dan tidak melekat pada hal tersebut dan melepaskannya. Seperti cermin yang tidak berdebu, ia menyadari segala sesuatu terjadi tetapi tidak terpengaruh oleh kondisi tersebut. Karena ia sibuk mendaur kekotoran duniawi menjadi kebijaksanaan dan bukan mencicipinya. Itulah yang membedakan kondisi batin seseorang yang mendapat siraman dharma dengan orang awam. Segala kekotoran duniawi merupakan asupan gij bagi pertumbuhan batin dan pikirannya seperti dalam contoh bunga teratai tersebut.
Waktu dan tempat saya persilahkan pada yang lain ^^
Benarkah orang suci menilai baik dan jahat?
Itu penafsiran anda sendiri. Itu cerita anda sendiri. karena anda tidak bisa melihatnya. Anda tidak melihat tulisan saya dengan hati - hati dan langsung memberikan komentar yang ceroboh. Anda menyamakan umat awam dengan orang suci menilai baik dan jahat. Benarkah orang suci menilai baik dan jahat? Jika orang suci berbicara baik dan jahat, apakah ia sedang membicarakan kondisi batin dan pikirannya? atau ia sedang membicarakan dalam konteks duniawi agar bisa dipahami orang duniawi?Tulisan yang di bold membuat saya berhalusinasi bahwa master djoe adalah orang suci. Sehingga master djoe tahu kondisi batin orang suci.
Walau ia menyadari segala hal fenomena, tetapi batin dan pikiran nya tetap, tidak terpengaruh, tidak berubah - ubah mengikuti fenomena. Batinnya tetap berdiam di satu titik. Bro Ronald, Anda tidak membedakan konteks yang sedang dibicarakan atau anda tidak konteks yang dibicarakan?
Jika dikatakan orang suci menilai baik dan buruk, apakah pikiran orang suci tersebut sibuk melihat perbuatan baik dan buruk seseorang?Atau ia hanya melihatnya sebagai fenomena?
;D seru juga nih...
tp aku lebih mendukung pendapat baik atau buruk, benar atau salah, itu memang hanya sebuah label...
karena kedua kondisi itu tidaklah mutlak... dan bersifat sangat relatif...
Kalau sesuai logika master sih seharusnya mencari kebenaran sejati sama sia-sianya dengan mencari kesalahan sejati, karena semua hanya ilusi. Ekstrem dan jalan tengah juga hanya label. Bagi yang masih membedakan "ini ekstrem, ini jalan tengah," maka latihannya akan sia-sia.
Berbuat baik juga tidak perlu, karena pikiran bisa terkontaminasi oleh perbuatan baik kita. ;D
Makin mantap.
Jadi, mencuri dan berdana adalah hal yang sama ya karena sifatnya relatif? :-? Hmmm baru tahu saya.
Kenapa anda selalu memplesetkannya. Buddha mengajarkan seseorang berbuat kebaikan. Setelah anda berbuat baik anda jangan melekat pada kebaikan ini. Anda jangan melekat pada pandangan anda telah berbuat banyak kebaikan karena itu hanya menjadi penghalang dalam praktek anda. Anda jangan menyimpannya dalam batin dan pikiran anda bahwa anda telah melakukan suatu kebaikan duniawi.
Berbuat baik juga tidak perlu, karena pikiran bisa terkontaminasi oleh perbuatan baik kita. ;D
Makin mantap.
sekarang coba bro dpikir ulang...Jika seperti itu untuk apa aturan sila yang dibuat oleh Sang Buddha?
kalo kayak kisahnya robin hood, mencuri dari orang2 kaya dan dibagikan ke org2 tidak mampu?
sebaliknya, bagaimana dengan kegiatan berdana dari materi hasil korupsi, atau curian?
apakah mencuri mutlak perbuatan buruk dan berdana adalah mutlak perbuatan baik? 8)
Jika seperti itu untuk apa aturan sila yang dibuat oleh Sang Buddha?:)) :)) :)) :)) ditanya tu coba dijawab dulu dong bro... dengan penjelasan yg bisa memenuhi, setelah itu baru balas bertanya....
Kenapa anda selalu memplesetkannya. Buddha mengajarkan seseorang berbuat kebaikan. Setelah anda berbuat baik anda jangan melekat pada kebaikan ini. Anda jangan melekat pada pandangan anda telah berbuat banyak kebaikan karena itu hanya menjadi penghalang dalam praktek anda. Anda jangan menyimpannya dalam batin dan pikiran anda bahwa anda telah melakukan suatu kebaikan duniawi.Yang dikatakan oleh Ajahn Chah adalah bagus dan bermanfaat :)
Jika seseorang yang mempunyai pandangan itu setelah memberi atau berbuat kebaikan, maka pikiran tersebut hanya menghasilkan sebab duniawi yng menghasilkan karma kelahiran kembali. Untuk mencapai nibbana, kita harus mewujudkan sebab sebab nibbana dengan mempertahankan pikiran yang berdiam di satu titik yang melampau ke 2 kutub tersebut bahagian dan duka, baik dan jahat dst
Berikut ini cuplikan dari Ajahn Chah
All things have need of a way of release. Contemplation is not a matter of holding on and sticking to things. It's a matter of releasing. A mind that can't release phenomena is in a state of intoxication. In practice, it's important not to be intoxicated. When practice really seems to be good, don't be intoxicated by that good. If you're intoxicated by it, it becomes something harmful, and your practice is no longer correct. We do our best, but it's important not to become drunk on our efforts, otherwise we are out of harmony with Dhamma. This is the Buddha's advice. Even the good is not something to get intoxicated by. Be aware of this when it happens.
Dan ini juga
Thus we humans wish for things in abundance. If we get a lot, that's good. Generally that's how we think. Doing good is supposed to bring good results, and if we get that we're happy. We think that's all we need to do and we stop there. But where does good come to conclusion? It doesn't remain. We keep going back and forth, experiencing good and bad, trying day and night to seize on to what we feel is good.
The Buddha's teaching is that first we should give up evil and then we practice what is good. Second, he said that we should give up evil and give up the good as well, not having attachment to it because that is also one kind of fuel. When there is something that is fuel it will eventually burst into flame. Good is fuel. Bad is fuel.
Speaking on this level kills people. People aren't able to follow it. So we have to turn back to the beginning and teach morality. Don't harm each other. Be responsible in your work and don't harm or exploit others. The Buddha taught this, but just this much isn't enough to stop.
Orang suci menilai baik, apabila suatu perbuatan dilandasi dengan pikiran yang baik, dilaksanakan secara baik, dan memberikan manfaat yang baik pula kepada dirinya maupun orang lain..
Orang suci menilai jahat, apabila suatu perbuatan dilandasi dengan pikiran yang buruk, dilaksanakan secara buruk, dan memberikan manfaat yang buruk pula kepada dirinya maupun orang lain..
Anda berbicara Buddha tahu mana yang baik dan mana yang buruk. Tetapi benarkah Buddha memberikan label tersebut.?.
***Warna merah adanya pengeditan
Kemudian bhikkhu-bhikkhu itu dengan berbagai cara
mengecam Sudinna Yang Mulia, dan melaporkan kejadian ini
kepada Sang Bhagawan. Lantas Sang Bhagawan berdasarkan
ini, sehubungan dengan kejadian ini, mengadakan pertemuan
Sanggha Bhikkhu, dan bertanya kepada Sudinna Yang Mulia,
“Benarkah Sudinna, sebagaimana diceritakan bahwa Anda
melakukan percabulan dengan mantan istri Anda?” “Betul,
Bhagawan.”
Kecam Sang Buddha Yang Mahamulia, “Itu tidak patut,
manusia dungu, itu tidak selaras, tidak pantas, tidak layak bagi
seorang petapa, tidak sesuai dengan tata aturan, tidak
seyogianya dilakukan. Mengapa Anda, manusia dungu, setelah
meninggalkan kehidupan berumah tangga di bawah
Dhammawinaya yang telah sempurna dibabarkan, tidak sanggup
menjalani kehidupan suci nan utuh dan murni sepanjang hidup?
Bukankah, manusia dungu, dengan berbagai cara telah
kupaparkan Dhamma untuk peniadaan nafsu, bukan untuk
bernafsu; telah kupaparkan Dhamma untuk peniadaan belenggu,
bukan untuk terbelenggu; telah kupaparkan Dhamma untuk
peniadaan kemelekatan bukan untuk melekat? Tetapi, manusia dungu,
di sana sementara olehku diajarkan Dhamma untuk
peniadaan nafsu, Anda malah memikirkan nafsu; sementara
diajarkan Dhamma untuk peniadaan belenggu, Anda malah
memikirkan keterbelengguan; sementara diajarkan Dhamma
untuk peniadaan kemelekatan, Anda malah memikirkan
kemelekatan. Bukankah, manusia dungu, dengan berbagai cara
telah kupaparkan Dhamma demi memudarnya nafsu, telah
dipaparkan Dhamma demi pengikisan keangkuhan,
pengenyahan kehausan, penyingkiran kemelengketan,
pemutusan siklus kelahiran kembali, pengakhiran haus-damba,
peniadaan nafsu, demi penghentian, demi kepadaman (nibbāna)?
Bukankah, manusia dungu, dengan berbagai cara telah
kukemukakan penanggalan kesenangan indriawi, telah
dikemukakan pemahaman kesan-kesan kesenangan indriawi,
telah dikemukakan penanggulangan dambaan kesenangan
indriawi, telah dikemukakan penyingkiran kecondongan batin
terhadap kesenangan indriawi, telah dikemukakan peredaan
kobaran api kesenangan indriawi? Lebih baik, manusia dungu,
alat kelamin Anda dimasukkan ke dalam mulut ular berbisa dan
mengerikan, daripada dimasukkan ke dalam alat kelamin wanita.
Lebih baik, manusia dungu, alat kelamin Anda dimasukkan ke
dalam mulut ular hitam berbisa, daripada dimasukkan ke dalam
alat kelamin wanita. Lebih baik, manusia dungu, alat kelamin
Anda dimasukkan ke dalam lubang bara api yang berpijar,
menyala, terbakar berkobar-kobar, daripada dimasukkan ke
dalam alat kelamin wanita. Apa sebabnya? Karena dengan
demikian, 33 manusia dungu, Anda (hanya) akan menghadapi
kematian atau penderitaan setara kematian. Bukan karena itu,
setelah meninggal, setelah hancur terurainya badan jasmani,
Anda akan terlahir di alam rendah, alam menyedihkan, alam
celaka, alam neraka. Namun, dengan inilah,34 manusia dungu,
setelah meninggal, setelah hancur terurainya badan jasmani,
Anda akan terlahir di alam rendah, [20] alam menyedihkan, alam
celaka, alam neraka. Anda, manusia dungu, apa yang Anda
lakukan ini, bertolak belakang dengan kualitas (Dhamma) nan
sejati, mencerminkan kualitas orang udik, kualitas orang celaka,
cabul, yang berakhir dengan pembasuhan, berselingkuh rahasia,
dua sejoli dalam kekeliruan. Anda, manusia dungu, merupakan
pelaku pertama yang mengawali aneka kebobrokan. Ini, manusia
dungu, tidak baik bagi mereka yang tidak yakin, pun tidak baik
untuk melipatgandakan mereka yang sudah yakin. Sebaliknya,
manusia dungu, ini membuat mereka yang tidak yakin semakin
tidak yakin, dan membuat mereka yang sudah yakin beralih ke
yang lain.”
Lantas dengan berbagai cara, Sang Bhagawan
mengecam Sudinna Yang Mulia. Setelah mencela ia yang sulit
disokong, sulit dirawat, banyak keinginan, tak terpuaskan, suka
bergaul bersekutu, dan lamban lesu, lalu dengan berbagai cara
beliau menyanjung ihwal orang yang mudah disokong, mudah
dirawat, sedikit keinginan, merasa puas, mengenyahkan kotoran
33 Memasukkan alat kelamin ke dalam mulut ular berbisa atau lubang bara api.
34 Melakukan percabulan.
Itu penafsiran anda sendiri, baca dan cerna baik baik, Jangan asal bicara.Anda menyamakan umat awam dengan orang suci menilai baik dan jahat.paham tampa label seolah2 enak di dgr..jd seakan2 dia suci...tidak menilai, tp justru di situlah kesalahannya... justru org suci bisa menilai..mana yg baik sebagai yg baik, mana yg salah sebagai yg salah
Tulisan yang di bold membuat saya berhalusinasi bahwa master djoe adalah orang suci. Sehingga master djoe tahu kondisi batin orang suci.
Jika seperti itu untuk apa aturan sila yang dibuat oleh Sang Buddha?Yang dikatakan bro Candra, menurut saya adalah benar. Ingatkah sis dengan kamma baik dan buruk yang akan menghasilkan hasil yang baik dan buruk? Ya, itu sebatas ingatan saja. Maaf kalau ada salah kata :)
Jika orang suci melakukan perbuatan baik, kondisi batin dan pikirannya gimana?Apakah ia mempertahankan pikiran bahwa ia baru saja berbuat kebaikan?
sedikit kutipan dari vinaya sutta (sutta yg isinya ttg peraturan Sangha, yg di buat oleh Buddha..berdasarkan situasi saat itu, dari mungkin anda dpt melihat apakah suatu perbuatan (yg di lakukan Bhikkhu) di berikan label ( di berikan pembernaran atau kecaman thdp pebuatan tsb) oleh Buddha, atau Buddha cuma diam saja...Anda tidak perlu menampilkan tulisan. Tertulis baik dan jahat hanyalah cara untuk mengkomunikasikan dalam duniawi.QuoteKemudian bhikkhu-bhikkhu itu dengan berbagai cara
mengecam Sudinna Yang Mulia, dan melaporkan kejadian ini
kepada Sang Bhagawan. Lantas Sang Bhagawan berdasarkan
ini, sehubungan dengan kejadian ini, mengadakan pertemuan
Sanggha Bhikkhu, dan bertanya kepada Sudinna Yang Mulia,
“Benarkah Sudinna, sebagaimana diceritakan bahwa Anda
melakukan percabulan dengan mantan istri Anda?” “Betul,
Bhagawan.”
