//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: [Theravada] Penghinaan & Penghormatan terhadap Buddha  (Read 17885 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: [Theravada] Penghinaan & Penghormatan terhadap Buddha
« Reply #30 on: 23 March 2009, 04:25:04 PM »
buddha mengajarkan pembebasan dan kebahagian
saya rasa di buku abhidhamma mengajarkan sesuatu yg tidak berguna
kalau selalu memikirkan ini itu, sesuai dengan buku nya, kapan pikiran kita bisa bebas dan bahagia
apa hal detil2 di abhidamma juga diajarkan oleh sang Buddha? saya meragukannya sori.

bukankah dewa dan brahmana saja tidak bisa mengajarkannya.. kalau tidak belajar katanya?
Quote from: wilkipedia
Abhidhamma bukan hanya  dalam zaman sekarang ini saja, para resi (pertapa atau orang suci) atau dewa tidak mampu mengajarkan Abhidhamma (jika tidak belajar). Hanya Sammasambhuda saja yang dapat mengajarkannya.
cuma untuk dibaca.. karena tidak berguna,
karena yg menulisnya biarpun 10.000 arahat juga percuma karena seperti yg saya blod diatas.

bukankah sariputta yg membabarkannya? kok dari surga
apa sariputta sekarang berkualitas 10.000 arahat

dear bro,

jika anda berasumsi bhw abhidhamma mengajarkan sesuatu yg tidak berguna, saya dan banyak org sudah merasa merasakan manfaat dari menjalankan abhidhamma

jadi jika anda merasa abhidhamma membuat org sibuk memikirkan ini dan itu, berarti orgnya yg tidak bisa menjalankan karena hanya dipikir melulu.....
hal serupa pernah disebut oleh salah satu rekan DC dimana beliau sudah HAPAL abhidhammattasangaha namun tidak merasa manfaatnya.

Disini sangat relevan dengan buddhism bhw segala sesuatu itu hendaknya dipraktekkan dalam keseharian kita, baik sila, samadhi maupun panna

mengenai sejarah, sepertinya anda bnyk salah paham, silahkan dibaca kembali pelan2 agar jadi jelas sebelum bertanya, ok?

biar ga OOT, diskusi mengenai abhidhamma pernah panjang lebar dibahas di http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=294.0

silahkan dilihat2 dahulu sebelum bertanya lagi karena sudah ga relevan dengan topik "Penghormatan"

 [at] Kai : sori kl diskusi jd melebar....

metta

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: [Theravada] Penghinaan & Penghormatan terhadap Buddha
« Reply #31 on: 23 March 2009, 04:52:37 PM »
kl bole sedikit OOT, menurut bro tesla, apakah pikiran ada "ujung"-nya ?  ;D
just like samsara
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: [Theravada] Penghinaan & Penghormatan terhadap Buddha
« Reply #32 on: 23 March 2009, 04:54:18 PM »
[at] Kai : sori kl diskusi jd melebar....


Namanya juga diskusi... Pasti melebar ke mana-mana ;D

Offline tula

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 482
  • Reputasi: 24
Re: [Theravada] Penghinaan & Penghormatan terhadap Buddha
« Reply #33 on: 17 April 2009, 02:00:08 PM »
nah karena bahas dana .. sekalian aja ya ... ini benernya masalah tula sendiri ....

kasusnya adalah waktu tula mau dana (fisik) buku Komentar Anattalakkhana Sutta dan Malukyaputta Sutta terbitan DC press (di thread theravada), tp tula ga mau kasihkan buku ini ke cetiya tersebut kalo ga yakin akan dibaca oleh orang di cetiya tersebut.

mengingat hal2 seperti kalo kita fang sen, kalo mau melakukan fangsen sebaiknya jg melihat kondisi2 nya, jgn melepaskan burung di daerah yg nantinya akan di tangkapin oleh orang2 sekitar utk di jual di tempat fangsen lagi, dll

got my point or not ?

karena tula merasa, kalo buku ini ga dibaca, maka akan sia2 dan sayang sekali karena kesempatan orang lain utk mendapatkan nya dan membacanya ("menyadari isinya") akan terlewatkan, akhirnya jadi ganjel meja, mengingat buku ini dari segi fisik (tidak memberikan sesuatu yg "menarik")

yg mana yg bagusnya kita pilih ? berikan saja ?

