_/\_bahkan seorang Bhante skalipun juga sedang belajar untuk mencapai pencerahan....
dalam perjalanan itu banyak memberikan jasa2 agung menyebarkan Dharma kepada umat2 awam
kenapa kita sbg umat awam terlalu mengurus kesalahan orang lain ... apa lagi seorang Bhante...
layak kah kita ? dan apa gunanya untuk pengembangan bathin kita ?.....
Jika seorang bhikkhu berbuat hal yang tidak pantas, tidak ditegur oleh sangha, tidak ditegur oleh umat, lalu bagaimana dia mau berubah? Tunggu direndahkan oleh umat lain? Tunggu sampai seluruh dunia mengejek Ajaran Buddha karena petapa dalam ajarannya masih menikmati kesenangan indriah?
Ada kisah dari Cittagahapati membabarkan dhamma kepada Sudhamma, kemudian Sudhamma ini masuk ke Sangha. Ia kemudian menjadi bhikkhu tetap di Ambatakarama, vihara yang dibangun oleh Citta. Belakangan ketika Sariputta & bhikkhu senior lain berkunjung, Citta mengundang para bhikkhu senior dulu dan mengundangnya belakangan, maka pikiran iri timbul dalam Sudhamma. Ia menolak undangan, walau akhirnya datang juga. Namun selalu menggerutu. Ia mengatakan Citta tidak lengkap dalam dananya. Maka Citta menasihati Sudhamma mengatakan bahwa sikapnya itu seperti peranakan ayam dan gagak, yang tidak bisa berkokok atau berkaok dengan sempurna. Maka Sudhamma tersinggung dan pergi kepada Buddha Gotama yang juga menyalahkan dan menetapkan patisārānīyakamma, di mana Sudhamma sendiri (selain menerima sanksi dari sangha,) harus meminta maaf pada perumahtangga yang bersangkutan. Ia pergi menemui Citta tapi kembali lagi karena khawatir tidak dimaafkan. Maka kemudian ia ditemani bhikkhu lain untuk mendukungnya dan akhirnya Citta memaafkannya.
Di sini kita lihat bahwa Buddha Gotama tidaklah mendukung kebiasaan mengkultuskan bhikkhu, yang anehnya berkembang dengan manis di sini. Bhikkhu memang berlatih, maka juga harus menerima 'pelajaran' dari orang lain, termasuk umat awam, baik Buddhis ataupun umat beragama lain. Bhikkhu tidak kebal dari kesalahan hanya karena berkepala gundul dan mengenakan jubah. Sariputta yang dipuji bahkan oleh Buddha saja mau menerima 'pelajaran' dari seorang Samanera cilik yang mengingatkannya bahwa jubahnya tidak rapi.