pernah satu buku spesial dari jan sanjivaputta mengenai topik ini. buku ini menyajikan argumen2 pro dan kontra keaslian abhidhamma sebagai sabda buddha, tapi buku ini sendiri memiliki misi pro asli sabda buddha...
bang david, ceritanya sih memang demikian... tapi kebenarannya masih sangat diragukan...
pertama, menurut saya latar belakang keluarnya abhidhamma meragukan dan terkesan dipaksakan untuk memberikan otoritas yg lebih tinggi kepada abhidhamma. dilegendakan bahwa buddha spesial pergi ke surga tusita untuk mengajarkan abhidhamma kepada ibundanya (dan banyak sekali dewa dewi lainnya) sebagai balas jasanya kepada sang ibu. konon, selama tiga bulan secara terus menerus buddha membabarkan abhidhamma di surga tusita. dan konon lagi, abhidhamma sebegitu dasyatnya sehingga buddha hanya mengajarkannya kepada para dewa dan akhirnya kepada sariputta karena manusia bakal kesulitan mengertinya...
tidak ada referensi mengenai legenda ini di sutta2. bahkan saya baca terdapat perbedaan2 antara abhidhamma aliran yg satu dengan aliran yg lain. dan kalau memang abhidhamma memang sebegitu dasyat, kenapa jaman sekarang justru banyak orang bisa mengerti? dan kalo memang manusia tidak mampu untuk mengerti abhidhamma, kenapa akhirnya buddha mengulanginya kepada sariputta? dan apa kelebihan dewa2 dibanding manusia sehingga dewa2 bisa mengerti lebih baik?
kedua, menurut saya dari segi manfaat, abhidhamma sedikit (kalo tidak bisa dibilang tidak ada) sekali kontribusinya pada proses pencarian spiritual, dalam hal ini meditasi. abhidhamma berisi seabrek teori2 mengenai keadaan psikologis dan pikiran. saya merasa teori2 tersebut lebih banyak membebani daripada membebaskan. dalam meditasi, sedikit demi sedikit kita berusaha melepaskan pikiran2, niat2 keinginan dan juga apa yg kita anggap sebagai "aku", "milikku" dan "diri" dengan terus2 mengamati dan melepas. sebaliknya teori2 seperti abhidhamma justru memperkuatnya...
Teman-teman,
Konon katanya Sang Buddha itu setelah mencapai penerangan sempurna, beliau menyusun abhidhamma dan berangkat ke surga tusita untuk mengajarkan abhidhamma selama 3 bulan.
maka itu ada selang waktu 3 bulan antara mencapai pencerahan dan mengajar pertama kali di taman rusa isipatana.
Tapi sebenarnya kalau itu benar, pemutaran roda dhamma itu di tusita donk bukan kepada 5 pertapa.
Here is the real deal.
Konon Sariputta yang pergi ke tusita untuk mendengar kotbah abhidhamma lalu baru diteruskan. Tetapi bukankah pada saat itu YA Sariputta masih belum murid sang Buddha ?
Pendapat teman2x ?
Setahu saya dari membaca beberapa argumen, abhidhamma dibabarkan di surga Tavatimsa bukan karena kedasyatannya dimana setelah mendengar langsung tercerahkan sempurna, tetapi karena sifatnya yang rinci sehingga harus dibabarkan tanpa henti (tanpa istirahat) sehingga mendapat gambaran yang jelas.Dan ini butuh waktu lama sehingga manusia tidak mungkin mendengarkan tanpa henti, sedangkan para dewa konon mampu bertahan duduk lama.well, karena ini legenda yg dicampur dengan kisah2 supernatural, tentu mudah untuk mencari argumen2 seperti di atas dan juga counter argumen2 senada... gak habis2...
Alasan Sang Buddha akhirnya membabarkan Abhidhamma mungkin karena belas kasihnya kepada manusia, dan kebetulan dikatakan bahwa Sariputta memiliki kemampuan penelaahan sehingga mampu memahami Dhamma yang diajarkan Snag buddha dalam ratusan dan ribuan cara, dan akhirnya Sariputta mengajarkan Abhidhamma dalam bentuk tidak terlalu singat dan tidak terlalu panjang.(Kronologi Hidup Buddha, hal 306)
Nah, ini juga pertanyaan saya, apakah teori-teori dalam Abhidhamma tersebut sama sekali tidak ada kesesuaiannya dengan pengalaman langsung?well, kalo mengambil otoritas orang2 "besar" dan "ahli" sih banyak juga yg berpendapat sebaliknya. ajahn brahm juga tidak percaya abhidhamma sabda asli dari sang buddha. pak hudoyo merasa abhidhamma tidak bermanfaat sama sekali. t suzuki (zen) juga mengatakan hal yg sejenis.
Tapi melihat pernyataan dari Nina van Gorkom (Abhidhamma in Daily Life by Nina van Gorkom) sepertinya ada hal yang bisa atau bersesuaian dengan kehidupan sehari-hari.
So, ujung-ujungnya kita akan ditantang untuk membuktikan secara langsung. Saya pribadi belum melakukannya.
Dan apakah mungkin Abhidhamma adalah mungkin “buku catatan harian” mereka yang telah mengalami perjalanan spiritual, dan bagi kita digunakan sebagai teks book ???kalo memang abhidhamma adalah buku catatan harian mereka yg mengalami perjalanan spiritual, lagi2 saya merasa itu gak ada manfaatnya sama sekali. banyak pengalaman2 meditasi yg benar2 diluar kata2, gak bisa diekspresikan dengan sesuatu yg serupa di dunia indrawi. nah kalo ada satu gambarannya, maka bagi orang yg belum tercerahkan, gambaran itu hanyalah berupa ide, berupa bayangan, bukan realita. ide2 dan bayangan2 adalah penghambat meditasi. meditasi bertujuan untuk melihat realita, melihat segala sesuatu apa adanya (yatha bhuta nanadassa, cmiiw), bukan bayangan ataupun ide. ide2 dan bayangan menimbulkan satu harapan2 tertentu. kalo anda mencoba bermeditasi dalam keadaan berharap ataupun penuh keinginan2 (pengen liat nimitta, pengen batin tenang, pengen ini, pengen itu), meditasinya langsung kacau...
well, karena ini legenda yg dicampur dengan kisah2 supernatural, tentu mudah untuk mencari argumen2 seperti di atas dan juga counter argumen2 senada... gak habis2...Ic..Ic…
kalo melihat argumen di atas, tentu kita akan berpikir lagi: kalo memang sariputta mampu mengajarkan abhidhamma dengan singkat, mengapa sang buddha suhunya sendiri gak bisa? tentu bakal ada jawaban lagi: karena buddha maha tahu, maka buddha merasa sariputta pasti mampu menyingkatnya sendiri sehingga sengaja blablabla... kemudian muncul lagi counternya: blablablabla...
demikianlah namanya legenda yg berbau supernatural berkembang...
hanya saja, radar kalama saya merasakan ada yg gak beres...Apakah ada hal yang aneh lainnya dalam radar kalama anda mengenai abhidhamma ini, Sdr. Morp??
well, kalo mengambil otoritas orang2 "besar" dan "ahli" sih banyak juga yg berpendapat sebaliknya. ajahn brahm juga tidak percaya abhidhamma sabda asli dari sang buddha. pak hudoyo merasa abhidhamma tidak bermanfaat sama sekali. t suzuki (zen) juga mengatakan hal yg sejenis.
terlepas dari otoritas2 luar tersebut, pengalaman dan pemikiran saya sih, saya gak melihat manfaatnya dan meragukan abhidhamma itu sabda asli sang buddha... terserah pribadi masing2...
kalo memang abhidhamma adalah buku catatan harian mereka yg mengalami perjalanan spiritual, lagi2 saya merasa itu gak ada manfaatnya sama sekali. banyak pengalaman2 meditasi yg benar2 diluar kata2, gak bisa diekspresikan dengan sesuatu yg serupa di dunia indrawi. nah kalo ada satu gambarannya, maka bagi orang yg belum tercerahkan, gambaran itu hanyalah berupa ide, berupa bayangan, bukan realita. ide2 dan bayangan2 adalah penghambat meditasi. meditasi bertujuan untuk melihat realita, melihat segala sesuatu apa adanya (yatha bhuta nanadassa, cmiiw), bukan bayangan ataupun ide. ide2 dan bayangan menimbulkan satu harapan2 tertentu. kalo anda mencoba bermeditasi dalam keadaan berharap ataupun penuh keinginan2 (pengen liat nimitta, pengen batin tenang, pengen ini, pengen itu), meditasinya langsung kacau...
[at] kelana:
Justru ini pingin tanya, takutnya sumber saya yang salah. Oh, jika demikian rasanya tidak masalah yah. Sepertinya sumber saya yang salah.
Kemudian lagi seharusnya pada tahun ke 7, Ananda telah bertugas sebagai pembantu sang Buddha yang dimana Sang Buddha mengulang semua kotbahnya kepada Ananda. Bukankan harusnya Ananda juga mendapat ulangan kotbah ahidhamma (terlepas dari kemampuan dia meneelah) ?
kedua, menurut saya dari segi manfaat, abhidhamma sedikit (kalo tidak bisa dibilang tidak ada) sekali kontribusinya pada proses pencarian spiritual, dalam hal ini meditasi. abhidhamma berisi seabrek teori2 mengenai keadaan psikologis dan pikiran. saya merasa teori2 tersebut lebih banyak membebani daripada membebaskan. dalam meditasi, sedikit demi sedikit kita berusaha melepaskan pikiran2, niat2 keinginan dan juga apa yg kita anggap sebagai "aku", "milikku" dan "diri" dengan terus2 mengamati dan melepas. sebaliknya teori2 seperti abhidhamma justru memperkuatnya...
kedua, menurut saya dari segi manfaat, abhidhamma sedikit (kalo tidak bisa dibilang tidak ada) sekali kontribusinya pada proses pencarian spiritual, dalam hal ini meditasi. abhidhamma berisi seabrek teori2 mengenai keadaan psikologis dan pikiran. saya merasa teori2 tersebut lebih banyak membebani daripada membebaskan. dalam meditasi, sedikit demi sedikit kita berusaha melepaskan pikiran2, niat2 keinginan dan juga apa yg kita anggap sebagai "aku", "milikku" dan "diri" dengan terus2 mengamati dan melepas. sebaliknya teori2 seperti abhidhamma justru memperkuatnya...Apa Bro udah mempelajari Abhidhamma?
boleh tau dasar anda mengambil kesimpulan diatas???pengalaman, bang markos...
justru di abhidhamma, diterangkan dengan rinci semua proses yang terjadi dalam meditasi loh..... ada jebakan2 apa aja, bagaimana kondisi batin pada waktu bermeditasi, semuanya lengkap ada... jika anda mau, saya akan berikan film terakhir diskusi kelas abhidhamma dengan pak selamat sabtu lalu tgl 04 Agt, yang kebetulan membahas mengenai meditasikalo anda bisa upload di youtube atau google video... thanks
saya sarankan anda berdiskusilah dengan mereka yang memang berkompeten dalam abhidhamma karena syarat utama untuk mencapai tingkat kesucian adalah patahnya keragu2an terhadap buddha dhamma.sampai saat ini saya masih tetap berpendirian seperti di atas, bang...
Apa Bro udah mempelajari Abhidhamma?mbak lily, saya memang tidak mempelajarinya dengan detail, karenanya saya pengen berdiskusi di sini...
mbak lily, saya memang tidak mempelajarinya dengan detail, karenanya saya pengen berdiskusi di sini...
apabila anda merasa yg pendapat saya salah, jangan sungkan2 untuk dikoreksi dan diterangkan selengkapnya...
terima kasih...
bang gunasaro, saya memang tidak pernah mempelajarinya secara detail dan mendalam, tapi tentu saja saya tau dasar2nya...
daripada menceritakan ttg dagang hp, gimana kalo anda kasih pencerahan dengan kata2 anda sendiri, bagaimana menggunakan abhidhamma dalam kehidupan sehari2 dan manfaatnya terhadap meditasi. apalagi kalo anda ada pengalaman sendiri, tentunya lebih bagus lagi.
mohon petunjuk anda yg berharga...
OK... Di dlm Abhidhamma, 4 pokok bahasannya adalah: citta, cetasika, rupa, & Nibbana... Sehubungan dgn cetasika, kami dijelaskan ttg 52 varian/faktornya, karakteristiknya, cara-kerjanya, serta kemunculannya dalam keseharian... Pengertian/pengetahuan ini menjadi sañña (persepsi) baru, hal ini menimbulkan sutamayapañña (kebijaksanaan dr hasil baca/diskusi/dengar). Ketika direnungkan/kontemplasi hal² tsb lbh mendalam, maka akan timbul persepsi yg lebih kukuh... Tak kala ada kejadian di dlm keseharian yg muncul, pas/cocok dgn pemahaman sutamayapañña, maka respon/reaksi bathin akan obyek bathin tsb akan memiliki derajat kualitas yg berbeda...
Jika pengalaman itu kemudian dikaikan dgn sutamayapañña tsb, maka saat itu pula bathin ada pd cintamayapañña (kebijaksanaan kontemplatif dgn mengaitkan sutamayapañña langsung dgn aktivitas harian)...
Ultimatenya adalah bhavanamayapañña, kebijaksanaan yg diperoleh dari pengembangan kualitas bathin dgn merealisasi sma fenomena sebagaimana & apa adanya...
Berkaitan dengan penjelasan anda di atas, apakah nantinya pikiran kita tidak menjadi terdoktrinasi (terkontaminasi) dengan teori-teori dalam Abhidhamma? Maksud saya, apakah nanti pikiran kita justru tersetting, membentuk suatu pola pikir yang harus sama dengan yang ada dalam teori abhidhamma, mengingat pikiran kadang kala bisa membuat ilusi, sehingga pikiran kita tidak murni lagi?
Semoga bisa dipahami pertanyaannya
bang gunasaro, kalo membaca penjelasan anda, sepertinya anda menceritakan ketrampilan menyadari sesuatu yg muncul di dalam karena sering berlatih vipassana... bukan karena belajar abhidhamma...
mungkin yg perlu dianalisa adalah apakah vipassana dengan belajar abhidhamma lebih baik hasilnya daripada vipassana tanpa belajar abhidhamma?
terus terang saya masih merasa belajar teori2 yg banyak seperti yg anda terangkan malah memperbanyak ide2, membuat kita terlambat atau malah tidak bisa "melihat" realita karena sudah terpaku pada ide2...
balik ke diskusi...
abhidamma apa ya??Abhidhamma itu adalah salah satu kitab di Tipitaka/Tripitaka, bersama dengan Sutta Pitaka dan Vinaya Pitaka.
_/\_
abhidamma apa ya??Abhidhamma itu adalah salah satu kitab di Tipitaka/Tripitaka, bersama dengan Sutta Pitaka dan Vinaya Pitaka.
_/\_
Isinya ada yang bilang psikologi buddhisme, ada yg bilang metafisika.
Apakah beda Samatha Bhavana & Vipassana Bhavana? Ini yg saya tahu:bagaimana anda bisa mengatakan samatha adalah konsep? dimana letak konsep dalam samatha bhavana? bukankah apa yg anda sebut sebagai samatha bhavana itu mampu meredakan nivarana? bukankah apa yg anda sebut sebagai samatha itu bagian dari jalan utama berunsur 8? tolong jelaskan apa yg anda maksud konsep di sini...
~Samatha Bhavana: pengembangan kualitas bathin yg berobyek kepada konsep
~Vipassana Bhavana: pengembangan kualitas bathin yg fenomena hakiki dr nama & rupa
Hasilnya jelas beda, yg satu konsep & yg satunya hakikat sesungguhnya...
Tapi bedanya: Suttanta & Vinaya dibahas dlm bentuk KONSEP. Sedangkan Abhidhamma, semua dibedah secara atau dr sudut HAKIKAT SESUNGGUHNYA.saya mengerti maksud anda, tapi bukan itu yg saya bicarakan.
Mari kita buktikan keabsahannya... Dgn observasi, analisa, & praktikkan Abhidhamma itu sendiri...yg ini saya setuju banget bang... kalo memang ada yg memperoleh manfaatnya, yah itu artinya sangat bagus sekali...
Sepakat bukan?
beuu.. boleh donk bro.. kabar2i ya klo uda ada..
utk bukunya atau pdf nya tidak ada, tapi segera akan ada video dhammaclass abhidhamma.
bang gunasaro, tampaknya anda kurang mengerti yg saya maksudkan sebagai ide dan realita. demikian juga dengan pertanyaan senada dari bang kelana...~Samatha Bhavana: pengembangan kualitas bathin yg berobyek kepada konsepbagaimana anda bisa mengatakan samatha adalah konsep? dimana letak konsep dalam samatha bhavana? bukankah apa yg anda sebut sebagai samatha bhavana itu mampu meredakan nivarana? bukankah apa yg anda sebut sebagai samatha itu bagian dari jalan utama berunsur 8? tolong jelaskan apa yg anda maksud konsep di sini...
yg ini saya setuju banget bang... kalo memang ada yg memperoleh manfaatnya, yah itu artinya sangat bagus sekali...
sekali lagi, saya di sini menulis untuk mengeluarkan dan mengekspresikan pendapat saya. sukur2 kalo misalnya ada yg mendapat menfaat, itu nilai ekstra. saya gak berusaha mengubah pendapat anda untuk menjadi setuju dengan pendapat saya...
Maaf jika saya tdk paham maksud Anda & Sdr Kelana. Sy tdk melihat adanya penjelasan dr Sdr Morpheus: di mana letak kurang mengertinya saya. Sy tdk mau spekulasi juga.penjelasannya dibawahnya atuh bang...
Coba baca di bawah, yg saya tulis adalah: Samatha Bhavana berOBYEK kepada konsep alias bentukan bathin. Samatha merupakan teknik klasik, bukan "produk origin" Buddhisme. 40 obyek yg dikompilasi Buddhisme menjadi Samma Samadhi (banyak obyek negativ), kekotoran bathin hanya akan diendapkan. Ibarat rumput yg ditimpa dgn bebatuan. Tidak tumbuh, tdk mati juga ~ batu diangkat, maka rumput tumbuh kembali. Vipassana, rumput & akar²nya dicabut...bang gunasaro, bukankah pada saat pencapaian jhana itu sendiri objeknya menjadi lenyap? bagaimana anda bisa mengatakan bahwa samatha berobjekkan konsep sedangkan vipassana itu sendiri juga pada dasarnya berobjek yg sama?