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: [Theravada] Penghinaan & Penghormatan terhadap Buddha
« Reply #34 on: 17 April 2009, 02:21:59 PM »
nah karena bahas dana .. sekalian aja ya ... ini benernya masalah tula sendiri ....

kasusnya adalah waktu tula mau dana (fisik) buku Komentar Anattalakkhana Sutta dan Malukyaputta Sutta terbitan DC press (di thread theravada), tp tula ga mau kasihkan buku ini ke cetiya tersebut kalo ga yakin akan dibaca oleh orang di cetiya tersebut.

mengingat hal2 seperti kalo kita fang sen, kalo mau melakukan fangsen sebaiknya jg melihat kondisi2 nya, jgn melepaskan burung di daerah yg nantinya akan di tangkapin oleh orang2 sekitar utk di jual di tempat fangsen lagi, dll

got my point or not ?

karena tula merasa, kalo buku ini ga dibaca, maka akan sia2 dan sayang sekali karena kesempatan orang lain utk mendapatkan nya dan membacanya ("menyadari isinya") akan terlewatkan, akhirnya jadi ganjel meja, mengingat buku ini dari segi fisik (tidak memberikan sesuatu yg "menarik")

yg mana yg bagusnya kita pilih ? berikan saja ?

Kalau memang merasa pasti tidak akan dibaca, memang lebih baik simpan saja. Cari tempat atau orang lain yang ada kemungkinan membacanya.


Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: [Theravada] Penghinaan & Penghormatan terhadap Buddha
« Reply #35 on: 25 April 2009, 10:40:43 AM »
nah karena bahas dana .. sekalian aja ya ... ini benernya masalah tula sendiri ....

kasusnya adalah waktu tula mau dana (fisik) buku Komentar Anattalakkhana Sutta dan Malukyaputta Sutta terbitan DC press (di thread theravada), tp tula ga mau kasihkan buku ini ke cetiya tersebut kalo ga yakin akan dibaca oleh orang di cetiya tersebut.

mengingat hal2 seperti kalo kita fang sen, kalo mau melakukan fangsen sebaiknya jg melihat kondisi2 nya, jgn melepaskan burung di daerah yg nantinya akan di tangkapin oleh orang2 sekitar utk di jual di tempat fangsen lagi, dll

got my point or not ?

karena tula merasa, kalo buku ini ga dibaca, maka akan sia2 dan sayang sekali karena kesempatan orang lain utk mendapatkan nya dan membacanya ("menyadari isinya") akan terlewatkan, akhirnya jadi ganjel meja, mengingat buku ini dari segi fisik (tidak memberikan sesuatu yg "menarik")

yg mana yg bagusnya kita pilih ? berikan saja ?

Saudara Tula yang baik,

Suatu perbuatan yang baik yang dilakukan dengan penuh keyakinan akan membawa manfaat yang besar, memang lebih baik bila kita berdana, dana kita dipergunakan dengan baik, tetapi kadang-kadang dana kita nampak sia-sia. Bukan hanya dana kepada cetiya, dana kepada Bhikkhu, kepada Vihara, kepada orang yang tak kita kenal sekalipun, kadang penggunaan efektif, kadang tidak.

Pada waktu kita melakukan perbuatan baik kita harus siap menerima apapun keadaan yang timbul, walau pemberian kita dibuang oleh si penerima, kita tak boleh berkecil hati atau marah, pemberian yang kita lakukan akan berbuah, bila kita marah atau menyesal atas pemberian tersebut maka kamma vipaka dari permberian itu akan semakin kecil, jadi kita harus menerima keadaan.

Pada waktu berbuat baik harus diingat tiga hal yaitu sebelum, pada waktu sedang melakukan dan sesudah. Sebelum melakukan perbuatan baik, lakukanlah persiapan dengan antusias, pada waktu sedang melakukan perbuatan baik bergembiralah atas perbuatan baik yang sedang dilakukan dan sesudah selesai melakukan perbuatan baik kita harus merasa puas. inilah perbuatan baik yang dilakukan dengan batin yang tulus.

diceritakan di dalam Buddhavamsa, dimasa lampau ketika Sang buddha Manggala masih menjadi Bodhisattva terakhir sebelum menjadi Buddha (seperti pangeran Vessantara, pada kelahiran terakhir sebagai pangeran Vessantara seorang Bodhisattva harus siap memberikan apapun miliknya yang diminta oleh mahluk lain tanpa kecuali termasuk anak, isteri dan dirinya sendiri) Beliau memberikan kedua anaknya kepada Yakkha, karena diminta oleh Yakkha tersebut. .

