//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - K.K.

Pages: 1 ... 3 4 5 6 7 8 9 [10] 11 12 13 14 15 16 17 ... 569
136
Mahayana / Re: Tidak bergabung konsep manapun ,bagaimana sebaiknya?
« on: 15 April 2014, 09:00:03 AM »
buddhisme awal tidak ada kitab-nya.... jangan-jangan buddhisme awal itu juga tidak ada buddha-nya. wkwkwkkww
Betul, tidak ada Buddhanya. Sama seperti bagaimana ajaran awal dan sangha awal belum diketahui wujudnya secara pasti, demikian juga sosok Buddhanya juga belum diketahui: apakah sosoknya gendut nyengir bawa hoki, apakah pencerahannya lewat hubungan seks, apakah pengajarannya langsung pada intinya atau bisa bohong untuk menjaring umat, apakah menggalakkan pola vegetarian atau tidak, dll.

Jadi sementara sekte-sekte telah memutuskan wujud "Buddha, Dhamma, Sangha" yang paling benar adalah demikian berdasarkan mayoritas pada keyakinan, Buddhisme Awal berusaha meminimalisasi asumsi-asumsi tersebut dan mencoba pendekatan dari bukti sejarah.

Mungkin bro dilbert sangat cinta ayam hias, misalnya, tapi jangan berasumsi orang belajar palaeontologi pasti mau bikin T-Rex hias juga. Beda bidang, Bang.


137
Mahayana / Re: Tidak bergabung konsep manapun ,bagaimana sebaiknya?
« on: 14 April 2014, 03:31:28 PM »
Setelah banyak pengikut-nya, penganut ajaran yang dianggap Buddhisme Awal akan membentuk sekte tertentu... nama-nya mungkin Sekte buddhisme awal
Studi Buddhisme Awal tidak bisa memiliki pengikut sebab tidak ada otoritasnya, tidak ada sanghanya, tidak ada kitabnya. Ini hanya semacam penggalian untuk menambah wawasan bagi mereka yang tertarik menilik Buddhisme dari sisi sejarah.

Yang menarik adalah hal ini bahkan bukan kali ke dua saya informasikan ke bro dilbert, entah melulu kelewatan dibaca atau mungkin ada bagian yang sangat sulit dimengerti sehingga sampai sekarang masih mengatakan "Buddhisme Awal" itu sebuah sekte? Atau mungkin bro dilbert sudah melakukan research yang mendalam dan menemukan ternyata studi Buddhisme Awal bertujuan mengultuskan sosok tertentu, kitab/ajaran dari sekte tertentu, boleh dibagikan di sini karena akan menjadi info yang sangat berharga untuk saya.

-------

Sama tidak artinya dengan bergabung dengan semua sekte/konsep yang ada?
Sama dengan yang definisi pertama. Ketika orang menerima semua konsep, berarti 2 konsep yang saling berlawanan pun diterima. Jadi sebetulnya ia tidak berpegang pada konsep manapun.


138
Mahayana / Re: Tidak bergabung konsep manapun ,bagaimana sebaiknya?
« on: 14 April 2014, 09:59:27 AM »
Maksudnya ?
Secara umum, ada 2 macam "tidak bergabung ke konsep manapun". Yang pertama adalah karena menganut konsep 'semua konsep kutolak' (sabbam me na khamati). Penganut konsep ini menolak menetapkan satu prinisip dan pendirian, dan ikut arus saja tanpa tahu mengapa sesuatu diterima atau ditolak.

Yang ke dua adalah jenis yang tidak tertutup hanya pada 1 konsep, jadi terbuka pada berbagai pandangan, perbandingan, dan penyelidikan. Dan IMO, sikap ini yang lebih dekat pada Ajaran Buddha. Yang dimaksudkan
Shinichi sepertinya adalah yang ini, dan untuk mendapatkan info tentang aneka pandangan, salah satunya adalah pendekatan studi Buddhisme Awal. Dalam studi ini juga kita dapat memperoleh manfaat dari penyelidikan tanpa perlu mengukuhkan "saya ini sekte X".

Jika tertarik untuk bertanya, membahas, atau diskusi, bisa mampir ke Board Buddhisme Awal.



