//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Nibbana  (Read 6167 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Peacemind

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 970
  • Reputasi: 74
Re: Nibbana
« Reply #15 on: 07 November 2009, 07:44:30 PM »
_/\_ Sdr Peacemind,

Boleh dijelaskan lebih spesifik? Mungkin sebaiknya mulai dari awal agar gampang saling mengerti maksud masing2. Bagaimana definisi vipassana dari Sdr Peacemind itu sendiri? Misalnya saja, yang ngetren pada hari ini vipassana sbg metode bare awareness, choiceless awarenes. Kalo boleh tau, mohon penjelasan Sdr Peacemind soal vipassana menurut pengertian Anda pribadi. Anumodana :)

Mettacittena,


      Secara simple, istilah vipassana berarti melihat ke dalam. Oleh karena itu, kata ini sering diterjemahkan sebagai in + sight (insight). Dalam praktik vipassana, seseorang harus melihat ke dalam diri, apa yang terjadi dalam dirinya. Ketika melihat ke dalam diri, secara natural, seorang praktisi vipassana, akan melihat berbagai macam fenomena yang mana secara garis besar dibagi menjadi dua kelompok, yakni nāmakkhandha (kelompok pikiran) dan rūpakkhandha (kelompok materi / jasmani). Semakin melihat ke dalam diri, semakin seorang praktisi vipassana melihat bagaimana nāma dan rūpa hanya merupakan fenomena-fenomena  yang selalu berubah, tidak kekal, muncul dan lenyap, tanpa adanya pengontrol, diri atau entitas. Muncul dan lenyapnya fenomena batin dan jasmani ini juga memberikan pengetahuan bagi seorang praktisi bahwa segala sesuatu adalah penderitaan. Inilah pengetahuan singkat bagaimana pengetahuan mengenai nāma dan rūpa sebagai sesuatu yang tidak kekal, obyek penderitaan, dan tanpa diri muncul karena praktik melihat ke dalam diri (vipassana).

       Ketika seseorang melihat ke dalam diri, ia pun akan semakin tahu bahwa penderitaan muncul karena sebab-sebab. Dengan pengalamannya sendiri ia tahu bahwa nafsu keinginan dan kemelekatan yang berkaitan dengan nāma dan rūpa, merupakan sebab munculnya penderitaan. Ia tahu bahwa setiap keinginan muncul, di sana pasti akan ada tegangan (tension) dan inilah penderitaan. Ia pun tahu bahwa apapun bentuk kemelekatan, pemegangan (holding)  pasti akan memunculkan penderitaan terutama ketika apa yang dilekati atau dipegang lenyap.

      Melihat melalui pengalamannya sendiri bahwa apapun bentuk nafsu keinginan dan kemelekatan hanya memunculkan penderitaan, melihat melalui pengalamannya sendiri bahwa  segala sesuatu hanya bersifat tidak kekal, penderitaan dan tanpa adanya pengontrol, secara natural, pikiran akan berkecenderungan pada non-attachment (tanpa kemelekatan), letting go (membiarkan pergi) dan giving up (melepas). Pikiran akan berkecenderungan pada surrendering (berserah diri) dan see everything as it is (melihat segala sesuatu sebagaimana adanya, tanpa bereaksi atau memunculkan keinginan untuk memegang. Di sinilah, sesungguhnya, seorang praktisi vipassana, dalam praktik selanjutnya, secara natural, akan berkecenderungan pada “bare awareness atau choiceless awareness”. Ia menerima apapun fenomena yang muncul baik yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan.

      Tentu, saya tidak mengatakan bahwa choiceless awareness harus muncul ketika seorang praktisi setidaknya mengetahui sifat alam nāmarūpa / fenomena-fenomena sebagai anicca, dukkha dan anatta, atau ketika seorang praktisi mengetahui bahwa nafsu keinginan, kemelekatan, memegang, adalah penyebab penderitaan. Jika seseorang mempraktikkan choiceless awareness pada awal-awal praktik vipassana, hal ini pun tidak salah. Namun jika kita mengetahui melalui pengalaman sendiri alasan mengapa kita harus menggunakan choiceless awareness atau bare awareness, maka praktik ini / lebih tepatnya keadaan mental ini, akan menjadi natural, tanpa dibuat-buat.