Sesudah memberikan kedua anaknya, Boddhisatta Buddha Mangala mengucapkan tekad "Semoga dengan pemberian ini cahaya tubuh saya ketika menjadi Buddha menerangi sepuluh ribu tata-surya". Sesudah kedua anaknya diberikan oleh Bodhisatta,pada saat itu di depan matanya kedua anak tersebut dimakan oleh Yakkha. Bodhisatta tidak merasa bersedih, karena setelah memberikan anak-anaknya ia menganggap mereka bukan miliknya lagi (sepenuhnya melepas).

Demikian juga dengan berbuat baik memberi buku atau melepas burung, bila perbuatan baik sudah dilakukan jangan disesali. Karena akan mengurangi nilai pemberian itu sendiri. Pemberian burung walupun membuat merdeka burung tersebut hanya sebentar, juga merupakan perbuatan yang baik, karmanya tergantung burung tersebut kan?

Memang lebih baik lagi bila melepas burung di tempat yang lebih ideal, tetapi kalau tempat seperti itu tak dapat ditemukan, jangan disesali perbuatan baik yang sudah dilakukan.

Ini yang dikatakan "memberi tanpa memegang buntut" atau dengan kata lain memberi tanpa syarat...

Sukhi hotu.
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: [Theravada] Penghinaan & Penghormatan terhadap Buddha
« Reply #36 on: 25 April 2009, 05:38:53 PM »
patut di renungkan.

salam metta.
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline tula

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 482
  • Reputasi: 24
Re: [Theravada] Penghinaan & Penghormatan terhadap Buddha
« Reply #37 on: 26 April 2009, 11:08:29 AM »
nah karena bahas dana .. sekalian aja ya ... ini benernya masalah tula sendiri ....

kasusnya adalah waktu tula mau dana (fisik) buku Komentar Anattalakkhana Sutta dan Malukyaputta Sutta terbitan DC press (di thread theravada), tp tula ga mau kasihkan buku ini ke cetiya tersebut kalo ga yakin akan dibaca oleh orang di cetiya tersebut.

mengingat hal2 seperti kalo kita fang sen, kalo mau melakukan fangsen sebaiknya jg melihat kondisi2 nya, jgn melepaskan burung di daerah yg nantinya akan di tangkapin oleh orang2 sekitar utk di jual di tempat fangsen lagi, dll

got my point or not ?

karena tula merasa, kalo buku ini ga dibaca, maka akan sia2 dan sayang sekali karena kesempatan orang lain utk mendapatkan nya dan membacanya ("menyadari isinya") akan terlewatkan, akhirnya jadi ganjel meja, mengingat buku ini dari segi fisik (tidak memberikan sesuatu yg "menarik")

yg mana yg bagusnya kita pilih ? berikan saja ?

Saudara Tula yang baik,

Suatu perbuatan yang baik yang dilakukan dengan penuh keyakinan akan membawa manfaat yang besar, memang lebih baik bila kita berdana, dana kita dipergunakan dengan baik, tetapi kadang-kadang dana kita nampak sia-sia. Bukan hanya dana kepada cetiya, dana kepada Bhikkhu, kepada Vihara, kepada orang yang tak kita kenal sekalipun, kadang penggunaan efektif, kadang tidak.

Pada waktu kita melakukan perbuatan baik kita harus siap menerima apapun keadaan yang timbul, walau pemberian kita dibuang oleh si penerima, kita tak boleh berkecil hati atau marah, pemberian yang kita lakukan akan berbuah, bila kita marah atau menyesal atas pemberian tersebut maka kamma vipaka dari permberian itu akan semakin kecil, jadi kita harus menerima keadaan.

Pada waktu berbuat baik harus diingat tiga hal yaitu sebelum, pada waktu sedang melakukan dan sesudah. Sebelum melakukan perbuatan baik, lakukanlah persiapan dengan antusias, pada waktu sedang melakukan perbuatan baik bergembiralah atas perbuatan baik yang sedang dilakukan dan sesudah selesai melakukan perbuatan baik kita harus merasa puas. inilah perbuatan baik yang dilakukan dengan batin yang tulus.

diceritakan di dalam Buddhavamsa, dimasa lampau ketika Sang buddha Manggala masih menjadi Bodhisattva terakhir sebelum menjadi Buddha (seperti pangeran Vessantara, pada kelahiran terakhir sebagai pangeran Vessantara seorang Bodhisattva harus siap memberikan apapun miliknya yang diminta oleh mahluk lain tanpa kecuali termasuk anak, isteri dan dirinya sendiri) Beliau memberikan kedua anaknya kepada Yakkha, karena diminta oleh Yakkha tersebut. .

