Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia
Buddhisme Awal, Sekte dan Tradisi => Theravada => Topic started by: wina on 14 March 2013, 12:53:06 PM
-
ada yang bisa translate ke bahasa pali gak yach..
ak cari di buku gak ketemu-ketemu.. :'(
Jika sepasang suami istri ingin hidup
bersama dalam kehidupan sekarang maupun
mendatang dan keduanya mempunyai keyakinan,
kebajikan, kemurahan hati dan kebijaksanaan
yang sama, mereka akan tetap bersama dalam kehidupan sekarang dan kehidupan mendatang.
(Buddhavacana 289 & Anguttara Nikaya 11 : 59)
thx you so much.... ;D :)
-
Itu AN 11.59 kah?
btw, kalau mau cari pali, biasanya saya ke access to insight, misalnya:
http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/an/an04/an04.055.than.html (http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/an/an04/an04.055.than.html)
Di paling atas ada link, misalnya: PTS: A ii 61. Nah klik di situ, lalu cari palinya. Search keyword, misalnya "nakula". Lalu cari kalimat palinya (liat beberapa kata ke kamus pali).
-
Itu AN 11.59 kah?
btw, kalau mau cari pali, biasanya saya ke access to insight, misalnya:
http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/an/an04/an04.055.than.html (http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/an/an04/an04.055.than.html)
Pali:
ākaṅkheyyuṃ ce gahapatayo ubho jānipatayo diṭṭhe ceva dhamme aññamaññaṃ passituṃ abhisamparāyañca aññamaññaṃ passituṃ. Ubho ca assu samasaddhā samasīlā samacāgā samapaññā. Te diṭṭhe ceva dhamme aññamaññaṃ passanti abhisamparāyañca aññamaññaṃ passantīti
English:
"If both husband & wife want to see one another not only in the present life but also in the life to come, they should be in tune [with each other] in conviction, in tune in virtue, in tune in generosity, and in tune in discernment. Then they will see one another not only in the present life but also in the life to come."
Indonesia:
Jika sepasang suami istri ingin hidup
bersama dalam kehidupan sekarang maupun
mendatang dan keduanya mempunyai keyakinan,
kebajikan, kemurahan hati dan kebijaksanaan
yang sama, mereka akan tetap bersama dalam kehidupan sekarang dan kehidupan mendatang.
(Buddhavacana 289 & Anguttara Nikaya 11 : 59)
-
http://tipitaka.org/romn/ (http://tipitaka.org/romn/)
-
http://tipitaka.org/romn/ (http://tipitaka.org/romn/)
dewata indra, itu tipitaka dalam bahasa pali, ada versi inggris yg komplit termasuk atthakatha ?
-
dewata indra, itu tipitaka dalam bahasa pali, ada versi inggris yg komplit termasuk atthakatha ?
lah memang yg diminta oleh TS kan "translate ke pali", kalo english, sebagian tersedia di http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/index.html (http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/index.html), atau http://www.metta.lk/tipitaka/index.html (http://www.metta.lk/tipitaka/index.html)
untuk atthakatha secara lengkap sptnya belum tersedia dalam bahasa inggris.
-
ada yang bisa translate ke bahasa pali gak yach..
ak cari di buku gak ketemu-ketemu.. :'(
Jika sepasang suami istri ingin hidup
bersama dalam kehidupan sekarang maupun
mendatang dan keduanya mempunyai keyakinan,
kebajikan, kemurahan hati dan kebijaksanaan
yang sama, mereka akan tetap bersama dalam kehidupan sekarang dan kehidupan mendatang.
(Buddhavacana 289 & Anguttara Nikaya 11 : 59)
thx you so much.... ;D :)
napa cc pgn tau bahasa palinya kalo bole tau? ;D
-
napa cc pgn tau bahasa palinya kalo bole tau? ;D
mau cetak undangan
-
mau cetak undangan
Tadi siang gw juga berpikir seperti itu, boleh ditiru nih. ;D
-
mau cetak undangan
untuk bait pernikahan :jempol: ,
tapi lebih penting bahasa Indonesia dari pada palinya
-
syair itu bukan Anguttara Nikaya 11:59 kan?