Kecam Sang Buddha Yang Mahamulia, “Itu tidak patut,
manusia dungu, itu tidak selaras, tidak pantas, tidak layak bagi
seorang petapa, tidak sesuai dengan tata aturan, tidak
seyogianya dilakukan. Mengapa Anda, manusia dungu, setelah
meninggalkan kehidupan berumah tangga di bawah
Dhammawinaya yang telah sempurna dibabarkan, tidak sanggup
menjalani kehidupan suci nan utuh dan murni sepanjang hidup?
Bukankah, manusia dungu, dengan berbagai cara telah
kupaparkan Dhamma untuk peniadaan nafsu, bukan untuk
bernafsu; telah kupaparkan Dhamma untuk peniadaan belenggu,
bukan untuk terbelenggu; telah kupaparkan Dhamma untuk
peniadaan kemelekatan bukan untuk melekat? Tetapi, manusia dungu,
di sana sementara olehku diajarkan Dhamma untuk
peniadaan nafsu, Anda malah memikirkan nafsu; sementara
diajarkan Dhamma untuk peniadaan belenggu, Anda malah
memikirkan keterbelengguan; sementara diajarkan Dhamma
untuk peniadaan kemelekatan, Anda malah memikirkan
kemelekatan. Bukankah, manusia dungu, dengan berbagai cara
telah kupaparkan Dhamma demi memudarnya nafsu, telah
dipaparkan Dhamma demi pengikisan keangkuhan,
pengenyahan kehausan, penyingkiran kemelengketan,
pemutusan siklus kelahiran kembali, pengakhiran haus-damba,
peniadaan nafsu, demi penghentian, demi kepadaman (nibbāna)?
Bukankah, manusia dungu, dengan berbagai cara telah
kukemukakan penanggalan kesenangan indriawi, telah
dikemukakan pemahaman kesan-kesan kesenangan indriawi,
telah dikemukakan penanggulangan dambaan kesenangan
indriawi, telah dikemukakan penyingkiran kecondongan batin
terhadap kesenangan indriawi, telah dikemukakan peredaan
kobaran api kesenangan indriawi? Lebih baik, manusia dungu,
alat kelamin Anda dimasukkan ke dalam mulut ular berbisa dan
mengerikan, daripada dimasukkan ke dalam alat kelamin wanita.
Lebih baik, manusia dungu, alat kelamin Anda dimasukkan ke
dalam mulut ular hitam berbisa, daripada dimasukkan ke dalam
alat kelamin wanita. Lebih baik, manusia dungu, alat kelamin
Anda dimasukkan ke dalam lubang bara api yang berpijar,
menyala, terbakar berkobar-kobar, daripada dimasukkan ke
dalam alat kelamin wanita. Apa sebabnya? Karena dengan
demikian, 33 manusia dungu, Anda (hanya) akan menghadapi
kematian atau penderitaan setara kematian. Bukan karena itu,
setelah meninggal, setelah hancur terurainya badan jasmani,
Anda akan terlahir di alam rendah, alam menyedihkan, alam
celaka, alam neraka. Namun, dengan inilah,34 manusia dungu,
setelah meninggal, setelah hancur terurainya badan jasmani,
Anda akan terlahir di alam rendah, [20] alam menyedihkan, alam
celaka, alam neraka. Anda, manusia dungu, apa yang Anda
lakukan ini, bertolak belakang dengan kualitas (Dhamma) nan
sejati, mencerminkan kualitas orang udik, kualitas orang celaka,
cabul, yang berakhir dengan pembasuhan, berselingkuh rahasia,
dua sejoli dalam kekeliruan. Anda, manusia dungu, merupakan
pelaku pertama yang mengawali aneka kebobrokan. Ini, manusia
dungu, tidak baik bagi mereka yang tidak yakin, pun tidak baik
untuk melipatgandakan mereka yang sudah yakin. Sebaliknya,
manusia dungu, ini membuat mereka yang tidak yakin semakin
tidak yakin, dan membuat mereka yang sudah yakin beralih ke
yang lain.”
Lantas dengan berbagai cara, Sang Bhagawan
mengecam Sudinna Yang Mulia. Setelah mencela ia yang sulit
disokong, sulit dirawat, banyak keinginan, tak terpuaskan, suka
bergaul bersekutu, dan lamban lesu, lalu dengan berbagai cara
beliau menyanjung ihwal orang yang mudah disokong, mudah
dirawat, sedikit keinginan, merasa puas, mengenyahkan kotoran
33 Memasukkan alat kelamin ke dalam mulut ular berbisa atau lubang bara api.
34 Melakukan percabulan.
sekarang coba bro dpikir ulang...
kalo kayak kisahnya robin hood, mencuri dari orang2 kaya dan dibagikan ke org2 tidak mampu?
sebaliknya, bagaimana dengan kegiatan berdana dari materi hasil korupsi, atau curian?
apakah mencuri mutlak perbuatan buruk dan berdana adalah mutlak perbuatan baik? 8)
Yang dikatakan oleh Ajahn Chah adalah bagus dan bermanfaat :)
ya memang sepertinya ajaran buda itu omong kosong semua, hanya ilusi, tidak ada yang namanya suci, semua hanya ilusi, merasa telah menjadi arahat, mengatakan dirinya sebagai pembabar dama, mengajarkan jalan tengah padahal semua hanyalah ilusi =))
ajaran buda sungguh parah sehingga membuat semua pengikutnya berilusi dan menyembah suatu ilusi, cerita2 di tipitaka juga semua itu hanya ilusi para biku penghapal dan biku pemusik =))
Pertanyaannya sederhana saja. Benarkah Buddha jika melakukan perbuatan baik, ia berpikir ia sedang melakukan perbuatan baik?
Seimbang
Seimbang antara memberi dan berpikir telah melakukan perbuatan baik?
Ia memberi dan berpikir saya telah berbuat kebaikan, karena saya berbuat kebaikan saya mengharapkan pahala?
Jika saya tidak mendapatkan pahala, maka saya tidak mau berbuat baik. Itukah seimbang?
Ingat loh Yang dibahas itu baik
Dari satu kata seimbang yang saya tuliskan, bro telah memberikan penafsiran bro sendiri, dalam hal ini, bilamana saya memberikan penjelasan dari kata seimbang tersebut, bro akan sulit menerima karena dalam benak bro telah tertanam penafsiran bro sendiriApakah anda tidak melihat tanda tanya disitu????
jadi, apakah berguna bila saya sampaikan ^^
Anda tidak perlu menampilkan tulisan. Tertulis baik dan jahat hanyalah cara untuk mengkomunikasikan dalam duniawi.
Apakah anda tidak melihat tanda tanya disitu????
kmu pikir Buddha suka pura2?
justru karn tidak benar di bilang tidak benar
dan yg benar di bilang benar
kmu pikir yg di sebut Buddha ( yg sadar)
tidak sadar apa yg di perbuatnya??
Bahkan Buddha..tidak seyum tampa sebab
apa lg melakukan sesuatu tampa sebab...
apa lgi berkata seuatu tampa sebab..tampa manfaatnya.. jelas krn dia sadar n tau apa yg dilakukannya
Bahkan di sadar klo prilakunya terpuji....dan tak ada yg menyamainya... itu sebabnya Buddha tdk memberikan penghormatan kepada siapapun ...
Anda tidak perlu menampilkan tulisan. Tertulis baik dan jahat hanyalah cara untuk mengkomunikasikan dalam duniawi.
Anda harus lihat konteks yang sedang dibicarakan disini. Jika anda tidak mengikuti, darimana saja anda datang tiba - tiba nyerocos?
Pertanyaannya sederhana saja. Benarkah Buddha jika melakukan perbuatan baik, ia berpikir ia sedang melakukan perbuatan baik?
Pendapat anda tersebut berasal dari usaha mencampurkan 2 Niat (baik dan buruk) dalam 1 momen. Ketika Robin Hood mencuri, ia melakukan dengan niat buruk, dan ketika ia membagikannya kepada orang tidak mampu itu adalah berdasarkan niat baik. Begitu sebaliknya dengan berdana dari hasil korupsi.oh, kalau gitu maafkan pernyataan saya diatas. Saya kira kamma baik dan buruk yang akan menghasilkan hasil yang baik dan buruk yang akan bekerja dalam masalah seperti ini. Saya akan coba pelajari lagi yang satu ini. Terima kasih :)
Dalam Buddhisme, niat seseorang selalu silih berganti dan tidak muncul secara bersamaan antara niat buruk dan baik. Tidaklah mungkin saat berniat membunuh tetapi saat yang sama ingin menolong. Yang ada adalah niat membunuh muncul baru diikuti niat lainnya meskipun dalam hitungan 1/1000 detik. Bagi kita yang kurang mengamati gerak-gerik pikiran maka sering menganggapnya 2 niat menjadi 1, sehingga terjadinya bias baik dan buruk.
Jadi kita tidak bisa mencampur adukkan 2 niat ini sehingga yang baik menjadi buruk, yang buruk menjadi baik.
Jadi jelas dalam hal ini, yang baik adalah baik, yang buruk adalah buruk.
Anda jangan lari dari pertanyaan setelah anda membuat statement yang tidak bisa anda pertanggung jawabkan?silakan lihat halaman sebelah yah om... jgn buat pernyataan..sebelum melihat
kmu pikir Buddha suka pura2?
justru karn tidak benar di bilang tidak benar
dan yg benar di bilang benar
kmu pikir yg di sebut Buddha ( yg sadar)
tidak sadar apa yg di perbuatnya??
Bahkan Buddha..tidak seyum tampa sebab
apa lg melakukan sesuatu tampa sebab...
apa lgi berkata seuatu tampa sebab..tampa manfaatnya.. jelas krn dia sadar n tau apa yg dilakukannya
Bahkan dia sadar klo prilakunya terpuji....dan tak ada yg menyamainya... itu sebabnya Buddha tdk memberikan penghormatan kepada siapapun ...
tambahan neh : saat Buddha berkata, saya yg terbaik.. dst, maka saya tidak melihat tak ada satu mahlukpun yg layak ku berikan pernghormatan.. apakah itu melabelkan dirinya sebagai yg terbaik..atau tampa label....
Yang bold merahsekali lagi..lihat halaman sebelumnya..mungkin anda yg tidak lihat... kurasa aku copypaste aja kata2 anda :
Anda ada perhatiin gak postingan pertama saya yang anda respon???? Tolong diLihat dan baca baik baik, jangan asal komentar
:)) :)) :)) :)) ditanya tu coba dijawab dulu dong bro... dengan penjelasan yg bisa memenuhi, setelah itu baru balas bertanya....Bukankah sila itu untuk pedoman dalam keseharian kita untuk menjalankan yang benar dan salah? Untuk menentukan label benar dan salah dalam keseharian. Dan mencuri jelas bukan perbuatan benar. Kenapa anda bisa bilang ngeles kemana-mana?
kok malah ngeles kemana-mana...
yg dibahas kan masalah "label" benar dan salah...
sekali lagi..lihat halaman sebelumnya..mungkin anda yg tidak lihat... kurasa aku copypaste aja kata2 anda :
Anda ada perhatiin gak postingan pertama saya yang anda respon???? Tolong diLihat dan baca baik baik, jangan asal komentar
Sebenarnya tidak ada yang namanya agama. Agama adalah label yang digunakan orang untuk membedakan kelompoknya. Ajaran Buddha adalah bagaimana mengakhiri duka dan mencari kebenaran tersebut. Agama adalah ciptaan manusia. Agama adalah hal duniawi dimana segala hal duniawi selalu membawa penderitaan. Segala hal duniawi selalu berakhir dengan dua poros extrem, bahagia dan duka. Ajaran Buddha adalah tentang bagiaman mengakhiri ke 2 poros extrem tersebut dan membuat sebab - sebab yang melampaui ke 2 poros extrem tersebut.Lihat ini juga http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=20480.0;message=355292 (http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=20480.0;message=355292)
Jika anda melekat pada hal duniawi maka anda akan berputar dalam poros bahagia dan duka. Kadang anda diatas roda kadang anda di bawah roda. Jika anda tetap menjaga kondisi batin dan pikiran anda di tengah roda dan tidak melekat, maka anda tidak akan terjebak dalam perputaran tersebut. Anda tidak berada diatas maupun di bawah, karena batin dan pikiran anda melampau atas dan bawah.
Atheis atau tidak itu juga adalah label yang diberikan orang. Tidak ada perbedaan antara atheis dan non atheis. Pikiran manusialah yang membeda - bedakan. Dikatakan ateis jika ia tidak mempercayai tuhan dan dikatakan non ateis jika ia mempercayai tuhan. Benarkah ada perbedaan diantara ateis dan non ateis. Jika berbeda, apa yang membedakan diantara mereka?Mukanya, hatinya atau isi perutnya????
Misalnya jika disini saya mengatakan jika anda percaya saya maka anda benar dan jika anda tidak percaya pada saya maka anda salah. Adakah perbedaan diantara mereka?
Jika seseorang masih terlibat dalam hal tersebut, itu hanyalah kebodohan, kekotoran batin. Ia hanya terjebak dalam hal dualisme pikiran.
Yang membedakan antara seseorang dengan orang lain hanyalah kekotoran batin yang dibawanya. Jika seseorang bisa tetap berada di tengah - tengah roda, walaupun secara ekternal ia tidak beda antara ateis dan non ateis, tetapi di dalam kondisi batinnya terdapat kedamaian, terdapat ketenangan. Ia tidak terpengaruh oleh segala hal fenomena ekternal maupun internal. Ia melihatnya segala sesuatu adalah tidak tetap dan tidak melekat pada hal tersebut dan melepaskannya. Seperti cermin yang tidak berdebu, ia menyadari segala sesuatu terjadi tetapi tidak terpengaruh oleh kondisi tersebut. Karena ia sibuk mendaur kekotoran duniawi menjadi kebijaksanaan dan bukan mencicipinya. Itulah yang membedakan kondisi batin seseorang yang mendapat siraman dharma dengan orang awam. Segala kekotoran duniawi merupakan asupan gij bagi pertumbuhan batin dan pikirannya seperti dalam contoh bunga teratai tersebut.
kmu pikir Buddha suka pura2?
justru karn tidak benar di bilang tidak benar
dan yg benar di bilang benar
kmu pikir yg di sebut Buddha ( yg sadar)
tidak sadar apa yg di perbuatnya??