Sepatutnya sih, kalo mmg demikian, setidaknya Sdr Morpheus tahu bhw Abhidhamma membahas Paramattha Sacca: kebenaran hakiki (non-konseptual), meskipun dlm pembahasannya (utk memahami) kita menggunakan konsep² pengantar juga...bang gunasaro, anda kurang mengerti. anda boleh sebut teori2 dan konsep2 itu sebagai paramattha sacca ataupun kebenaran hakiki, namun sekali lagi itu hanyalah teori, bukan kebenaran yg sesungguhnya...
Sy lihat, Sdri Lily juga menunggu jawaban tsb... Please...entah darimana anda merasa mbak lily menunggu jawaban saya? pertanyaan mbak lily sudah saya jawab... mungkin anda perlu lebih teliti lagi melihat ke atas...
Jadi, dari rangkaian poin² di atas, Sdr Morpheus belum buktiin apa² lho. Cuma sebatas asumsi/wacana, bhw Abhidhamma kurang bermanfaat utk praktik meditasi. Ini tantangan bg Sdr Morpheus utk apa yg telah disetujui dgn saya, yaitu buktikan dulu yah...wah, ini kok rasanya kurang adil yah...
[at] morp : melihat komentar2 anda, kelihatannya anda sudah sangat terlatih untuk berdebat sehingga saya merasa tidak perlu untuk memperpanjang diskusi yang anda "tolak"bang markos, kata2 anda mengingatkan saya pada agama samawi. apakah karena saya mengkritisi apa yg anda "imani" lalu anda menolak berdiskusi dengan saya dengan menganggap saya terlalu terlatih untuk berdebat? bukankah ini tempat yg bagus untuk bertukar pendapat? pertukaran pendapat hanya terjadi kalo ada perbedaan. saya merasa sepertinya anda tidak menyukai perbedaan pendapat...
[at] morp : melihat komentar2 anda, kelihatannya anda sudah sangat terlatih untuk berdebat sehingga saya merasa tidak perlu untuk memperpanjang diskusi yang anda "tolak"bang markos, kata2 anda mengingatkan saya pada agama samawi. apakah karena saya mengkritisi apa yg anda "imani" lalu anda menolak berdiskusi dengan saya dengan menganggap saya terlalu terlatih untuk berdebat? bukankah ini tempat yg bagus untuk bertukar pendapat? pertukaran pendapat hanya terjadi kalo ada perbedaan. saya merasa sepertinya anda tidak menyukai perbedaan pendapat...
anyway, terima kasih atas jawaban anda, walaupun sampai sekarang saya masih tetap tidak sependapat...
Salam metta,
Akhir akhir ini, sungguh banyak cobaan yang terjadi dalam hidup saya, banyak membaca forum buddhist, banyak belajar, ternyata tidak memberikan solusi. Terus terang saya masih sangat baru dalam agama Buddha. Semakin banyak forum dan milist yang saya baca, semakin membuat saya binggung. Di setiap forum dan milist saya pasti menemukan adanya pertengkaran dan saling mencaci maki. Bingung juga, sampai akhirnya someday malah akunya sendiri yang marah marah baca forum tersebut. Akhirnya aku membaca suatu artikel yang berjudul karunacitta, even gak ngerti tentang karunacitta, aku baca dan kemudian bertanya pada orang yang mengerti. Step by step, my life is changing.
Pelajari teori, kemudian disaring dulu, apakah benar teori tersebut, pikirkan dengan logika, analisa masalah, terapkan dalam kehidupan. Itulah yang terjadi pada hidupku kemudian. Perlahan hidupku penuh dengan perubahan. Mulai mengerti bagaimana menjalani hidup, latihanlah yang membuat semua menjadi nyata. Pemahaman inilah yang harus digunakan dalam kehidupan sehari hari. Walaupun saya masih belom mempelajari abhidhamma secara seksama, namun mulai merasakan perubahan dari mempelajari abhidhamma, nyata langsung dalam kehidupan. First of all, belajar karunacitta, mempraktekkan karunacitta, mengessensi kegunaan karunacitta. Dasar inilah yang menimbulkan pemahaman dan pembelajaran selanjutnya. Jadi menurut saya pembelajaran itu perlu, kalau nggak ada teori darimana bisa dapat praktek. Kalo menilai teori tidak baik, berarti kita harus pelajari dulu dong teorinya.
Anumodana...., salam metta
mungkin juga perlu diketahui pada awalnya, buddha tidak memisah2kan samatha dan vipassana. istilah samatha dan vipassana baru muncul belakangan.
kalo anda memang tetap mau berhenti di sini, makasih buat penjelasannya...
hanya saja, semuanya akan baru bisa dimengerti jika bertemu secara langsung bukan dalam bentuk kata2 seperti inibang markos, gak keberatan sih, tapi melihat kondisinya saya pikir agak susah untuk bisa bertemu langsung dengan anda...
...
mari kita bertemu langsung dan melanjutkan diskusi ini, ok???
Hal ini mengakibatkan batin tidak lagi secara mandiri menemukan realitas sesungguhnya.kata kuncinya bukan mandiri. tidak mandiripun asal bisa menemukan realitas sesungguhnya sudah sangat bagus...
-Seberapa sederhananya tekhnik yang Sdr. Morp ajukan (non abhidhamma) sehingga bisa mencapai Pengetahuan tanpa terbentur sana-sini karena tanpa petunjuk detail karena harus mencari dengan upaya sendiri?
Dari literatur yang mengulas keberadaan istilah vipassana dalam sutta tersebut, memang nampaknya samatha dan vipassana selalu disandingkan bersamaan. Saya pribadi tidak tahu apakah ini maksudnya adalah kedua-duanya (samatha dan vipassana) perlu ada (dilakukan) dalam menuju Pencapaian atau boleh pilih salah satu. :-?literatur anda jelas sekali mengatakan kedua2nya ada secara "bersamaan". buddha dengan sangat gamblang sekali mengatakan bahwa jalan menuju kesucian adalah jalan mulia berunsur 8. apakah kita bisa membuang satu (misalnya konsentrasi), cukup jalan mulia berunsur 7 atau 6 saja? tentu tidak...
kata kuncinya bukan mandiri. tidak mandiripun asal bisa menemukan realitas sesungguhnya sudah sangat bagus...
kata kuncinya adalah membebani dan melekati.
pernahkah anda main lempar tiga bola bergantian ke atas seperti pemain sirkus? saat anda sudah trampil melemparkannya bergantian tanpa jatuh dan anda mencoba berpikir untuk mengatur tangan anda harus begini, mau begitu, maka iramanya hilang dan bolanya berjatuhan...
demikian juga kalo anda sudah bisa bermain alat musik, saat anda mulai mencoba berpikir untuk mengatur tangan anda begini, begitu, eh permainan dan iramanya jadi kacau...
mengapa? pemikiran "harus begini, harus begitu sesuai teori" itu membebani dan melekati sehingga permainan anda tidak lagi mengalir dengan lancar... perhatian dan konsentrasi anda pudar terpengaruh "ributnya" pikiran anda...
buddha dhamma itu bisa diibaratkan seperti peta. petanya menggambarkan untuk mencapai puncak gunung, anda akan melewati pohon beringin besar, kemudian batu berbentuk monyet, kemudian air terjun berwarna hijau, dll, kemudian akhirnya puncak gunung. kalo anda tidak bisa menemukan tanda2nya, mungkin anda berjalan ke arah yg salah...
peta tidak perlu mengatur langkahnya pake langkah tentara, angkat kakinya 30 derajat ke depan, tangannya ditekuk membentuk huruf L, unsur batuan gunungnya, kandungan oksigen udara gunungnya, dll.
kalo saja petanya memuat seluruh detil2 "ilmiah" tersebut, pendaki gunung mungkin akan kelupaan untuk menemukan pohon beringinnya, karena "sibuk" mengatur2 langkahnya dan mencoba merasakan kandungan oksigen udara gunungnya.
anda bisa melihat sendiri dalam sutta2 mengenai bhavana, buddha selalu memberikan petunjuk2 yg singkat dan sederhana, tanpa lupa memberikan peta tempat2 penandanya...
ketrampilan dan teknik kecil2nya menuju penanda2 itu harus anda temukan sendiri... tak ada yg bisa menyulapkan ketrampilan tersebut dari tidak bisa menjadi bisa, anda sendiri yg harus mulai melangkahkan kakinya...
jangan hanya percaya dan dipikirin... buktikan sendiri dalam meditasi anda...
makanya diakhir retret 7 atau 10 hari vipassana, kita blom tercerahkan juga, karena dalam retret kita blom menjalankan 8 unsur secara tepat...
Apakah benar Abhidhamma pernah disabdakan oleh Sang Buddha (setidaknya diuraikan kembali oleh Sariputta)? Pertanyaan ini muncul mengingat penyusunan Abhidhamma baru muncul pada Konsili ke-3?It's a long story.
Adakah alasan yang kuat dari sudut pandang Theravadin terhadap hal Ini?
Thanks
I'm waiting bhante.Sorry...not here, dude.
I'm waiting bhante.Sorry...not here, dude.
Pertanyaan ini muncul mengingat penyusunan Abhidhamma baru muncul pada Konsili ke-3?
[at] gunasaro
mohon buku abhidhammanya dong yang versi lengkap ^:)^ ^:)^ ^:)^
Sdr Kelana yg baik...
Beberapa poin pentingnya demikian yah...
Dhammacakkappavattana Sutta yg bisa kita baca di buku Paritta umumnya adalah versi pendek. Pd buku Paritta terbitan Vihara Dhammacakkhu, Bogor; adalah versi panjangnya. Yg mana pernah saya kutip sedikit pada posting di topik "dana tulus"... 3 tahap 12 segi pandang dr 4 Kebenaran Hakiki... Isinya sistematis Abhidhamma...
*
Saya pernah baca sekilas buku tulisan dr B Mahasi Sayadaw ttg: Dana & Brahmavihara. Sebagai pakar Vipassana, Beliau mengupas topik yg sering kita dengar tsb dgn sistematika Abhidhamma... Contoh dr Suttanta Pitaka dll... Bukunya tebal & kita akan terkesima bagaimana pembedahan sebuah materi dgn rinci & sistematis...
*
Senang bisa sharing, semoga bermanfaat...
Bung morpheus, memang Sang Buddha mengatakan samadhi (jhana) diperlukan untuk pembebasan. Tapi samadhi sendiri tidak akan membawa kepada pembebasan. Samadhi adalah paramattha (konsep), sedangkan Vipassana (sati/mindfullnes) adalah kebenaran mutlak.bang karuna, sebenarnya ini adalah topik lama dan diskusinya sudah muter2 sampai saya berkesimpulan mending lakukan apa yg diyakini masing2 saja, tentu masing2 bisa mendapat manfaatnya seperti yg dikatakan bang bond di atas...
Memang samatha diperlukan untuk pembebasan, tapi samatha hanya seperti berlari berputar-putar di lintasan, tidak memutuskan tali finish, memutuskan tali finish namanya vipassana.kalo boleh saya buang istilah samatha dan vipassananya, mungkin sebaiknya kita simpulkan saja: yg bisa memutuskan tali finish adalah jalan utama berunsur 8. setuju? ;D
uma analogi ngawur gw...
--
Samatha -> focus objek
Vipasanna -> memperhatikan dan menganalisa objek
Abhidhamma -> Guide tools
-----
Seorang tukang kayu gak bisa selesai memotong kayu jikalau tidak focus (samatha) terhadap kayu, (contoh... dikit2x cabut buang air kecil)
Tukang kayu tersebut tidak akan bisa memotong/mengergaji (vipasanna) kayu tersebut jikalau tidak tahu cara mengunakan gergaji (abhidhamma)
....
Mungkin demikianlah apa yg kucerna...
Namaste
Tapi bagaimanapun, tidak perlu kita tanya apakan abidhamma itu disabdakan atau tidak olehg beliau, yang penting bila ingin menpelajri dharma yang lebih lanjut dan supaya tidak keluar dari jalur aslinya ataupun supaya tidak belajar dharma sesuai dengan kepahaman pribadi maka abidhamma sangat perlu dipelajari.
Bagi sebagian orang meragukan isi dari abidhamma karena bersangkutan masih tanggung atau belum siap untuk menpelajarinya.
Baca dulu kitab abhidamma. Mungkin dalam bahasa indonesianya blon ada. Tapi sepengal atau beberapa pengal yang dikutib dari abdhidhamma sudah ada. Dan jelas disana tidak ada sutta. Jadi tidak mungkin dibabarkan oleh sang buddha.
Baca dulu kitab abhidamma. Mungkin dalam bahasa indonesianya blon ada. Tapi sepengal atau beberapa pengal yang dikutib dari abdhidhamma sudah ada. Dan jelas disana tidak ada sutta. Jadi tidak mungkin dibabarkan oleh sang buddha. Abhidhamma adalah sebuah kitab yang ditulis setelah sang buddha parinibbana untuk menjelaskan pandangan-pandangan dalam buddhisme supaya tidak melenceng.
Tapi bagaimanapun, tidak perlu kita tanya apakan abidhamma itu disabdakan atau tidak olehg beliau, yang penting bila ingin menpelajri dharma yang lebih lanjut dan supaya tidak keluar dari jalur aslinya ataupun supaya tidak belajar dharma sesuai dengan kepahaman pribadi maka abidhamma sangat perlu dipelajari.setuju...
Bagi sebagian orang meragukan isi dari abidhamma karena bersangkutan masih tanggung atau belum siap untuk menpelajarinya.
Pernyataan yang sangat berani...terus terang sejak awal saya merasa aneh aja kok Vinaya Sutta & Abhidhamma dimasukkan ke Theravada ya? padahal kan dipakai jg di Mahayana.
Apalagi ditulis dalam forum Theravada
7). KILAHAN: Dinyatakan di depan bahwa dari 500 bhikkhu murid Sâriputta Thera, Abhidhamma selanjutnya menyebar-luas dan menjadi topik pembahasan yang menarik bagi para bhikkhu lainnya. Ini berarti bahwa Abhidhamma sudah ada sejak masa kehidupan Sang Buddha Gotama. Adakah bagian-bagian dari Sutta Pitaka dan Vinaya Pitaka yang menjaminnya sebagai suatu kenyataan yang sesungguhnya?
7). ARGUMENTASI: Terlalu banyak bukti dalam Sutta Pitaka dan Vinaya Pitaka yang dapat diacu untuk memperlihatkan bahwa Abhidhamma memang benar-benar sudah ada sejak masa kehidupan Sang Buddha Gotama – sehingga tak mungkin dapat dihadirkan di sini semuanya. Hanya sebagian yang akan dikutipkan sebagai berikut:
Dalam Vinaya Pitaka, Mahâvibhanga, Dabbamalaputta Thera-vatthu tertulis:
...YE TE BHIKKHÛ ABHIDHAMMIKÂ TESAM EKAJJHAM SENÂSANAM PAÑÑÂPETI TE AÑÑAMAÑÑAM ABHIDHAMMAM SÂKACCHISANTÎTI...
...Para bhikkhu yang ahli Abhidhamma tergabungkan dalam satu kelompok (Dabbamallaputa Thera) mengatur tempat duduk untuk mereka dengan berpikir supaya mereka ini dapat saling mengadakan perbincangan tentang Abhidhamma...9)
Dalam Vinaya Pitaka, Bhikkhuni Vibhanga termaktublah satu peraturan kedisiplinan:
…PAÑHAM PUCCHEYYÂTI SUTTANTE OKÂSAM KÂRÂPETVÂ VINAYAM VÂ ABHIDHAMMAM VÂ PUCCHATI ÂPATTI PÂCITTIYASSA, VINAYE OKÂSAM KÂRÂPETVA SUTTANTAM VÂ ABHIDHAMMAM VÂ PUCCHATI ÂPATTI PÂCITTIYASSA, ABHIDHAMME OKÂSAM KÂRÂPETVA SUTTANTAM VÂ VINAYAM VÂ PUCCHATI ÂPATTI PÂCITTIYASSA...
Seorang bhikkhuni yang mengajukan suatu pertanyaan kepada bhikkhu haruslah sesuai dengan kesempatan yang dimohonkan. Apabila memohon kesempatan untuk mengajukan pertanyaan tentang Sutta tetapi kemudian berbalik mempertanyakan Vinaya atau Abhidhamma; bhikkhuni tersebut melanggar Pâcittiya.10) Apabila memohon kesempatan untuk mengajukan pertanyaan tentang Vinaya tetapi kemudian berbalik mempertanyakan Sutta atau Abhidhamma; bhikkhuni tersebut melanggar Pâcittiya. Apabila memohon kesempatan untuk mengajukan pertanyaan tentang Abhidhamma tetapi kemudian berbalik mempertanyakan Sutta atau Vinaya; bhikkhuni tersebut melangar Pâcittiya...
Sementana itu, dalam Sutta Pitaka, Anguttara Nikâya terkisahkanlah:
…TENA KHO PANA SAMAYENA SAMBAHULA THERÂ BHIKKHÛ PACCHÂBHATTAM PIÕÖAPÂTAPAÉIKKANTA MAÕÖALAMÂLE SANNISINNA SANNIPATITA ABHIDHAMMAM KATHENTI...
...Pada masa itu, para bhikkhu Thera (Sesepuh), setelah kembali dari berpindapâta dan bersantap, berkumpul bersama untuk membahas Abhidhamma.
Dalam Sutta Pitaka, Khuddaka Nikâya, Theri-apadâna dapatlah dijumpai suatu pernyataan pribadi (Bbikkhuni) Khema Thera – yang merupakan Siswi Utama (Aggasâvikâ) – dalam bentuk syair:
KUSALÂHAM VISUDDHÎSU KATHÂVATTHUVISÂRADÂ
ABHIDHAMMANAYAÑÛÑCA VASI PATTÂMHI SÂSANE
Dalam Agama (Sâsana/Ajaran) ini, Saya (Khema Theri) ahli dalam Tujuh Kesucian Mutlak (Visuddhi) dan juga mahir dalam Kitab Kathâvatthu serta memahami hakikat Abhidhamma dengan jelas.