      Di atas saya mengatakan bahwa seseorang yang mempraktikkan vipassana juga mempraktikkan Delapan Mulia Berunsur Delapan. Bagi saya, ketika seseorang melihat ke dalam diri melalui praktik vipassana, pada saat yang sama, ia akan memiliki:
1.   Pandangan benar – Melalui pengalamannya sendiri ia tahu bahwa nāma dan rūpa adalah dukkha, ia tahu bahwa keinginan adalah sebab dukkha, ia tahu bahwa ketika nafsu keinginan berkurang, dukkha berkurang.
2.   Pikiran benar – Choiceless awareness yang muncul dalam praktik vipassana bisa dikatakan sebagai nekkhamavitakka (pikiran renunsiasi, salah satu dari tiga sammasaṅkappa), karena choiceless awareness muncul, secara natural, akibat dari kecenderungan pikiran terhadap non-attachment, giving up dan letting go.
3.   Ucapan benar, perbuatan benar, dan mata pencaharian benar – Seseorang yang benar-benar melihat ke dalam diri melalui praktik vipassana, ia akan melihat pentingnya Sīla. Ia akan melihat bagaimana ketika Sīla tidak dijaga, pikiran akan diliputi  rasa menyesal, tidak terkonsentrasi  dan akan sulit untuk hidup saat ini dan sekarang (merupakan syarat untuk menerapkan choiceless awareness). Mengetahui demikian, secara natural, ia akan menjaga ucapan, perbuatan dan mata pencahariannya dari hal-hal yang tidak baik.
4.   Usaha benar - Seorang praktisi vipassana yang mengetahui mana penyebab penderitaan dan mana penyebab kedamaian, secara natural, akan menjaga pikirannya dari penyebab penderitaan yaitu kekotoran batin, dan memberikan jalan bagi munculnya pikiran positif sebagai penyebab kedamaian. Sesungguhnya, dalam choiceless awareness, usaha benar dengan sendirinya telah dipraktikkan, karena dalam kondisi batin seperti ini, pikiran bebas dari nafsu keinginan, kemelekatan dan memegang (holding), dan selalu mengarah pada menajamnya kesadaran (sati), pemusatan pikiran (samādhi) dan kebijaksanaan (pañña).
5.   Perhatian benar – This part is without doubt. Seseorang yang melihat ke dalam diri dalam praktik vipassana, yang ia lihat hanya berhubungan dengan kāya, vedana, citta dan dhamma.
6.   Konsentrasi benar – Meskipun definisi konsentrasi benar dalam  Delapan Mulia Beruas Delapan mengacu kepada 4 rūpajjhana, saya yakin bahwa dengan berkurangnya dan bahkan lenyapnya kekotoran batin melalui praktik vipassana, jika ia mau mengarahkan pikiran yang bersih itu, ia akan lebih mudah untuk mencapai Jhana. Di samping itu, seorang yang mempraktikkan vipassana secara murni, meskipun ia tidak mencapai jhana, ada saat-saat tertentu di mana ia bisa mencapai khanikasamādhi dan bahkan upacarasamādhi.

      Oleh karena hal-hal tersebut di atas, bagi saya, mempraktikkan vipassana berarti mempraktikkan Jalan Mulia Berunsur Delapan. Saya tahu pendapat ini tidak akan disetujui oleh beberapa orang. Namun itu terserah orang lain…

May you be happy, Jerry.

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Nibbana
« Reply #16 on: 07 November 2009, 08:43:53 PM »
Kalau saya pribadi menggunakan rujukan JMB8 itu yg terdapat dalam SN 45.8: Magga-vibhanga Sutta. Yah yg tentunya berbeda dengan dengan pendapat samanera bahwa Vipassana *saja* itu sama dengan menjalankan JMB8

Magga-vibhanga Sutta
Sebuah analisa dari sang Jalan
Diterjemahkan dari bahasa Pali ke bahasa Inggris oleh Bhikkhu Thanissaro   

Saya mendengar bahwa suatu waktu Yang Terberkahi tinggal di Savatthi di hutan Jeta, Vihara milik Anathapindika.