Bahkan Buddha..tidak seyum tampa sebab
apa lg melakukan sesuatu tampa sebab...
apa lgi berkata seuatu tampa sebab..tampa manfaatnya.. jelas krn dia sadar n tau apa yg dilakukannya
Bahkan dia sadar klo prilakunya terpuji....dan tak ada yg menyamainya... itu sebabnya Buddha tdk memberikan penghormatan kepada siapapun ...
tambahan neh : saat Buddha berkata, saya yg terbaik.. dst, maka saya tidak melihat tak ada satu mahlukpun yg layak ku berikan pernghormatan.. apakah itu melabelkan dirinya sebagai yg terbaik..atau tampa label....
Pendapat anda tersebut berasal dari usaha mencampurkan 2 Niat (baik dan buruk) dalam 1 momen. Ketika Robin Hood mencuri, ia melakukan dengan niat buruk, dan ketika ia membagikannya kepada orang tidak mampu itu adalah berdasarkan niat baik. Begitu sebaliknya dengan berdana dari hasil korupsi.
Dalam Buddhisme, niat seseorang selalu silih berganti dan tidak muncul secara bersamaan antara niat buruk dan baik. Tidaklah mungkin saat berniat membunuh tetapi saat yang sama ingin menolong. Yang ada adalah niat membunuh muncul baru diikuti niat lainnya meskipun dalam hitungan 1/1000 detik. Bagi kita yang kurang mengamati gerak-gerik pikiran maka sering menganggapnya 2 niat menjadi 1, sehingga terjadinya bias baik dan buruk.
Jadi kita tidak bisa mencampur adukkan 2 niat ini sehingga yang baik menjadi buruk, yang buruk menjadi baik.
Jadi jelas dalam hal ini, yang baik adalah baik, yang buruk adalah buruk.
Jika seperti itu untuk apa aturan sila yang dibuat oleh Sang Buddha?ttg aturan sila yg diajarkan Sang Buddha, aku tidak berani berkomentar karena pengetahuanku sendiri utk konsep2 mendasar masih dangkal...
silakan lihat halaman sebelah yah om... jgn buat pernyataan..sebelum melihat
nih pertanyaan buat anda..
tambahan neh : saat Buddha berkata, saya yg terbaik.. dst, maka saya tidak melihat tak ada satu mahlukpun yg layak ku berikan pernghormatan.. apakah itu melabelkan dirinya sebagai yg terbaik..atau tampa label....
_/\_Saya sendiri salut anda bisa menanggapi sesuatu dengan bijaksana, sadhu _/\_
aku setuju dengan bro kelana...
aku bukan seorang praktisi buddhist murni, maka aku memandang baik dan buruk dari sisi umat awam.
suatu aktivitas, terdiri niat dan perbuatan, dan blm tentu keduanya sinkron...
aku bukannya mengada-ada utk menyanggah pertanyaan sebelumnya, tapi hanya berusaha memberi contoh peristiwa dlm kehidupan sehari2...
robin hood, niatnya baik, menolong orang lain yg sangat membutuhkan, tp caranya buruk, yaitu mencuri...
koruptor yg berdana, penghidupannya buruk, dari korupsi, tp sebagai sosok yg dinilai mampu, dia berdana dengan membangun rumah ibadah...
baik atau buruk tergantung dari siapa yg menilai...
ttg aturan sila yg diajarkan Sang Buddha, aku tidak berani berkomentar karena pengetahuanku sendiri utk konsep2 mendasar masih dangkal...
Bagaimana cara membaca dan mencerna yang baik menurut anda?
Tulisan yang di bold membuat saya berhalusinasi bahwa master djoe adalah orang suci. Sehingga master djoe tahu kondisi batin orang suci.
Itu penafsiran anda sendiri, baca dan cerna baik baik, Jangan asal bicara.
Saya tidak tahu kondisi batin orang suci. Yang saya tahu posting bro Ronald menyama ratakan umat awam dan orang suci menilai baik dan buruk. Karena disini saya sedang berbicara dalam konteks batin umat awam melihat baik dan buruk. Pandangan umat awam melihat baik dan buruk.
Bukankah sila itu untuk pedoman dalam keseharian kita untuk menjalankan yang benar dan salah? Untuk menentukan label benar dan salah dalam keseharian. Dan mencuri jelas bukan perbuatan benar. Kenapa anda bisa bilang ngeles kemana-mana?
Bagaimana cara membaca dan mencerna yang baik menurut anda?
_/\_Nanti akan keluar topik bahwa membunuh dengan niat meringankan beban si sakit adalah niat baik. Seperti di thread yang sudah-sudah.
aku setuju dengan bro kelana...
aku bukan seorang praktisi buddhist murni, maka aku memandang baik dan buruk dari sisi umat awam.
suatu aktivitas, terdiri niat dan perbuatan, dan blm tentu keduanya sinkron...
aku bukannya mengada-ada utk menyanggah pertanyaan sebelumnya, tapi hanya berusaha memberi contoh peristiwa dlm kehidupan sehari2...
robin hood, niatnya baik, menolong orang lain yg sangat membutuhkan, tp caranya buruk, yaitu mencuri...
koruptor yg berdana, penghidupannya buruk, dari korupsi, tp sebagai sosok yg dinilai mampu, dia berdana dengan membangun rumah ibadah...
baik atau buruk tergantung dari siapa yg menilai...
Berarti kamu ahli sutta yang telah mencapai pencerahan, karena dengan membaca itu, anda mengambil kesimpulan dan menterjemahkan secara mentah mentah dengan pikiran duniawi anda.wah sayangnya anda salah... aku bukan ahli sutta dan aku belum mencapai pencerahan..tolong jgn melabeli saya demikian
Benarkah Buddha dalam batin dan pikirannya mempertahankan pikiran bahwa dia yang terbaik?
Apakah Buddha membawa label tersebut ke dalam batin dan pikirannya?
Kenapa anda selalu memplesetkannya. Buddha mengajarkan seseorang berbuat kebaikan. Setelah anda berbuat baik anda jangan melekat pada kebaikan ini. Anda jangan melekat pada pandangan anda telah berbuat banyak kebaikan karena itu hanya menjadi penghalang dalam praktek anda. Anda jangan menyimpannya dalam batin dan pikiran anda bahwa anda telah melakukan suatu kebaikan duniawi.Panjang amat balesannya.
Jika seseorang yang mempunyai pandangan itu setelah memberi atau berbuat kebaikan, maka pikiran tersebut hanya menghasilkan sebab duniawi yng menghasilkan karma kelahiran kembali. Untuk mencapai nibbana, kita harus mewujudkan sebab sebab nibbana dengan mempertahankan pikiran yang berdiam di satu titik yang melampau ke 2 kutub tersebut bahagian dan duka, baik dan jahat dst
Berikut ini cuplikan dari Ajahn Chah
All things have need of a way of release. Contemplation is not a matter of holding on and sticking to things. It's a matter of releasing. A mind that can't release phenomena is in a state of intoxication. In practice, it's important not to be intoxicated. When practice really seems to be good, don't be intoxicated by that good. If you're intoxicated by it, it becomes something harmful, and your practice is no longer correct. We do our best, but it's important not to become drunk on our efforts, otherwise we are out of harmony with Dhamma. This is the Buddha's advice. Even the good is not something to get intoxicated by. Be aware of this when it happens.
Dan ini juga
Thus we humans wish for things in abundance. If we get a lot, that's good. Generally that's how we think. Doing good is supposed to bring good results, and if we get that we're happy. We think that's all we need to do and we stop there. But where does good come to conclusion? It doesn't remain. We keep going back and forth, experiencing good and bad, trying day and night to seize on to what we feel is good.
The Buddha's teaching is that first we should give up evil and then we practice what is good. Second, he said that we should give up evil and give up the good as well, not having attachment to it because that is also one kind of fuel. When there is something that is fuel it will eventually burst into flame. Good is fuel. Bad is fuel.
Speaking on this level kills people. People aren't able to follow it. So we have to turn back to the beginning and teach morality. Don't harm each other. Be responsible in your work and don't harm or exploit others. The Buddha taught this, but just this much isn't enough to stop.
;D maaf sis, sebelumnya aku panggil bro... ga liat gendernya dulu..disini sis sriyeklina, dikatakan bahwa baik dan buruk hanyalah sebuah label. Suatu hal yg dicap baik oleh orang lain, belum tentu membawa hasil yang baik dan sebaliknya. Mohon dimengerti _/\_
hihi... maaf sebelumnya, bukan bermaksud memojokkan.. cuma biar ga terlalu tegang aja...
jd ya seperti yg aku jelaskan di postingan sebelumnya...
benar dan salah, aku melihat dari sisi aktivitas... bukan secara terpisah hanya dari sisi perbuatannya saja... karena setiap perbuatan pasti dilandasi oleh niat... dimana keduanya itu sama-sama berakibat...
tapi benar dan salah, hanya sekedar 'label' bagi aku, karena sesuatu aktivitas yg diberi 'label' baik blm tentu membawa sesuatu yg diberi 'label' bahagia, atau sebaliknya... karena smua itu hanya kondisi dan tidak kekal...
_/\_
Kamu bisa lihat kedalam batin dan pikiran Buddha hanya dengan membaca kata kata diatas sutta dan menafsirkan dan mengambil kesimpulan seperti itu. Makanya anda jangan mrendah, karena anda sudah mencapai pencerahan.
iya jelas.. seumur hidupnya Buddha sadar dia yg terbaik dianatara semua mahluk saat itu dalam hal pencapaiannya... menurut anda??
Jika orang suci melakukan perbuatan baik, kondisi batin dan pikirannya gimana?Apakah ia mempertahankan pikiran bahwa ia baru saja berbuat kebaikan?Kok anda tahu jalan pikiran orang suci yah?
disini sis sriyeklina, dikatakan bahwa baik dan buruk hanyalah sebuah label. Suatu hal yg dicap baik oleh orang lain, belum tentu membawa hasil yang baik dan sebaliknya. Mohon dimengerti _/\_Yang dengan kata lain, apa yang Buddha bilang sebagai bermanfaat, sebetulnya belum tentu bermanfaat bagi orang lain. ;D
Nanti akan keluar topik bahwa membunuh dengan niat meringankan beban si sakit adalah niat baik. Seperti di thread yang sudah-sudah.
Semua niat/kehendak menghasilkan kamma. Yang akan ditanggung oleh si pembuat-nya sendiri. Dan yang mengatur hukum kamma bukanlah suatu makhluk yang akan menilai bahwa suatu perbuatan ini demi kebaikan atau tidak. Disaat kita mencuri jelas ada buah kamma yang harus diterima dan disaat kita berdana jelas juga buah kamma yang harus diterima.
Mohon ijin untuk saya memberikan pendapat dalam hal ini....Ok, bisa diterima.
Dalam membaca dan mencerna, terlebih dahulu kita harus mengosongkan segala macam pikiran yang ada, dengan maksud untuk memahami isi dan tujuan dari tulisan-tulisan. Segala macam bentuk penafsiran yang ada di awal, disingkirkan terlebih dahulu tanpa prediks yang dapat menutup bentuk2 pemahaman yang muncul.
Termasuk di bentuk2 yang disingkirkan adalah pikiran bahwa TULISAN INI PASTI BENAR, dan TULISAN INI PASTI SALAH.
Sayangnya, ketika seseorang membaca bahwa tulisan tersebut memiliki merk "By Famous Monk" maka seseorang telah mencap tulisan tersebut sebagai tulisan KEBENARAN.
Tetapi ketika seseorang melihat bahwa tulisan tersebut "written by not famous, not a monk", maka seseorang mencap bahwa tulisan tersebut Tidak Level...
bentuk2 pikiran di atas akan menutupi diri untuk memahami maksud dan tujuan yang hendak disampaikan oleh orang lain.
Kira2 demikian menurut saya ^^
Kamu bisa lihat kedalam batin dan pikiran Buddha hanya dengan membaca kata kata diatas sutta dan menafsirkan dan mengambil kesimpulan seperti itu. Makanya anda jangan mrendah, karena anda sudah mencapai pencerahan.
Kamu bisa menafsirkan sutta tersebut berarti kamu sudah mencapai pencerahan.
Yang dengan kata lain, apa yang Buddha bilang sebagai bermanfaat, sebetulnya belum tentu bermanfaat bagi orang lain. ;D;D ;D ;D ;D
Ok, bisa diterima.
Dan setelah menerima maka proses yang terjadi selanjut-nya dicerna. Sesuai dengan pengetahuan dan kemampuan masing-masing individu. Dan terjadilah pertimbangan/analisa.
Jika itu sesuai maka kita terima dan jika tidak sesuai maka itu tidak diterima. Bukankah begitu?
Jika itu tidak sesuai, maka kita akan bertanya apa yang dipikirkan orang tersebut sampai mempunyai pendapat seperti itu. Dan akan semakin tidak nyambung jika orang yang ditanyakan hanya memberikan jawaban semua itu ilusi atau halusinasi atau kotoran dll.
;D ;D ;D ;DBisa dijelaskan mengapa dan bagaimana berbedanya? Bukankah akan membingungkan orang awam kalau mengatakan di satu sisi "ini relatif" tapi di sisi lain mengatakan "yang Buddha omong yah bener"?
:hammer: :hammer: :hammer: :hammer:
Kalau Buddha kasusnya tidak sama om. Maaf kalo ada kata yang salah ;D
Kalau sesuai logika master sih seharusnya mencari kebenaran sejati sama sia-sianya dengan mencari kesalahan sejati, karena semua hanya ilusi. Ekstrem dan jalan tengah juga hanya label. Bagi yang masih membedakan "ini ekstrem, ini jalan tengah," maka latihannya akan sia-sia.