Dalam Sutta Pitaka, Majjhima Nikâya, Mûlapannâsaka terdapat suatu persanjungan yang disampaikan oleh Moggallana Thera (Aggasâvaka) bahwa Hutan Gosingasâla niscaya akan indah semarak apabila dua orang bhikkhu saling berbincang-bincang tentang Abhidhamma. Persanjungan ini disepakati oleh Sang Buddha Gotama. Sambil menyampaikan rasa simpati, Beliau memuji Moggallana Thera sebagai seorang Pembabar Dhamma yang sejati (Dhammakathika).
Kutipan-kutipan dalam Vinaya Pitaka dan Sutta Pitaka itu kiranya sudah terlalu cukup untuk membuktikan bahwa Abhidhamma memang sudah ada sejak masa kehidupan Sang Buddha Gotama.
terus terang sejak awal saya merasa aneh aja kok Vinaya Sutta & Abhidhamma dimasukkan ke Theravada ya? padahal kan dipakai jg di Mahayana.di Tripitaka Sansekerta (mahayana) ada vinaya dan abhidharma juga koq. cuma agak berbeda :)
Terlalu banyak bukti dalam Sutta Pitaka dan Vinaya Pitaka yang dapat diacu untuk memperlihatkan bahwa Abhidhamma memang benar-benar sudah ada sejak masa kehidupan Sang Buddha Gotama[/b]hehehe... ternyata thread ini masih hidup....
I.B. Horner says that the term abhidhamma occurs not more than ten times in the first two pitakas (the Suttapitaka and the Vinayapitaka), three of these being in the Vinaya.’ (Book of Discipline III, p xi). She says that the word abhidhamma (apart from its use in interpolated material) should be ‘taken as referring to some material or method in existence prior to the compilation of this [Abhidhamma] Pitaka, and out of which it [the Abhidhamma Pitaka] was gradually elaborated and eventually formed.’ (Book of Discipline, Vol. III, p xi)
The 'interpolated material' occurs in the Book of the Discipline Vol. III p415: [Regarding the bhikkhunis, who were supposed to ask for leave before asking the Sangha a question] "Not given leave" means: without asking for permission. "Should ask a question" means: if having asked for leave in regard to suttanta, she asks about discipline or about abhidhamma, there is an offense of expiation.
This is the only place in the canon where the triad suttanta, vinaya and abhidhamma occur together, and is 'unhesitatingly asssumed to be an interpolation by Oldenburg. (ref: Book of Discipline, Vol. III, pxiv and Encyclopaedia of Buddhism, Vol. 1, p 39)
This view is substantiated by Horner. She says that ‘abhidhamma’ in the passage ‘probably means the literary digest of this name. This passage would therefore seem late, dating from some time after the compilation of the three pitakas.’ (Book of Discipline III, p 415)
The PTS Pali-English Dictionary says the word 'abhidhamma' was probably not used by the Buddha in the very earliest days of his teaching: 'As the word ‘abhidhamma’ standing alone is not found in the Sutta Nipata or the Anguttara Nikaya, and only once or twice in the Digha Nikaya, it probably came into use only towards the end of the period in which the four Nikayas [of the suttas] grew up.'
In the vinaya, at one place the term abhidhamma occurs with vinaya, suttanta, and also gatha (which means poems):
[Regarding monks, for whom it is an offense to disparage the learning of vinaya] "There is no offense if, not desiring to disparage, he speaks saying: ‘Look here, do you master suttantas, or verses (gatha), or what is extra to dhamma [abhidhamma] and afterwards you will master discipline"Book of the Discipline Vol. III p42
Horner says, ‘The very presence of the word gatha is enough to preclude the term abhidhamma from standing for the literary exegesis of that name, for no reference to the third pitaka would have combined a reference to part of the material (poems) which one of the pitakas finally came to include.’ (Book of Discipline, Vol. III, p xii) Her logic here is that, since gatha does not mean Gatha Pitaka, abhidhamma does not mean Abhidhamma Pitaka. So, what does ‘abhidhamma’ actually mean here?
Horner says:
‘Although we can say fairly confidently what abhidhamma does not mean here, it is by no means so easy to assess what it does mean. A monk may say to another, "Master suttanta, or verses (gatha) or abhidhamma, and afterwards you will master discipline."’ (Book of Discipline, Vol. III p xii)
Regarding this passage, she proposes that abhidhamma means ‘an intellectual exercise perhaps, devoid of all extraneous matter, in which the meaning of dhamma terms and concepts is to be grasped through their grouping, through their classified relations of identity and dependence and so on, instead of through the more picturesque, personal and hortatory methods, often made intelligible by homely parable and simile, which is the suttanta way of presenting dhamma.’(Book of Discipline, Vol. III p xiii)
She says that the word ‘abhidhamma’, occuring in the suttas and vinaya, although not indicating a complete and closed system of philosophy, ‘had been intended to stand for something more than dhamma and vinaya, perhaps in the sense of some more than usually complete grasp and mastery of them, due to further study and reflection’. (The Indian Historical Quarterly, XVII p299)
She proposes that the value of the gathas lay in ‘their appeal to the more emotional type of disciple…whereas the mastery of abhidhamma would provide a field to attract the more intellectual type, while mastery of suttantas would stir the normally virtuous man of average mental equipment.’ (p xiv)
T.W. Rhys Davids suggests the suttas that typify the early abhidhamma:
‘The last two suttas of the Digha Nikaya [the Sangiti Sutta and the Dasuttara Sutta] with their catechism as a monologue by the catechumen, and of the absence of narrative - they become practically abhidhamma rather than Sutta Pitaka…In the Majjhima Nikaya we have abhidhamma talk in the two Vedalla Suttas’. (Dialogues of the Buddha, Vol. III p199-200)
The reason Rhys Davids says that the Digha Nikaya suttas are ‘practically abhidhamma’ is because ‘tradition itself has recognised a distinction in style between the Dhamma [i.e. the suttas] and the Abhidhamma. Thus the suttas embodying the Dhamma are said to be taught in the discursive style, which makes free use of the simile, the metaphor and the anecdote. This is contrasted with the non-discursive style of the Abhidhamma which uses very select and precise, and therefore thoroughly impersonal terminology which is decidedly technical in meaning and function’. (WS Karunaratne, Encyclopaedia of Buddhism, Vol. 1, p38)
The Mahagosinga Sutta provides a valuable clue as to what abhidhamma meant in the earliest period of Buddhism. In the sutta, Ven Sariputta asks Ven MahaMoggallana what type of monk he thought would most illumine the Gosinga sal-wood. Ven MahaMoggallana replies:
‘In this connection, reverend Sariputta, two monks are talking on Further Dhamma[abhidhamma]; they ask one another questions; in answering one another’s questions they respond and do not fail, and their talk on dhamma goes forward’. (M 1 211. Tr IBH)
When the Buddha heard of Ven MahaMoggallana’s answer, he said, as I’ve said: ‘It is good, it is good. For, Sariputta, Moggallana is a talker on dhamma’.
This suggests that the earliest abhidhamma arose from the dialogues of monks of ‘the more intellectual type’. Intellectual interest in dhamma would naturally lead to conversations involving questioning and enquiry.
To discover what ‘abhidhamma’ meant in the earliest days, one should study the conversations between monks of the intellectual type. The Mahavedalla Sutta is a good example of this. It records a conversation between Ven Kotthita the Great and Ven Sariputta. Ven Sariputta was said by the Buddha to be ‘chief of those of great intuitive wisdom’. Ven Kotthita the Great was called ‘chief of those who have mastery in logical analysis’. These two monks were obviously very fond of discussing dhamma together. Many of their conversations are recorded in the Sutta Pitaka.
We have now said that the earliest abhidhamma was the field of the intellectual types. It was characterized by catechism, and by intellectual conversations. As one of the recurrent features of these conversations is analyses of terms, we could reasonably assume that a third feature of the earliest abhidhamma was analysis. Ven Sariputta, ‘chief of those with intuitive wisdom’, was a master of analysis, as is made clear in this passage:
‘Your reverences, when I had been two weeks ordained a monk, I grasped the analysis of meanings specifically and according to the letter (atthapatisambhida sacchikata odiso byanjanaso) That I explain it in various ways, I teach it, expound it, proclaim it, lay it down, open it up, analyse it and make it clear….[and likewise for the analysis of conditions (dhammapatisambhida), the analysis of definitions (niruttipatisambhida), and the analysis of intellect (patibhanapatisambhida)]. (Gradual Sayings, II, 159, Tr FL Woodward).
Terlalu banyak bukti dalam Sutta Pitaka dan Vinaya Pitaka yang dapat diacu untuk memperlihatkan bahwa Abhidhamma memang benar-benar sudah ada sejak masa kehidupan Sang Buddha Gotama[/b]hehehe... ternyata thread ini masih hidup....
kelihatannya banyak kutipan dan pendapat yg pro keotentikan abhidhamma. biar seru, mari kita baca sanggahan untuk bhikkhu jan sanjivaputta di atas. berikut kutipan dari bhikkhu varado:
..cut..
Tiga bulan di di Bumi = 4 menit di Surga Tavatimsa (Deva EX devi Maya turun dari Tusita)pertama, menurut saya latar belakang keluarnya abhidhamma meragukan dan terkesan dipaksakan untuk memberikan otoritas yg lebih tinggi kepada abhidhamma. dilegendakan bahwa buddha spesial pergi ke surga tusita untuk mengajarkan abhidhamma kepada ibundanya (dan banyak sekali dewa dewi lainnya) sebagai balas jasanya kepada sang ibu. konon, selama tiga bulan secara terus menerus buddha membabarkan abhidhamma di surga tusita. dan konon lagi, abhidhamma sebegitu dasyatnya sehingga buddha hanya mengajarkannya kepada para dewa dan akhirnya kepada sariputta karena manusia bakal kesulitan mengertinya...
tidak ada referensi mengenai legenda ini di sutta2. bahkan saya baca terdapat perbedaan2 antara abhidhamma aliran yg satu dengan aliran yg lain. dan kalau memang abhidhamma memang sebegitu dasyat, kenapa jaman sekarang justru banyak orang bisa mengerti? dan kalo memang manusia tidak mampu untuk mengerti abhidhamma, kenapa akhirnya buddha mengulanginya kepada sariputta? dan apa kelebihan dewa2 dibanding manusia sehingga dewa2 bisa mengerti lebih baik?
Setahu saya dari membaca beberapa argumen, abhidhamma dibabarkan di surga Tavatimsa bukan karena kedasyatannya dimana setelah mendengar langsung tercerahkan sempurna, tetapi karena sifatnya yang rinci sehingga harus dibabarkan tanpa henti (tanpa istirahat) sehingga mendapat gambaran yang jelas.Dan ini butuh waktu lama sehingga manusia tidak mungkin mendengarkan tanpa henti, sedangkan para dewa konon mampu bertahan duduk lama.
Alasan Sang Buddha akhirnya membabarkan Abhidhamma mungkin karena belas kasihnya kepada manusia, dan kebetulan dikatakan bahwa Sariputta memiliki kemampuan penelaahan sehingga mampu memahami Dhamma yang diajarkan Snag buddha dalam ratusan dan ribuan cara, dan akhirnya Sariputta mengajarkan Abhidhamma dalam bentuk tidak terlalu singat dan tidak terlalu panjang.(Kronologi Hidup Buddha, hal 306)Quotekedua, menurut saya dari segi manfaat, abhidhamma sedikit (kalo tidak bisa dibilang tidak ada) sekali kontribusinya pada proses pencarian spiritual, dalam hal ini meditasi. abhidhamma berisi seabrek teori2 mengenai keadaan psikologis dan pikiran. saya merasa teori2 tersebut lebih banyak membebani daripada membebaskan. dalam meditasi, sedikit demi sedikit kita berusaha melepaskan pikiran2, niat2 keinginan dan juga apa yg kita anggap sebagai "aku", "milikku" dan "diri" dengan terus2 mengamati dan melepas. sebaliknya teori2 seperti abhidhamma justru memperkuatnya...
Nah, ini juga pertanyaan saya, apakah teori-teori dalam Abhidhamma tersebut sama sekali tidak ada kesesuaiannya dengan pengalaman langsung?
Tapi melihat pernyataan dari Nina van Gorkom (Abhidhamma in Daily Life by Nina van Gorkom) sepertinya ada hal yang bisa atau bersesuaian dengan kehidupan sehari-hari.
So, ujung-ujungnya kita akan ditantang untuk membuktikan secara langsung. Saya pribadi belum melakukannya.
Dan apakah mungkin Abhidhamma adalah mungkin “buku catatan harian” mereka yang telah mengalami perjalanan spiritual, dan bagi kita digunakan sebagai teks book ???
Jadi mungkin alasan Sdr. Morp akan dijawab seperti itu, tapi pertanyaan mengapa baru muncul setelah Konsili ke-3, saya masih belum mendapat jawaban atau bayangan.
Berarti buku PPKN yang menjelaskan adanya proklamasi Indonesia juga gak bisa jadi bukti catatan sejarah kemerdekaan Indonesia dong?sorry, saya agak ketinggalan jaman. apakah ppkn itu pmp jaman sekarang?
masalahnya sekarang, di atas hanya disebutkan mahabuddhavamsa yg ditulis pada abad ke-20, namun tidak ada dokumen pendukung dari pernyataan2nya mengenai konsili pertama tadi...
Atau hal lainnya yaitu yg baru tau ttg teori abhidhamma jika benar merasakan manfaatnya dengan baik, itu juga salah satu tanda kebenaran Abhidhmma. Jadi kalau teorinya bagus dan benar, prakteknya bisa maksimal. Nah saya melihat ada banyak yg mempraktekan Abhidhamma sehari2 (melalui teori) dan mencoba menjiwainya dengan baik mengalami perubahan yg baik pula. Jadi intinya lihatlah segala sesuatu secara proposional, apa yg belum kita ketahui, kita simpan terlebih dahulu(bila belum ketemu jawabannya) sampai waktunya terbuka sendiri(karena banyak hal yg harus dilewati). Dengan demikian perkembangan spritual kita bisa maju.bang bond, ada beberapa point yg bisa saya tanggapi di sini:
Kalau mau maju saja sudah ragu disana-sini kapan jalannya. Kalaupun keraguan itu muncul lagi dengan kuat tanyalah pada kalyanimita yg telah melampaui itu semua. Daripada jalan sendiri akhirnya kejeblos mumpung Dhamma ini masih ada dan masih terdapat para Ariya.bang bond, andai saja semuanya sesederhana itu, hidup bener2 gampang.
Mempelajari Dhamma itu seharusnya sederhana hanya seringkali kita membuatnya menjadi rumit sehingga menghalangi pandangan kita.
ini adalah jawaban typical dari "sekelompok" member di forum ini untuk menolak Sutta-sutta yang diduga dapat membahayakan otoritas Bahiya Sutta versi mereka.dalam kalimat di atas ada 2 kesalahan:
1. Mahabudhavamsa adalah suatu usaha penulisan ulang Sutta-sutta yang diurutkan secara kronologis, dan pada setiap kisahnya pasti disebutkan Sutta sumbernya, jadi menurut saya Buddhavamsa cukup valid.ini adalah jawaban typical dari "sekelompok" member di forum ini untuk menolak Sutta-sutta yang diduga dapat membahayakan otoritas Bahiya Sutta versi mereka.dalam kalimat di atas ada 2 kesalahan:
1. mahabuddhavamsa bukan sutta
2. saya bukan dari kubu manapun dan saya tidak ada kepentingan untuk mempertahankan bahiya sutta versi saya
ps. bukankah diskusinya lebih indah kalo tidak ada penyerangan pribadi seperti quote di atas? bisakah kita fokus ke topiknya saja?
Atau hal lainnya yaitu yg baru tau ttg teori abhidhamma jika benar merasakan manfaatnya dengan baik, itu juga salah satu tanda kebenaran Abhidhmma. Jadi kalau teorinya bagus dan benar, prakteknya bisa maksimal. Nah saya melihat ada banyak yg mempraktekan Abhidhamma sehari2 (melalui teori) dan mencoba menjiwainya dengan baik mengalami perubahan yg baik pula. Jadi intinya lihatlah segala sesuatu secara proposional, apa yg belum kita ketahui, kita simpan terlebih dahulu(bila belum ketemu jawabannya) sampai waktunya terbuka sendiri(karena banyak hal yg harus dilewati). Dengan demikian perkembangan spritual kita bisa maju.bang bond, ada beberapa point yg bisa saya tanggapi di sini:
* seperti yg saya tulis di beberapa post yg udah lama, saya tidak memungkiri, bahkan ikutan senang kalo ada yg merasa mendapat manfaat dengan belajar abhidhamma. silakan teruskan belajarnya.
* tapi dalam hal ini, saya berbeda pendapat atau mungkin katakanlah abhidhamma tidak cocok dengan saya. seperti dialog dengan bang wili, saya ok aja ama pendapat bang willi dan bang willi juga ok ama pendapat saya.
