Kisah samanera dari bhikkhu sepuh Tissa
(Pemaafan & Cinta Kasih)
Sesepuh Tissa menahbiskan seorang pembantunya, yaitu seorang bocah berumur tujuh tahun. Sesepuh ini mengajarkan si bocah utk merenungkan ke 32 bagian" tubuh, yg dilakukannya dengan hasil yg luar biasa. Di mana di saat pisau cukur menyentuh rambutnya, bocah ini langsung tercerahkan sepenuhnya. Di kemudian hari, sewaktu berkelana selama 3 hari, samanera dan sesepuh terpaksa harus menempati 1 ruangan yg sama. Utk menjaga agar si bhikkhu sepuh tdk melanggar vinaya dgn tidur sekamar dgn samanera, maka si samanera duduk bermeditasi sepanjang malam. Akan tetapi, karena sesepuh Tissa juga memikirkan dan memperhatikan aturan ini, maka dia melempari si samanera dgn sebuah kipas utk mengusirnya keluar dr kamar. Sayangnya, tangkai kipas secara tdk sengaja membentur mata si samanera sehingga membutakan salah satu matanya.
Tetapi si samanera tdk memberitahukan hal ini pada sesepuh Tissa agar sesepuh tdk dikuasai rasa penyesalan, yg pasti akan dirasakannya kalau mengetahui hal ini. Jadi, dia hanya menutupi matanya dgn satu tangan, sementara terus melayani sesepuh ini dgn setia. Beberapa wkt kemudian, barulah sesepuh mengetahui kejadian yg sebenarnya. Dia merasa sangat tersentuh dan terharu, sehingga dia membungkuk kepada samanera yg berumur 7 thn ini dan memohon ampun. Samanera menghiburnya dgn mengatakan, "Kau tidak bisa dipersalahkan dalam hal ini, dan tidak juga diriku. Lingkaran eksistensi inilah yg harus dipersalahkan." Selama resultan" dari mental dan tubuh masih eksis, akibat dari kamma-kamma lampau yg buruk akan selalu terjadi.
Dengan penyesalan yg sangat mendalam, sesepuh kemudian menceritakan hal ini kepada Buddha, dan menjelaskan bagaimana si samanera menghiburnya, tanpa rasa marah ataupun benci. Buddha menjawab, "Para bhikkhu, mereka yg sudah membebaskan diri mereka dari noda2, tidak menyimpan kemarahan atau kebencian kepada siapa pun. Maka sebaliknya, indera" dan mental2 mereka ada dlm keadaan tenang."