Beliau berkata pada para bhikkhu dengan berkata, "Para Bhikkhu."

"Ya, Yang Mulia," jawab para bhikkhu.

Yang Terberkahi berkata, "Aku akan mengajarkan & menganalisa Jalan Mulia Berunsur Delapan untuk kalian. Dengarkan & perhatikan dengan baik. Aku akan berkata."

"Baiklah, Yang Mulia," jawab para bhikkhu.

Yang Terberkahi berkata, "Apakah, para bhikkhu, Jalan Mulia Berunsur Delapan? Pandangan Benar, tekad benar, ucapan benar, tindakan benar, penghidupan benar, usaha benar, perhatian benar, konsentrasi benar.

"Dan apakah, para bhikkhu, pandangan benar? Pengetahuan tentang Dukkha, pengetahuan tentang asal mula Dukkha, pengetahuan tentang berhentinya Dukkha, pengetahuan tentang cara berlatih yang membawa pada berhentinya dukkha: Inilah, para bhikkhu, yang dikatakan pandangan benar.

"Dan apakah tekad benar? Bertekad untuk melepas, untuk bebas dari keinginan buruk, untuk tidak melukai: Inilah yang disebut tekad yang benar.

"Dan apakah ucapan benar? Menahan diri untuk berbohong, menahan diri untuk kata-kata yang memecah-belah, menahan diri dari kata-kata kasar, menahan diri dari kata-kata yang tidak perlu: Ini, para bhikkhu, yang disebut ucapan benar.

"Dan apakah, para bhikkhu, perbuatan benar? Menahan diri dari pembunuhan, menahan diri dari pencurian, menahan diri dari hal-hal yang berhubungan dan melakukan kegiatan seksual.: Ini, para bhikkhu, yang disebut perbuatan benar.

"Dan apakah, para bhikkhu, penghidupan benar? Ada kasus dimana seorang murid dari Yang Mulia, meninggalkan penghidupan tidak jujur, hidup dengan penghidupan benar: Inilah, para bhikkhu, yang disebut penghidupan benar.

"Dan apakah, para bhikkhu, usaha benar? (i) Dimana seorang bhikkhu memunculkan keinginan, usaha keras, bersiteguh, menegakkan & mempertahankan kehendaknya untuk tidak memunculkan hal buruk, kualitas tidak terampil yang belum muncul. (ii) Dia memunculkan keinginan, usaha keras, bersiteguh, menegakkan & mempertahankan kehendaknya untuk meninggalkan hal buruk, kualitas yang tidak terampil yang telah muncul. (iii) Dia memunculkan keinginan, usaha keras, bersiteguh, menegakkan & mempertahankan kualitas terampil yang belum muncul. (iv) Dia memunculkan keinginan, usaha keras, bersiteguh, menegakkan & mempertahankan kehendaknya untuk mempertahankan, mengerti, menambah, memperbanyak, mengembangkan, & mengumpulkan kualitas terampil yang telah muncul: Ini, para bhikkhu, yang disebut usaha benar.

"Dan apakah, para bhikkhu, perhatian benar? (i) Dimana ada seorang bhikkhu tetap fokus pada tubuh kedalam & keluar — tekun, sadar, & perhatian — membuang keserakahan & kecemasan yang berhubungan dengan dunia. (ii) Dia tetap terfokus pada sensasi kedalam & keluar — tekun, sadar, & perhatian — membuang keserakahan & kecemasan yang berhubungan dengan dunia. (iii) Dia tetap terfokus pada pikiran kedalam & keluar — tekun, sadar, perhatian — membuang keserakahan & kecemasan yang berhubungan dengan dunia. (iv) Dia tetap terfokus pada kualitas mental kedalam & keluar — tekun, sadar, perhatian — membuang keserakahan & kecemasan yang berhubungan dengan dunia. Ini, para bhikkhu, yang disebut perhatian benar.