* menurut saya, manfaat musti dipisahkan dengan keotentikan. orang2 merasa mendapat banyak manfaat dari kitab2 di luaran, namun bukan berarti memang benar seseorang pernah membelah bulan atau seseorang menghidupkan orang mati. Ok Saya setuju jikalau ingin dipisahkan tetapi adakah korelasinya?, lalu apa manfaatnya kita mengetahui keotentikan itu dan bisakah kita membuktikannya?Kalau mau maju saja sudah ragu disana-sini kapan jalannya. Kalaupun keraguan itu muncul lagi dengan kuat tanyalah pada kalyanimita yg telah melampaui itu semua. Daripada jalan sendiri akhirnya kejeblos mumpung Dhamma ini masih ada dan masih terdapat para Ariya.bang bond, andai saja semuanya sesederhana itu, hidup bener2 gampang. Tergantung mindset kita
Mempelajari Dhamma itu seharusnya sederhana hanya seringkali kita membuatnya menjadi rumit sehingga menghalangi pandangan kita.
di jaman informasi ini, yg manakah yg anda maksudkan kalyanamitta dan pada ariya itu? Kalyanimitta dan para Arya adalah mereka yg dapat membantu kita menembus 4 kesunyataan mulia dan padamnya kilesa dengan melalui JMB 8(ini kalau tujuan Anda untuk merealisasikan nibbana, kalau tujuan lain ,definisinya akan jadi lain).
karena kenyataannya, pakar2nya sendiri juga berbeda pendapat :) Oleh karena itulah harus memiliki pondasi sila, sammasamadhi yg kuat dan menggunakan panna untuk melihat mana yg patut kita jadikan Kalyanimita(toolsnya sudah tersedia, tinggal di cross check). Ada panduannya dalam sutta cuma saya lupa dimana(mungkin ada yg bisa bantu ttg apabila Sang Buddha telah tiada maka panduannya....)?Dan juga bukan berarti karena perbedaan pendapat menghalangi kita untuk maju.
haruskah kita melihat dari segi jumlahnya? yg banyak ngomong berarti yg benar?Yg kita lihat adalah Kualitasnya
ataukah kita melihat dari lingkungan kita sendiri saja? kalo di sekte saya banyak yg percaya gitu, berarti itu bener? . Kalo yg ini sudah ada di kalama sutta
btw, saya setuju dengan kalimat anda yg terakhir... dalam kacamata saya sendiri tentunya.
belajar dhamma benar2 sederhana, kalo kita meragukan segalanya dan mengkritisi semua kepercayaan It's ok bro ;D
1. Mahabudhavamsa adalah suatu usaha penulisan ulang Sutta-sutta yang diurutkan secara kronologis, dan pada setiap kisahnya pasti disebutkan Sutta sumbernya, jadi menurut saya Buddhavamsa cukup valid.mari kita kembalikan ke konteks semula.
Ok Saya setuju jikalau ingin dipisahkan tetapi adakah korelasinya?, lalu apa manfaatnya kita mengetahui keotentikan itu dan bisakah kita membuktikannya?lah kan judul topik ini emang mempermasalahkan keotentikan abhidhamma, bang?
Kalyanimitta dan para Arya adalah mereka yg dapat membantu kita menembus 4 kesunyataan mulia dan padamnya kilesa dengan melalui JMB 8(ini kalau tujuan Anda untuk merealisasikan nibbana, kalau tujuan lain ,definisinya akan jadi lain).kalo boleh saya simpulkan, kriteria dan hal2 yg anda sebutkan di atas itu sangat subjektif dan rancu, bang...
...
Oleh karena itulah harus memiliki pondasi sila, sammasamadhi yg kuat dan menggunakan panna untuk melihat mana yg patut kita jadikan Kalyanimita(toolsnya sudah tersedia, tinggal di cross check). Ada panduannya dalam sutta cuma saya lupa dimana(mungkin ada yg bisa bantu ttg apabila Sang Buddha telah tiada maka panduannya....)?Dan juga bukan berarti karena perbedaan pendapat menghalangi kita untuk maju.
...
Yg kita lihat adalah Kualitasnya
Jadi menurut morph apa ukurannya agar menjadi objektif dan berhenti sambung menyambung?gak ada ukuran objektif untuk menilai orang lain, bang bond...
4.8. ‘Seandanya seorang bhikkhu mengatakan: “Teman-teman, aku mendengar dan menerima ini dari mulut Sang Bhagava sendiri: inilah Dhamma, inilah disiplin, inilah Ajaran Sang Guru”, maka, para bhikkhu, kalian tidak boleh menerima atau menolak kata-katanya. Kemudian, tanpa menerima atau menolak, kata-kata dan ungkapannya harus dengan teliti dicatat dan dibandingkan dengan Sutta-sutta dan dipelajari di bawah cahaya disiplin. Jika kata-katanya, saat dibandingkan dan dipelajari, terbukti tidak selaras dengan Sutta atau disiplin, berarti kesimpulannya adalah: “Pasti ini bukan kata-kata Sang Buddha, hal ini telah keliru dipahami oleh bhikkhu ini”, dan kata-katanya itu harus ditolak. Tetapi jika saat dibandingkan dan dipelajari, terbukti selaras dengan Sutta atau disiplin, berarti kesimpulannya adalah: “Pasti ini adalah kata-kata Sang Buddha, hal ini telah dengan benar dipahami oleh bhikkhu ini.”
(Mahaparinibbana Sutta)
8-11. Then the Blessed One said: "In this fashion, bhikkhus, a bhikkhu might speak: 'Face to face with the Blessed One, brethren, I have heard and learned thus: This is the Dhamma and the Discipline, the Master's Dispensation'; or: 'In an abode of such and such a name lives a community with elders and a chief. Face to face with that community, I have heard and learned thus: This is the Dhamma and the Discipline, the Master's Dispensation'; or: 'In an abode of such and such a name live several bhikkhus who are elders, who are learned, who have accomplished their course, who are preservers of the Dhamma, the Discipline, and the Summaries. Face to face with those elders, I have heard and learned thus: This is the Dhamma and the Discipline, the Master's Dispensation'; or: 'In an abode of such and such a name lives a single bhikkhu who is an elder, who is learned, who has accomplished his course, who is a preserver of the Dhamma, the Discipline, and the Summaries. Face to face with that elder, I have heard and learned thus: This is the Dhamma and the Discipline, the Master's Dispensation.'kata yg ditemukan hanyalah 'Dhamma and the Discipline' :)
"In such a case, bhikkhus, the declaration of such a bhikkhu is neither to be received with approval nor with scorn. Without approval and without scorn, but carefully studying the sentences word by word, one should trace them in the Discourses and verify them by the Discipline. If they are neither traceable in the Discourses nor verifiable by the Discipline, one must conclude thus: 'Certainly, this is not the Blessed One's utterance; this has been misunderstood by that bhikkhu — or by that community, or by those elders, or by that elder.' In that way, bhikkhus, you should reject it. But if the sentences concerned are traceable in the Discourses and verifiable by the Discipline, then one must conclude thus: 'Certainly, this is the Blessed One's utterance; this has been well understood by that bhikkhu — or by that community, or by those elders, or by that elder.' And in that way, bhikkhus, you may accept it on the first, second, third, or fourth reference. These, bhikkhus, are the four great references for you to preserve."
4.8. ‘Seandanya seorang bhikkhu mengatakan: “Teman-teman, aku mendengar dan menerima ini dari mulut Sang Bhagava sendiri: inilah Dhamma, inilah disiplin, inilah Ajaran Sang Guru”, maka, para bhikkhu, kalian tidak boleh menerima atau menolak kata-katanya. Kemudian, tanpa menerima atau menolak, kata-kata dan ungkapannya harus dengan teliti dicatat dan dibandingkan dengan Sutta-sutta dan dipelajari di bawah cahaya disiplin. Jika kata-katanya, saat dibandingkan dan dipelajari, terbukti tidak selaras dengan Sutta atau disiplin, berarti kesimpulannya adalah: “Pasti ini bukan kata-kata Sang Buddha, hal ini telah keliru dipahami oleh bhikkhu ini”, dan kata-katanya itu harus ditolak. [/b] Tetapi jika saat dibandingkan dan dipelajari, terbukti selaras dengan Sutta atau disiplin, berarti kesimpulannya adalah: “Pasti ini adalah kata-kata Sang Buddha, hal ini telah dengan benar dipahami oleh bhikkhu ini.”saya agak tidak mengerti maksud dari kutipan sutta ini di sini, terlebih bagian yg di bold...
(Mahaparinibbana Sutta)
jika sdr. Semit ingin membahas isi sutta, silahkan dilanjutkan ke bagian Studi Sutra/Sutta (http://dhammacitta.org/forum/index.php?board=25.0)
kemudian bagian yg saya bold merah kan...
Sutta atau disiplin
sutta di-sini saya yakini adalah dhamma kotbah2 Sang Buddha yg terjadi sekitar 2500 tahun yg lalu, bukan Sutta Pitaka. Sutta-Pitaka disusun setelah Sang Buddha parinibbana, jadi jelas itu bukan mengacu kepada Sutta Pitaka... apa terjemahannya seharusnya dhamma(kebenaran) & vinaya(aturan kedisplinan)? CMIIW
ini terjemahan bahasa inggrissnya [Paragraf yang relevan bukan yang dikutip oleh Rekan Tesla, melainkan satu paragraf di bawahnya:]Quote"In such a case, bhikkhus, the declaration of such a bhikkhu is neither to be received with approval nor with scorn. Without approval and without scorn, but carefully studying the sentences word by word, one should trace them in the Discourses and verify them by the Discipline. If they are neither traceable in the Discourses nor verifiable by the Discipline, one must conclude thus: 'Certainly, this is not the Blessed One's utterance; this has been misunderstood by that bhikkhu — or by that community, or by those elders, or by that elder.' In that way, bhikkhus, you should reject it. But if the sentences concerned are traceable in the Discourses and verifiable by the Discipline, then one must conclude thus: 'Certainly, this is the Blessed One's utterance; this has been well understood by that bhikkhu — or by that community, or by those elders, or by that elder.' And in that way, bhikkhus, you may accept it on the first, second, third, or fourth reference. These, bhikkhus, are the four great references for you to preserve."kata yg ditemukan hanyalah 'Dhamma and the Discipline' :)
Terjemahan Indonesia (dari Maurice O'Connell Walshe): "... Kemudian, tanpa menerima atau menolak, kata-kata dan ungkapannya harus dengan teliti dicatat dan dibandingkan dengan Sutta-sutta dan dipelajari di bawah cahaya disiplin...."
Terjemahan Inggris (Thanissaro Bhikkhu): "... Without approval and without scorn, but carefully studying the sentences word by word, one should trace them in the Discourses and verify them by the Discipline. .."
Teks aslinya: "... Anabhinanditvaa appa.tikkositvaa taani padabya~njanaani saadhuna.m uggahetvaa sutte otaaretabbaani vinaye sandassetabbaani. ..."
Jadi, ternyata terjemahan Indonesia (dari M.O.Walshe) maupun terjemahan Inggris (Thanissaro Bhikkhu) di atas cocok dengan teks aslinya. (Kalau tidak cocok tentu sudah lama diprotes oleh pembaca yang teliti. :) )*****
Jadi bagaimana kita harus menganalisis dan menafsirkan kejanggalan dalam Mahaparinibbana-sutta yang terlihat oleh Rekan Tesla di atas?
Bagian Mahaparinibbana-sutta yang dipermasalahkan ini mempunyai subjudul bernama "Cattari Maha-upadesa" (Empat Rujukan Besar, the Four Great Reference). Maksudnya, ada empat rujukan yang masing-masing mengklaim sebagai rujukan dari ajaran Sang Buddha, yaitu:
(1) bhikkhu yang mengaku mendengar sendiri dari mulut Sang Buddha;
(2) suatu komunitas bhikkhu dengan seorang ketua;
(3) beberapa Thera;
(4) seorang Thera.
Menghadapi keempat rujukan tersebut, kata-kata mereka harus dicek dulu, apakah sesuai atau tidak dengan "sutta" dan "vinaya". ... Demikianlah ditampilkan dalam Mahaparinibbana-sutta.
Nah, di sinilah kejelian Rekan Tesla: ia melihat kejanggalan dalam istilah "sutta" dan "vinaya" yang digunakan di sini. Saya pun melihat kejanggalan itu. ...
Dalam puluhan sutta, Sang Buddha selalu menamakan ajarannya sebagai "dhamma-vinaya", bukan "sutta" & "vinaya". Bahkan di paragraf ini pun istilah "dhamma-vinaya" muncul:
- "Inilah Dhamma, inilah Disiplin, inilah Ajaran Sang Guru" (Indonesia/dari M.O.Walshe)
- "This is the Dhamma and the Discipline, the Master's Dispensation" (Thanissaro Bhikkhu)
- "Aya.m dhammo, aya.m vinayo, ida.m satthusaasanan'ti" (teks asli).
Jadi, di zaman Sang Buddha masih hidup, beliau selalu menamakan ajarannya 'dhamma-vinaya'. ... Kok, tiba-tiba di bagian Mahaparinibbana-sutta ini muncul istilah "sutta" dan "vinaya". ... Apa artinya itu?
Kita tahu, setelah Sang Buddha meninggal dunia, para bhikkhu berkumpul dalam Konsili I, lalu menyusun khotbah-khotbah Sang Buddha dan mengumpulkannya (menghafalkannya) dalam keranjang yang dinamakan "Sutta Pitaka", sedangkan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan kehidupan kebhikkhuan dikumpulkan/dihafalkan dalam keranjang yang dinamakan "Vinaya Pitaka". (Abhidhamma Pitaka baru muncul dalam Konsili III, tiga ratus tahun setelah Sang Buddha meninggal dunia.)
Menurut hemat saya, dari sinilah asal istilah 'sutta' dan 'vinaya' yang terlihat oleh Rekan Tesla itu. ... Dengan kata lain, kesimpulan saya: di sini telah terjadi ANAKRONISME (kerancuan berhubungan dengan waktu) ... Istilah 'sutta' & 'vinaya' telah menyusup masuk ke dalam Mahaparinibbana-sutta dan ditampilkan seolah-olah datang dari mulut Sang Buddha sendiri!
Para penghafal Mahaparinibbana-sutta menyisipkan, seolah-olah Sang Buddha mengatakan bahwa di kemudian hari semua klaim ajaran Buddha harus dicek keotentikannya berdasarkan "Sutta Pitaka" dan "Vinaya Pitaka". ... Jadi "Sutta Pitaka" & "Vinaya Pitaka" sudah diangkat menempati kedudukan MUTLAK, menggantikan kebenaran sesungguhnya dari 'dhamma-vinaya, ajaran Sang Guru'. ... Inilah klaim dari bhikkhu-bhikkhu Theravada yang menyusup masuk ke dalam Mahaparinibbana-sutta ...
Mungkin ini terjadi di zaman ketika agama Buddha di India pada waktu itu mulai terpecah menjadi Maha-sanghika (Mahayana) dan sekte-sekte Hinayana (yang di dalamnya terdapat Sthaviravada, cikal bakal Theravada). ... Untuk menjamin survival sektenya, maka bhikkhu-bhikkhu Sthaviravada mengklaim Sutta Pitaka & Vinaya Pitaka sebagai satu-satunya kriteria bagi keabsahan ajaran Sang Buddha, dengan menampilkan klaim itu seolah-olah datang dari mulut Sang Buddha sendiri. ... Memang tidak ada maksud jelek di sini ... hanya keinginan untuk menjunjung tinggi dan memutlakkan sekte yang dianut sendiri.
Bahwa suatu kitab suci (apa pun) harus digunakan sebagai kriteria dari kebenaran, hal itu harus saya tolak sebagai datang dari mulut Sang Buddha! Ini sangat bertentangan dengan ajaran Sang Buddha tentang bagaimana kita menilai suatu ajaran yang benar, sebagaimana tercantum dalam Kalama-sutta ...
Ini salah satu contoh lagi bagaimana sisipan-sisipan yang tidak otentik telah masuk ke dalam Mahaparinibbana-sutta. Dulu saya pernah menyoroti apa yang ditampilkan dalam Mahaparinibbana-sutta seolah-olah sebagai "kata Sang Buddha", yakni bahwa hanya dalam ajaran Sang Buddha terdapat pembebasan, sedangkan dalam ajaran-ajaran lain tidak ada pembebasan.
Semua itu tidak mengherankan, mengingat Mahaparinibbana-sutta dari Digha Nikaya ini termasuk salah satu sutta yang relatif "muda", yang memperoleh bentuknya yang final jauh setelah Sang Buddha wafat.
Salam,
hudoyo
Makanya cara membuktikan keotentikan yg kayak ginian diperlukan wisdom yg baik dan kalo mau pasti ya kita sendiri belajar untuk bisa memiliki abinna(kalau bener2 mau buktikan keotentikannya), bukannya kita tidak mendengar langsung, mungkin mendengar langsung saat itu tapi karena uda lahir jadi tidak ingat, maka dijadikan alasan, tapi kalau emang benar tidak mendengar saat itu berarti apes :))yah para ahli dari dulu juga memperdebatkan ini ga ada ujungnya...
tapi kalau mau diliat dari sisi manfaat atau tidak bermanfaat tentu tidak perlu dibuktikan, kalo ubek2 di dokumen dan lain2 ya susah akhirnya pro dan kontra melulu karena selalu muncul celah.setuju...
Padahal yang benar berdasarkan penglaman meditator-meditator tingkat lanjut (yang cukup mendalam) semua seia-sekata bahwa letaknya landasan kesadaran (hadayavatthu) adalah di dada (jantung)...sebenernya ini oot, tapi saya jadi tergelitik nanya:
Jadi bila ada yang meragukan Abhidhamma kemungkinan besar adalah termasuk golongan scholar, sedangkan mereka yang praktek hingga taraf tertentu umumnya tidak meragukan Abhidhamma....aneh...
Jadi bila ada yang meragukan Abhidhamma kemungkinan besar adalah termasuk golongan scholar, sedangkan mereka yang praktek hingga taraf tertentu umumnya tidak meragukan Abhidhamma....aneh...
yg saya tau, orang2 yg banyak meragukan abhidhamma justru berasal dari kedua golongan itu, baik skolar dan praktisi meditasi yg udah mapan :)
sebagai tambahan, saya terus terang belum membaca buku Abhidharmakosa jadi saya tidak bisa mengomentari perbedaan dengan kitab Abhidhamma, tetapi menurut saya membandingkan Theravada dengan Mahayana adalah seperti membandingkan apel dan mangga, doktrin Protestan dan ka****k masih lebih dekat dibandingkan dengan doktrin Mahayana dan Theravada, karena kitab sucinya berbeda walaupun namanya mirip (tipitaka / tripitaka) banyak orang terkecoh oleh nama yang mirip inibang fabian, early buddhism tidak sesederhana antara dua kontras, theravada - mahayana. bisa dikatakan aliran2 yg ada di dalam early buddhism muncul dari evolusi yg akarnya sama yg cabangnya semakin lama semakin menjauh hingga menjadi sekontras theravada - mahayana sekarang.