Sesudah memberikan kedua anaknya, Boddhisatta Buddha Mangala mengucapkan tekad "Semoga dengan pemberian ini cahaya tubuh saya ketika menjadi Buddha menerangi sepuluh ribu tata-surya". Sesudah kedua anaknya diberikan oleh Bodhisatta,pada saat itu di depan matanya kedua anak tersebut dimakan oleh Yakkha. Bodhisatta tidak merasa bersedih, karena setelah memberikan anak-anaknya ia menganggap mereka bukan miliknya lagi (sepenuhnya melepas).

Demikian juga dengan berbuat baik memberi buku atau melepas burung, bila perbuatan baik sudah dilakukan jangan disesali. Karena akan mengurangi nilai pemberian itu sendiri. Pemberian burung walupun membuat merdeka burung tersebut hanya sebentar, juga merupakan perbuatan yang baik, karmanya tergantung burung tersebut kan?

Memang lebih baik lagi bila melepas burung di tempat yang lebih ideal, tetapi kalau tempat seperti itu tak dapat ditemukan, jangan disesali perbuatan baik yang sudah dilakukan.

Ini yang dikatakan "memberi tanpa memegang buntut" atau dengan kata lain memberi tanpa syarat...

Sukhi hotu.

sip :) harusnya begitu ya ...., perlu berlatih lebih lagi .....

tp mengenai ke 2 anak itu, bukannya anak itu adalah bukan diri sendiri yg bisa di beri2kan sesuka hati ? anak tersebut kan jg punya hak utk menentukan hidupnya sendiri ? koq seolah2 jadi ortu itu jadi TUAN bagi anak2 nya ?

Offline coedabgf

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 946
  • Reputasi: -2
Re: [Theravada] Penghinaan & Penghormatan terhadap Buddha
« Reply #38 on: 26 April 2009, 11:45:40 AM »
Pada waktu berbuat baik harus diingat tiga hal yaitu sebelum, pada waktu sedang melakukan dan sesudah. Sebelum melakukan perbuatan baik, lakukanlah persiapan dengan antusias, pada waktu sedang melakukan perbuatan baik bergembiralah atas perbuatan baik yang sedang dilakukan dan sesudah selesai melakukan perbuatan baik kita harus merasa puas. inilah perbuatan baik yang dilakukan dengan batin yang tulus.

diceritakan di dalam Buddhavamsa, dimasa lampau ketika Sang buddha Manggala masih menjadi Bodhisattva terakhir sebelum menjadi Buddha (seperti pangeran Vessantara, pada kelahiran terakhir sebagai pangeran Vessantara seorang Bodhisattva harus siap memberikan apapun miliknya yang diminta oleh mahluk lain tanpa kecuali termasuk anak, isteri dan dirinya sendiri) Beliau memberikan kedua anaknya kepada Yakkha, karena diminta oleh Yakkha tersebut. .

Sesudah memberikan kedua anaknya, Boddhisatta Buddha Mangala mengucapkan tekad "Semoga dengan pemberian ini cahaya tubuh saya ketika menjadi Buddha menerangi sepuluh ribu tata-surya". Sesudah kedua anaknya diberikan oleh Bodhisatta,pada saat itu di depan matanya kedua anak tersebut dimakan oleh Yakkha. Bodhisatta tidak merasa bersedih, karena setelah memberikan anak-anaknya ia menganggap mereka bukan miliknya lagi (sepenuhnya melepas).


Demikian juga dengan berbuat baik memberi buku atau melepas burung, bila perbuatan baik sudah dilakukan jangan disesali. Karena akan mengurangi nilai pemberian itu sendiri. Pemberian burung walupun membuat merdeka burung tersebut hanya sebentar, juga merupakan perbuatan yang baik, karmanya tergantung burung tersebut kan?

Memang lebih baik lagi bila melepas burung di tempat yang lebih ideal, tetapi kalau tempat seperti itu tak dapat ditemukan, jangan disesali perbuatan baik yang sudah dilakukan.