Berbuat baik juga tidak perlu, karena pikiran bisa terkontaminasi oleh perbuatan baik kita. ;D
Makin mantap.Dalam konteks orang awam, kita berbicara benar dan salah. Perbuatan benar dan salah harus bisa dibedakan. Tetapi dalam konteks pencapaian kebenaran sejati, kita tidak boleh melekat pada benar apalagi yang salah. Buddha mengajarkan agar kita menjauhi perubuatan jahat dan melakukan perbuatan baik. Tetapi anda jangan sampai melekat pada kebaikan, melekat pada pandangan anda telah berbuat baik Jika anda berpandangan anda telah melakukan banyak kebaikan anda telah melekat padanya dan praktek anda menjadi terkontaminasi. Usaha anda dalam mencari dan mewujudkan kebenaran sejati akan sia sia. Jika anda melekat pada perbuatan baik yang telah anda lakukan dan seseorang yang telah menerima kebaikan anda menyakiti anda, maka anda mulai berbicara kebaikan anda sendiri. Pikiran anda terkontanminasi dengan kebaikan anda sendiri. Dengan Pikiran seperti ini praktek anda sia sia belaka dalam mencapai pencerahan
Dalam konteks praktek mencari kebenaran sejati untuk mencapai pencerahan, maka anda harus melepas ke 2 extrim tersebut dan berdiam diam di tengah. (Dalam konteks batin dan pikiran anda sendiri harus seperti ini).
JIka anda belajar dharma hanya untuk melihat perbuatan baik jahat seseorang, saya rasa orang yang tidak beragama pun tahu baik dan jahat secara umum. Tidak diperlukan kitab suci untuk menilai baik dan jahat. Toh label baik dan jahat itu hanya pikiran manusia yang membeda bedakan. Manusia yang menilai ini baik, ini jahat. Sebenarnya tidak ada nama, manusia yang memberikan namanya. Manusia yang meberikan label. Anda berbicara Buddha tahu mana yang baik dan mana yang buruk. Tetapi benarkah Buddha memberikan label tersebut.?
***Warna merah adanya pengeditan
Coba bercermin dulu dari postingan sendiri, yang buat pikiran terkontaminasi adalah perbuatan baik atau kemelekatan pada perbuatan baik?
Tolol sekali kalau anda bilang perbuatan baik mengontaminasi pikiran, karena bahagia pada sebuah perbuatan baik adalah sebuah termasuk perbuatan baik juga yang disebut mudita-citta.Siapa yang tolor dan buta sekarang???
Ah, tapi anda juga menganggap semua itu ilusi, jadi sebetulnya tidak ada yang baik dan buruk.
disini sis sriyeklina, dikatakan bahwa baik dan buruk hanyalah sebuah label. Suatu hal yg dicap baik oleh orang lain, belum tentu membawa hasil yang baik dan sebaliknya. Mohon dimengerti _/\_Yah, saya mengerti. Karena bro candra menilai sesuatu itu baik atau tidak dari sisi manfaat suatu tujuan sebuah proses perbuatan yang panjang.
;D ;D ;D ;DSelain itu om, Buddha adalah yang tercerahkan sempurna. Kebenaranya tidak dapat disangkal siapapun, orang bodoh manapun. Jadi Buddha memang pantas untuk dihormati dan ditiru segala tindak-tanduknya ;D
:hammer: :hammer: :hammer: :hammer:
Kalau Buddha kasusnya tidak sama om. Maaf kalo ada kata yang salah ;D
Yah tentu anda lah yang 'tolor' dan buta, masa' masih nanya?
Mungkin anda tidak tolor, anda tidak buta, tetapi bisa saja anda tolor dan bego pada waktu bersamaan????
Anda menuruh saya bercermin pada postingan saya sebelumnya dan saya sudah bercermin dan postingan tersebut ada diatas. Anda kemudian membuat penafsiran ini dengan mengatakan :
Berbuat baik juga tidak perlu, karena pikiran bisa terkontaminasi oleh perbuatan baik kita. ;D
Saya tidak tahu anda itu tolor atau buta atau tolor dan buta atau anda seorang Buddha bisa menuduh saya mengatakan itu. Anda bingung sendiri siapa yang harus bercermin????BIngung sendiri siapa yg mengucapkan kata kata itu dan menuduh orang lain??? Mungkin anda belum qualify untuk baca tulisan saya.
Siapa yang tolor dan buta sekarang???
Dalam konteks orang awam, kita berbicara benar dan salah. Perbuatan benar dan salah harus bisa dibedakan. Tetapi dalam konteks pencapaian kebenaran sejati, kita tidak boleh melekat pada benar apalagi yang salah. Buddha mengajarkan agar kita menjauhi perubuatan jahat dan melakukan perbuatan baik. Tetapi anda jangan sampai melekat pada kebaikan, melekat pada pandangan anda telah berbuat baik Jika anda berpandangan anda telah melakukan banyak kebaikan anda telah melekat padanya dan praktek anda menjadi terkontaminasi. Usaha anda dalam mencari dan mewujudkan kebenaran sejati akan sia sia. Jika anda melekat pada perbuatan baik yang telah anda lakukan dan seseorang yang telah menerima kebaikan anda menyakiti anda, maka anda mulai berbicara kebaikan anda sendiri. Pikiran anda terkontanminasi dengan kebaikan anda sendiri. Dengan Pikiran seperti ini praktek anda sia sia belaka dalam mencapai pencerahan
Dalam konteks praktek mencari kebenaran sejati untuk mencapai pencerahan, maka anda harus melepas ke 2 extrim tersebut dan berdiam diam di tengah. (Dalam konteks batin dan pikiran anda sendiri harus seperti ini).
JIka anda belajar dharma hanya untuk melihat perbuatan baik jahat seseorang, saya rasa orang yang tidak beragama pun tahu baik dan jahat secara umum. Tidak diperlukan kitab suci untuk menilai baik dan jahat. Toh label baik dan jahat itu hanya pikiran manusia yang membeda bedakan. Manusia yang menilai ini baik, ini jahat. Sebenarnya tidak ada nama, manusia yang memberikan namanya. Manusia yang meberikan label. Anda berbicara Buddha tahu mana yang baik dan mana yang buruk. Tetapi benarkah Buddha memberikan label tersebut.?.
***Warna merah adanya pengeditan
Kok anda tahu jalan pikiran orang suci yah?Jika orang suci melakukan perbuatan baik, kondisi batin dan pikirannya gimana?Apakah ia mempertahankan pikiran bahwa ia baru saja berbuat kebaikan?
Yang dengan kata lain, apa yang Buddha bilang sebagai bermanfaat, sebetulnya belum tentu bermanfaat bagi orang lain. ;D
Bisa dijelaskan mengapa dan bagaimana berbedanya? Bukankah akan membingungkan orang awam kalau mengatakan di satu sisi "ini relatif" tapi di sisi lain mengatakan "yang Buddha omong yah bener"?
(Coba dijelaskan dengan bahasa sederhana saja, anggap saya orang yang tidak kenal Buddhism.)
Dilihat dari cara anda respon, memang benar, apa yang BUddha bilang belum tentu bermanfaat bagi orang lain ;D
Jika itu tidak sesuai, maka kita akan bertanya apa yang dipikirkan orang tersebut sampai mempunyai pendapat seperti itu. Dan akan semakin tidak nyambung jika orang yang ditanyakan hanya memberikan jawaban semua itu ilusi atau halusinasi atau kotoran dll.
Selain itu om, Buddha adalah yang tercerahkan sempurna. Kebenaranya tidak dapat disangkal siapapun, orang bodoh manapun. Jadi Buddha memang pantas untuk dihormati dan ditiru segala tindak-tanduknya ;DBagaimana tuh ciri khas 'tercerahkan sempurna'? Apa bisa dilihat dengan mata awam, misalnya menilai perbuatan 'tanpa label', kalau diberi contoh kasus, mengatakan orang itu sedang berilusi, atau bagaimana nih? ;D
Baca atau tidak baca hanya ilusi, Grasshopper. Ada atau tidak adanya tanda tanya, hanyalah label.
Anda bisa baca gak? Anda bisa lihat gak? Anda tidak lihat tanda tanya?
Quote from: Kainyn_Kutho on Today at 09:19:13 AM
Kalau sesuai logika master sih seharusnya mencari kebenaran sejati sama sia-sianya dengan mencari kesalahan sejati, karena semua hanya ilusi. Ekstrem dan jalan tengah juga hanya label. Bagi yang masih membedakan "ini ekstrem, ini jalan tengah," maka latihannya akan sia-sia.
Berbuat baik juga tidak perlu, karena pikiran bisa terkontaminasi oleh perbuatan baik kita. ;D
Makin mantap.
Quote from: djoe on Today at 09:06:11 AM
Dalam konteks orang awam, kita berbicara benar dan salah. Perbuatan benar dan salah harus bisa dibedakan. Tetapi dalam konteks pencapaian kebenaran sejati, kita tidak boleh melekat pada benar apalagi yang salah. Buddha mengajarkan agar kita menjauhi perubuatan jahat dan melakukan perbuatan baik. Tetapi anda jangan sampai melekat pada kebaikan, melekat pada pandangan anda telah berbuat baik Jika anda berpandangan anda telah melakukan banyak kebaikan anda telah melekat padanya dan praktek anda menjadi terkontaminasi. Usaha anda dalam mencari dan mewujudkan kebenaran sejati akan sia sia. Jika anda melekat pada perbuatan baik yang telah anda lakukan dan seseorang yang telah menerima kebaikan anda menyakiti anda, maka anda mulai berbicara kebaikan anda sendiri. Pikiran anda terkontanminasi dengan kebaikan anda sendiri. Dengan Pikiran seperti ini praktek anda sia sia belaka dalam mencapai pencerahan
Dalam konteks praktek mencari kebenaran sejati untuk mencapai pencerahan, maka anda harus melepas ke 2 extrim tersebut dan berdiam diam di tengah. (Dalam konteks batin dan pikiran anda sendiri harus seperti ini).
JIka anda belajar dharma hanya untuk melihat perbuatan baik jahat seseorang, saya rasa orang yang tidak beragama pun tahu baik dan jahat secara umum. Tidak diperlukan kitab suci untuk menilai baik dan jahat. Toh label baik dan jahat itu hanya pikiran manusia yang membeda bedakan. Manusia yang menilai ini baik, ini jahat. Sebenarnya tidak ada nama, manusia yang memberikan namanya. Manusia yang meberikan label. Anda berbicara Buddha tahu mana yang baik dan mana yang buruk. Tetapi benarkah Buddha memberikan label tersebut.?
***Warna merah adanya pengeditan
Quote from: Kainyn_Kutho on Today at 11:09:54 AM
Coba bercermin dulu dari postingan sendiri, yang buat pikiran terkontaminasi adalah perbuatan baik atau kemelekatan pada perbuatan baik?
Mungkin anda tidak tolor, anda tidak buta, tetapi bisa saja anda tolor dan bego pada waktu bersamaan????
Anda menuruh saya bercermin pada postingan saya sebelumnya dan saya sudah bercermin dan postingan tersebut ada diatas. Anda kemudian membuat penafsiran ini dengan mengatakan :
Berbuat baik juga tidak perlu, karena pikiran bisa terkontaminasi oleh perbuatan baik kita. ;D
Saya tidak tahu anda itu tolor atau buta atau tolor dan buta atau anda seorang Buddha bisa menuduh saya mengatakan itu. Anda bingung sendiri siapa yang harus bercermin????BIngung sendiri siapa yg mengucapkan kata kata itu dan menuduh orang lain??? Mungkin anda belum qualify untuk baca tulisan saya.
Quote from: Kainyn_Kutho on Today at 11:09:54 AM
Tolol sekali kalau anda bilang perbuatan baik mengontaminasi pikiran, karena bahagia pada sebuah perbuatan baik adalah sebuah termasuk perbuatan baik juga yang disebut mudita-citta.
Ah, tapi anda juga menganggap semua itu ilusi, jadi sebetulnya tidak ada yang baik dan buruk.
Siapa yang tolor dan buta sekarang???
Banyak orang yang mampu menafsirkan sutta, bukan berarti bahwa mereka telah mencapai pencerahan.
Mungkin saja ada yang mengetahui maksud dan artinya.. Tetapi mereka belum mengetahui secara mendalam.. Mereka hanya tahu "oh sutta ini artinya demikian" tetapi selama belum melakukan penyelidikan sendiri mereka hanya tahu sbatas kulit-kulitnya saja..
Mereka yang telah melakukan penyelidikan sendiri dikatakan telah menyelami kebenaran yang terkandung di dalamnya. Maksud sejati telah dimengerti.. bukan mengira-2 bukan pula menurut saya atau menurut mereka...Good Advice
Setelah mereka memahami, (bukan hanya mengetahui), mereka berusaha menempatkan diri mereka di dalam jalan tersebut dan berupaya agar tidak tergelincir dari jalan tersebut.
Dan ketika mereka telah berdiri teguh di dalamnya, mereka ini lah yang dikatakan mencapai pencerahan...
Dalam mempelajari segala sesuatu, untuk maju dalam segala hal. bila semakin banyak beban yang dibawa, maka anda akan terjatuh karena tidak mampu menanggung beban bawaan tersebut...
Hanya dengan melepaskan, maka anda akan memperoleh...
:)
Ego kawanku, ia bersifat menjerumuskan.. ia mendorong diri anda semakin jauh dari kebenaran... ia mendorong anda untuk berpikir bahwa anda sudah benar... jangan hiraukan pendapat orang lain...
Tak dapatkah anda lihat bahwa ego menjerumuskan anda ^^
Asyik pada ribut. :))Ribut itu tidak baik om. Dalam keadaan seperti ini seharusnya seseorang mengambil keuntungan om. Biar saya contohkan om ;D
Tetapi celakanya orang tersebut mengambil kesimpulan sendiri dan menggunakannya sebagai pedoman dan menyangkal pendapat orang.
Good Advice
Saya rasa maksud dari bro kainyn itu adalah baik, ia berupaya menyadarkan anda. Bahwa pandangan anda telah berlainan dari makna dalam yang anda pelajari dari sutta/artikel ceramah.Untuk menilai ini saya rasa anda harus punya dasarnya. Anda tidak jelas. Apakah salah saya mengartikan ajaran Ajahn Chah atau Ajahn Chah yang salah mengartikan dharma?
