nah karena bahas dana .. sekalian aja ya ... ini benernya masalah tula sendiri ....
kasusnya adalah waktu tula mau dana (fisik) buku Komentar Anattalakkhana Sutta dan Malukyaputta Sutta terbitan DC press (di thread theravada), tp tula ga mau kasihkan buku ini ke cetiya tersebut kalo ga yakin akan dibaca oleh orang di cetiya tersebut.
mengingat hal2 seperti kalo kita fang sen, kalo mau melakukan fangsen sebaiknya jg melihat kondisi2 nya, jgn melepaskan burung di daerah yg nantinya akan di tangkapin oleh orang2 sekitar utk di jual di tempat fangsen lagi, dll
got my point or not ?
karena tula merasa, kalo buku ini ga dibaca, maka akan sia2 dan sayang sekali karena kesempatan orang lain utk mendapatkan nya dan membacanya ("menyadari isinya") akan terlewatkan, akhirnya jadi ganjel meja, mengingat buku ini dari segi fisik (tidak memberikan sesuatu yg "menarik")
yg mana yg bagusnya kita pilih ? berikan saja ?
Saudara Tula yang baik,
Suatu perbuatan yang baik yang dilakukan dengan penuh keyakinan akan membawa manfaat yang besar, memang lebih baik bila kita berdana, dana kita dipergunakan dengan baik, tetapi kadang-kadang dana kita nampak sia-sia. Bukan hanya dana kepada cetiya, dana kepada Bhikkhu, kepada Vihara, kepada orang yang tak kita kenal sekalipun, kadang penggunaan efektif, kadang tidak.
Pada waktu kita melakukan perbuatan baik kita harus siap menerima apapun keadaan yang timbul, walau pemberian kita dibuang oleh si penerima, kita tak boleh berkecil hati atau marah, pemberian yang kita lakukan akan berbuah, bila kita marah atau menyesal atas pemberian tersebut maka kamma vipaka dari permberian itu akan semakin kecil, jadi kita harus menerima keadaan.
Pada waktu berbuat baik harus diingat tiga hal yaitu
sebelum, pada waktu
sedang melakukan dan
sesudah. Sebelum melakukan perbuatan baik, lakukanlah persiapan dengan antusias, pada waktu sedang melakukan perbuatan baik bergembiralah atas perbuatan baik yang sedang dilakukan dan sesudah selesai melakukan perbuatan baik kita harus merasa puas. inilah perbuatan baik yang dilakukan dengan batin yang tulus.
diceritakan di dalam Buddhavamsa, dimasa lampau ketika Sang buddha Manggala masih menjadi Bodhisattva terakhir sebelum menjadi Buddha (seperti pangeran Vessantara, pada kelahiran terakhir sebagai pangeran Vessantara seorang Bodhisattva harus siap memberikan apapun miliknya yang diminta oleh mahluk lain tanpa kecuali termasuk anak, isteri dan dirinya sendiri) Beliau memberikan kedua anaknya kepada Yakkha, karena diminta oleh Yakkha tersebut. .
Sesudah memberikan kedua anaknya, Boddhisatta Buddha Mangala mengucapkan tekad "Semoga dengan pemberian ini cahaya tubuh saya ketika menjadi Buddha menerangi sepuluh ribu tata-surya". Sesudah kedua anaknya diberikan oleh Bodhisatta,pada saat itu di depan matanya kedua anak tersebut dimakan oleh Yakkha. Bodhisatta tidak merasa bersedih, karena setelah memberikan anak-anaknya ia menganggap mereka bukan miliknya lagi (
sepenuhnya melepas).
Demikian juga dengan berbuat baik memberi buku atau melepas burung, bila perbuatan baik sudah dilakukan jangan disesali. Karena akan mengurangi nilai pemberian itu sendiri. Pemberian burung walupun membuat merdeka burung tersebut hanya sebentar, juga merupakan perbuatan yang baik, karmanya tergantung burung tersebut kan?
Memang lebih baik lagi bila melepas burung di tempat yang lebih ideal, tetapi kalau tempat seperti itu tak dapat ditemukan, jangan disesali perbuatan baik yang sudah dilakukan.
Ini yang dikatakan "memberi tanpa memegang buntut" atau dengan kata lain memberi tanpa syarat...
Sukhi hotu.