139
Buddhisme untuk Pemula / Re: Tanya ? Jawab untuk Pemula
« on: 14 April 2014, 09:37:39 AM »
baru2 ini saya membaca artikel di suatu buku buddhist yang mengatakan bahwa mengatakan 3 kalimat yang berbeda dapat berarti suatu kesombongan...
contoh:1. "Saya lebih pandai dari anda"
2. "Saya lebih bodoh dari anda"
3. "Saya sama dengan anda"
yang saya tanyakan kalimat ke 2 bukankah menunjukkan suatu keadaan yang merendahkan diri dari sesorang kepada orang lain yang ia ajak berdiskusi namun kenapa dianggap juga merupan suatu bentuk kesombongan si pemberi pernyataan???
trims... Anumodana..

"Keangkuhan" di sini bukan dalam makna sehari-hari yang kita gunakan di mana kita menganggap diri tinggi dan orang lain rendah, tapi di sini adalah sebuah pengukuhan akan eksistensi/keberadaan "diri". Jadi dalam konteks ini, orang rendah diri pun memiliki 'keangkuhan' yang memandang adanya identitas 'diri' (yang dalam hal ini lebih rendah dari orang lain).

140
Diskusi Umum / Re: Tentang Membunuh
« on: 04 April 2014, 08:50:46 AM »
OK, jadi kita masukkan ke sini konsep upaya kausalya di mana melakukan suatu keburukan dengan maksud menghalangi keburukan lebih buruk (yang belum terjadi), membuahkan vipaka buruk namun sekaligus vipaka baik yang jauh lebih banyak.

Jika ada yang seperti itu, apakah berlaku juga sebaliknya?

Kasusnya kita tahu si perompak mengancam keselamatan 99 penumpang yang kebetulan menjengkelkan kita. Lalu di tengah lautan tempat kumpul hiu, si perompak terpeleset dan akan jatuh ke laut. Lalu karena masih dongkol dengan 99 penumpang lainnya, kita selamatkan si perompak dengan harapan si perompak akan menghabisi mereka. Apakah tindakan menyelamatkan itu akan menghasilkan vipaka baik sekaligus vipaka buruk yang jauh lebih banyak juga?


141
Diskusi Umum / Re: Tentang Membunuh
« on: 19 March 2014, 09:48:14 AM »
citta anda-lah yang menentukan. Jadi seperti apa citta anda ketika peristiwa itu terjadi, itu-lah yang terjadi...
Saya ingat beberapa tahun lalu ada kasus anak percaya pada satu ajaran yang mengatakan jika ia membunuh orangtuanya dengan cara tertentu, maka berarti telah membantu menyeberangkan mereka ke sorga dan dia sendiri sudah berbakti. Kemudian dengan citta "menyeberangkan ortu dari penderitaan di dunia ini langsung ke sorga" menghujam kapak ke leher orangtuanya dan mati.

Apakah itu citta 'membunuh' atau bukan?

-------

klo dari sudut pandang lain.. kek milih anatara anak/ibu yg harus di selamatkan.. "bukan mengorbankan" anak atau ibu, tp lebih condong mana yg di prioritaskan..seandainya 2-2 bisa yah 2-2..tp yg diselamatkan pertama yg mana..tidak ada niat untuk membunuh yg di selamatkan belakangan...

yah mirip2 juga klo ada 2-3 org tengelam.. dan kmu 1-1nya yg bisa berenang, dan punya kemampuan selamatkan 1,2 org sebelum akhirnya capek... org yg ke 3 ga terselamtkan bukan di "bunuh" kmu...krn memang ga berniat gitu
Dalam kasus memilih ibu/anak atau salah satu anak kembar, bukan seperti memilih orang tenggelam yang akan diselamatkan, tapi dengan memilih satu kadang berarti harus dengan sengaja "membunuh" yang lainnya. Misalnya dalam kasus kembar parasit di mana salah satunya tidak punya jantung, maka yang berkembang normal harus supply darah ke kembar parasitnya yang otomatis meningkatkan tekanan pada jantung, dan salah satu caranya adalah memisahkan keduanya, dan otomatis yang gagal berkembang ini tidak lagi dapat support dari kembarannya dan mati.