Bila ia menggunakan kata tolol. yah saya rasa ada benarnya, karena anda sebetulnya telah salah mengartikan ajaran orang lain, namun beranggapan bahwa anda telah mengerti dengan baik dan benar. Ditambah lagi, anda berusaha menyadarkan orang lain untuk mengikuti pandangan anda ini... Kalau anda hanya membagi tulisan orang lain agar dapat melihat sisi baik tulisan tersebut ini tidak mnjadi masalah. Lain halnya kalau anda berusaha membenarkan diri anda dengan tulisan2 orang lain... "hey kata sang Buddha begini loh, kata ajahn chah begini loh"
Disini anda hanya melindungi diri anda dengan kata2 orang suci.. alih2 anda jadi mengerti, anda malah akan semakin mundur dalam pengembangan batin anda
Bagaimana tuh ciri khas 'tercerahkan sempurna'? Apa bisa dilihat dengan mata awam, misalnya menilai perbuatan 'tanpa label', kalau diberi contoh kasus, mengatakan orang itu sedang berilusi, atau bagaimana nih? ;DUntuk itu om, saya tidak tahu. Biar saya ehipassiko dulu ;D
Betul sekali... dan anda lah "orang tersebut" : :-[Dasarnya darimana anda menilai itu? Tunjukkan secara fair
Baca atau tidak baca hanya ilusi, Grasshopper. Ada atau tidak adanya tanda tanya, hanyalah label.
Ribut itu tidak baik om. Dalam keadaan seperti ini seharusnya seseorang mengambil keuntungan om. Biar saya contohkan om ;D
Semua KalyanaMitta. Mohon klik saya dong :))
(http://www.cute-factor.com/images/smilies/onion/4412144b.gif)
=))
Mungkin karena pertanyaannya bermasalah atau sekedar bertanya atau asal bertanya atau oot dan melenceng karena tidak memperhatikan konteks.Bukan karena OOT, bermasalah atau yang lain-nya. Tapi karena anda memang tidak mampu menjawab. Jika anda mampu maka anda pasti bisa memaparkan jawaban anda sehingga bisa diterima.
Seperti seseorang menerangkan rasa apel, tetapi org tersebut bertanya durian
Mungkin Orang tersebut bertanya tentang ilusi atau halusinasi atau kotoran dll.
Dilihat dari cara anda respon, memang benar, apa yang BUddha bilang belum tentu bermanfaat bagi orang lain ;DItu 'kan hanya ilusi anda, Grasshopper. Anda terilusi dengan Ajaran Buddha tidak bermanfaat.
_/\_ ikut nimbrung ya om...Berarti kebenaran menjadi benar tergantung bagaimana orang meyakininya? Misalnya kalau orang bilang bumi bulet, kalau menurut 'penyelidikan' tertentu buminya datar, berarti "bumi bulet"= salah? Atau bagaimana?
sejauh pemahamanku sih... "yang Buddha omong yah bener" kurang tepat...
bukan meragukan kemampuan beliau yg sudah mencapai penerangan sempurna, tp bukankah beliau tidak memberikan jaminan kebenaran? tapi analisalah apa yg telah beliau tunjukkan, dan kalau itu membawa manfaat, silahkan diikuti...
jadi kembali lagi.. "ini relatif" tergantung siapa yg meyakininya....
Saya rasa maksud dari bro kainyn itu adalah baik, ia berupaya menyadarkan anda. Bahwa pandangan anda telah berlainan dari makna dalam yang anda pelajari dari sutta/artikel ceramah.Itu penilaian anda???? atau siapa???? Siapa yang menilai disini????
Bila ia menggunakan kata tolol. yah saya rasa ada benarnya, karena anda sebetulnya telah salah mengartikan ajaran orang lain, namun beranggapan bahwa anda telah mengerti dengan baik dan benar. Ditambah lagi, anda berusaha menyadarkan orang lain untuk mengikuti pandangan anda ini...
Bila menggunakan kata buta, yah ada benarnya juga. Buta yang dimaksud adalah tidak mampu membedakan. nyatanya? mampukah anda membedakan alam pikiran dan realita sunyata yang ada? Kawan2 disini memberikan pendapat yang berlainan gaya, tetapi maksud mereka adalah baik. Mereka berusaha menunjukkan kesalahan anda dengan gaya mereka. Yang kemudian anda malah salahartikan sebagai "ohhh mereka sungguh bodoh. Mereka tidak mampu mengerti apa yang saya sampaikan"
Apakah disini bro kainyn menjadi buta dan tolol? saya rasa tidak.. malah beliau sedang berupaya baik kepada anda... tetapi anda telah menyalahartikan maksud bro kainyn..Sayangnya anda tidak melihat dia sudah menyalah artikan tulisan saya bahkan salah membacanya Dan berdasarkan kesalahannya itu mengatakan orang tolor. Jelas jelas penilaian anda tidak objektif atau anda tidak melihat atau tidak mau melihatnya
Saya tidak membela bro kainyn, karena saya sendiri tidak mengenal bro kainyn. Jika anda berpikir bahwa saya adalah komplotan bro kainyn, maaf, saya sendiri tidak tahu diri bro kainyn seperti apa.
Minta cendol yah?Ya ;D
Ya ;D
apalagi topic yang hot banyak dikunjungi KalyanaMitta =))
Dalam konteks orang awam, kita berbicara benar dan salah. Perbuatan benar dan salah harus bisa dibedakan. Tetapi dalam konteks pencapaian kebenaran sejati, kita tidak boleh melekat pada benar apalagi yang salah. Buddha mengajarkan agar kita menjauhi perubuatan jahat dan melakukan perbuatan baik. Tetapi anda jangan sampai melekat pada kebaikan, melekat pada pandangan anda telah berbuat baik Jika anda berpandangan anda telah melakukan banyak kebaikan anda telah melekat padanya dan praktek anda menjadi terkontaminasi. Usaha anda dalam mencari dan mewujudkan kebenaran sejati akan sia sia. Jika anda melekat pada perbuatan baik yang telah anda lakukan dan seseorang yang telah menerima kebaikan anda menyakiti anda, maka anda mulai berbicara kebaikan anda sendiri. Pikiran anda terkontanminasi dengan kebaikan anda sendiri. Dengan Pikiran seperti ini praktek anda sia sia belaka dalam mencapai pencerahan
Dalam konteks praktek mencari kebenaran sejati untuk mencapai pencerahan, maka anda harus melepas ke 2 extrim tersebut dan berdiam diam di tengah. (Dalam konteks batin dan pikiran anda sendiri harus seperti ini).
JIka anda belajar dharma hanya untuk melihat perbuatan baik jahat seseorang, saya rasa orang yang tidak beragama pun tahu baik dan jahat secara umum. Tidak diperlukan kitab suci untuk menilai baik dan jahat. Toh label baik dan jahat itu hanya pikiran manusia yang membeda bedakan. Manusia yang menilai ini baik, ini jahat. Sebenarnya tidak ada nama, manusia yang memberikan namanya. Manusia yang meberikan label. Anda berbicara Buddha tahu mana yang baik dan mana yang buruk. Tetapi benarkah Buddha memberikan label tersebut.?.
***Warna merah adanya pengeditan
Yah tentu anda lah yang 'tolor' dan buta, masa' masih nanya?
Kalimat bold itu berarti perbuatan baik bisa mengontaminasi 'kan?
Jika anda tidak punya komentar, jangan membuat komentar tak berguna disini. Hanya menambah kotoran saja dan membuat orang susah mengikuti nyaah itu cuma ilusi dalam batin anda, sadari saja anda memang berilusi mengajarkan ilusi dari ilusi yang semakin ilusi dari ilusi ilusi yang semakin ilusi itu kemudian meng ilusikan ilusi anda =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =))
Kira2 thread ini bisa mecahin rekor thread bhikkhu bergitar gak ya? ::)
Bukan karena OOT, bermasalah atau yang lain-nya. Tapi karena anda memang tidak mampu menjawab. Jika anda mampu maka anda pasti bisa memaparkan jawaban anda sehingga bisa diterima.Sayangnya anda tidak bisa melihat jawban tersebut
Tapi bagaimana anda bisa menjawab jika anda melihat semua perkataan/pertanyaan diluar dari yang anda yakini SEMUANYA ILUSI.
kasihan om kumis ga bisa ikutan lagi =))
ah itu cuma ilusi dalam batin anda, sadari saja anda memang berilusi mengajarkan ilusi dari ilusi yang semakin ilusi dari ilusi ilusi yang semakin ilusi itu kemudian meng ilusikan ilusi anda =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =))
Thread biku bergitar belum ada apa-apanya dibanding dengan thread ini (http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=17326.0).kejamnya di BRP sampe (-12) =))
kejamnya di BRP sampe (-12) =))
Sayangnya anda tidak bisa melihat jawban tersebutTunjukkan dan jelaskan jawaban anda jika menurut anda orang itu tidak melihat. Jika 1 orang bicara dengan anda dan tidak nyambung. Mungkin cara anda mungkin masih benar. Tapi jika hampir semua yang bicara dengan anda tidak nyambung seharus-nya anda periksa dimana letak salah-nya.
Tunjukkan dan jelaskan jawaban anda jika menurut anda orang itu tidak melihat. Jika 1 orang bicara dengan anda dan tidak nyambung. Mungkin cara anda mungkin masih benar. Tapi jika hampir semua yang bicara dengan anda tidak nyambung seharus-nya anda periksa dimana letak salah-nya.
Pencerahan yang ingin anda sampaikan bisa dicapai dengan menyuntikkan obat tidur terus menerus. Sehingga manusia tidak akan berpikir, tidak akan menilai,tidak akan melihat label dll. Dan tidak akan melekat dengan apapun karena tidak ada yang terpikir/dipikirkan.
ah itu cuma ilusi dalam batin anda, sadari saja anda memang berilusi mengajarkan ilusi dari ilusi yang semakin ilusi dari ilusi ilusi yang semakin ilusi itu kemudian meng ilusikan ilusi anda =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =))
Berarti kebenaran menjadi benar tergantung bagaimana orang meyakininya? Misalnya kalau orang bilang bumi bulet, kalau menurut 'penyelidikan' tertentu buminya datar, berarti "bumi bulet"= salah? Atau bagaimana?
Lihat ini http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=20480.0;message=354710 (http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=20480.0;message=354710)Itu bukan jawaban dari pertanyaan saya. Jika anda memahami dengan yang anda tulis dan bukan menelan bulat-bulat. Seharusnya anda sudah membandingkan dengan kehidupan nyata. Dan saya mengajukan pertanyaan yang memang terjadi dalam kehidupan nyata dan bagaimana cara anda mengantisipasi-nya atau mencari solusi-nya dengan sumber tulisan anda tersebut.
Itu bukan jawaban dari pertanyaan saya. Jika anda memahami dengan yang anda tulis dan bukan menelan bulat-bulat. Seharusnya anda sudah membandingkan dengan kehidupan nyata. Dan saya mengajukan pertanyaan yang memang terjadi dalam kehidupan nyata dan bagaimana cara anda mengantisipasi-nya atau mencari solusi-nya dengan sumber tulisan anda tersebut.Itu karena anda tidak bertanya pada konteks tulisan saya. Anda jangan keluar dari konteks awal tulisan saya yang anda respon. Makanya saya menjawab dalam konteks yang ingin disampaikan. Saya membuat postingan tersebut karena ingin menyampaikan pandangan saya.
Itu karena anda tidak bertanya pada konteks tulisan saya. Anda jangan keluar dari konteks awal tulisan saya yang anda respon. Makanya saya menjawab dalam konteks yang ingin disampaikan. Saya membuat postingan tersebut karena ingin menyampaikan pandangan saya.Saya melihat konteks tulisan anda dan jawaban anda terhadap postingan bro candra. Dan pertanyaan saya itu menyangkut bagaimana anda praktekkan pemahaman anda pada persoalan tersebut.
Itulah hal sebenarnya yang ingin saya sampaikan. Bukan yang lain. Karna saya lebih konsen pada praktek diri sendiri dan melihat batin dan pikiran sendiri bukan pada hal ekternal. Karena segala hal ekternal selalu bermuara kembali ke batin dan pikiran bagaimana kita menyikapi nya itu hal yang menentukan pikiran dan perbuatan selanjutnya orang tersebut.
Postingan artikel saya lebih bersifat pemahaman saya bagaimana kita berpraktek dan melihat fenomena tersebut.
Saya rasa ada banyak kata melekat disitu. Seseorang bisa melihat secara keseluruhan arti artikel tersebut. Mungkin saya melihat anda terlalu tinggi ternyata kemampuan anda segitu.Ah, master of illusion, mau menjebak pembaca dengan ilusi lagi yah? Coba temukan kata 'melekat' di kalimat ini:
Anda hanya melihat 7 kata disitu dan mengambil kesimpulan. Penafsiran yang hebat dari seorang maestro sutta
Yang mana yang merupakan Grasshopper?Yang ini tentunya:
[/spoiler]
Saya melihat konteks tulisan anda dan jawaban anda terhadap postingan bro candra. Dan pertanyaan saya itu menyangkut bagaimana anda praktekkan pemahaman anda pada persoalan tersebut.Sayangnya pertanyaan anda diluar kontek tulisan saya. Tetapi sayangnya saya tidak punya pengalaman disitu dan tidak ingin membayangkan dan berandai andai. Saya lebih senang lihat yang nyata dan yg sedang terjadi sekarang.
Dan postingan artikel anda di tempatkan di tempat umum. Jika anda tidak ingin ditanya dengan berbagai hal seharus-nya anda bisa posting ditempat yang tidak dilihat orang banyak.
Saya ngerti sikap anda sekalian, kenapa anda begitu keras langsung menolak hal yang ditulis oleh seseorang mengenai pengalamanya dalam belajar dharma tanpa melihat lebih dalam karena anda sekalian lebih khawatir terjadi salah penafsiran oleh orang yang tidak mengerti dharma yang membaca postingan tersebut.
Tujuan saya sebenarnya awalnya hanya ingin berbagi pengalaman dengan teman - teman yang telah berpraktek sehingga bisa saling tukar pengalaman dan saling belajar.Mungkin pengalaman dan pandangan pribadi tidak boleh di posting disini karena mungkin tidak pada tempatnya mungkin pada forum yang lebih kecil dan terbatas.
Jika pengalaman pribadi adalah hal yang tabu di forum ini, saya rasa sia sia saja saya mempostingnya disini, karena selalu ada saja yang melihatnya dari sisi lain dan tidak melihat hal yang ingin disampaikan dan menanggapinya secara negatif.
Pernyataan diatas mungkin hanya ilusi saya(tentang kekhawatiran anda sekalian terhadap salah penafsiran tersebut), mungkin anda sekalian tidak seperti itu. Tetapi saya lebih suka melihatnya seperti itu. Jika anda tidak seperti itu, itu kembali lagi ke masing masing orang.
Saya rasa cukup sekian dari saya.
