//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Betapa Beruntungnya Diriku  (Read 1041 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline dewi_go

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.848
  • Reputasi: 69
  • Gender: Female
Betapa Beruntungnya Diriku
« on: 04 August 2010, 07:07:43 PM »
"How i'm lucky to be me..." - Agatha Yunita -

KapanLagi.com - Oleh: Agatha Yunita



Malam itu begitu melelahkan, hari sudah gelap dan terbayang semua orang mungkin sudah makan malam dan sedang bersantai bersama keluarga. Sedangkan saya masih harus menempuh perjalanan pulang yang kurang lebih 20 menit lamanya dengan jalan kaki. Hari itu saya sengaja pulang cepat (sekitar pukul 18.00), yah setidaknya tidak lembur terlalu larut malam. Lelah dan tak nyaman, sebal karena banyak hal membuat saya tidak puas. Kenapa sih untuk bekerja saja harus bersusah payah sekali, pulang malam, belum lagi harus mencuci baju, membersihkan kamar, menyeterika, menyiapkan materi untuk esok hari. Hmmm...kapan ya saya bisa ke kantor naik mobil mewah, dengan gaji berlimpah dan setiap hari memakai baju yang selalu up to date, gadget terbaru dan canggih, menu makan tidak serba karbohidrat tetapi menu vegie (yang saat ini lebih mahal ketimbang makanan berlemak) wah benar-benar impian yang sepertinya masih harus ditepis mengingat tiba-tiba perut saya lapar.

Akhirnya saya berhenti di sebuah sudut jalan, membeli jamur crispy kesukaan saya, setidaknya menu malam ini cukup special (usaha untuk menghibur diri mengingat saya harus benar-benar berhemat untuk pengeluaran saya). Beberapa menit saya harus menunggu untuk antre, dan di situlah kemudian saya merasa bertemu sosok malaikat kecil yang tiba-tiba memberikan semangat baru bagi saya.

Entah berapa usia dan siapa namanya, namun ia menggandeng mesra tangan ayahnya. Rupanya mereka juga ingin membeli makanan di tempat yang sama. Beberapa saat saya mengamati dia, sambil tersenyum kemudian ayahnya menyapa dan mulai bercerita. "Saya ini jahat kali ya, masa tadi siang saya nggak kasih dia makan. Ya habisnya dokter bilang dia harus diet, supaya tidak terlalu gemuk...", lanjutnya lagi, "Anak saya ini autis," sambil mengelus rambut anaknya. Kemudian saya pun bertanya apakah tidak ada alternatif lain untuk membantunya berdiet, semisal berenang atau dengan bubur gandum. Dari situ sang ayah menjelaskan lagi jika tidak mungkin diajak berenang, selain autis gadis manis itu juga epilepsi, dan bubur gandum tidak boleh dikonsumsi oleh mereka.

Saya begitu mengagumi kesabaran sang ayah malam itu, semangatnya tetap berkobar dan cintanya begitu tulus. "Yah yang penting saya harus bantu dia untuk berdiet, karena bahaya jika terlalu gemuk," sambungnya dengan tersenyum melihat anaknya bangga. Tatapan mata sang ayah tak dapat saya lupakan malam itu, begitu lembut dan teduh. Namun bukan hal itu yang membuat saya berpikir keras. Beberapa saat lalu saya menggerutu, kelelahan karena bekerja dan harus jalan kaki pulang dari kantor. Bukankah saya sangat beruntung dapat berjalan kaki sejauh itu tanpa harus menggunakan alat pembantu atau harus digandeng.

Saya juga sangat beruntung, saat ini dengan sedikit kemampuan saya dapat bekerja dan menyenangkan hati kedua orang tua saya. Lalu, sang ayah berkata, "Dia adalah sebuah berkat dari Tuhan bagi saya." Seketika itu saya tersentak, semua orang yang melihat tentu saja tahu untuk menjalani hidup seperti sang ayah tidaklah mudah. Beliau harus bekerja keras menghidupi anaknya, mengantarnya ke sekolah, merawat dan menjaga anaknya, menyuapinya ketika makan, dan bahkan mungkin memandikannya juga. Dalam sehari, mungkin hanya 1 atau 2 jam saja beliau bisa benar-benar tidur nyenyak. Sisa waktu lainnya pastinya ia habiskan untuk sang anak, merawat, menjaga dan merasa khawatir.

Dibandingkan semua itu kehidupan saya begitu mudah, jauh sangat mudah. Dan begitu penuh berkat. Saya sangat beruntung menjadi seorang saya. Yang harus berjalan kaki untuk mencapai tempat kerja, yang harus berhemat demi menabung, yang harus lembur agar pekerjaan kelar, yang dapat mengikuti tren fashion walau bukan baju bermerk, yang dapat bebas makan apa saja, dapat berenang walau di kolam anak-anak (karena saya takut tenggelam, sungguh alasan yang menggelikan), yang masih dapat menjalankan komputer (walau seringkali saya melakukan banyak hal bodoh dan akhirnya merepotkan rekan saya), dan banyak hal beruntung lainnya.

Dari situlah saya menyadari bahwa hidup dan seluruh aktivitas saya sangat menyenangkan. Dan semangat saya kembali memuncak untuk menjalani kegiatan yang ternyata bukan sekedar rutinitas belaka. Saya bahagia, saya sangat beruntung. Mulai saat itu saya berjanji akan selalu bersyukur dan melihat segala kesulitan yang saya hadapi sebagai pemacu semangat saya untuk berbuat lebih baik lagi. Saya memang sangat beruntung. Dan saya adalah salah satu orang yang paling beruntung di dunia ini. Begitu juga Anda, Anda harus tahu itu!

I am lucky to be me, and you are lucky to be you. Let's start a brand new day, with a brand new spirit. We can do it! (wo/bee)
Sweet things are easy 2 buy,
but sweet people are difficult to find.
Life ends when u stop dreaming, hope ends when u stop believing,
Love ends when u stop caring,
Friendship ends when u stop sharing.
So share this with whom ever u consider a friend.
To love without condition... ......... .........

 

anything