Jadi dalam kasus tenggelam adalah "tidak bertindak" yang menyebabkan kematian. Namanya tidak bertindak tidak mungkin jadi pembunuhan.
Sedangkan dalam kasus komplikasi adalah "tindakan" yang menyebabkan kematian (dan menyelamatkan yang lain).

-------

Jadi menurut saya kasus pastur tersebut bukanlah termasuk pembunuhan dilihat dari sisi sang pastur. Yang membunuh adalah prajuritnya.

Dari sisi pastur, mirip seperti kisah gempa bumi yang melibatkan 2 orang anak tertimpa beton reruntuhan di mana tim penyelamat memberikan pilihan kepada ibu kedua anak itu utk memilih anak mana yang mau diselamatkan (karena jika diangkat betonnya ke salah satu sisi akan mencelakakan (paling tinggi resikonya adalah mematikan) salah satu anaknya.

Dan ternyata sang Ibu dengan berat hati memilih menyelamatkan yang putra.
Tapi ternyata putrinya tidak mati (dikira mati) dan ditinggal begitu saja...
Andaikan mati maka menurut saya sang ibu tidaklah berniat membunuh putrinya.

Pilihan yang diberikan oleh team penyelamat sangat mendesak waktu gempa terjadi.
Jika tidak segera memutuskan, bisa-bisa membiarkan dua nyawa melayang.

Sang ibu yang maunya menyelamatkan keduanya dengan berat hati  mengatakan "selamatkan yang putra saja" bukan "korbankan yang putri saja".

Andaikan sang pastur menjawab, "jangan bunuh anak kecil", bukan berarti dia menyuruh prajurit untuk membunuh yang dewasa kan, jadi lebih sulit lagi kita mengatakan bahwa pastur tersebut terlibat dalam pembunuhan tersebut dibandingkan jika sang pastur menjawab "tembak yang dewasanya" ?

Yah ini mah bahasa diplomatis yang enak didengar saja. Kita dalam hal ini memahami benar konsekwensi dan akibat dari satu tindakan, sebab dan akibatnya. Mau dikemas dari sudut pandang apa -seperti yang suka dilakukan oleh media- sebetulnya sama saja.

Sama seperti anak cacingan, tentu lebih indah mengatakan, "saya akan selamatkan anak saya" ketimbang "saya akan bantai habis cacingnya". Namun tujuan dan tindakannya adalah sama: memberi obat cacing agar cacing mati dan anak bisa selamat.

Maka kembali lagi ke pertanyaan awal, apakah kalau kita (sesuai dengan 5 kriteria) mengetahui konsekwensi dari tindakan adalah kematian makhluk lain dan dengan sadar melakukannya, otomatis dikatakan membunuh?

-------

Ngarang cerita ah:

Umat: Saya mau dana makanan untuk bhante, bhante mau makan ayam atau bebek? Kalo bhante gak milih saya potong dua-duanya.

Kira-kira apa jawaban si bhante? Kalo dia diam saja, apakah dia ikut membunuh?
Dan yang pasti si bhante gak akan makan itu dana :)
Kalau dalam sutta, secara tradisi bhikkhu menerima permintaan umat dengan berdiam diri. Dalam kasus ini kalau bhikkhunya diam, berarti memang menerima persembahan ayam dan bebek.

Sama seperti kasus pastor, sebetulnya tinggal menolak memilih saja, maka apapun perbuatan orang lain adalah urusan orang lain itu sendiri. Tapi di sini kasusnya adalah si pastor dengan pertimbangan tertentu melakukan pemilihan. Apakah 5 kriteria itu mutlak berlaku dalam situasi apapun, ini yang jadi pertanyaan.

-------

lucu yah gimana orang mempertahankan prinsip ga boleh bohong sampe harus mati..
kalau kejadian sebenarnya terjadi, entah bisa seperti itu ato enggak ??? ???
Ini memang dilema karena ada konsep kesempurnaan sila dan kriteria mutlak "sila" untuk segala situasi. Jadi dalam situasi tertentu, tetap bisa sila sempurna tapi terkesan aneh saja.