JIka ada perkataan yang salah , mohon dimaafkan dan dilupakan saja.
yaahhh om ini... kok malah ambil sample yg jelas2 tidak sesuai dengan pengetahuan saat ini...Berarti kalau menurut anda, Ajaran Buddha tidak berlaku bagi yang tidak beragama Buddha?
td kan lagi bahas ttg "yang Buddha omong yah bener"... yg aku maksud "tergantung siapa yg meyakininya" terkait dengan hal itu...
tp aku coba jawab ya... ;D
setauku, org2 abad ke berapa gitu (aku bukan sejarahwan, jd ga apal) kan beranggapan kalo bumi itu datar... dan itu berlaku sebagai kebenaran pada saat itu...
nah, sesuai dengan dhamma bahwa tidak ada yg kekal, maka kebenaran pun bisa bergeser... karena benar atau salah td hanya sebuah 'label'...
dengan penelitian yg ada, menyatakan bahwa bumi itu bulat... dan tentunya kebenaran adalah yg sesuai kenyataan... maka definisi bentuk bumi yg diberi label 'benar' saat ini adalah bulat...
bisa jadi dengan penelitian yg lebih lanjut lagi (berandai-andai sedikit), di masa depan diketahui bahwa bumi ternyata bentuknya elips... maka label 'benar' itu pun akan bergeser lagi, dan bentuk bumi = bulat menjadi salah...
demikian halnya dengan ajaran Sang Buddha, apakah yg dikatakan beliau selalu benar? bagi yg tidak meyakininya, sudah pasti pada titik awal akan mengatakan kalo perkataan beliau sesat atau cuma omong kosong...
tp mungkin bagi umat buddhist yg telah menyelami apa sih yg dikatakan beliau, menganalisa, dan memahaminya... dia bisa mengatakan kalo itu adalah jalan yg benar...
sama halnya dengan beberapa sutta yg berisi perkataan Sang Buddha yg menyebutkan beberapa lokasi, yg sampai sekarang blm bisa ditemukan atau dperkirakan oleh manusia (aku lupa detailnya)... apakah Sang Buddha saat itu mengatakan itu sebagai kiasan, arti yg sebenarnya (kebenaran), atau yg menuliskan ke dlm sutta2 tipitaka yg kurang pas penggambarannya... siapa atau apa yg bisa memastikan "yang Buddha omong yah bener", karena pikiran dan batin kita terbatas pada pikiran dan batin seorang manusia, apalagi aku hanya seorang umat awam...
kalo ada pandangan2 yg salah, mohon koreksinya ya.. _/\_
Ada badut juga disini. Mungkin saya sedang berilusi. Tetapi gpp, Badut ini sangat lucu dan menghibur ;Dah aye masih kalah lah sama LSY =))
Ah, master of illusion, mau menjebak pembaca dengan ilusi lagi yah? Coba temukan kata 'melekat' di kalimat ini:
"Pikiran anda terkontanminasi dengan kebaikan anda sendiri."
NB: mohon abaikan kelebihan 'n' dalam 'terkontanminasi', hanya dikutip sebagaimana adanya.
Dalam konteks orang awam, kita berbicara benar dan salah. Perbuatan benar dan salah harus bisa dibedakan. Tetapi dalam konteks pencapaian kebenaran sejati, kita tidak boleh melekat pada benar apalagi yang salah. Buddha mengajarkan agar kita menjauhi perubuatan jahat dan melakukan perbuatan baik. Tetapi anda jangan sampai melekat pada kebaikan, melekat pada pandangan anda telah berbuat baik Jika anda berpandangan anda telah melakukan banyak kebaikan anda telah melekat padanya dan praktek anda menjadi terkontaminasi. Usaha anda dalam mencari dan mewujudkan kebenaran sejati akan sia sia. Jika anda melekat pada perbuatan baik yang telah anda lakukan dan seseorang yang telah menerima kebaikan anda menyakiti anda, maka anda mulai berbicara kebaikan anda sendiri. Pikiran anda terkontanminasi dengan kebaikan anda sendiri. Dengan Pikiran seperti ini praktek anda sia sia belaka dalam mencapai pencerahan
Dalam konteks praktek mencari kebenaran sejati untuk mencapai pencerahan, maka anda harus melepas ke 2 extrim tersebut dan berdiam diam di tengah. (Dalam konteks batin dan pikiran anda sendiri harus seperti ini).
Sayangnya pertanyaan anda diluar kontek tulisan saya. Tetapi sayangnya saya tidak punya pengalaman disitu dan tidak ingin membayangkan dan berandai andai. Saya lebih senang lihat yang nyata dan yg sedang terjadi sekarang.Nah, disitulah terbalik-nya. Saya menanyakan kepada anda tapi anda membalikkan kepada saya. Jika saya jadi anda, saya akan jawab saya tidak tahu jika saya tidak tahu, saya akan jawab tidak bisa jika saya tidak bisa, atau saya akan menerangkan jika saya mampu memahami persoalan itu berdasarkan teori/pandangan yang saya lontarkan.
Tetapi jika anda ingin mencari jawaban tersebut, maka saya bisa membantu anda bagaiman menjawabnya tetapi anda harus kerja sama karena ini juga melibatkan anda karena anda yang mengajukan pertanyaan tersebut dengan membayang bayangkan ada kejadian seperti itu karena mungkin hal tersebut menjadi ganjalan anda karena pengalaman masa lalu.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut coba anda bayangkan bagaiman itu terjadi pada diri anda pada skenario pertanyaan no 2. Bayangkan perasaan batin dan perasan anda. Dikatakan bayangkan karena pertanyaan anda bersifat bayangan dan berandai andai, maka anda harus membayangkan pada saat itu sedang terjadi.
Coba anda ceritakan kepada saya bagaimana perasaan anda dikala kejadian itu sedang terjadi dan bergilir dan di lihat oleh sekeluarga anda?
Bagaimana perasaan anda? Bagaimana anda membayangkan perasaan keluarga anda? Dengan perasaan tersebut mampukah anda bertahan? Apa yang akan anda lakukan ?
Anda boleh saja mengabaikan post ini, tetapi jika anda memang butuh jawabanya, silahkan respon. Saya akan berusaha membantu anda menjawabnya.
Berarti kalau menurut anda, Ajaran Buddha tidak berlaku bagi yang tidak beragama Buddha?
Berbuat baik juga tidak perlu karena , pikiran bisa terkontaminasi oleh perbuatan baik kita. ;D;D Master jangan kehilangan kendali begitu, nanti kelihatan dungunya lho.
Yang merah siapa yang tulis yah, capek dehhhhhhhh.
Dikatakan pikiran terkontaminasi terkontaminasi oleh perbuatan baik kita dalam hal seperti dibawah ini.
Berikut Postingan aslinya
Karena ada orang tolor yang gak bisa membaca dan salah penafsiran dan menjustifikasi orang lain tolor dengan berkata
Berbuat baik juga tidak perlu karena , pikiran bisa terkontaminasi oleh perbuatan baik kita. ;D
Nah, disitulah terbalik-nya. Saya menanyakan kepada anda tapi anda membalikkan kepada saya. Jika saya jadi anda, saya akan jawab saya tidak tahu jika saya tidak tahu, saya akan jawab tidak bisa jika saya tidak bisa, atau saya akan menerangkan jika saya mampu memahami persoalan itu berdasarkan teori/pandangan yang saya lontarkan.
Sayangnya pertanyaan anda diluar kontek tulisan saya. Tetapi sayangnya saya tidak punya pengalaman disitu dan tidak ingin membayangkan dan berandai andai. Saya lebih senang lihat yang nyata dan yg sedang terjadi sekarang.
Tetapi jika anda ingin mencari jawaban tersebut, maka saya bisa membantu anda bagaiman menjawabnya tetapi anda harus kerja sama karena ini juga melibatkan anda karena anda yang mengajukan pertanyaan tersebut dengan membayang bayangkan ada kejadian seperti itu karena mungkin hal tersebut menjadi ganjalan anda karena pengalaman masa lalu.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut coba anda bayangkan bagaiman itu terjadi pada diri anda pada skenario pertanyaan no 2. Bayangkan perasaan batin dan perasan anda. Dikatakan bayangkan karena pertanyaan anda bersifat bayangan dan berandai andai, maka anda harus membayangkan pada saat itu sedang terjadi.
Coba anda ceritakan kepada saya bagaimana perasaan anda dikala kejadian itu sedang terjadi dan bergilir dan di lihat oleh sekeluarga anda?
Bagaimana perasaan anda? Bagaimana anda membayangkan perasaan keluarga anda? Dengan perasaan tersebut mampukah anda bertahan? Apa yang akan anda lakukan ?
Anda boleh saja mengabaikan post ini, tetapi jika anda memang butuh jawabanya, silahkan respon. Saya akan berusaha membantu anda menjawabnya.
berlaku...Jika memang berlaku, bisakah dibuktikan?
hanya saja, diakui benar atau tidak nya yg relatif...
;D jangan2 yg coba aku jelaskan ga nyambung ya bro sama yg bro Kainyn tanyakan?Sebetulnya maksud saya sederhana, yaitu mengatakan bahwa persepsi adalah hal yang relatif. Namun kenyataan sebagaimana adanya bukanlah hal relatif. Kalau dibilang semuanya relatif, maka saya mempertanyakannya.
Terserah anda mau jawaban atau tidak. Karena ilusi itu ada dipikiran anda seperti seorang gila yang berkonsultasi kepada dokter jiwa. Kemudian pasien tersebut bertanya tentang kondisi dan pikirannya, halusinasinya bisa sepoerti itu? Jika pasien tersebut ingin sembuh maka ceritakanlah kondisi jiwa dan batin anda.Apa hubungan antara anda dengan cerita dokter diatas? Dokter gadungan mungkin berkata seperti itu.
Kemudian pasien berkata kepada dokter jiwa tersebut, kok anda megembalikan hayalan saya kepada saya dok?
Dokter juga jadi bingung dan berkata, mau sembuh tidak? Kalau anda tidak cerita kondisi batin dan pikiran anda, gimana saya bisa cari penyebabnya?
;D Master jangan kehilangan kendali begitu, nanti kelihatan dungunya lho.Hati hati dengan penafsiran anda loh, nanti kelihatan dungunya lho. Mari kita bahas cara analisa dungu anda
Saya beri logika menurut saya nih:
1. Seseorang bisa keracunan karena makan jamur.
2. Seseorang bisa keracunan karena makan jamur yang tidak matang.
Sekarang kasus berbuat baik.
(Master) Pikiran anda terkontanminasi dengan kebaikan anda sendiri.
(Saya) Pikiran terkontaminasi karena kemelekatan pada kebaikan.
Jika pikiran terkontaminasi karena kebaikan diri sendiri, maka lebih baik tidak usah berbuat baik, maka pikiran tetap bersih.
Kata-kata master itu mengisyaratkan kebaikanlah yang bikin pikiran terkontaminasi.Udah keliatan makin dungunya nih
;D Ya sudah, biar pembaca yang menilai saja.
Paling tidak lebih jelas sekarang _/\_Sebetulnya dari dulu juga anda sudah jelas kelihatan dungu, tapi sekarang memang lebih jelas lagi. Jadi lumayanlah, mencerahkan pembaca.
Apa hubungan antara anda dengan cerita dokter diatas? Dokter gadungan mungkin berkata seperti itu.Terserah anda mau jawaban atau tidak. JIka anda tidak ingin jawaban, jangan bilang saya tidak menjawab anda dan tidak memberi solusi ke anda
Terserah anda mau jawaban atau tidak. Karena ilusi itu ada dipikiran anda seperti seorang gila yang berkonsultasi kepada dokter jiwa. Kemudian pasien tersebut bertanya tentang kondisi dan pikirannya, halusinasinya bisa sepoerti itu? Jika pasien tersebut ingin sembuh maka ceritakanlah kondisi jiwa dan batin anda.
Kemudian pasien berkata kepada dokter jiwa tersebut, kok anda megembalikan hayalan saya kepada saya dok?
Dokter juga jadi bingung dan berkata, mau sembuh tidak? Kalau anda tidak cerita kondisi batin dan pikiran anda, gimana saya bisa cari penyebabnya?
Berarti kalau menurut anda, Ajaran Buddha tidak berlaku bagi yang tidak beragama Buddha?
Jika memang berlaku, bisakah dibuktikan?;D wah mentok dech... sejauh pengetahuan dan pengalaman ku, aku merasakan bahwa sebagian besar Dhamma adalah benar dan berlaku secara universal (krn aku cuma tau sedikit ttg Dhamma, masih bnyk yg blm aku tau)..
Sebetulnya maksud saya sederhana, yaitu mengatakan bahwa persepsi adalah hal yang relatif. Namun kenyataan sebagaimana adanya bukanlah hal relatif. Kalau dibilang semuanya relatif, maka saya mempertanyakannya.awal yg aku tanggapi adalah ttg pernyataan 'yg dikatakan Sang Budha yg benar'... atau dengan kata lain selalu benar (kebenaran sejati)...
Memangnya kalau dari bro Candra, apa yang hendak disampaikan?
Sebetulnya dari dulu juga anda sudah jelas kelihatan dungu, tapi sekarang memang lebih jelas lagi. Jadi lumayanlah, mencerahkan pembaca.
;D wah mentok dech... sejauh pengetahuan dan pengalaman ku, aku merasakan bahwa sebagian besar Dhamma adalah benar dan berlaku secara universal (krn aku cuma tau sedikit ttg Dhamma, masih bnyk yg blm aku tau)..Kok "ampun"? Ini 'kan cuma tanya pendapat, bukan pengadilan.
tp kalo pembuktian berlaku atau tidaknya bagi yg tidak beragama Buddha... ^:)^ ampuuunn deh kk....
awal yg aku tanggapi adalah ttg pernyataan 'yg dikatakan Sang Budha yg benar'... atau dengan kata lain selalu benar (kebenaran sejati)...'Yang dikatakan Buddha" itu juga hanya sebuah respon dari saya saja atas pernyataan kebaikan & keburukan hanyalah hal relatif. Maka kalau memang baik/buruk relatif, berarti kita tidak usah belajar Ajaran Buddha, karena 'yang dikatakan Buddha' itu kadang bener kadang salah. Maksud sindiran saya adalah begitu.
nah, benar atau tidaknya kan kita umat Buddhist dtantang utk menganalisa dan membuktikan (utk hal2 yg masih dpt dbuktikan seorang manusia, umat awam khususnya)... kan Sang Buddha sendiri tidak menyarankan utk menerima begitu saja apa yg diyakini benar, meskipun oleh bnyk org...
nah, kebenaran bisa didapat oleh mereka yg telah menganalisa, atau malah membuktikannya...
dsini, aku setuju dengan istilah 'persepsi'.... ya yg aku maksud td, mengacu ke persepsi yg menurutku relatif utk pengertian 'kebenaran' dan itu akan berkembang, seiring terkuaknya kenyataan2 yg membuktikan atau malah menyanggah 'kebenaran' itu sendiri...