Ini yang dikatakan "memberi tanpa memegang buntut" atau dengan kata lain memberi tanpa syarat...

Sukhi hotu.


Kebenaran itu melihat kenyataan, juga berasal dari masing-masing kebijaksanaan seseorang,
tetapi buseet deh... ini (yang saya birui) berbuat baik atau bukan?
buat ilustrasi saja, bgmn klo anak perawanmu diminta oleh orang jahat/cabul?

Klo jaman dulu mungkin bangga anak perawannya dicomot buat praktek sadhana sex guru besar (bisa bangga (kan.. orang suci atau guru besar) atau bisa juga pasrah/nyerah/takut atau memperoleh imbalan kemapanan). Tapi klo sekarang mungkin ceritanya lain lagi meskipun ada juga kasus-kasus seperti itu tetapi masyarakatnya paling gak sudah tahu batasan-batasan yang layak dan kesetaraan kehidupan manusia/diri.

Banyak contohnya misalnya pelecehan oleh rohaniawan terkemuka yang dituntut balik meskipun berusaha dibela/ditutup-tutupi oleh pengikutnya atau kelompoknya. Klo dulu mungkin lain lagi ceritanya. Atau klo sekarang boro-boro semau gue (yang lemah seperti property pria yang bisa dilakukan semau gue, kayak kasus manohara, udah dibeli sich yeh kali dari ibunya, siapa yang benar gak tahu dah?), cerai saja harus bagi-bagi harta gono gini.

Jangan-jangan tuh cerita diatas cerita sapa (orisinilnya)? atau kiasan berupa cerita (tapi klo kiasan bahaya kali menyatakan kebenarannya), atau dan juga dipakai tampilkan hanya sebatas teori yang mengutip saja (untuk mendukung pernyataan seolah-olah suatu kebijaksanaan yang bijaksana).

Kadang-kadang manusia/kita berbuat baik itu hanya sebatas untuk pemuasan diri saja (kembali kepada keinginan apa (keuntungan) yang muncul pada diri sendiri pada akhirnya), atau saya istilahkan tahap upacara saja.
Sebagai contoh, coba tes yang ringan-ringan saja tentang pengorbanan diri dan pembelajaran perenungan melepaskan cengkraman kemelekatan sikap/sifat egois diri, silahkan teman teman lakukan rutin berdana 10% dari penghasilan saudara setiap bulan untk berderma,apa pengalaman yang muncul dari pengorbanan 10% yang sedikit tersebut dan 90% yang masih kita miliki?

Memang lebih mudah yah berbuat kebenaran/kebaikan dengan membeli burung untuk dilepas? sama gak... dengan pejuang lingkungan hidup? atau itu sebenarnya perbuatan yang menunjukan keegoisan yang setengah-setengah (bukan pengorbanan yang sungguh-sungguh kemurnian ketulusan dari dalam hati)?
« Last Edit: 26 April 2009, 11:54:37 AM by coedabgf »
iKuT NGeRumPI Akh..!

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: [Theravada] Penghinaan & Penghormatan terhadap Buddha
« Reply #39 on: 26 April 2009, 12:03:44 PM »
Pada waktu berbuat baik harus diingat tiga hal yaitu sebelum, pada waktu sedang melakukan dan sesudah. Sebelum melakukan perbuatan baik, lakukanlah persiapan dengan antusias, pada waktu sedang melakukan perbuatan baik bergembiralah atas perbuatan baik yang sedang dilakukan dan sesudah selesai melakukan perbuatan baik kita harus merasa puas. inilah perbuatan baik yang dilakukan dengan batin yang tulus.

diceritakan di dalam Buddhavamsa, dimasa lampau ketika Sang buddha Manggala masih menjadi Bodhisattva terakhir sebelum menjadi Buddha (seperti pangeran Vessantara, pada kelahiran terakhir sebagai pangeran Vessantara seorang Bodhisattva harus siap memberikan apapun miliknya yang diminta oleh mahluk lain tanpa kecuali termasuk anak, isteri dan dirinya sendiri) Beliau memberikan kedua anaknya kepada Yakkha, karena diminta oleh Yakkha tersebut. .