Seharusnya Anguttara Nikaya, Kelompok 4, Nomor 55 (5). (http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=23851.0)
Cara penulisannya, mungkin begini: Anguttara Nikaya 4:55
LIMA PULUH KE DUA
55 (5) Sama dalam Hidup (1)
Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang menetap di tengah-tengah penduduk Bhagga, di Suṃsumāragiri, di Taman Rusa di Hutan Bhesakalā. Kemudian, pada pagi harinya, Sang Bhagavā merapikan jubah, membawa mangkuk dan jubahNya, dan pergi ke kediaman perumah-tangga Nakulapitā, di mana Beliau duduk di tempat yang telah dipersiapkan. Kemudian perumah-tangga Nakulapitā dan istrinya, Nakulamātā mendekati Sang Bhagavā, bersujud kepada Beliau, dan duduk di satu sisi.<740> Perumah-tangga Nakulapitā berkata kepada Sang Bhagavā:
“Bhante, sejak aku masih muda, ketika gadis muda Nakulamātā diserahkan kepadaku dalam pernikahan, aku tidak ingat pernah memperlakukannya dengan buruk bahkan dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan. Kami berharap, Bhante, agar dapat saling bertemu satu sama lain bukan hanya dalam kehidupan ini tetapi juga dalam kehidupan mendatang.”
Kemudian sang istri Nakulamātā berkata kepada Sang Bhagavā sebagai berikut: “Bhante, sejak aku masih muda yang diserahkan kepada perumah tangga muda Nakulapitā dalam pernikahan. aku tidak ingat pernah memperlakukannya dengan buruk bahkan dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan. Kami berharap, Bhante, agar dapat saling bertemu satu sama lain bukan hanya dalam kehidupan ini tetapi juga dalam kehidupan mendatang.” [62]
“Perumah-tangga, jika baik istri maupun suami ingin dapat saling bertemu satu sama lain bukan hanya dalam kehidupan ini tetapi juga dalam kehidupan mendatang, maka mereka harus memiliki keyakinan yang sama, perilaku bermoral yang sama, kedermawanan yang sama, kebijaksanaan yang sama. Maka mereka akan dapat senantiasa saling bertemu satu sama lain bukan hanya dalam kehidupan ini tetapi juga dalam kehidupan mendatang.”
Baik suami maupun istri memiliki keyakinan,
Murah hati dan terkendali oleh diri sendiri,
Menjalani kehidupan mereka dengan kebaikan,
Saling menyapa satu sama lain dengan kata-kata menyenangkan,
Banyak keuntungan mendatangi mereka,
Dan mereka berdiam dengan nyaman.
Musuh-musuh mereka akan kecewa,
Ketika keduanya setara dalam moralitas.
Setelah mempraktikkan dhamma di sini,
Dalam perilaku bermoral dan pelaksanaan yang sama,
Bergembira [setelah kematian] di alam deva,
Mereka bersukacita, menikmati kenikmatan-kenikmatan indria.
[at] Mod: bisa edit referensi sutta di post pertama?
-
syair itu bukan Anguttara Nikaya 11:59 kan?
Seharusnya Anguttara Nikaya, Kelompok 4, Nomor 55 (5). (http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=23851.0)
Cara penulisannya, mungkin begini: Anguttara Nikaya 4:55
[at] Mod: bisa edit referensi sutta di post pertama?
banyak orang sering salah dalam menuliskan penomoran sutta, syntax yg benar adalah AN 4:55 atau AN II,59.
penulisan dengan format AN 4:55 artinya Anguttara Nikaya Kelompok Empat, Sutta nomor 55.
sedangkan format AN II, 59 artinya Anguttara Nikaya veersi PTS Volume 2, hal. 59
-
banyak orang sering salah dalam menuliskan penomoran sutta, syntax yg benar adalah AN 4:55 atau AN II,59.
penulisan dengan format AN 4:55 artinya Anguttara Nikaya Kelompok Empat, Sutta nomor 55.
==> sepertinya penulisan cara yg ini lebih akurat dan pas, karena....
sedangkan format AN II, 59 artinya Anguttara Nikaya veersi PTS Volume 2, hal. 59
==> kalau ini, ganti format halaman akan jadi meleset semuanya.
-
kalau ini, ganti format halaman akan jadi meleset semuanya.
itu kan berdasarkan halaman dari buku versi PTS yg udah tercetak, mana bisa ganti2 lagi
-
karena tidak semua orang tau tentang PTS, jadi kalau ada yang mau cari sutta lengkapnya, agak repot kalo pake II:59...
II dikira 11 pula...
-
karena tidak semua orang tau tentang PTS, jadi kalau ada yang mau cari sutta lengkapnya, agak repot kalo pake II:59...