OOT dikit bro... Dhamma sendiri mempunyai sifat anicca atau tidak?Sifat dhamma adalah anatta, bukan anicca.
_/\_
Sebetulnya dari dulu juga anda sudah jelas kelihatan dungu, tapi sekarang memang lebih jelas lagi. Jadi lumayanlah, mencerahkan pembaca.
Sifat dhamma adalah anatta, bukan anicca.
sabbe sankhara anicca
sabbe sankhara dukkha
sabbe Dhamma anatta
Itu karena anda tidak bertanya pada konteks tulisan saya. Anda jangan keluar dari konteks awal tulisan saya yang anda respon. Makanya saya menjawab dalam konteks yang ingin disampaikan. Saya membuat postingan tersebut karena ingin menyampaikan pandangan saya.
Itulah hal sebenarnya yang ingin saya sampaikan. Bukan yang lain. Karna saya lebih konsen pada praktek diri sendiri dan melihat batin dan pikiran sendiri bukan pada hal ekternal. Karena segala hal ekternal selalu bermuara kembali ke batin dan pikiran bagaimana kita menyikapi nya itu hal yang menentukan pikiran dan perbuatan selanjutnya orang tersebut.
Postingan artikel saya lebih bersifat pemahaman saya bagaimana kita berpraktek dan melihat fenomena tersebut.
bisa minta tolong diuraikan arti anatta dalam sabbe Dhamma anatta, bro?Menurut pemahaman saya, karena semua bentukan berubah, dan tidak memuaskan, maka segala fenomena tersebut tidak ada yang bisa disebut sebagai diri.
~maaf OOT... tp aku tidak tau artinya... mengapa dhamma bersifat 'tanpa aku'...
benar jika itu adalah pandangan anda, tapi seharusnya anda pun menyadari dan mengerti jika orang lain pun mempunyai pandangan yang berbeda dengan anda, dan juga tidak di haruskan orang lain harus sejalan dengan cara pandang serta cara berpikir anda.
Batasan antara orang schizophrenia dengan orang jenius, tipis...Sebetulnya tidak ada hubungan konsisten antara schizophrenia dan jenius. Ada orang pengidap schizophrenia jenius, ada juga yang bodoh. Jenius dan schizophrenia, karakteristiknya berbeda jauh.
Wah, Master masih berhalusinasi dan melahap 'kotoran'. Terus berkutat, terus berkeras hati, terus melekat._/\_
Batasan antara orang schizophrenia dengan orang jenius, tipis..._/\_
Sebetulnya tidak ada hubungan konsisten antara schizophrenia dan jenius. Ada orang pengidap schizophrenia jenius, ada juga yang bodoh. Jenius dan schizophrenia, karakteristiknya berbeda jauh.
_/\_
Mari kita semua intropeksi diri sendiri.
Semoga semua makhluk berbahagia selalu.
Saya pernah nonton film A Beautiful Mind :mengisahkan seorang matematikawan John Nash (Russel Crowe) peraih nobel dalam bidang ilmu ekonomi pada tahun 1994. Dia adalah seorang matematikawan jenius tapi tak simpatik dan agak apatis. Dimulai tahun 1947 ketika dia bersekolah di perguruan tinggi Princeton dengan mendapat beasiswa Carniege. John Nash merupakan mahasiswa yang unik, ia tidak menyukai perkuliahan dan suka membolos, karena menurutnya berkuliah hanya membuang waktu saja dan mengekang kreativitas seseorang, dan hanya membuat otak menjadi tumpul. Nash lebih suka belajar secara otodidak, memahami dan memecahkan dinamika pergerakan natural melalui pemikirannya sendiri yang sangat kreatif. Nash lebih banyak meluangkan waktu di luar kelas demi mendapatkan ide orisinil untuk meraih gelar doktornya. Akhirnya dia berhasil diterima di pusat penelitian bergengsi, Wheeler Defense Lab di MIT.
Di lain sisi Nash mengidap penyakit gangguan jiwa skizofrenia yaitu suatu gangguan jiwa dimana penderitanya tidak bisa membedakan antara halusinasi dan kenyataan. Sebenarnya penyakitnya tersebut sudah dideritanya sejak dia berada di Princeton, namun semakin parah ketika ia mengajar di MIT. Hidup Nash mulai berubah ketika ia diminta Pentagon memecahkan kode rahasia yang dikirim tentara Soviet. Di sana, ia bertemu agen rahasia William Parcher. Dari agen rahasia tersebut, ia diberi pekerjaan sebagai mata-mata. Pekerjaan barunya ini membuat Nash terobsesi sampai ia lupa waktu dan hidup di dunianya sendiri.
http://id.wikipedia.org/wiki/A_Beautiful_Mind
Anda sendiri tidak bisa membedakan antara oot dengan mengerti orang lain pun mempunyai pandangan yang berbeda dari seseorang.
Dikala seseorang berbicara tentang apel, tiba tiba nongol orang membawa cerita aneh aneh dari pikiran yang tidak ada kaitan dengan apel yang dibicarakan, kemudian statement anda saya kembalikan ke sumber orang lalu anda berkesimpulan bahwa saya seperti ini : "tapi seharusnya anda pun menyadari dan mengerti jika orang lain pun mempunyai pandangan yang berbeda dengan anda".
Jika anda dan sebagian member sekalian tidak setuju dengan pandangan saya, seharusnya mereka mengerti saya juga punya pandangan sendiri dan jika anda tidak setuju maka silahkan abaikan thread ini atau anda bisa posting cukup mengatakan anda punya pandangan sendiri dan tidak setuju dengan pernyataan ini. Atau bisa melakukannya dengan cara yang lebih sopan dan santun.
Tidak perlu membawa pikiran dan halusinasi saudara2 sekalian dengan membawa analogi konyol, cerita aneh hanya untuk menyatakan anda tidak setuju dengan pandangan saya.
Dan lucunya anda dan teman teman anda bertanya pendapat saya tentang cerita aneh yang bersumber dari pikiran anda tersebut dan menggunakannya untuk bertanya pada saya.
Dan ketika saya memberikan pendapat saya dengan mengembalikan cerita aneh ke sumber pikiran orang tersebut, anda dan teman teman anda jadi uring uringan.
Siapa yang tidak bisa menerima pandangan orang lain sekarang?
Halusiniasi dari mana lagi ini bahwa saya mengharuskan orang lain harus sejalan dengan cara pandang serta cata beripikir saya?Bukannya sebaliknya itu yang dilakukan oleh anda dan teman anda.
[at] dilbert
Iya, John Nash itu salah satu contoh jenius sekaligus pengidap schizophrenia. Kalau orang-orang biasa, banyak kasusnya karena memang lumayan umum.
_/\_
Mari kita semua intropeksi diri sendiri.
Semoga semua makhluk berbahagia selalu.
saya sadar belum introspeksi diri...
saya sadar belum introspeksi diri...
sama bro...saya juga sadar saya belum introspeksi juga.... ;D
suatu ajakan hendaknya tidak DIPAKSAKAN...ajakan ya ajakan, tinggal mau atau tidak, tapi disini kalo saya tidak salah baca dan ikuti hanya membaca saja, nampak ada pihak yang ngotot...
saya sadar belum introspeksi diri...
sama bro...saya juga sadar saya belum introspeksi juga.... ;D
suatu ajakan hendaknya tidak DIPAKSAKAN...ajakan ya ajakan, tinggal mau atau tidak, tapi disini kalo saya tidak salah baca dan ikuti hanya membaca saja, nampak ada pihak yang ngotot...
saya "sebenarnya" menantikan jawaban yang saya quote... wkwkwkwkwkwk
Contoh halusinasi : tanpa label
Tidak Pernah Melihat Kelapa
Seorang petani yang biasa tinggal di atas gunung, suatu hari turun gunung untuk refreshing. Sesampainya di pantai, dia menemukan buah kelapa.
Karena belon pernah ketemu buah kelapa maka dia bertanya kepada anak kecil yang ada didekatnya : "Nak... apa ini?"
"Ooo... itu telur gajah pak..."
"Oooooooo..."
Lalu laki-laki tersebut membawa buah tersebut pulang ke rumah. Sesampainya dirumah dia menceritakan kepada keluarganya sekaligus mempersiapkan segala sesuatu untuk penetasan telur gajah tersebut.
Mulailah dia mengerami telur tersebut bergantian dengan istrinya. Dengan menggunakan sarung dia berjongkok diatas telur.
Setelah 1 minggu, anak gadis petani tersebut bertanya pada ayahnya : "Pak... udah netas belon?"
"Nggak tau tuh... coba aja kamu pegang... mungkin aja sudah netas..." jawab si ayah.
Lalu anak tersebut menjulurkan tangannya ke dalam sarung ayahnya dan meraba-raba...
"Pak... udah pak..., telurnya udah netas... belalainya udah kepegang sama saya..."
Kalau John Nash itu jenius sekaligus schizophrenia... ada orang lain bego tapi schizophrenia (merasa jenius dan tercerahkan) gitu ? wkwkwkwkwkTergantung sejauh apa khayalannya. Beberapa waktu lalu 'kan ada yang sudah jhana dan mencapai pengetahuan logika puncak. ;D
Contoh halusinasi : tanpa labelSepertinya terinfeksi virus hybrid "CHANGE + Johan3000" yah, sis? ;D
Tidak Pernah Melihat Kelapa
Seorang petani yang biasa tinggal di atas gunung, suatu hari turun gunung untuk refreshing. Sesampainya di pantai, dia menemukan buah kelapa.
Karena belon pernah ketemu buah kelapa maka dia bertanya kepada anak kecil yang ada didekatnya : "Nak... apa ini?"
"Ooo... itu telur gajah pak..."
"Oooooooo..."
Lalu laki-laki tersebut membawa buah tersebut pulang ke rumah. Sesampainya dirumah dia menceritakan kepada keluarganya sekaligus mempersiapkan segala sesuatu untuk penetasan telur gajah tersebut.
Mulailah dia mengerami telur tersebut bergantian dengan istrinya. Dengan menggunakan sarung dia berjongkok diatas telur.
Setelah 1 minggu, anak gadis petani tersebut bertanya pada ayahnya : "Pak... udah netas belon?"
"Nggak tau tuh... coba aja kamu pegang... mungkin aja sudah netas..." jawab si ayah.
Lalu anak tersebut menjulurkan tangannya ke dalam sarung ayahnya dan meraba-raba...
"Pak... udah pak..., telurnya udah netas... belalainya udah kepegang sama saya..."
Sepertinya terinfeksi virus hybrid "CHANGE + Johan3000" yah, sis? ;D
Hybrid. =))
Seperti-nya tidak. Hanya ganti kulit saja. Disaat ganti kulit terkadang terjadi sesuatu yang diluar kebiasaan ;D
Sepertinya terinfeksi virus hybrid "CHANGE + Johan3000" yah, sis? ;D
Seperti-nya tidak. Hanya ganti kulit saja. Disaat ganti kulit terkadang terjadi sesuatu yang diluar kebiasaan ;D
Seperti-nya tidak. Hanya ganti kulit saja. Disaat ganti kulit terkadang terjadi sesuatu yang diluar kebiasaan ;DGanti kulit? Memangnya siluman ular belang? ;D
Wah bahasa dewa nih.;D
Ganti kulit? Memangnya siluman ular=))belangbertotol-totol dan berbintil-bintil? ;D
^^ Tenggg...saat-nya masuk kelas.
Contoh halusinasi : tanpa label
Tidak Pernah Melihat Kelapa
Seorang petani yang biasa tinggal di atas gunung, suatu hari turun gunung untuk refreshing. Sesampainya di pantai, dia menemukan buah kelapa.
Karena belon pernah ketemu buah kelapa maka dia bertanya kepada anak kecil yang ada didekatnya : "Nak... apa ini?"
"Ooo... itu telur gajah pak..."
"Oooooooo..."
Lalu laki-laki tersebut membawa buah tersebut pulang ke rumah. Sesampainya dirumah dia menceritakan kepada keluarganya sekaligus mempersiapkan segala sesuatu untuk penetasan telur gajah tersebut.
Mulailah dia mengerami telur tersebut bergantian dengan istrinya. Dengan menggunakan sarung dia berjongkok diatas telur.
Setelah 1 minggu, anak gadis petani tersebut bertanya pada ayahnya : "Pak... udah netas belon?"
"Nggak tau tuh... coba aja kamu pegang... mungkin aja sudah netas..." jawab si ayah.
Lalu anak tersebut menjulurkan tangannya ke dalam sarung ayahnya dan meraba-raba...
"Pak... udah pak..., telurnya udah netas... belalainya udah kepegang sama saya..."
AstagaTM. Master djoe rupanya mesum. #-o
[master mesum]oi....pantas kalian pada betah, ternyata memang enak[/master mesum]
[master dj]kalian para lalat hanya sibuk menikmati kotoran dan mendapat gizi dari kotoran[/masterDJ]
akhir-nya sang master ikut mencicipi juga dan berubah
[master mesum]oi....pantas kalian pada betah, ternyata memang enak[/master mesum]
Menurut pemahaman saya, karena semua bentukan berubah, dan tidak memuaskan, maka segala fenomena tersebut tidak ada yang bisa disebut sebagai diri.
sekata nih
sekata nih
Sekata juga.
apa hubungannya dgn satria ya?Beda jurus, jadi sepertinya beda perguruan.
yang satu Fakultas Ketuhanan jurusan Tekhnik LogikaKayanya cocok tuh. Master DJ sampai termehek-mehek karena ilusi.
yang satu lagi Fakultas Pencerahan jurusan Aplikasi Ilusi
:)) :))
Kayanya cocok tuh. Master DJ sampai termehek-mehek karena ilusi.
apalagi kalau ada cerita 'BELALAI' =))Satu buah cerita dikasih sudah runtuh pondasi master dalam memperhatikan batin dan pikiran sendiri. Seandai-nya ditambah cerita lain, apa gerangan yang terjadi?
apa hubungannya dgn satria ya?Kalau diagnosa sementara, hubungan-nya sama-sama kelebihan dopamin.
