TAMBAHAN:
ii. "O Rahu, Suriya has gone for refuge to the Tathagata, the Consummate One. Release Suriya. The Buddhas radiate compassion on the world (of beings).
iii. "O Rahu, swallow not the dispeller of darkness, the shining one, the radiant and effulgent traveler through the sky. Rahu, release Suriya, my son."
Coba kita cermati lagi....Buddha pada Sutta di atas berkata, "Swallow not the dispeller of darkness, the shining one, the radiant and effulgent traveler through the sky.." Bahasa Indonesianya, "Jangan telan penghalau kegelapan, yang bersinar, .... pengembara di langit." Jelas Suriya yang dianggap sebagai deva itu identik dengan.... matahari sendiri. Jelas tidak masuk akal. Bagaimana mungkin matahari dianggap deva?
Kalau matahari dihuni oleh deva oke dah mungkin saya masih bisa terima. Tetapi pada Sutta di atas jelas sekali bahwa matahari itu diidentikkan dengan deva, seperti di Jepang. Sungguh tidak masuk akal!
Oleh karena itu, saya nantikan penjelasan yang ilmiah dan masuk akal. Terima kasih sebelumnya.
Metta,
Tan