"Dan apakah, para bhikkhu, konsentrasi benar? (i) Dimana ada seorang bhikkhu — sepenuhnya melepaskan sensualitas, melepaskan kualitas (mental) tidak terampil — memasuki & berdiam dalam jhana pertama: kegirangan dan kenikmatan yang muncul dari pelepasan, disertai oleh pemikiran yang diarahkan & penilaian. (ii) Dengan menenangkan pemikiran yang diarahkan & evaluasi, dia memasuki & berdiam didalam jhana kedua: kegirangan dan kenikmatan muncul dari konsentrasi, penyatuan dari kesadaraan yang bebas dari pemikiran yang diarahkan & penilaian — kepastian dari dalam. (iii) Dengan hilangnya kegirangan, dia tetap dalam ketenangan, perhatian & awas, dan merasakan kenikmatan dengan tubuhnya. Dia memasuki & berdiam didalam jhana ketiga, yang dinyatakan oleh Yang Mulia, 'Ketenangan & perhatian, dia memiliki kenikmatan yang terus menerus.' (iv) Dengan meninggalkan kenikmatan & sakit — bersamaan hilangnya kebahagiaan & penderitaan yang sebelumnya — dia memasuki & berdiam didalam jhana keempat: kemurnian dari ketenangan & perhatian penuh, tidak nikmat ataupun sakit. Ini, para bhikkhu, yang disebut konsentrasi benar."

Ini yang dikatakan oleh Yang Terberkahi. Dengan puas, para bhikkhu berbahagia pada kata-kataNya.
There is no place like 127.0.0.1

Offline Peacemind

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 970
  • Reputasi: 74
Re: Nibbana
« Reply #17 on: 07 November 2009, 09:16:23 PM »
For Sumedho:

Saya sendiri sangat sadar dengan rujukan yang saudara Sumedho kutip. Rujukan di atas juga secara sama ditulis dalam Saccavibanghasutta dari Majjhimanikāya, khotbah yang diberikan oleh Bhikkhu Sāriputta.

Apa yang saya ungkapkan di atas adalah free style saya. Saya tidak mengambil secara kaku bahwa Jalan Mulia Beruas Delapan harus dimengerti kata demi kata seperti dalam  Saccavibhangasutta. Saya hanya berusaha mengambil essence dari Jalan tersebut dan mengaitkannya dengan vipassana.

Jika anda mau mengamati apa yang saya jelaskan di atas, pada intinya, apa yang saya ungkapkan tidak bertentangan dengan Jalan Mulia Berunsur Delapan.

May you be happy.

Offline char101

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 237
  • Reputasi: 13
Re: Nibbana
« Reply #18 on: 07 November 2009, 10:12:47 PM »
Latihan vipassana kalau berhasil akan membuat jalan mulia berunsur delapan muncul yang kemudian menghasilkan magga-citta.

Saya rasa membandingkan vipassana dengan jalan mulia berunsur delapan seperti membandingkan telur dengan ayam. Yang namanya latihan pasti selalu ada yang kurang.

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Nibbana
« Reply #19 on: 07 November 2009, 11:03:15 PM »
Menurut saya...

Vipassana itu praktik utama dari Ruas Perhatian Benar (Samma Sati). Setiap ruas di Jalan Mulia Beruas Delapan (JMB8) itu memiliki koridor praktiknya masing-masing. Vipassana bukanlah keseluruhan JMB8. JMB8 bukanlah keseluruhan vipassana. Vipassana hanyalah sebagian ruas dari JMB8, yang pada hakikatnya perlu didukung oleh praktik-praktik di koridor ruas yang lain.


Ayo kembali ke pembahasan awal sesuai judul topik, yakni Nibbana. :backtotopic:

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Nibbana
« Reply #20 on: 08 November 2009, 02:38:44 AM »
hiks.. ngga bisa lanjut lg ootnya :P
appamadena sampadetha

 

anything