Kalau diagnosa sementara, hubungan-nya sama-sama kelebihan dopamin.
Kalau diagnosa sementara, hubungan-nya sama-sama kelebihan dopamin.
kalau tidak segera diobati, bisa schi... schi... hernia ... apa sih... susah banget nyebutnya
Schizophrenia.
apalagi kalau ada cerita 'BELALAI' =))
Kalau diagnosa sementara, hubungan-nya sama-sama kelebihan dopamin.
tapi melihat ketertarikannya pada "belalai" sepertinya ada masalah serius yg lain lagi nihKetertarikan-nya dengan belalai menunjukkan fenomena apa ada-nya. Inilah djoe, inilah ajaran djoe dan beginilah cara djoe melihat dan memahami dharma hidup di sekelilingnya dan tinta diatas kertas yang dibaca-nya. Dan beginilah cara djoe melenyapkan dukha.
Ketertarikan-nya dengan belalai menunjukkan fenomena apa ada-nya. Inilah djoe, inilah ajaran djoe dan beginilah cara djoe melihat dan memahami dharma hidup di sekelilingnya dan tinta diatas kertas yang dibaca-nya. Dan beginilah cara djoe melenyapkan dukha.
Cerita itu jika diperhatikan oleh djoe dengan benar dan apa adanya. Tidak akan membuat djoe termehek-mehek. Jika dia punya pemahaman yang mendalam maka dia bisa melihat, mencari kebenaran tanpa label, akan jadi belalai seperti didalam pikiran-nya.
Jadi saya melihat, menimbang dan akhirnya saya memutuskan bahwa wajar djoe merasa bahwa berhenti berpikir salah satu cara untuk mengakhiri derita. Wajar dia mengatakan periksa batin dan pikiran sendiri. Ternyata djoe bermasalah untuk mengatasi pikirannya yang sangat liar dan tidak bisa dikendalikan. Dan dia berpikir kita semua seperti diri-nya sehingga terlontarlah kata-kata kita menikmati kotoran. Yang sebenar-nya untuk memberitahukan pada kita, bahwa jika dia melihat kotoran maka dia akan menikmati.
Contoh halusinasi : tanpa label
Tidak Pernah Melihat Kelapa
Seorang petani yang biasa tinggal di atas gunung, suatu hari turun gunung untuk refreshing. Sesampainya di pantai, dia menemukan buah kelapa.
Karena belon pernah ketemu buah kelapa maka dia bertanya kepada anak kecil yang ada didekatnya : "Nak... apa ini?"
"Ooo... itu telur gajah pak..."
"Oooooooo..."
Lalu laki-laki tersebut membawa buah tersebut pulang ke rumah. Sesampainya dirumah dia menceritakan kepada keluarganya sekaligus mempersiapkan segala sesuatu untuk penetasan telur gajah tersebut.
Mulailah dia mengerami telur tersebut bergantian dengan istrinya. Dengan menggunakan sarung dia berjongkok diatas telur.
Setelah 1 minggu, anak gadis petani tersebut bertanya pada ayahnya : "Pak... udah netas belon?"
"Nggak tau tuh... coba aja kamu pegang... mungkin aja sudah netas..." jawab si ayah.
Lalu anak tersebut menjulurkan tangannya ke dalam sarung ayahnya dan meraba-raba...
"Pak... udah pak..., telurnya udah netas... belalainya udah kepegang sama saya..."
Ketertarikan-nya dengan belalai menunjukkan fenomena apa ada-nya. Inilah djoe, inilah ajaran djoe dan beginilah cara djoe melihat dan memahami dharma hidup di sekelilingnya dan tinta diatas kertas yang dibaca-nya. Dan beginilah cara djoe melenyapkan dukha.
Cerita itu jika diperhatikan oleh djoe dengan benar dan apa adanya. Tidak akan membuat djoe termehek-mehek. Jika dia punya pemahaman yang mendalam maka dia bisa melihat, mencari kebenaran tanpa label, akan jadi belalai seperti didalam pikiran-nya.
Jadi saya melihat, menimbang dan akhirnya saya memutuskan bahwa wajar djoe merasa bahwa berhenti berpikir salah satu cara untuk mengakhiri derita. Wajar dia mengatakan periksa batin dan pikiran sendiri. Ternyata djoe bermasalah untuk mengatasi pikirannya yang sangat liar dan tidak bisa dikendalikan. Dan dia berpikir kita semua seperti diri-nya sehingga terlontarlah kata-kata kita menikmati kotoran. Yang sebenar-nya untuk memberitahukan pada kita, bahwa jika dia melihat kotoran maka dia akan menikmati.
Gahar!Apa itu gahar?
Apa itu gahar?
Gahar itu artinya sangat elegan dan berwibawa.Oh..saya pikir gahar=Ganasnya Harimau. Dari pada salah dengan ilusi yang dibuat sendiri lebih baik kita bertanya. Bukankah begitu bro?
btw belalai itu apa ya? ;D
Menurut cerita sri, yang ada di dalam sarung. Anda dapat konfirmasi ke dia.
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=20480.0;message=355930 (http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=20480.0;message=355930)
;D
Ketertarikan-nya dengan belalai menunjukkan fenomena apa ada-nya. Inilah djoe, inilah ajaran djoe dan beginilah cara djoe melihat dan memahami dharma hidup di sekelilingnya dan tinta diatas kertas yang dibaca-nya. Dan beginilah cara djoe melenyapkan dukha.Sebetulnya saya juga cukup heran melihat betapa girangnya sang master kalau membicarakan 'belalai'. Apa jangan-jangan, "IIIIIhhhhhhhhhhhh, mau donk!"?
Cerita itu jika diperhatikan oleh djoe dengan benar dan apa adanya. Tidak akan membuat djoe termehek-mehek. Jika dia punya pemahaman yang mendalam maka dia bisa melihat, mencari kebenaran tanpa label, akan jadi belalai seperti didalam pikiran-nya.
Jadi saya melihat, menimbang dan akhirnya saya memutuskan bahwa wajar djoe merasa bahwa berhenti berpikir salah satu cara untuk mengakhiri derita. Wajar dia mengatakan periksa batin dan pikiran sendiri. Ternyata djoe bermasalah untuk mengatasi pikirannya yang sangat liar dan tidak bisa dikendalikan. Dan dia berpikir kita semua seperti diri-nya sehingga terlontarlah kata-kata kita menikmati kotoran. Yang sebenar-nya untuk memberitahukan pada kita, bahwa jika dia melihat kotoran maka dia akan menikmati.
bukankah master djoe sangat menikmati cerita belalai :P
atau master djoe senang ber ilusi ketika ada yang menyentuh kata 'belalai' ! ^-^
Sebetulnya saya juga cukup heran melihat betapa girangnya sang master kalau membicarakan 'belalai'. Apa jangan-jangan, "IIIIIhhhhhhhhhhhh, mau donk!"?
bukan berilusi bro, mungkin untuk bekal praktek meditasi obyek "belalai" :))
jadi kasihan deh ama bro Djoe....jangan gitu ahhh....
seharusnya kita berterima kasih ada yang memberi masukan, kita perlu banyak menimba ilmu, banyak belajar dari orang lain....
[spoiler]
tentunya bro Djoe juga....
Contoh halusinasi : tanpa label
Tidak Pernah Melihat Kelapa
Seorang petani yang biasa tinggal di atas gunung, suatu hari turun gunung untuk refreshing. Sesampainya di pantai, dia menemukan buah kelapa.
Karena belon pernah ketemu buah kelapa maka dia bertanya kepada anak kecil yang ada didekatnya : "Nak... apa ini?"
"Ooo... itu telur gajah pak..."
"Oooooooo..."
Lalu laki-laki tersebut membawa buah tersebut pulang ke rumah. Sesampainya dirumah dia menceritakan kepada keluarganya sekaligus mempersiapkan segala sesuatu untuk penetasan telur gajah tersebut.
Mulailah dia mengerami telur tersebut bergantian dengan istrinya. Dengan menggunakan sarung dia berjongkok diatas telur.
Setelah 1 minggu, anak gadis petani tersebut bertanya pada ayahnya : "Pak... udah netas belon?"
"Nggak tau tuh... coba aja kamu pegang... mungkin aja sudah netas..." jawab si ayah.
Lalu anak tersebut menjulurkan tangannya ke dalam sarung ayahnya dan meraba-raba...
"Pak... udah pak..., telurnya udah netas... belalainya udah kepegang sama saya..."
Mungkin menurut anda tulisan dibawah ini yang namanya memberi masukan. Tulisan yang tidak beretika sama sekali.Dimana letak pertimbangan anda itu sehingga sesuatu itu bisa disebut beretika atau tidak etika? Itu pandangan dualitas. Itu hanya ilusi.Bukankah menurut anda segala sesuatu yang tanpa label itu tidak dibutuhkan?
Analogi yang sangat buruk sekali. Saya rasa seseorang dapat membuat suatu persamaan tentang suatu kondisi dan pandangan bisa menulis analogi yang lebih beretika tanpa perlu membawa belalai. Sungguh tidak bisa bisa dibayangkan apa isi pikiran orang yang menulis analogi tersebut. Beginikan prilaku dan cara berkomunikasi seorang yang ingin meluruskan orang lain?Kemarin anda mengatakan candaan yang bagus dan sibuk tertawa. Sekarang anda mengatakan analogi yang sangat buruk. Kenapa djoe? Apakah merasa menyesal sudah ikut mencicip kotoran yang anda sebut-sebutkan?
Analogi yang sangat buruk sekali. Saya rasa seseorang dapat membuat suatu persamaan tentang suatu kondisi dan pandangan bisa menulis analogi yang lebih beretika tanpa perlu membawa belalai. Sungguh tidak bisa bisa dibayangkan apa isi pikiran orang yang menulis analogi tersebut. Beginikan prilaku dan cara berkomunikasi seorang yang ingin meluruskan orang lain?
kemana slogan terkenal anda yg "amati pikiran dan batin sendiri"? kenapa anda malah menyibukkan diri dengan pikiran orang lain?mungkin sampah dari ajahn chah tidak masuk keranjang sampah =))
sehubungan dengan cerita "belalai" itu, banyak orang yg juga telah membacanya, tapi hanya anda yg bereaksi menggelepar, ada apa dengan anda?
Contoh halusinasi : tanpa labelmas djoe,
-deleted-
Setelah 1 minggu, anak gadis petani tersebut bertanya pada ayahnya : "Pak... udah netas belon?"
"Nggak tau tuh... coba aja kamu pegang... mungkin aja sudah netas..." jawab si ayah.
Lalu anak tersebut menjulurkan tangannya ke dalam sarung ayahnya dan meraba-raba...
"Pak... udah pak..., telurnya udah netas... belalainya udah kepegang sama saya..."
Analogi yang sangat buruk sekali. Saya rasa seseorang dapat membuat suatu persamaan tentang suatu kondisi dan pandangan bisa menulis analogi yang lebih beretika tanpa perlu membawa belalai. Sungguh tidak bisa bisa dibayangkan apa isi pikiran orang yang menulis analogi tersebut. Beginikan prilaku dan cara berkomunikasi seorang yang ingin meluruskan orang lain?
Haa...
Master telah kembali om! Lihat saja siapa yang ngepost diatas saya. Kelihatannya semua master akan berkumpul kembali di DC. Mungkin saja ada sesuatu yang ingin master katakan selain beranjali. ^-^
Segerombolan lalat pada rindu ama kotoran yah. ;D
bagi orang zen kalau di bilang "kentut" tidak boleh marah, apalagi di bilang "sampah", "kotoran" lah ini baru berurusan dengan belalai aja sampai kebakaran jenggot... :))
bro djoe kan tidak tanya , bapaknya lagi duduk dimana, kalau duduk di atas gajah kan bisa jadi "belalai" gajah yang di pegang :))
jika yang di tulis secara langsung (menyebutkan kelamin) itu tidak beretika bro ... ini cuma "belalai"lho ^-^
sudah waktunya ternyata saya mencuci "belalai" ....
mas djoe,
apakah ada yg agak menggelikan anda dgn tulisan yg ter BOLD itu?
akan berbeda dgn ilusi dan imajinasi jika seperti ini
"Lalu anak tersebut menjulurkan tangannya ke dalam sarung yang pada saat itu di kenakan oleh ayahnya dan meraba-raba..."
Hal tersebut pun belum beraksen "pornografi"
porno tak porno kan gimana persepsi masing2,
*jika anda belum puas, silahkan kunjungi website pornografi/lokalisasi terdekat
Contoh halusinasi : tanpa label
Tidak Pernah Melihat Kelapa
Seorang petani yang biasa tinggal di atas gunung, suatu hari turun gunung untuk refreshing. Sesampainya di pantai, dia menemukan buah kelapa.
Karena belon pernah ketemu buah kelapa maka dia bertanya kepada anak kecil yang ada didekatnya : "Nak... apa ini?"
"Ooo... itu telur gajah pak..."
"Oooooooo..."
Lalu laki-laki tersebut membawa buah tersebut pulang ke rumah. Sesampainya dirumah dia menceritakan kepada keluarganya sekaligus mempersiapkan segala sesuatu untuk penetasan telur gajah tersebut.
Mulailah dia mengerami telur tersebut bergantian dengan istrinya. Dengan menggunakan sarung dia berjongkok diatas telur.
Setelah 1 minggu, anak gadis petani tersebut bertanya pada ayahnya : "Pak... udah netas belon?"
"Nggak tau tuh... coba aja kamu pegang... mungkin aja sudah netas..." jawab si ayah.
Lalu anak tersebut menjulurkan tangannya ke dalam sarung ayahnya dan meraba-raba...
"Pak... udah pak..., telurnya udah netas... belalainya udah kepegang sama saya..."
:))
Welcome back bro.
Ane sogok +1 dah, mumpung baru bisa pencet2 nih.