II dikira 11 pula...
benar dan bahkan gak semua orang tau tentang sutta atau nikaya, cara penomoran satunya lagi juga ada dilemanya sendiri, yaitu, penomoran ini gak seragam antara beberapa versi Tipitaka, ada versi Sri Lanka, versi Myanmar, versi Thailand, yg penomorannya juga beda2. kalau begini, referensi model PTS malah jadi lebih akurat.
-
itu kan berdasarkan halaman dari buku versi PTS yg udah tercetak, mana bisa ganti2 lagi
Maksud gw, kalo PTS nyetak cetakan baru lagi, dan misalnya mereka merubah layout, font dan ukuran font, dsb, ada kemungkinan nomor halaman yang dirujuk juga berubah. Berubah karena kalimat tersebut mungkin bergeser ke halaman lain karena perubahan ukuran dan font. Thus rujukan halamannya yang dulu menjadi tidak valid lagi.
Kecuali PTS memutuskan tidak akan mengganti / menggeser isi tiap halaman, tetap persis sepeerti yang lama di setiap versi cetakan. Atau tidak mencetak yang baru lagi.
-
Maksud gw, kalo PTS nyetak cetakan baru lagi, dan misalnya mereka merubah layout, font dan ukuran font, dsb, ada kemungkinan nomor halaman yang dirujuk juga berubah. Berubah karena kalimat tersebut mungkin bergeser ke halaman lain karena perubahan ukuran dan font. Thus rujukan halamannya yang dulu menjadi tidak valid lagi.
Kecuali PTS memutuskan tidak akan mengganti / menggeser isi tiap halaman, tetap persis sepeerti yang lama di setiap versi cetakan. Atau tidak mencetak yang baru lagi.
PTS memang beberapa kali cetak ulang, jika stok habis, ya pasti cetak ulang, tapi tidak mengubah penampilan dan lay out, makanya kalau melihat tipitaka versi PTS, selalu berpenampilan klasik, indah untuk dipajang, tidak indah untuk dibaca
-
PTS memang beberapa kali cetak ulang, jika stok habis, ya pasti cetak ulang, tapi tidak mengubah penampilan dan lay out, makanya kalau melihat tipitaka versi PTS, selalu berpenampilan klasik, indah untuk dipajang, tidak indah untuk dibaca
Np tidak indah dibaca?
-
Np tidak indah dibaca?
harus dilihat sendiri, susah dijelaskan
-
Np tidak indah dibaca?
Gw kira mungkin karena fontnya jadul, fixed spacing. Artinya jarak antar huruf itu sama semua sehingga huruf m atau w akan terlihat rapat dengan huruf di sebelahnya sementara huruf i dan l akan terlihat lebih renggang karena bentuknya yg langsing.
Yah mirip kondisi cetakan buku2 lama sebelum adanya DTP (Desktop Publishing) kayak Page Maker dan Ventura Publisher tahun 90'an dulu.
-
harus dilihat sendiri, susah dijelaskan
Kan bisa difoto lalu upload ke sini ;D
-
Kan bisa difoto lalu upload ke sini ;D
gak perlu, kalau mau lihat, silakan click http://tipitaka.org/romn/ (http://tipitaka.org/romn/), memang beda versi tapi kurang lebih begitu
-
benar dan bahkan gak semua orang tau tentang sutta atau nikaya, cara penomoran satunya lagi juga ada dilemanya sendiri, yaitu, penomoran ini gak seragam antara beberapa versi Tipitaka, ada versi Sri Lanka, versi Myanmar, versi Thailand, yg penomorannya juga beda2. kalau begini, referensi model PTS malah jadi lebih akurat.
cara paling akuran adalah dengan menuliskan secara lengkap kedua cara di atas spt yg dilakukan oleh Bhikkhu Bodhi dalam buku2nya, yaitu AN 4:55, II 59
-
cara paling akurant adalah dengan menuliskan secara lengkap kedua cara di atas spt yg dilakukan oleh Bhikkhu Bodhi dalam buku2nya, yaitu AN 4:55, II 59
gak perlu, kalau mau lihat, silakan click http://tipitaka.org/romn/ (http://tipitaka.org/romn/), memang beda versi tapi kurang lebih begitu
kok ga bs dibuka ya?
-
kok ga bs dibuka ya?
gak ada masalah di sini
-
saya juga bisa buka.
di bagian kiri ada folder2
mesti dibuka foldernya, baru keliatan sutta2nya
-
ohh ic ternyata mau tekan simbol tambahnya, kl tekan foldernya aja ga bs hehe....