Padahal yang benar berdasarkan penglaman meditator-meditator tingkat lanjut (yang cukup mendalam) semua seia-sekata bahwa letaknya landasan kesadaran (hadayavatthu) adalah di dada (jantung)...sebenernya ini oot, tapi saya jadi tergelitik nanya:
apa gunanya mengetahui di mana letak landasan kesadaran bagi meditasi?
trus kalo yg pake jantung buatan gimana?
Padahal yang benar berdasarkan penglaman meditator-meditator tingkat lanjut (yang cukup mendalam) semua seia-sekata bahwa letaknya landasan kesadaran (hadayavatthu) adalah di dada (jantung)...sebenernya ini oot, tapi saya jadi tergelitik nanya:
apa gunanya mengetahui di mana letak landasan kesadaran bagi meditasi?
trus kalo yg pake jantung buatan gimana?
Tepatnya:
Hadayavatthu (landasan kesadaran) letaknya di dada (SEKITAR jantung) jadi bukan di jantung.
Dapat kita rasakan sendiri, ketika kita marah hebat atau ketika sedih mendalam, perasaan sakit / tertekan berada di sekitar daerah dada.
Pengetahuan ini memang tidak penting2 amat, mungkin sekedar studi intelektual saja yg agak berbeda dengan pendapat umum yg mengatakan kesadaran terletak di otak.
::
sebagai tambahan, saya terus terang belum membaca buku Abhidharmakosa jadi saya tidak bisa mengomentari perbedaan dengan kitab Abhidhamma, tetapi menurut saya membandingkan Theravada dengan Mahayana adalah seperti membandingkan apel dan mangga, doktrin Protestan dan ka****k masih lebih dekat dibandingkan dengan doktrin Mahayana dan Theravada, karena kitab sucinya berbeda walaupun namanya mirip (tipitaka / tripitaka) banyak orang terkecoh oleh nama yang mirip inibang fabian, early buddhism tidak sesederhana antara dua kontras, theravada - mahayana. bisa dikatakan aliran2 yg ada di dalam early buddhism muncul dari evolusi yg akarnya sama yg cabangnya semakin lama semakin menjauh hingga menjadi sekontras theravada - mahayana sekarang.
jelasnya, aliran2 yg ada di early buddhism dekat antara yg satu dengan yg lainnya.
silakan refer ke sini http://en.wikipedia.org/wiki/Early_Buddhist_Schools
fakta yg jelas2 ada:
* tidak semua aliran di early buddhism mengakui abhidhamma
* beberapa dari aliran2 itu (contohnya suutrantika) memisahkan diri hanya dan hanya dengan alasan mereka menolak abhidhamma dan mengatakan abhidhamma bukanlah kata2 Sang Buddha
* abhidhammapitaka2 (jamak) pada masing2 aliran2 early buddhism ini jelas2 berbeda, ada persamaan pada gaya penulisannya, tapi makna, isi dan strukturnya berbeda jauh sehingga jelaslah pitaka ini merupakan produk belakangan di jaman perpecahan aliran2
* theravada adalah satu2nya aliran yg mengklaim abhidhammapitaka kata2 Sang Buddha, semua aliran lain (di early buddhism) menyebutkan nama pengarang sebenernya dari masing2 buku / kitab (yg sejenis dengan kitab2 di abhidhammapitaka)
* di dalam abhidhammapitaka itu sendiri tidak ada klaim sebagai kata2 Buddha. semua klaim berasal dari komentar2 belakangan
Padahal yang benar berdasarkan penglaman meditator-meditator tingkat lanjut (yang cukup mendalam) semua seia-sekata bahwa letaknya landasan kesadaran (hadayavatthu) adalah di dada (jantung)...sebenernya ini oot, tapi saya jadi tergelitik nanya:
apa gunanya mengetahui di mana letak landasan kesadaran bagi meditasi?
trus kalo yg pake jantung buatan gimana?
Tepatnya:
Hadayavatthu (landasan kesadaran) letaknya di dada (SEKITAR jantung) jadi bukan di jantung.
Dapat kita rasakan sendiri, ketika kita marah hebat atau ketika sedih mendalam, perasaan sakit / tertekan berada di sekitar daerah dada.
Pengetahuan ini memang tidak penting2 amat, mungkin sekedar studi intelektual saja yg agak berbeda dengan pendapat umum yg mengatakan kesadaran terletak di otak.
::
Ya saya sependapat. Saya pernah merasakan sakit di dada ketika gelisah, dll, tapi saya tidak sakit jantung.
Saudara Tesla yang baik, memang beginilah Dhamma, bagi pandangan scholar letak kesadaran di kepala (otak), tetapi bagi meditator letak kesadaran di dada. Ini adalah perbedaan yang tak akan menemukan titik temu.
Dulu sebelum saya berlatih meditasi saya juga beranggapan bahwa hadayavatthu ada di kepala. Sekarang saya malah ikut sependapat dengan para meditator (dalam hal ini sejalan dengan Abhidhamma) bahwa letak hadayavatthu di dada.
Dhamma memang sering menjadi bahan konflik antara meditator dan scholar.
Oleh karena yang terbaik dalam mempelajari Dhamma adalah jangan menolak sesuatu hanya karena kita menganggap hal itu tidak mungkin, atau karena tidak sesuai dengan logika kita.
Tetapi kita boleh menolak jika tidak sesuai dengan Dhamma & vinaya (sutta-sutta atau vinaya dalam Tipitaka) atau setelah kita praktekkan ternyata memang tidak benar.
sukhi hotu
bagaimana prakteknya kalau yg diisi kepala adalah teori2 harus bergini harus bergitu?
bukankah sama dengan diperintah-perintah.
apa Buddha sendiri melakukan semua doktrin yang dibabarkan di dalam abhidhamma?
misalnya waktu mau makan daging ayam, saya harus pikir seperti yang digambarkan dalam abhidhamma?
bagaimana prakteknya kalau yg diisi kepala adalah teori2 harus bergini harus bergitu?
bukankah sama dengan diperintah-perintah.
apa Buddha sendiri melakukan semua doktrin yang dibabarkan di dalam abhidhamma?
misalnya waktu mau makan daging ayam, saya harus pikir seperti yang digambarkan dalam abhidhamma?
kalau boleh saya ringkas, pertanyaannya adalah apakah Abhidhamma "perlu"?
menurut saya, tidak perlu dalam porsi yg sama dg kitab2 lainnya. namun bukan artinya tidak boleh belajar abhidhamma pula.
jika melalui pengalaman sendiri, bro ENCARTA melihat bahwa Abhidhamma tidak bermanfaat & hanya menjadi suatu beban pikiran, silahkan ditinggalkan saja. dan jika yg lainnya merasa itu bermanfaat, silahkan mempelajarinya.
dear bro,
Sama seperti peta dari jakarta menuju bogor
Saat pertama, anda masih harus menghapal, nyasar kesana sini
Tapi jika anda sudah mahir, secara otomatis anda akan tahu jalan menuju bogor dengan sendirinya.
DEmikian juga abhidhamma
Di awal diajari mengenai citta, prosesnya seperti apa, bagaimana batin itu secara buddhism, dsbnya.....
Tapi jika anda sudah terbiasa mempraktekkannya, secara otomatis prosesnya akan terlihat karena anda sudah "mahir"
Itu yg dimaksud dengan perahu.
Perahu berguna utk menyeberang ke pantai seberang
Namun jika sudah sampai di pantai seberang, hendaknya jangan membawa2 perahu lagi
semoga bermanfaat
metta
dear bro,
Sama seperti peta dari jakarta menuju bogor
Saat pertama, anda masih harus menghapal, nyasar kesana sini
Tapi jika anda sudah mahir, secara otomatis anda akan tahu jalan menuju bogor dengan sendirinya.
DEmikian juga abhidhamma
Di awal diajari mengenai citta, prosesnya seperti apa, bagaimana batin itu secara buddhism, dsbnya.....
Tapi jika anda sudah terbiasa mempraktekkannya, secara otomatis prosesnya akan terlihat karena anda sudah "mahir"
Itu yg dimaksud dengan perahu.
Perahu berguna utk menyeberang ke pantai seberang
Namun jika sudah sampai di pantai seberang, hendaknya jangan membawa2 perahu lagi
semoga bermanfaat
metta
dear bro,
kalau dikatakan demikian, apakah artinya, permulaan mempelajari abhidhamma menghasilkan kesukaran, dan hanya jika mahir maka manfaatnya dapat dirasakan?
bukankah dhamma ini indah di awal, di tengah dan di akhir pula?
dear bro,
Betul sekali bro.... sifat dhamma itu sendiri indah/sobhana...
namun karena batin kita sudah tertutup oleh LDM yg tebal, membuat kita "buta" pada keindahan dhamma itu sehingga sering muncul istilah "sulit utk berbuat baik"
tapi seiring dengan semakin sering mempraktekkan dhamma, ternyata istilahnya menjadi "sulit utk berbuat jahat"
dear bro,
Betul sekali bro.... sifat dhamma itu sendiri indah/sobhana...
namun karena batin kita sudah tertutup oleh LDM yg tebal, membuat kita "buta" pada keindahan dhamma itu sehingga sering muncul istilah "sulit utk berbuat baik"
tapi seiring dengan semakin sering mempraktekkan dhamma, ternyata istilahnya menjadi "sulit utk berbuat jahat"
metta
utk abhidhamma, saya juga turut merasakan manfaatnya sejak awal dg selalu memperhatikan batin kita setiap saat. tidak perlu menghafal semua list yg banyak yg mungkin dirasa hanya membebankan pikiran. karena bathin kita memang telah ada, disini & sekarang, kita dapat memperhatikannya langsung. ketika penuh dg akusala cetasika, sadari, dan terus sadari...om, apakah untuk mengamati batin itu perlu belajar dulu labelnya apa aja?
utk abhidhamma, saya juga turut merasakan manfaatnya sejak awal dg selalu memperhatikan batin kita setiap saat. tidak perlu menghafal semua list yg banyak yg mungkin dirasa hanya membebankan pikiran. karena bathin kita memang telah ada, disini & sekarang, kita dapat memperhatikannya langsung. ketika penuh dg akusala cetasika, sadari, dan terus sadari...om, apakah untuk mengamati batin itu perlu belajar dulu labelnya apa aja?
apakah musti tau yg kayak gini labelnya lobha, yg ini labelnya dosa, yg itu labelnya moha?
gak bisakah kita mengamati saja yg muncul?
Apakah benar Abhidhamma pernah disabdakan oleh Sang Buddha (setidaknya diuraikan kembali oleh Sariputta)? Pertanyaan ini muncul mengingat penyusunan Abhidhamma baru muncul pada Konsili ke-3?
Adakah alasan yang kuat dari sudut pandang Theravadin terhadap hal Ini?
Thanks
- Saya sendiri berpendapat bila suatu ajaran dikatakan dari iblis, tetapi membawa kepada terkikisnya lobha, dosa, moha, membawa pada perkembangan batin, kemurnian batin, dan mengakhiri penderitaan maka saya akan menerima hal itu. Sebaliknya bila suatu ajaran dikatakan berasal dari Malaikat atau Tuhan, tetapi ajaran tersebut mengajarkan untuk menimbun lobha, dosa, moha, dan tidak mengarah pada perkembangan batin, kemurnian batin, dan tak ada jalan mengakhiri penderitaan maka tentu saja saya menolak hal itu....
- Jadi kesimpulannya Dhamma bukan harus diterima mentah-mentah atau ditolak mentah-mentah, sikapi Dhamma dengan bijaksana sesuai dengan Mahaparinibbana Sutta.
Pannati Dhamma memang hanya konsep buatan
Tapi diperlukan utk mengenali Paramattha Dhamma itu sendiri
Bahkan kata "mengamati" itu sendiri adalah konsep yg buatan juga utk merujuk pada fungsionalitas tertentu
Dengan konsep, kita bisa sepakat dan tahu tentang apa yg perlu diamati
Jadi hendaknya jangan konsepnya yg disalahkan namun pada batin kita sendirilah yg melekat pada konsep itu
ci lily mode ON : Objek itu netral --> ternyata Bhante Uttamo jg suka pake motto itu lho...kemarin2 saat di Rumah Duka...setelah kebaktian, Bhante Uttamo ceramah ke kami dan Bhante Uttamo sering pake motto itu... :D
semoga bermanfaat
metta
jadi semua nya "mungkin" dan "bisa" , bagaimana caranya ci?
_/\_ :lotus:
berapa perahu yg diperlukan untuk menyebrabang? atau memang perlu, sebuah perahu?Quote- Saya sendiri berpendapat bila suatu ajaran dikatakan dari iblis, tetapi membawa kepada terkikisnya lobha, dosa, moha, membawa pada perkembangan batin, kemurnian batin, dan mengakhiri penderitaan maka saya akan menerima hal itu. Sebaliknya bila suatu ajaran dikatakan berasal dari Malaikat atau Tuhan, tetapi ajaran tersebut mengajarkan untuk menimbun lobha, dosa, moha, dan tidak mengarah pada perkembangan batin, kemurnian batin, dan tak ada jalan mengakhiri penderitaan maka tentu saja saya menolak hal itu....
- Jadi kesimpulannya Dhamma bukan harus diterima mentah-mentah atau ditolak mentah-mentah, sikapi Dhamma dengan bijaksana sesuai dengan Mahaparinibbana Sutta.
- Isi dari Abhidhamma merupakan cerminan kemampuan batin seorang yang telah menembus.
berapa perahu yg diperlukan untuk menyebrabang? atau memang perlu, sebuah perahu?Quote- Saya sendiri berpendapat bila suatu ajaran dikatakan dari iblis, tetapi membawa kepada terkikisnya lobha, dosa, moha, membawa pada perkembangan batin, kemurnian batin, dan mengakhiri penderitaan maka saya akan menerima hal itu. Sebaliknya bila suatu ajaran dikatakan berasal dari Malaikat atau Tuhan, tetapi ajaran tersebut mengajarkan untuk menimbun lobha, dosa, moha, dan tidak mengarah pada perkembangan batin, kemurnian batin, dan tak ada jalan mengakhiri penderitaan maka tentu saja saya menolak hal itu....
- Jadi kesimpulannya Dhamma bukan harus diterima mentah-mentah atau ditolak mentah-mentah, sikapi Dhamma dengan bijaksana sesuai dengan Mahaparinibbana Sutta.
Quote- Isi dari Abhidhamma merupakan cerminan kemampuan batin seorang yang telah menembus.
bahwa isi abhidhamma & kitab2 yg lain merupakan cerminan batin seorang yg telah menembus, semua itu cuma sebuah gagasan, kepercayaan seseorang selama orang yg membaca & mempelajari itu sendiri belum menembus. kebenaran atau ketidak benaran belum terbukti sampai diri sendiri tahu betul bagaimana batin yg telah menembus. sebelum itu, semua itu cuma sebuah ide, gagasan, kepercayaan, keyakinan bahwa itu benar
bagaimana rekan fabian bisa tahu, bagaimana batin seorang yg telah menembus? mungkin saja rekan fabian sudah menembus, mungkin saja rekan fabian cuma berkeyakinan demikian...
saya tidak berpendapat sama :)
dibandingkan dg sutta, yg mana hanyalah sepotong2 kisah kotbah, tetapi dapat memberikan pencerahan bagi pendengarnya (para manusia). sebuah kitab dalam jumlah besarpun seperti abhidhamma dapat memberikan pencerahan bagi pendengarnya (para dewa).
(asumsi, kedua pitaka sama2 mencerahkan)
mana yg lebih efisien?
berapa perahu yg diperlukan untuk menyebrabang? atau memang perlu, sebuah perahu?Quote- Saya sendiri berpendapat bila suatu ajaran dikatakan dari iblis, tetapi membawa kepada terkikisnya lobha, dosa, moha, membawa pada perkembangan batin, kemurnian batin, dan mengakhiri penderitaan maka saya akan menerima hal itu. Sebaliknya bila suatu ajaran dikatakan berasal dari Malaikat atau Tuhan, tetapi ajaran tersebut mengajarkan untuk menimbun lobha, dosa, moha, dan tidak mengarah pada perkembangan batin, kemurnian batin, dan tak ada jalan mengakhiri penderitaan maka tentu saja saya menolak hal itu....
- Jadi kesimpulannya Dhamma bukan harus diterima mentah-mentah atau ditolak mentah-mentah, sikapi Dhamma dengan bijaksana sesuai dengan Mahaparinibbana Sutta.
mutlak perlu perahu... tetapi ketika sudah ke pantai seberang... perahu-nya jangan dipanggul lagi...
Disini bro tesla hanya melihat "hasil" namun mengabaikan proses.....bro markos justru keliru melihat saya,
Apakah PASTI 1 sutta itu, bisa mencerahkan setiap orang? jika PASTI maka tidak perlu banyak sutta seperti alur pikiran org tertentu misal dengan hanya Bahiya sutta saja....
Tapi Buddha ternyata mengajarkan bnyk Sutta loh...... apa itu menandakan bhw Sutta2 lain tidak perlu utk pencerahan?
Kembali harus diingat bhw Abhidhamma TIDAK PERNAH diklaim sebagai SATU2nya yg membawa ke arah pembebasanlihat siapa yg menekankan pada hasil?
Jika bro tesla baca kembali uraian dari Ko Fabian, disitu jelas bhw apapun mereknya, yg terpenting adalah yang membawa ke arah pengikisan Lobha, Dosa dan Moha
Sayang sekali jika anda membedakan ini Abhidhamma yg tidak efisien utk mencerahkan, sedangkan Sutta hanya sekali namun mencerahkansaya tidak membedakan berdasarkan merek, apakah ini abhidhamma ataupun sutta.
Padahal ko Fabian sudah jelas2 menjelaskan mengenai "jangan makan merek" tapi apa yg bermanfaat bagi batin
Jika hanya butuh 1 sutta saja utk mencerahkan, berarti Sammasambuddha adl org yg bodoh karena butuh 4 asankheya kappa dan 100.000 mahakappa utk menyempurnakan 10 parami, 6 kondisi yg mendukung bodhi dan menyempurnakan bnyk hal lainsaya memandang hal ini hanya sebagai sebuah keyakinan (saddha) saja... sesuai dg anjuran pada Kalama Sutta yg tentunya berlaku utk kitab suci Buddhist sendiri, silahkan tinjau manfaatnya bagi masing2 individu, bermanfaat atau tidak.