Sesudah memberikan kedua anaknya, Boddhisatta Buddha Mangala mengucapkan tekad "Semoga dengan pemberian ini cahaya tubuh saya ketika menjadi Buddha menerangi sepuluh ribu tata-surya". Sesudah kedua anaknya diberikan oleh Bodhisatta,pada saat itu di depan matanya kedua anak tersebut dimakan oleh Yakkha. Bodhisatta tidak merasa bersedih, karena setelah memberikan anak-anaknya ia menganggap mereka bukan miliknya lagi (sepenuhnya melepas).


Demikian juga dengan berbuat baik memberi buku atau melepas burung, bila perbuatan baik sudah dilakukan jangan disesali. Karena akan mengurangi nilai pemberian itu sendiri. Pemberian burung walupun membuat merdeka burung tersebut hanya sebentar, juga merupakan perbuatan yang baik, karmanya tergantung burung tersebut kan?

Memang lebih baik lagi bila melepas burung di tempat yang lebih ideal, tetapi kalau tempat seperti itu tak dapat ditemukan, jangan disesali perbuatan baik yang sudah dilakukan.

Ini yang dikatakan "memberi tanpa memegang buntut" atau dengan kata lain memberi tanpa syarat...

Sukhi hotu.


Kebenaran itu melihat kenyataan, juga berasal dari masing-masing kebijaksanaan seseorang,
tetapi buseet deh... ini (yang saya birui) berbuat baik atau bukan?
buat ilustrasi saja, bgmn klo anak perawanmu diminta oleh orang jahat/cabul?

Sdr. Coedabgf,
Sdr. Fabian memberikan ilustrasi dengan mengutip dari Tipitaka, kalau ada member di sini yang mengatakan bahwa Bodhisatta dalam kehidupan lampaunya pernah terjun ke dalam api agar bisa dimakan pemburu, apakah anda juga akan menantang dengan "Bagaimana jika anda terjun ke dalam api?". saya kira ini bukanlah argumentasi yg baik dalam berdiskusi.

Bodhisatta Gotama dalam kehidupannya sbg Vessantara juga melakukan hal serupa, memberikan kedua anaknya kepada seorang brahmana. dan karena ini adalah kutipan dari saya, saya menunggu tantangan serupa dari ana.

mungkin anda perlu lebih banyak mempelajari mengenai kehidupan Bodhisatta. Bodhisatta tiadk bisa dibandingkan dengan orang-orang biasa seperti kita, terlebih seperti anda.

Offline coedabgf

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 946
  • Reputasi: -2
Re: [Theravada] Penghinaan & Penghormatan terhadap Buddha
« Reply #40 on: 26 April 2009, 12:33:40 PM »
Sdr. Coedabgf,
Sdr. Fabian memberikan ilustrasi dengan mengutip dari Tipitaka, kalau ada member di sini yang mengatakan bahwa Bodhisatta dalam kehidupan lampaunya pernah terjun ke dalam api agar bisa dimakan pemburu, apakah anda juga akan menantang dengan "Bagaimana jika anda terjun ke dalam api?". saya kira ini bukanlah argumentasi yg baik dalam berdiskusi.

Bodhisatta Gotama dalam kehidupannya sbg Vessantara juga melakukan hal serupa, memberikan kedua anaknya kepada seorang brahmana. dan karena ini adalah kutipan dari saya, saya menunggu tantangan serupa dari ana.

mungkin anda perlu lebih banyak mempelajari mengenai kehidupan Bodhisatta. Bodhisatta tiadk bisa dibandingkan dengan orang-orang biasa seperti kita, terlebih seperti anda.

oh... saya hanya menjelaskan supaya dapat melihat kenyataan saja, sehingga moga-moga tidak timbul salah pengertian atau doktrin.
klo mengorbankan diri sendiri  itu jelas ukuran pengorbanan (terserah yang mo berkorban),
tetapi klo mengorbankan diri dengan mengorbankan orang lain, ukuran kebenarannya apa klo begitu? atau dibilang sudah karmanya bagi yang menjadi korban. dan yang mengorbankan orang lain sedang menjalankan karma baiknya? aneh-sungguh aneh, apakah bukan malah melakukan/menimbulkan karma lainnya. (seperti banyak contoh cerita guru Buddha yang menjelaskan kejadian hasil karma seseorang dari perbuatan jahat/yang merugikan orang lain pada masa lalunya).
Jadi yah terserah apakah (menurut keorisinilan asal sumber ceritanya) itu dianggap suatu kenyataan kebenaran bagi pemercayanya atau merupakan transkrip karya sastra lain, saya hanya berusaha menjelaskan kenyataannya (apalagi ukuran masa sekarang) sehingga tidak menimbulkan suatu pandangan yang ceroboh. misalnya seperti contoh begitu juga seperti sutra-sutra hasil karya sekarang tulisan mengenai LSY.