142
Dihadiri lebih kurang 20 Bhikkhu STI

Minggu 16 Maret 2014
Green Ville Blok AL no 2-3
560 4728

  8.45: Upacara peresmian purna pugar
10.00: Pujabakti Abhisekha Buddha Rupang
10.45: Sykuran dan peluncuran buku renungan "Sedikit Tapi Banyak"
11.40: Ramah-tamah

13.00 - 15.00: Talk Show "Rumah Bahagia dari Alam Lain" oleh Y.M. Dhammasubho Mahathera.
Moderator: Yani Dharma.




143
Diskusi Umum / Re: Tentang Membunuh
« on: 10 March 2014, 10:03:07 AM »
kasusnya hampir sama dengan dokter yang menyuruh suami harus memilih antara ibu atau anak yang diselamatkan, tapi menurut saya pastur tersebut memilih bukan berarti berniat membunuh tapi diancam n tindakan memilih bukan berarti ada usaha untuk menjalankan niat membunuh karena bisa saja ia berharap prajuritnya cuma menggertak.
Bagi saya pribadi, memang sebuah perbuatan disebut 'membunuh' tidak bisa ditentukan secara sederhana seperti penerapan 5 kriteria mutlak. Tapi itu 'kan opini pribadi saya.

Dalam teori Buddhis, melakukan hal dengan sadar dan sengaja terhadap makhluk yang hasilnya adalah kematian makhluk tersebut disebut membunuh, terlepas dari motivasi dan situasi yang melatar-belakanginya. Dan benar, jika saya memilih dokter kandungan yang kebetulan Buddhis, saya akan tanyakan mengenai ini. Karena jika dalam kasus komplikasi harus memilih mengorbankan salah satu, misalnya ibu/anak, atau anak1/anak2 (dalam kasus kembar {siam}), takutnya si dokter ternyata Sotapanna dan membiarkan kamma saja yang bekerja.


Quote
jadi kalo mis ketemu ada orang mo bom bunuh diri lebih baik diam pasrah aja ya? Tidak harus membunuh tapi kalau ada yang menyelamatkan sekumpulan orang dr bom itu, apakah nanti dihitung bagaimana kalo kumpulan orang yang diselamatkan ternyata mau membunuh juga? Sepertinya tidak harus dihitung sampai begitu.
Memang perhitungan yang absurd. IMO, "penyalahan" cenderung oversimplify dan "pembenaran" cenderung overcomplicate. Saya pribadi tidak cocok keduanya.

Dan kembali lagi, di sini saya hanya mau tahu pemahaman masing-masing orang di sini terhadap definisi pembunuhan, jadi bukan mau "menetapkan" mana benar dan salah, mana kusala dan akusala. Sangat wajar bahwa kusala menurut satu orang adalah akusala bagi orang lain.


144
Diskusi Umum / Re: Tentang Membunuh
« on: 07 March 2014, 01:37:20 PM »
itu menurut theravada only..atau seluruh sekte.. masalah hadayavatthu...
Hadayavatthu bahkan tidak muncul dalam Abhidhamma pitaka Mahavihara, baru muncul pada Atthasalini, sudah jauh sekali dari jaman pra-sektarian. Jadi sepertinya memang khas Theravada.

tambahan..selain masalah handaya vathhu...  seperti jaman dulu sepertinya ga sulit koq menilai org ini udah mati atau belum..kemudian di bakar (setidak sesulit yg katanya buddhist jaman skrg...krn jaman itu biasanya berdasarkan pengetahuan umum saja), pengecualian di mahaparinibanna sutta
Dalam kasus normal yah memang tentu tidak sulit. Tapi juga ada di mana mata awam tidak bisa bedakan seperti di Mahaparinibbana sutta (yang masih untung karena ada Anuruddha) atau yang mirip yaitu kasus Aggasavaka Buddha Kassapa, Sanjiva yang dibakar oleh orang-orang yang lewat, dan Pacceka-Buddha yang dibakar oleh kelompok Samavati (di masa lampaunya).