Bahkan dalam setiap masa 1 Buddha, beliau menerima vyakara (peneguhan) dari Buddha yg ada saat itu
Disini bro tesla hanya melihat "hasil" namun mengabaikan proses.....bro markos justru keliru melihat saya,
Apakah PASTI 1 sutta itu, bisa mencerahkan setiap orang? jika PASTI maka tidak perlu banyak sutta seperti alur pikiran org tertentu misal dengan hanya Bahiya sutta saja....
Tapi Buddha ternyata mengajarkan bnyk Sutta loh...... apa itu menandakan bhw Sutta2 lain tidak perlu utk pencerahan?
justru saya menampilkan proses yg lebih sederhana pada sutta & yg lebih rumit pada abhidhamma, yg mana hasilnya asumsi adalah sama.
apakah 1 sutta bisa mencerahkan? saya tidak berpikir demikian, justru saya sangat meragukan pencerahan bisa datang dari kitab2 seperti, sutta ataupun abhidhamma sendiri.
saya sangat meragukan pencerahan bisa datang dari kitab2 seperti, sutta ataupun abhidhamma sendiri
(asumsi) kedua pitaka sama2 mencerahkan
QuoteKembali harus diingat bhw Abhidhamma TIDAK PERNAH diklaim sebagai SATU2nya yg membawa ke arah pembebasanlihat siapa yg menekankan pada hasil?
Jika bro tesla baca kembali uraian dari Ko Fabian, disitu jelas bhw apapun mereknya, yg terpenting adalah yang membawa ke arah pengikisan Lobha, Dosa dan Moha
dari asumsi bahwa hasil yg sama, tentu saja sutta & abhidhamma berada pada posisi seimbang, mengikis LDM.
QuoteSayang sekali jika anda membedakan ini Abhidhamma yg tidak efisien utk mencerahkan, sedangkan Sutta hanya sekali namun mencerahkansaya tidak membedakan berdasarkan merek, apakah ini abhidhamma ataupun sutta.
Padahal ko Fabian sudah jelas2 menjelaskan mengenai "jangan makan merek" tapi apa yg bermanfaat bagi batin
namun saya lebih membicarakan, apa content di dalamnya. mengenai manfaat yg sama (dalam asumsi demikian), menurut bro markos, kenapa orang harus mempelajari abhidhamma selain faktor kecocokan pada dirinya saja (mengingat volume abhidhamma itu jauh melebihi sutta)?
[/quote]QuoteJika hanya butuh 1 sutta saja utk mencerahkan, berarti Sammasambuddha adl org yg bodoh karena butuh 4 asankheya kappa dan 100.000 mahakappa utk menyempurnakan 10 parami, 6 kondisi yg mendukung bodhi dan menyempurnakan bnyk hal lainsaya memandang hal ini hanya sebagai sebuah keyakinan (saddha) saja... sesuai dg anjuran pada Kalama Sutta yg tentunya berlaku utk kitab suci Buddhist sendiri, silahkan tinjau manfaatnya bagi masing2 individu, bermanfaat atau tidak.
Bahkan dalam setiap masa 1 Buddha, beliau menerima vyakara (peneguhan) dari Buddha yg ada saat itu
dalam pernyataan pertama, saya menjawab pertanyaan bro markos yg mana pertanyaannya adalah: "Apakah PASTI 1 sutta itu, bisa mencerahkan setiap orang?"Disini bro tesla hanya melihat "hasil" namun mengabaikan proses.....bro markos justru keliru melihat saya,
Apakah PASTI 1 sutta itu, bisa mencerahkan setiap orang? jika PASTI maka tidak perlu banyak sutta seperti alur pikiran org tertentu misal dengan hanya Bahiya sutta saja....
Tapi Buddha ternyata mengajarkan bnyk Sutta loh...... apa itu menandakan bhw Sutta2 lain tidak perlu utk pencerahan?
justru saya menampilkan proses yg lebih sederhana pada sutta & yg lebih rumit pada abhidhamma, yg mana hasilnya asumsi adalah sama.
apakah 1 sutta bisa mencerahkan? saya tidak berpikir demikian, justru saya sangat meragukan pencerahan bisa datang dari kitab2 seperti, sutta ataupun abhidhamma sendiri.
dear tesla,
PernyataanQuotesaya sangat meragukan pencerahan bisa datang dari kitab2 seperti, sutta ataupun abhidhamma sendiri
ini bertentangan dengan apa yg anda sebut sebelumnyaQuote(asumsi) kedua pitaka sama2 mencerahkan
Pengikisan Lobha, Dosa dan Moha adalah proses bro..... hasilnya adalah Terkikisnya Lobha, Dosa dan Moha.... semoga bisa dilihat bedanya yahoke, jadi pertanyaannya harus diganti:
Orang tidak harus mempelajari Abhidhamma... itu selaras dgn pernyataan : yang terpenting adalah yg bisa mengikis Lobha, Dosa dan Moha, apapun mereknya
Faktor kecocokan diri adalah trend batin org itu sendiri, yg notabene dia buat sendiri dalam kelahiran2 sebelumnya
Saya sendiri awalnya tidak cocok atau bisa dibilang ga terlalu perduli dengan abhidhamma walau belajar dari thn 2005
Namun setelah dipraktekkan mulai akhir 2008, sangat terasa manfaatnya baik utk perkembangan batin, utk ingatan yg lebih tajam, utk pergaulan dengan teman2 dan sebagainya
Jadi cocok atau tidaknya, kembali tergantung dari dirinya sendiri
walau hanya saddha, inipun akan berpengaruh pada trend yg saya sebut diatas.....saya menganggap saddha adalah sesuatu yg harus muncul dalam porsi PAS.
sekedar informasi bhw SADDHA adalah satu dari 19 sobhana cetasika yg selalu muncul bersamaan jika muncul sobhana cetasika
Dengan demikian, berarti jika saddha muncul maka akan muncul juga sobhana cetasika lain seperti :
- Sati
- Alobha
- Adosa
- Hiri
- Ottapa
dsbnya.....
semoga dengan ini, bisa menginformasikan betapa pentingnya saddha bagi perkembangan batin kita
metta
dalam pernyataan pertama, saya menjawab pertanyaan bro markos yg mana pertanyaannya adalah: "Apakah PASTI 1 sutta itu, bisa mencerahkan setiap orang?"Disini bro tesla hanya melihat "hasil" namun mengabaikan proses.....bro markos justru keliru melihat saya,
Apakah PASTI 1 sutta itu, bisa mencerahkan setiap orang? jika PASTI maka tidak perlu banyak sutta seperti alur pikiran org tertentu misal dengan hanya Bahiya sutta saja....
Tapi Buddha ternyata mengajarkan bnyk Sutta loh...... apa itu menandakan bhw Sutta2 lain tidak perlu utk pencerahan?
justru saya menampilkan proses yg lebih sederhana pada sutta & yg lebih rumit pada abhidhamma, yg mana hasilnya asumsi adalah sama.
apakah 1 sutta bisa mencerahkan? saya tidak berpikir demikian, justru saya sangat meragukan pencerahan bisa datang dari kitab2 seperti, sutta ataupun abhidhamma sendiri.
dear tesla,
PernyataanQuotesaya sangat meragukan pencerahan bisa datang dari kitab2 seperti, sutta ataupun abhidhamma sendiri
ini bertentangan dengan apa yg anda sebut sebelumnyaQuote(asumsi) kedua pitaka sama2 mencerahkan
dalam pernyataan kedua, saya menyatakan bahwa kedua pitaka memiliki sifat mencerahkan, namun tentunya dalam hubungan seperti yg disebut bro markos: tergantung lagi paada usaha praktek diri sendiri.QuotePengikisan Lobha, Dosa dan Moha adalah proses bro..... hasilnya adalah Terkikisnya Lobha, Dosa dan Moha.... semoga bisa dilihat bedanya yahoke, jadi pertanyaannya harus diganti:
Orang tidak harus mempelajari Abhidhamma... itu selaras dgn pernyataan : yang terpenting adalah yg bisa mengikis Lobha, Dosa dan Moha, apapun mereknya
Faktor kecocokan diri adalah trend batin org itu sendiri, yg notabene dia buat sendiri dalam kelahiran2 sebelumnya
Saya sendiri awalnya tidak cocok atau bisa dibilang ga terlalu perduli dengan abhidhamma walau belajar dari thn 2005
Namun setelah dipraktekkan mulai akhir 2008, sangat terasa manfaatnya baik utk perkembangan batin, utk ingatan yg lebih tajam, utk pergaulan dengan teman2 dan sebagainya
Jadi cocok atau tidaknya, kembali tergantung dari dirinya sendiri
kenapa seseorang "memilih & mempelajari" Abhidhamma daripada Sutta, padahal Abhidhamma memiliki volume yg lebih besar daripada Sutta?
apakah Sutta saja tidak cukup?Quotewalau hanya saddha, inipun akan berpengaruh pada trend yg saya sebut diatas.....saya menganggap saddha adalah sesuatu yg harus muncul dalam porsi PAS.
sekedar informasi bhw SADDHA adalah satu dari 19 sobhana cetasika yg selalu muncul bersamaan jika muncul sobhana cetasika
Dengan demikian, berarti jika saddha muncul maka akan muncul juga sobhana cetasika lain seperti :
- Sati
- Alobha
- Adosa
- Hiri
- Ottapa
dsbnya.....
semoga dengan ini, bisa menginformasikan betapa pentingnya saddha bagi perkembangan batin kita
metta
saya tidak menganggap saddha itu selalu indah (sobhana). dalam porsi yg tidak pas, ia malah tidak bermanfaat. contoh yg sering kita dengar adalah blind faith.
metta
QuotePengikisan Lobha, Dosa dan Moha adalah proses bro..... hasilnya adalah Terkikisnya Lobha, Dosa dan Moha.... semoga bisa dilihat bedanya yahoke, jadi pertanyaannya harus diganti:
Orang tidak harus mempelajari Abhidhamma... itu selaras dgn pernyataan : yang terpenting adalah yg bisa mengikis Lobha, Dosa dan Moha, apapun mereknya
Faktor kecocokan diri adalah trend batin org itu sendiri, yg notabene dia buat sendiri dalam kelahiran2 sebelumnya
Saya sendiri awalnya tidak cocok atau bisa dibilang ga terlalu perduli dengan abhidhamma walau belajar dari thn 2005
Namun setelah dipraktekkan mulai akhir 2008, sangat terasa manfaatnya baik utk perkembangan batin, utk ingatan yg lebih tajam, utk pergaulan dengan teman2 dan sebagainya
Jadi cocok atau tidaknya, kembali tergantung dari dirinya sendiri
kenapa seseorang "memilih & mempelajari" Abhidhamma daripada Sutta, padahal Abhidhamma memiliki volume yg lebih besar daripada Sutta?
apakah Sutta saja tidak cukup?
walau hanya saddha, inipun akan berpengaruh pada trend yg saya sebut diatas.....saya menganggap saddha adalah sesuatu yg harus muncul dalam porsi PAS.
sekedar informasi bhw SADDHA adalah satu dari 19 sobhana cetasika yg selalu muncul bersamaan jika muncul sobhana cetasika
Dengan demikian, berarti jika saddha muncul maka akan muncul juga sobhana cetasika lain seperti :
- Sati
- Alobha
- Adosa
- Hiri
- Ottapa
dsbnya.....
semoga dengan ini, bisa menginformasikan betapa pentingnya saddha bagi perkembangan batin kita
metta
Jika menurut anda, Sutta pitaka sudah cukup untuk membimbing ke arah pembebasan, sudah membantu anda utk dapat terus mengikis LDMhmmm... jika abhidhamma adalah semua dhamma yg membimbing ke arah pembebasan, maka bukan cuma sutta pitaka saja, bahkan vinaya juga yah... jadi Tipitaka = Abhidhamma donk?
Maka itu adalah Abhidhamma walau secara pitaka, itu digolongkan sebagai Sutta Pitaka
coba anda tanya pada mereka yg "blind faith" spt paham K atau I, apakah mereka bahagia?setahu saya, kusala (bermanfaat) itu lebih kepada hal ke arah pembebasan / pencerahan. bukan manfaat duniawi...
saat mereka berdoa pada TUHAN, pikiran mereka sedang fokus pada sesuatu yg baik loh (baca: kusala citta)
saat mereka sedang wirit, apakah kondisi pikiran mereka sedang berkonsentrasi atau tidak?
Itu kenapa jgn heran pada mereka yg jago wirit, biasanya sering muncul iddhi/kekuatan batin karena pikiran mereka sudah terkonsentrasi
Mungkin bro tesla bisa cari di Sutta yg membahas mengenai Saddha ini karena setahu saya, Saddha termasuk salah satu dalam Panca Bala lohsaya mengkategorikan keyakinan akan sesuatu yg belum diketahui adalah saddha juga (mis: pengumpulan parami 4 asenkya... kappa + 1000... kappa)
Secara batin, Saddha-bala ini adalah perwujudan dari Saddha Cetasika
Dengan Jari Ada orang dituntun dapat melihat Rembulan,
Yang lain mungkin tidak memerlukan Jari untuk melihat rembulan.
Walaupun Jari bukan Rembulan.
Tetapi bagi sebagian orang, Jari-lah memudahkan jalan untuk melihat rembulan.
Bagi yang tidak memerlukan Jari untuk melihat rembulan, Jangan salahkan Jari.
Bagi yang menggunakan Jari sebagai petunjuk melihat rembulan, Janganlah menganggap Jari sebagai Rembulan.
Setelah pengalaman melihat Rembulan, mungkin Jari sudah dapat di-istirahatkan.
Atau setidaknya Jari dapat digunakan kembali untuk menunjukkan Rembulan kepada yang belum pernah melihat Rembulan.
Dengan Jari Ada orang dituntun dapat melihat Rembulan,
Yang lain mungkin tidak memerlukan Jari untuk melihat rembulan.
Walaupun Jari bukan Rembulan.
Tetapi bagi sebagian orang, Jari-lah memudahkan jalan untuk melihat rembulan.
Bagi yang tidak memerlukan Jari untuk melihat rembulan, Jangan salahkan Jari.
Bagi yang menggunakan Jari sebagai petunjuk melihat rembulan, Janganlah menganggap Jari sebagai Rembulan.
Setelah pengalaman melihat Rembulan, mungkin Jari sudah dapat di-istirahatkan.
Atau setidaknya Jari dapat digunakan kembali untuk menunjukkan Rembulan kepada yang belum pernah melihat Rembulan.
Saya bantu judulnya yah ;D
"Jari dan Rembulan"
NB: Dari estetika bahasa (menurut saya), "telunjuk" lebih pas, minimal sama2 3 suku kata dengan rembulan. ;)
Dengan Jari Ada orang dituntun dapat melihat Rembulan,
Yang lain mungkin tidak memerlukan Jari untuk melihat rembulan.
Walaupun Jari bukan Rembulan.
Tetapi bagi sebagian orang, Jari-lah memudahkan jalan untuk melihat rembulan.
Bagi yang tidak memerlukan Jari untuk melihat rembulan, Jangan salahkan Jari.
Bagi yang menggunakan Jari sebagai petunjuk melihat rembulan, Janganlah menganggap Jari sebagai Rembulan.
Setelah pengalaman melihat Rembulan, mungkin Jari sudah dapat di-istirahatkan.
Atau setidaknya Jari dapat digunakan kembali untuk menunjukkan Rembulan kepada yang belum pernah melihat Rembulan.
Saya bantu judulnya yah ;D
"Jari dan Rembulan"
NB: Dari estetika bahasa (menurut saya), "telunjuk" lebih pas, minimal sama2 3 suku kata dengan rembulan. ;)
silahkan di-edit... Tiada hak cipta kok... hahahahahaha...
QuoteJika menurut anda, Sutta pitaka sudah cukup untuk membimbing ke arah pembebasan, sudah membantu anda utk dapat terus mengikis LDMhmmm... jika abhidhamma adalah semua dhamma yg membimbing ke arah pembebasan, maka bukan cuma sutta pitaka saja, bahkan vinaya juga yah... jadi Tipitaka = Abhidhamma donk?
Maka itu adalah Abhidhamma walau secara pitaka, itu digolongkan sebagai Sutta Pitaka
Quotecoba anda tanya pada mereka yg "blind faith" spt paham K atau I, apakah mereka bahagia?setahu saya, kusala (bermanfaat) itu lebih kepada hal ke arah pembebasan / pencerahan. bukan manfaat duniawi...
saat mereka berdoa pada TUHAN, pikiran mereka sedang fokus pada sesuatu yg baik loh (baca: kusala citta)
saat mereka sedang wirit, apakah kondisi pikiran mereka sedang berkonsentrasi atau tidak?
Itu kenapa jgn heran pada mereka yg jago wirit, biasanya sering muncul iddhi/kekuatan batin karena pikiran mereka sudah terkonsentrasi
dari sebuah faith, walau dapat menghasilkan iddhi, tetapi tanpa kebijaksanaan, hanya menghasilkan kerugian pada diri sendiri saja. bayangkan iddhi ketika seseorang marah, dan seberapa sering kita tidak luput dari marah?
QuoteMungkin bro tesla bisa cari di Sutta yg membahas mengenai Saddha ini karena setahu saya, Saddha termasuk salah satu dalam Panca Bala loh
Secara batin, Saddha-bala ini adalah perwujudan dari Saddha Cetasika
saya mengkategorikan keyakinan akan sesuatu yg belum diketahui adalah saddha juga (mis: pengumpulan parami 4 asenkya... kappa + 1000... kappa)
jika itu bukan saddha juga, maka utk apa itu diangkat? apa manfaatnya?
ini berbeda dg saddha yg muncul setelah ehipassiko seperti yg rekan dilbert katakan. ini contohnya, bro markos telah mempelajari abhidhamma & mengimplementasikan pada diri sendiri. kemudian merasakan manfaatnya. setelah itu baru ada saddha bahwa abhidhamma adalah bermanfaat.
adi menurut saya, semua yg berisikan 5 hal diatas, adalah Abhidhamma, terserah mereknya....