Mungkin bisa saja saya menumpuk karma buruk jika itu kebenaran, tetapi saya mempunyai keyakinan bahwa apa yang saya berusaha jelaskan adalah membawa pengertian/pemahaman (menimbulkan kebijaksanaan) yang baik bagi yang lain, sama seperti kasus-kasus keyakinan lain tentang beristri banyak, menikahi bocah, istri sebagai property (tak memiliki hak kehidupan pribadi pada budaya negara tertentu) dll.
« Last Edit: 26 April 2009, 12:35:19 PM by coedabgf »
iKuT NGeRumPI Akh..!

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: [Theravada] Penghinaan & Penghormatan terhadap Buddha
« Reply #41 on: 26 April 2009, 12:58:38 PM »
sedikit petunjuk buat Sdr. Coedabgf, seorang Bodhisatta dalam Theravada bukanlah makhluk suci yang semua perbuatannya harus ditiru. Namun Episode di atas memang benar terdapat dalam Tipitaka, terlepas dari anda suka atau tidak.

Offline coedabgf

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 946
  • Reputasi: -2
Re: [Theravada] Penghinaan & Penghormatan terhadap Buddha
« Reply #42 on: 26 April 2009, 01:03:04 PM »
ya... klo saya mengganggu atau menyinggung saya minta maaf, saya hanya dapat menjelaskan dan membuat perbandingan seperti pada kutipan diatas saja, dan sebagian kutipan :
Jadi yah terserah apakah (menurut keorisinilan asal sumber ceritanya) itu dianggap suatu kenyataan kebenaran bagi pemercayanya atau merupakan transkrip karya sastra lain, saya hanya berusaha menjelaskan kenyataannya (apalagi ukuran masa sekarang) sehingga tidak menimbulkan suatu pandangan yang ceroboh. misalnya seperti contoh begitu juga seperti sutra-sutra hasil karya sekarang tulisan mengenai LSY.
« Last Edit: 26 April 2009, 01:05:22 PM by coedabgf »
iKuT NGeRumPI Akh..!

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: [Theravada] Penghinaan & Penghormatan terhadap Buddha
« Reply #43 on: 26 April 2009, 01:06:55 PM »
ya... klo saya mengganggu atau menyinggung saya minta maaf, saya hanya dapat menjelaskan dan membuat perbandingan seperti pada kutipan diatas saja, dan sebagian kutipan :
Jadi yah terserah apakah (menurut keorisinilan asal sumber ceritanya) itu dianggap suatu kenyataan kebenaran bagi pemercayanya atau merupakan transkrip karya sastra lain, saya hanya berusaha menjelaskan kenyataannya (apalagi ukuran masa sekarang) sehingga tidak menimbulkan suatu pandangan yang ceroboh. misalnya seperti contoh begitu juga seperti sutra-sutra hasil karya sekarang tulisan mengenai LSY.

Seseorang meminta maaf biasanya karena sudah mengaku bersalah, tapi jika seseorang meminta maaf dengan memberikan argumentasi tambahan untuk membenarkan, jelas ini bukanlah tindakan dari seorang yang telah mengaku bersalah dan oleh karena itu permintaan maafnya tidak tulus. setujukah anda?

Offline coedabgf

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 946
  • Reputasi: -2
Re: [Theravada] Penghinaan & Penghormatan terhadap Buddha
« Reply #44 on: 26 April 2009, 01:17:56 PM »
Benar, klo anda merasa tercubit atau saya mencuri milik anda.
loh kan ada satu bagian mungkin saya mengganggu (membuat ketersinggungan anda misalnya) makanya saya minta maaf, tetapi ada bagian lain inikan diskusi.... Tetapi sebenarnya kenyataannya apanya yang secara pribadi nyata-nyata menyinggung anda? apakah saya sungguh-sunguh nyata-nyata melakukan kesalahan/bersalah? karena kebenarankah? atau saya harus tutup mulut (maksudnya tidak menulis/mengungkapkan ulasan yang umum/wajar) untuk tidak berdiskusi, ditetapkan (diskusi) saya sebagai pihak/orang yang salah?
iKuT NGeRumPI Akh..!

 

anything