-------

yang saya pahami termasuk akusala, terlibat dalam pembunuhan secara langsung (mercy killing, kasus pastor, dll) tetaplah akusala. sekelebat pikiran memilih mengakhiri hidup makhluk lain menurut saya adalah akusala. namun mungkin saja dalam hal ini disamping sekelebat pikiran tersebut ada dan atau didasari atas pikiran belas kasihan yang (mungkin saja) adalah kusala.

so pilih saja konsekwensi. saya pernah baca pepatah zen, "jika bukan aku yang masuk neraka, siapa lagi?" mungkin ini artinya anda sadar melakukan akusala, namun didasari atas belas kasihan = bisar aku masuk neraka, gak apa-apa yang penting bisa meringankan penderitaan makhluk tersebut.

entahlah, tapi saya justru tidak melihat kejanggalannya dimana. menurut saya sejalan kok. hanya saja kita dihadapkan pada dilema2 atas pilihan yang sulit. pilihan menjadi peran utama dalam hal ini.
Ya, namanya juga opini, maka tentu ada yang merasa janggal, dan tentu ada juga yang merasa baik-baik saja. Maka ada yang betah di satu agama, ada yang tidak cocok. Dengan mengetahui pendapat umum juga bisa dijadikan bahan pembelajaran dalam kehidupan, seperti contoh kasus di atas, kalau orang lagi setengah mati karena susuk, sebaiknya tidak meminta bantuan ke Buddhis, misalnya.



145
Diskusi Umum / Re: Tentang Membunuh
« on: 07 March 2014, 09:50:16 AM »
Untuk mercy killing ada kasus tertentu pasiennya sudah dinyatakan mati secara medis walaupun beberapa fungsi organnya masih ada (misalnya otaknya sudah tidak berfungsi tetapi jantungnya masih berdenyut). Kalo sudah dianggap mati seperti ini, ada yang berpendapat menghentikan fungsi organ tubuh yg masih bekerja itu bukan pembunuhan. Namun tentu saja, ini harus meninjau lagi definisi kematian secara Buddhis itu seperti apa....
Ironisnya, secara medis tidak membunuh tapi secara Buddhis malah iya. Sebab kalau medis tinjau dari (batang) otak, sedangkan dari sisi Buddhis, landasan jasmani dari indriya pikiran ada di hadayavatthu.

146
Diskusi Umum / Re: Tentang Membunuh
« on: 07 March 2014, 09:43:32 AM »
mercy killing..aku menurutku itu termasuk pembunuhan..krn jika di tanya..apakah kmu bermaksud membunuhnya..jawabannya pasti iya..walau ada 1001 alasan menyertainya....
Berarti pasti akusala dan harus dihindari, bukan?
-------

Menurut Upaya Kausalya Sutra, Bodhisattva pada kehidupan lampau pernah membunuh seorang penjahat yang diketahui akan membunuh banyak orang. Dengan demikian, Bodhisattva menyelamatkan banyak nyawa walaupun ia sendiri harus menderita di neraka.
Ada yah sutra-nya? Saya sering dengar ceritanya tapi tidak tau kalau itu dari sutra, kirain kisah-kisah tradisi seperti cerita inspirasi senar oleh pemusik lewat saat bodhisatta menjelang pencerahan.

Kalau pakai konsep akuntansi begini juga jadi lebih pelik lagi. Bagaimana kalau ternyata orang-orang yang akan dibunuh itu akan membunuh lebih banyak orang lagi. Jadi bunuh 1 menyelamatkan 99, tapi 99 masing-masing akan membunuh 100 orang. Akhirnya 99 terselamatkan, tapi 9900 + 1 orang jadi mati. Bukankah bodhisattva jadi penyebab bencana? Tidak juga, siapa tahu 9900 itu akan membunuh masing-masing 100 orang lagi ... <ad infinitum>
Tidak ada habisnya. Mending bom nuklir aja satu dunia.


Quote
Kalo dikaitkan dengan kasus pastor di atas, mungkin Bodhisattva akan membunuh orang yang menyuruhnya memilih siapa yang dibunuh ;D
Itu 'kan kalo bodhisattvanya jagoan atau sakti, di sini pastornya tidak berdaya juga (tidak seperti Priest Class di MMORPG) jadi pilihannya terbatas.