Pertanyaan ini muncul mengingat penyusunan Abhidhamma baru muncul pada Konsili ke-3?abhidhamma yg disusun pada konsili ke3 adalah abhidhamma pitaka,
Delete...
namun di topik ini, abhidhamma yg dimaksud benar2 hanya abhidhamma yg berada dalam Abhidhamma Pitaka. ini Abhidhamma yg dituju oleh TS:QuotePertanyaan ini muncul mengingat penyusunan Abhidhamma baru muncul pada Konsili ke-3?abhidhamma yg disusun pada konsili ke3 adalah abhidhamma pitaka,
sedangkan abhidhamma lain (sutta pitaka & vinaya pitaka) sudah disusun sejak konsili pertama.
_/\_
Quoteadi menurut saya, semua yg berisikan 5 hal diatas, adalah Abhidhamma, terserah mereknya....
kalau menurut saya, abhidhamma, sutta & vinaya itu secara content memang berbeda kok.
saya bukan membahas mereknya. disini kurang lebih isinya adalah:
1. abhidhamma: analisis batin & jasmani (& nibbana)
2. sutta: kotbah & kisah2
3. vinaya: disiplin latihan
5 hal yg bro markos sebutkan itu menurut saya bukan "content", melainkan "sifat" dari content tsb.
1. Animitta nibbana : nibbana yg terbebas dari obyek bayangan
Bagi mereka yg melaksanakan vipassana bhavana sehingga melihat ANICCA yg terbebas dari bayangan kemudian memusatkan PIKIRAN pada anicca yg berikutnya sampai mencapai magga phala dan ada Nibbana sebagai obyek.
Nibbana ini dicapai sebagai hasil/phala dari kekuatan SILA
pandangan bro markos memberi pengertian baru, yaitu bahwa semua dhamma yg membebaskan, itu adalah "abhidhamma", kalau boleh saya simpulkan "buddha dhamma" adalah "abhidhamma"...
namun di topik ini, abhidhamma yg dimaksud benar2 hanya abhidhamma yg berada dalam Abhidhamma Pitaka. ini Abhidhamma yg dituju oleh TS:QuotePertanyaan ini muncul mengingat penyusunan Abhidhamma baru muncul pada Konsili ke-3?abhidhamma yg disusun pada konsili ke3 adalah abhidhamma pitaka,
sedangkan abhidhamma lain (sutta pitaka & vinaya pitaka) sudah disusun sejak konsili pertama.
_/\_
hmmm... jadi binggung...yah itulah kesimpangsiurannya abhidhamma :)
jd 6 kitab lainnya emg udah masuk ke Pali canon (tipitaka) sebelum konsili ke3? ???
Dengan Jari Ada orang dituntun dapat melihat Rembulan,
Yang lain mungkin tidak memerlukan Jari untuk melihat rembulan.
Walaupun Jari bukan Rembulan.
Tetapi bagi sebagian orang, Jari-lah memudahkan jalan untuk melihat rembulan.
Bagi yang tidak memerlukan Jari untuk melihat rembulan, Jangan salahkan Jari.
Bagi yang menggunakan Jari sebagai petunjuk melihat rembulan, Janganlah menganggap Jari sebagai Rembulan.
Setelah pengalaman melihat Rembulan, mungkin Jari sudah dapat di-istirahatkan.
Atau setidaknya Jari dapat digunakan kembali untuk menunjukkan Rembulan kepada yang belum pernah melihat Rembulan.
cuman saran aja, me-redefinisi-kan istilah abhidhamma dengan semua dhamma yg membawa kemajuan, dsb, hanya akan mengacaukan dan memperbanyak salah sambung...
bang markos, saya bukannya gak setuju dengan definisi anda ataupun definisi pandit, mungkin definisi itu lebih baik dan mungkin penjelasan anda ada betulnya...
namun thread ini dibuka dan (tadinya) seluruh peserta diskusi di sini udah satu persepsi bahwa abhidhamma yg dimaksudkan dalam diskusi di sini adalah abhidhamma pitakanya theravada. ketidakjelasan definisi abhidhamma akan membawa diskusi ini mundur ke belakang...
well, ini cuman saran, bukan pengen mengatur2 anda...
silakan saja kalo anda pengen terus berdiskusi dengan definisi demikian...
- Selama Dhamma itu membawa pada terkikisnya lobha, dosa, moha maka sesuai Kalama Sutta, terimalah hal itu dan hidup sesuai dengannya.
- Konten...konten... konten... Tak perduli apakah suatu Dhamma di dahului kata "Demikianlah yang kudengar..." atau Dhamma tidak di dahului kata "Demikianlah yang kudengar..." selama isinya sesuai dengan Dhamma yang lain maka kita sepantasnya menerima hal itu sesuai dengan pesan Sang Buddha dalam Mahaparinibbana Sutta (banyak juga sutta yang didahului dengan "Demikianlah yang kudengar..." tetapi ditolak oleh para sesepuh Theravada karena bertentangan dengan Dhamma yang lain, kan....?)
- Saya sendiri berpendapat bila suatu ajaran dikatakan dari iblis, tetapi membawa kepada terkikisnya lobha, dosa, moha, membawa pada perkembangan batin, kemurnian batin, dan mengakhiri penderitaan maka saya akan menerima hal itu. Sebaliknya bila suatu ajaran dikatakan berasal dari Malaikat atau Tuhan, tetapi ajaran tersebut mengajarkan untuk menimbun lobha, dosa, moha, dan tidak mengarah pada perkembangan batin, kemurnian batin, dan tak ada jalan mengakhiri penderitaan maka tentu saja saya menolak hal itu....
- Jadi kesimpulannya Dhamma bukan harus diterima mentah-mentah atau ditolak mentah-mentah, sikapi Dhamma dengan bijaksana sesuai dengan Mahaparinibbana Sutta.
^yg jadi pertanyaan adalah: "apa bener abhidhamma itu diajarkan oleh Buddha?"
sapa tahu ada ide baru :))
terjemahan kutipannya
---
Abhidhamma Piṭaka jelas adalah produk dari tahap evolusi pemikiran Buddhis yang lebih belakangan daripada kedua Piṭaka lainnya. Versi Pāli yang mewakili aliran Theravāda mencoba mensistematisasikan akaran-ajaran tua. Aliran-aliran awal lainnya jelas memiliki sistem Abhidhamma mereka sendiri. Sistem Sarvāstivāda adalah satu-satunya yang teks kanonisnya selamat dan utuh secara keseluruhan. Koleksi kanonisnya, seperti halnya versi Pāli, juga terdiri dari tujuh naskah. Teks-teks ini aslinya disusun dalam Sanskrit tetapi dilestarikan sepenuhnya hanya dalam terjemahan China. Sistem yang mereka definisikan jauh berbeda dengan padanan Theravāda baik dalam hal formulasi maupun filosofi.
---
sapa tahu ada ide baru :))
terjemahan kutipannya
---
Abhidhamma Piṭaka jelas adalah produk dari tahap evolusi pemikiran Buddhis yang lebih belakangan daripada kedua Piṭaka lainnya. Versi Pāli yang mewakili aliran Theravāda mencoba mensistematisasikan akaran-ajaran tua. Aliran-aliran awal lainnya jelas memiliki sistem Abhidhamma mereka sendiri. Sistem Sarvāstivāda adalah satu-satunya yang teks kanonisnya selamat dan utuh secara keseluruhan. Koleksi kanonisnya, seperti halnya versi Pāli, juga terdiri dari tujuh naskah. Teks-teks ini aslinya disusun dalam Sanskrit tetapi dilestarikan sepenuhnya hanya dalam terjemahan China. Sistem yang mereka definisikan jauh berbeda dengan padanan Theravāda baik dalam hal formulasi maupun filosofi.
---
Bagaimana dengan kisah pembabaran Abhidhamma selama 3 bulan di Tavatimsa ? Dongeng belaka ?Good question :jempol:
singkat aja ya, thread ini udah terlalu lama muter2...hanya Buddha Gotama & murid2 yg hidup dijamannya & serta Penulis Abhidhamma yang tahu ! sedangkan saksi2 tsb sudah tidak ada.
segala yang dinamakan sebagai bukti ataupun argumen keotentikan abhidhamma itu semua bersumber dari catatan2 dan dokumen2 yang dibikin belakangan dari kalangan pro-abhidhamma alias gak netral. dengan kata lain, perpecahan itu terjadi duluan, trus baru setelah itu dokumen pendukung mengenai "sejarah" dan "bukti" abhidhamma itu ditulis. tidak ada bukti yang berasal dari jaman awal sebelum perpecahan, sedangkan bukti sebaliknya justru ada.
kasarnya, bukti keberadaan lord voldemort semuanya bersumber dari buku2 harry potter 1 sampai 7 karangan jk rowling ataupun buku2 ulasan harry potter yang dikarang orang lain setelah terbitnya buku harry potter. dengan sendirinya semua argumen2 mengenai keberadaan lord voldemort itu gugur keabsahannya...
cmiiw.
hanya Buddha Gotama & murid2 yg hidup dijamannya & serta Penulis Abhidhamma yang tahu ! sedangkan saksi2 tsb sudah tidak ada.dengan kata lain, secara historis tidak ada buktinya, sedangkan bukti ketidakotentikannya justru ada.
jadi memang tidak bisa dibuktikan selain hanya konsep, begitu juga Vinaya dan Sutta Pitaka
bagi yang tidak yakin maupun yg yakin, boleh membuktikan sendiri.
mari kita buktikan !
karena masih baru dan sudah jelas masih ada penulis, sudah bentuk novel dan di filmkankeliatannya anda tidak mengerti.
jadi tidak ada bisa berkelit dan memutar.
apakah bro morp pernah membuktikan misalnya dengan penyelidikan isi kitab AbhiDhamma ?sebaiknya anda baca keseluruhan thread ini.
jangan jauh2, alkitab sama alquran ajakalo itu, lawannya, "alergi" :P
bukan itu sih maksudnya. maksudnya adalah kita mencoba menilai secara *scholar* dan netral gitu.kalau menurut sutta katanya pernah, nah di tavatimsa, bijimana membuktikannya.
kalau menurut sutta katanya pernah, nah di tavatimsa, bijimana membuktikannya.bukan sutta atuh. referensi bahwa Buddha ke tavatimsa trus pulang mengajar sariputta itu ada di maha niddesa yang isinya komentar dari sutta2 yang dibikin belakangan juga. ada juga cerita2 sejenis yang bersumber pada mahavamsa dan mungkin juga dipavamsa, lagi2 dua2nya adalah karangan belakangan keluaran srilanka. apa pola yg terlihat pada "bukti2" itu?
bukan sutta atuh. referensi bahwa Buddha ke tavatimsa trus pulang mengajar sariputta itu ada di maha niddesa yang isinya komentar dari sutta2 yang dibikin belakangan juga. ada juga cerita2 sejenis yang bersumber pada mahavamsa dan mungkin juga dipavamsa, lagi2 dua2nya adalah karangan belakangan keluaran srilanka. apa pola yg terlihat pada "bukti2" itu?kalau yang di damapada?
kalau yang di damapada?dhammapada itu terdiri dari bait2 singkat.
dhammapada itu terdiri dari bait2 singkat.
cerita yang memuat buddha balik dari tavatimsa kemungkinan ada di atthakathanya (kitab komentar) yg lagi2 adalah karangan belakangan, tentunya berisikan opini dan penafsiran pengarangnya.
yah pembuktiannya bukan gitu, kalau ke tavatimsa nanti ada yg ngaku udah kesono bilang kgk ada, ato ada yg udah kesono konfirmasi ada, cileke deh :D, tapi kita kaji dari bukti2 yg udah ada aja mengarah kemana.
http://www.samaggi-phala.or.id/tipitaka/mahagosinga-sutta/
di bagian 8 :
Ketika hal ini dikatakan, Bhikkhu Sariputta berkata kepada Bhikkhu Maha Moggallana: “Avuso Moggallana, Bhikkhu Maha Kassapa telah berbicara sebagaimana menurut beliau. Sekarang kami menanyakan kepada Avuso Moggallana : Hutan pohon Sala Gosinga, sangat menyenangkan… bhikkhu bagaimanakah yang akan memberikan penghargaan terhadap Hutan pohon Sala Gosinga?”"Sariputta, dalam hal ini, ada dua orang bhikkhu terlibat dalam pembicaraan tentang Abhidhamma, mereka saling bertanya satu sama lain, masing-masing yang ditanya oleh yang lainnya menjawab tanpa merasa dipojokkan dan pembicaraan mereka berlanjut sesuai dengan dhamma. Bhikkhu seperti ini yang akan memberikan penghargaan terhadap Hutan pohon Sala Gosinga.”
http://www.samaggi-phala.or.id/tipitaka/mahagosinga-sutta/abhidhamma di sana tidak mengacu pada abhidhamma pitaka, melainkan "further dhamma" atau "deep point in the Teaching":
di bagian 8 :
Ketika hal ini dikatakan, Bhikkhu Sariputta berkata kepada Bhikkhu Maha Moggallana: “Avuso Moggallana, Bhikkhu Maha Kassapa telah berbicara sebagaimana menurut beliau. Sekarang kami menanyakan kepada Avuso Moggallana : Hutan pohon Sala Gosinga, sangat menyenangkan… bhikkhu bagaimanakah yang akan memberikan penghargaan terhadap Hutan pohon Sala Gosinga?”"Sariputta, dalam hal ini, ada dua orang bhikkhu terlibat dalam pembicaraan tentang Abhidhamma, mereka saling bertanya satu sama lain, masing-masing yang ditanya oleh yang lainnya menjawab tanpa merasa dipojokkan dan pembicaraan mereka berlanjut sesuai dengan dhamma. Bhikkhu seperti ini yang akan memberikan penghargaan terhadap Hutan pohon Sala Gosinga.”
abhidhamma di sana tidak mengacu pada abhidhamma pitaka, melainkan "further dhamma" atau "deep point in the Teaching":
http://buddhanet.net/budsas/ebud/ebsut065.htm
http://www.metta.lk/tipitaka/2Sutta-Pitaka/2Majjhima-Nikaya/Majjhima1/032-mahagosinga-sutta-e1.html
sekarang ini bicara soal penulisan pitaka atau esensi abhidhamma apakah di-ajarakan oleh buddha gotama ? karena yang pasti sutta dan vinaya juga bukan "produk langsung" dari buddha gotama.abhidhamma yg kita kenal sekarang.
apakah ada sutta tentang BUDDHA mempertunjukkan "keajaiban ganda" ketika turun dari TAVATIMSA, karena kronologis-nya kan ada pembabaran abhidhamma di TAVATIMSA. (CMIIW)Udah cari belum ketemu bro. palingan di Dhammapada Atthakatha sama kisah latar belakang abhidhamma aja bro.
“Di sini, teman Sāriputta, dua orang bhikkhu terlibat dalam pembicaraan mengenai Dhamma yang lebih tinggi dan saling mempertanyakan satu sama lain, dan masing-masing ditanya oleh jawaban pihak lain tanpa menjatuhkan, dan pembicaraan mereka berlanjut sesuai dengan Dhamma. Bhikkhu seperti itu dapat menerangi Hutan pohon Sāla Gosinga.”
Adakah yang bisa mengundang Nina Van Gorkon atau Dr.Mehm Tinh Monh untuk membahas soal ke-absahan Abhidhamma sebagai sabda/ajaran dari Buddha Gautama ?
Even to non-Buddhists who do not regard the Buddha as an omniscient Enlightened One, but recognize him as a great and profound thinker it should appear improbable that the Buddha would have remained unaware of the philosophical and psychological implications of his teachings, even if he did not speak of them at the very start and to all his followers. Considering the undeniable profundity of the Abhidhamma, the world-wide horizons of that gigantic system, and the inexhaustible impulses to thought which it offers - in view of all this it seems much more probable that at least the basic teachings of Abhidhamma derive from that highest intuition that the Buddha calls Samma-sambodhi, Perfect Enlightenment. It appears therefore a quite credible as well as a reasonable and cautious statement when the old Theravada tradition ascribes the fundamental intuitions and the framework of the Abhidhamma (not more than that) to the Buddha himself.
[...]
In a comparative evaluation of Abhidhamma and Sutta texts, the fact is often overlooked - which, however, has been repeatedly stressed by the Venerable Nyanatiloka Mahathera - that the Sutta Pitaka too contains a considerable amount of pure Abhidhamma. This comprises all those numerous Suttas and passages where ultimate (paramattha) terms are used, expressing the impersonal (anatta) or functional way of thinking, for example, when dealing with the khandhas, dhatus, ayatanas, etc.
http://www.buddhanet.net/abhidh09.htm (http://www.buddhanet.net/abhidh09.htm)
Secara scholarly study, Abhidhamma memang bukan asli kata-kata Sang Buddha krn dianggap later canonical work. Tetapi ada beberapa scholar yang menganggap bahwa walaupun bukan kata2 Sang Buddha, setidaknya Abhidhamma berasal dari dasar-dasar yang diletakkan oleh Sang Buddha sendiri, seperti yang terdapat dlm sutta. Tentu saja pandangan tradisional (Theravada) menganggap bahwa keseluruhan Abhidhamma adalah ucapan Sang Buddha (Buddhavacana).memang betul
memang betul
kalau di runut dari sutta (kotbah Sang Buddha) Tathagata menghindari pembahasan
yang tidak dapat dimengerti olah banyak orang
yah... kan "cerita-nya" abhidhamma memang diberikan di surga tavatimsa pada awal-nya, karena kompleksitasnya sehingga harus di babarkan dalam satu kurun waktu yang panjang dan tidak terputus
kalau mau jujur, itu cuma mengalihkan inti ajaran abhidhamma apakah dikotbahkanbagaimana mungkin sang buddha membabarkan dhamma kepada makhluk yang tidak mau mendengarnya??
oleh Guru Agung sendiri,
kalau mau jujur para devata, malas menganalisa sutta yang begitu dalam seperti
abhidhamma, mereka malah menghindari hal-hal seperti ini
bagaimana mungkin sang buddha membabarkan dhamma kepada makhluk yang tidak mau mendengarnya??
apakah sang buddha bodoh sehingga harus menjelaskan panjang lebar kepada para devata yang akhirnya tidak bakal ngerti juga??
kalau mau jujur, itu cuma mengalihkan inti ajaran abhidhamma apakah dikotbahkan
oleh Guru Agung sendiri,
kalau mau jujur para devata, malas menganalisa sutta yang begitu dalam seperti
abhidhamma, mereka malah menghindari hal-hal seperti ini
contoh beberapa kali sakkha bertanya pada buddha setelah menyatakan persetuajuanya
disaat yang sama setelah kembali kealamnya dia lupa, beberapa kali di pergok oleh
Y.A Mongalana
intinya menurut saya pribadi, abhidhamma adalah jawaban Sang Buddha pada pertanyaan
murid senior secara terspisah dan dirangkum oleh murid senior mereka
dapat dimaklumi, bahwa sutta tentang abhidhamma tidak dapat diakses oleh umat umum.
Jadi menurut sdr Choa, cerita/kisah Buddha ke Surga Tavatimsa membabarkan ajaran Abhidhamma itu memang valid atau tambah-an ?
Buddha ke Tavatimsa valid dan benar, tetapi bukan membabarkan abhidhamma
membabarkan sutta yang membuat ibunya mencapai level kesucian
Kok bisa tahu yah para devata malas menganalisa gituan? ;D Kalau para pakar Abhidhamma meninggal dan terlahir di alam deva, apa semuanya jadi malas analisa dan tahunya cuma senang2 yah?
nah lho bisa tahu bukan abhidhamma ?
tapi sutta apa yang dibabarkan sehingga ibunya bisa mencapai level kesucian ?
bapak yang terhormat, dengan pengetahuan dhamma yang luas
tolong kasih tahu saya, di abhidhamma, mana kata-kata yang menunjukan pelepasan
pengendalian diri, latihan bertingkat, dan kebijaksanaan yang memotong?
abaikan jika tidak memahami "pertanyaan saya"
maaf semoga anda tidak tersingung dengan tulisan saya
[at] Choa:
Apakah anda sdr. Kantaviriya yg dulu di forum tetangga?
bapak yang terhormat, dengan pengetahuan dhamma yang luas
tolong kasih tahu saya, di abhidhamma, mana kata-kata yang menunjukan pelepasan
pengendalian diri, latihan bertingkat, dan kebijaksanaan yang memotong?
abaikan jika tidak memahami "pertanyaan saya"
maaf semoga anda tidak tersingung dengan tulisan saya
baca saja isi tulisanya orangnya menjadi tidak penting,sy bisa paham sutta, tapi dimaki-maki terus... :whistle: :whistle: :whistle:
saya senang membaca postingan anda, dan itu sudah cukup, di umur anda yang
masih muda dapat memahami beberapa sutta sulit
. _/\_
sy bisa paham sutta, tapi dimaki-maki terus... :whistle: :whistle: :whistle:
Buddha ke Tavatimsa valid dan benar, tetapi bukan membabarkan abhidhamma
membabarkan sutta yang membuat ibunya mencapai level kesucian
ikut-an nanya... sutta apa yang dibabarkan oleh Buddha di Tavatimsa kepada tumimbal lahir dewi mahamaya ?
kalau kita baca TIPITAKA, selalu diulang oleh Y.A. Ananda
tetapi disaat pembabaran dhamma di tavatimsa, ananda tidak mengulang kotbah ini
ada beberapa permintaan ananda jika dia diperkenankan sebagai pendamping Buddha
yaitu Yang Mulia Bhagava berkenan mengulang semua kotbah yang tidak di dengar
langsung oleh beliau,
disini ada pertanyaan besar
1-sudah pasti apa yang di kotbahkan di Tavatimsa di ulang pada Y.A. Ananda
2-kenapa tidak tercatat di TIPITAKA?
apapun yang akan saya sampaikan menjadi tidak ada referensinya.
kita kembali ke titik awal yang bernama "self klaim" alias ngarang kata member sini
ada baiknya pertanyaan ini dibiarkan saja.
dan berlaku untuk beberapa bahasan yang tidak ada referensi sutta.
Setiap peraturan kedisiplinan yang ditetapkan oleh Sang Buddha Gotama sebagai Vinaya senantiasa dapat diketahui di mana ditetapkannya, kapan ditetapkannya, alasan ditetapkannya, dan berhubungan dengan siapa ditetapkannya. Demikian pula halnya dengan setiap Sutta yang dibabarkan oleh Beliau, selalu dapat diketahui di mana dibabarkannya, kapan dibabarkannya, alasan dibabarkannya, dan kepada siapa dibabarkannya. Berkenaan dengan Abhidhamma, agaknya tidak ada data historis secuil pun yang dapat dijumpai dalam Sutta Piöaka dan Vinaya Piöaka. Dengan begitu, bagaimana mungkin Abbidhamnia Piöaka bisa diakui sebagai Sabda Murni Sang Buddha Gotama?
Setiap peraturan kedisiplinan yang ditetapkan oleh Sang Buddha Gotama sebagai Vinaya senantiasa dapat diketahui di mana ditetapkannya, kapan ditetapkannya, alasan ditetapkannya, dan berhubungan dengan siapa ditetapkannya. Demikian pula halnya dengan setiap Sutta yang dibabarkan oleh Beliau, selalu dapat diketahui di mana dibabarkannya, kapan dibabarkannya, alasan dibabarkannya, dan kepada siapa dibabarkannya. Berkenaan dengan Abhidhamma, agaknya tidak ada data historis secuil pun yang dapat dijumpai dalam Sutta Piöaka dan Vinaya Piöaka. Dengan begitu, bagaimana mungkin Abbidhamnia Piöaka bisa diakui sebagai Sabda Murni Sang Buddha Gotama?
Apakah kamu juga yakin bahwa sutta yang kamu yakini adalah 100% merupakan keseluruhan Sabda Buddha tanpa kurang satupun atau tanpa ada yang terlewat?
Sebenarnya untuk membuktikan Abhidhamma melalui praktek, tidak bisa hanya dari kronologi sejarah saja ataupun dihafal. Sebenarnya sutta, Vinaya dan Abhidhamma satu kesatuan utuh. Ketika sudah melihatnya maka tidak ada keraguan lagi terhadap 3 hal dalam satu kesatuan yang disebut dengan Dhamma yang telah sempurna dibabarkan oleh Sang Tathagata.
saya setuju dengan yang anda katakan (tulisan yang di bolt)
jika kata-kata "melihat" disini di artikan ehipassiko, bukan hanya membaca
referensi tulisan atau kitab-kitab saja
karena anda berbicara tentang tidak ada keraguan, sebelum kita meneliti
dan mempraktekanya, bukankah itu juga bertentangan dengan prinsip kalama sutta
ada 2, pandangan diantara buddhis sendiri, ada yang menentang ada yang menyakini
saya tidak diantara 2 ini,
artinya yang ada di abhidhamma "sekarang' dalam bentuk tulisan tidak disabdakan seperti
itu oleh Bhagava, akan tetapi abhidhamma sendiri bersumber dari, Sang Buddha sendiri
irulah mengapa abhidhamma di rangkum kemudian
ini pendapat pribadi, dan saya sudah mengambil posisi, perkara anda atau yang lain
tidak setuju, saya tidak mempermasalahkanya.
sudah 17 pagebukan hanya 17 pages
jadi? udah ada kesimpulannya belum?
apa abhidhamma memang pernah di sabdakan oleh Sang Buddha?
sudah 17 page
jadi? udah ada kesimpulannya belum?
apa abhidhamma memang pernah di sabdakan oleh Sang Buddha?
sudah 17 pagekesimpulannya: ada perbedaan pendapat.
jadi? udah ada kesimpulannya belum?
apa abhidhamma memang pernah di sabdakan oleh Sang Buddha?
kesimpulannya: ada perbedaan pendapat.
semua argumen sudah disuguhkan oleh kedua belah pihak.
dipersilakan pembaca untuk menyantap dan mengunyahnya pelan2.
tidak ada yg bisa mengunyahkan sampai halus, memuntahkan trus mencekokkannya ke mulut pembaca.
justru itu sdr Choa... anda membantah opini dari member lain yang menggunakan referensi yang ada (menurut anda Buddha membabarkan sutta kepada ibunda-nya di tavatimsa), tetapi ketika di tanya dasar bantahan anda (sutta yang manakah, dan apa isinya), anda tidak dapat memberikan jawaban yang relevan dan valid...
mungkin pertanyaan yang sama, apakah sutta dan vinaya pernah disabdakan oleh Buddha ? yang kita pegang sebagai referensi adalah berdasarkan "hasil" dari konsili sangha yang terpaut begitu jauh antara satu konsili dengan konsili lainnya, yang tidak di-dukung dengan dokumentasi (dalam teknologi sekarang mungkin dokumentasi berupa rekaman High Definition). Apa dasar Abhidhamma dimasukkan sebagai bagian dari Tipitaka ? Tidak disebutkan bahwa Abhidhamma itu sabda/ajaran di luar personil Buddha Gotama sebagaimana misalnya kitab Milinda Panha (yg memang disebutkan sebagai karya dari Bhikkhu Nagasena)
karena apapun yang saya katakan memang tidak ada referensinya di sutta
begitu juga para theravadin gagal memberikan referensi yang di babarkan
Buddha adalah Abhidhamma
lalu apa bedanya saya dan para theravadin dalam hal referensi?
kalau anda bertanya apakah saya tahu apa yang dibabarkan tampa meminta referensi
sutta yang tercatat, itu lain perkara dan lain pertanyaan
hal ini memang pernah menjadi perdebatan, ada malah pihak-pihak secara
vulgar mengklaim TIPITAKA, sudah di rubah jaman kekuasaan raja Asoka
walau mereka juga tidak dapat membuktikan argumen mereka
maka intinya dhamma itu sebagai landasan teory saja, dan jangan di lekati
seperti kitab suci agama samawi, yang mengkultuskan setiap hurup dan kata
yang ada di kitap mereka
bahkan para praktisi buddhis akan meningalkan dhamma setelah tujuan tertinggi
mereka tercapai
hal ini memang pernah menjadi perdebatan, ada malah pihak-pihak secarakok membandingkan dengan samawi?
vulgar mengklaim TIPITAKA, sudah di rubah jaman kekuasaan raja Asoka
walau mereka juga tidak dapat membuktikan argumen mereka
maka intinya dhamma itu sebagai landasan teory saja, dan jangan di lekati
seperti kitab suci agama samawi, yang mengkultuskan setiap hurup dan kata
yang ada di kitap mereka
bahkan para praktisi buddhis akan meningalkan dhamma setelah tujuan tertinggi
mereka tercapai
Tipitaka (basis bahasa Pali) yang kita kenal sekarang adalah hasil yang disetujui oleh Konsili Sangha, baik kita menerima atau menolak-nya menjadi hak masing-masing.
Kalau membandingkan pendapat pribadi dengan apa yang tercantum di dalam Tipitaka yang kita kenal sekarang sebagai sama-sama hal yang perlu di-validasi, yah silahkan saja. sepanjang ada yang mau mengikuti "stream" pendapat pribadi tersebut.
Termasuk ini jangan dilekati ?
Dalam Gotami Sutta (Anguttara Nikaya VIII. 53) , Sang Buddha menjelaskan kepada Y.A. Mahapajapati Gotami:
"Bila, Gotami, engkau mengetahui hal-hal secara pasti: `Hal-hal ini menuju pada nafsu, bukan pada tanpa-nafsu; pada kemelekatan, bukan pada tanpa-kemelekatan; pada pengumpulan, bukan pada pelepasan; pada memiliki banyak keinginan, bukan pada memiliki sedikit keinginan; pada ketidakpuasan, bukan pada kepuasan; pada suka berkumpul, bukan pada kesendirian; pada kelambanan, bukan pada kebangkitan semangat; pada kehidupan yang mewah, bukan pada kesederhanaan` - tentang hal-hal ini engkau bisa merasa pasti: `Ini bukanlah Dhamma; ini bukanlah Vinaya; ini bukanlah Ajaran Sang Guru.`
"Tetapi, Gotami, bila engkau mengetahui hal-hal secara pasti: `Hal-hal ini menuju pada tanpa-nafsu, bukan pada nafsu; pada tanpa-kemelekatan, bukan pada kemelekatan; pada pelepasan, bukan pada pengumpulan; pada memiliki sedikit keinginan, bukan pada memiliki banyak keinginan; pada kepuasan, bukan pada ketidakpuasan; pada kesendirian, bukan pada berkumpul; pada kebangkitan semangat, bukan pada kelambanan; pada kesederhanaan, bukan pada kehidupan mewah` - tentang hal-hal ini engkau bisa merasa pasti: `Ini adalah Dhamma; ini adalah Vinaya; ini adalah Ajaran Sang Guru.`
---
Termasuk ini juga, apakah jangan dilekati ?
Begitu juga dalam Satthu Sasana Sutta (Anguttara Nikaya VII. 80) , Sang Buddha menjelaskan kepada Y.A. Upali :
"Upali, jika engkau mengetahui tentang hal-hal tertentu: `Hal-hal ini tidak membawa menuju perubahan sepenuhnya, hilangnya nafsu, penghentian dan kedamaian, menuju pengetahuan langsung, pencerahan spiritual dan Nibbana` - dari ajaran-ajaran seperti itu engkau bisa merasa yakin: Ini bukan Dhamma; ini bukan Vinaya; ini bukan Ajaran Sang Guru.`"
"Tetapi Upali, jika engkau mengetahui tentang hal-hal tertentu: `Hal-hal ini membawa menuju perubahan sepenuhnya, hilangnya nafsu, penghentian dan kedamaian, menuju pengetahuan langsung, pencerahan spiritual dan Nibbana` - dari hal-hal semacam itu engkau bisa merasa yakin: Inilah Dhamma; inilah Vinaya; inilah Ajaran Sang Guru.`
karena apapun yang saya katakan memang tidak ada referensinya di sutta
begitu juga para theravadin gagal memberikan referensi yang di babarkan
Buddha adalah Abhidhamma
lalu apa bedanya saya dan para theravadin dalam hal referensi?
kalau anda bertanya apakah saya tahu apa yang dibabarkan tampa meminta referensi
sutta yang tercatat, itu lain perkara dan lain pertanyaan
Maaf, permasalahannya adalah saya sebagai pencetus topik meminta pendapat Theravadin bukan kepada non-Theravadin. Jika anda bukan Theravadin, sudah seharusnya Anda malu dan tahu diri karena tidak dimintakan pendapat, dan seharusnya anda diam. Jadi saya anggap tulisan anda tidak berdasar dan spam.
Dan saya tidak perlu menanggapi tanggapan anda terhadap tulisan yang baru saya tulis ini.
Terima kasih.
ya semua 84.000 sutta
jika seseorang sudah mencapai seberang buat apa rakit di bawa bawa terus
hanya memberatkan orang tersebut saja
akan tetapi hal ini memang amat sulit di terima oleh mahluk yang masih bediri
di pingiran sungai sebelah sini
hati2 mengucapkan mantra 84.000
Apakah benar Abhidhamma pernah disabdakan oleh Sang Buddha (setidaknya diuraikan kembali oleh Sariputta)? Pertanyaan ini muncul mengingat penyusunan Abhidhamma baru muncul pada Konsili ke-3?Kalau ada yang ragu Abhidhamma, terus Tipitaka itu apa? Gak percaya Tipitaka? Abhidhamma Pitaka cukup jelas berhubungan dengan, lebih ke praktek, Abbhidhamma bagian dari Sutta (Dhamma). Abhidhamma di sidang Agung pertama juga sudah ada, oleh Yang Mulia Mahakassapa thera. Dhamma (Sutta) = Yang Mulia Ananda thera; Vinaya = Yang Mulia Upali thera.
Adakah alasan yang kuat dari sudut pandang Theravadin terhadap hal Ini?
Thanks
Kalau ada yang ragu Abhidhamma, terus Tipitaka itu apa? Gak percaya Tipitaka? [/B]Abhidhamma Pitaka cukup jelas berhubungan dengan, lebih ke praktek, Abbhidhamma bagian dari Sutta (Dhamma). Abhidhamma di sidang Agung pertama juga sudah ada, oleh Yang Mulia Mahakassapa thera. Dhamma (Sutta) = Yang Mulia Ananda thera; Vinaya = Yang Mulia Upali thera.Praktek apa yang sudah kamu pelajari dari abhidhamma?
Cukup jelas Abhidhamma pertama kali diperkenalkan saat Yang Tercerahkan ke surga.
Pada Konsili I, Ajaran Buddha belum dibuat sistematis karena hanya wujud tertulis saja yang dapat dikatakan sistematis. Di sini hanya dikenal Dhamma-Vinaya. Pada Konsili II juga demikian, ada tambahan (misalnya Bakkula Sutta) karena di konsili I hanya membahas poin-poin utama.
Di konsili ke tigalah, istilah Tipitaka mulai menyebar, dimana Yang Mulia Moggaliputta Tissa thera (seorang Arahat) mempopulerkan Abhidhamma. Banyak yang bilang Abhidhamma dibuat oleh Beliau, bukan dari Sang Buddha. Itu pasti fitnah dari kelompok luar yang mau menyudutkan Buddhisme. Itu pasti orang yang mau mengatakan bukan-dhamma sebagai Dhamma; Dhamma sebagai bukan-dhamma.
Di konsili ke empat, kitab suci Buddhis ditulis dan dinamakan "Kanon (kitab suci) Pali", yang dikepalai oleh Yang Mulia Rakkhita thera (seorang Arahat. Di sinilah Ajaran Buddha telah dibuat sistematis, terdiri dari 3 kitab besar: Vinaya Pitaka; Sutta Pitaka; dan Abhidhamma Pitaka.
Kalau ragu dengan Abhidhamma, mengapa mempercayai "Tipitaka"? Bukankah Tipitaka = 3 keranjang? Trus yang ke tiga apa? Jawabannya Abhidhamma Pitaka