147
Diskusi Umum / Re: Tentang Membunuh
« on: 07 March 2014, 09:30:06 AM »
ok, memang sejalan dan sepertinya aneh kalo kita membahas yang 1 tapi mengabaikan lainnya.

pembahasan secara rinci pada point diatas dapat dibaca pada thread lain, sepertinya saya pernah baca di dc tapi lupa threadnya.
Ya, topik ini memang sepertinya pernah dibahas sekilas di thread lain. Di sini saya mau coba bahas lebih luas.


Quote
mercy killing, kasus sang pastor dan mungkin atas permintaan seorang untuk mengakhiri hidupnya karena alasan penderitaan. saya pahami ketika kita bertindak untuk itu dan berakibat kematian pada makhluk tersebut, itu sudah pembunuhan. atau kita menyetujui atau memilih dan atas hal tersebut ada makhluk yang mati karenanya maka itu juga masuk kategori sama, pembunuhan.

mungkin disini kita berbicara cetana yang didasarinya. dan kalau mau lebih melebar bisa juga di diskusikan kamma-vipakanya.
Secara teori kamma, memang cetana yang membedakan berat-ringannya akibat. Tapi di sini saya tidak berniat bahas seberapa berat/ringan akibat dari perbuatan, tapi apakah suatu perbuatan ini termasuk kusala/akusala.

Misalnya ada Arahant yang sedang disiksa dan pilihan yang kita miliki hanyalah membiarkannya mati perlahan dan sangat menderita, atau mercy-killing. Jika 5 point adalah mutlak, maka mercy killing di sini pasti akusala. Entah vipakanya adalah avici 1 kappa atau 15 menit, tetap saja perbuatan itu tidak ada manfaatnya, dan harus selalu dihindari.

Saya tertarik mencari tau pendapat member-member di sini, apakah pendapatnya seragam atau bervariasi, apakah ada seperti saya yang merasa janggal jika diterapkan dalam kasus tertentu, dll.

148
Wan an
Tolong admin untuk menghapus kiriman ini soalnya ritual jiu dao,5 perkataan suci dan 3 mustika yg tersebut di atas tidak boleh disebarkan atau diberi tahu orang yg blum jiu dao/mendapatkan jalan ketuhanan bahkan jika telah jiu dao 5 kata suci tersebut tidak boleh diberi tahu sembarang jika ingin mendapatkan silahkan untuk jiu dao terlebih dahulu
Maaf karena aturan di sini tidak bisa hapus post tanpa alasan cukup. Jika ada rahasia dalam satu kelompok, maka anggota itu yang harus menjaga kerahasiaannya. Kalau kode peluncuran nuklir AS sampai muncul di forum ini, tidak tepat presiden AS atau perwakilannya meminta hapus postingan yang memuat kode tersebut dengan alasan kerahasiaan. Salah satu tindakan yang tepat adalah sesegera mungkin mengganti kodenya.

Jadi sama juga seperti kasus di atas, saya sarankan anda segera memberi masukan pada pimpinan agama untuk segera mengganti 5 perkataan suci dan 3 mustika tersebut. Sebab barusan saya ke www.google.com dan masukkan keyword: "five secret character I Kuan Tao" dan dari link paling atas saya temukan "無太佛彌勒". Setahu saya pengguna google tidak perlu jiu dao.


Quote
jika anda benar benar beragama budhha dan seorang calon buddha anda harus belajar menghargai,anda akan mendengar dan melaksanakan yg saya perintahkan dalam post singkat yang saya sampaikan untuk menyelamatkan orang banyak Ini!
Tolong!admin menghapus kiriman ini
!

Mari kita sama sama mewujudkan 世界一家 (dunia satu keluarga),awali dengan saling menghargai
Maaf sekali lagi, tampaknya definisi "beragama Buddha" ataupun "calon Buddha" di sini juga berbeda dengan yang anda percaya. Jadi saya tidak bisa menjalankan "titah" anda.


149
Diskusi Umum / Re: Tentang Membunuh
« on: 04 March 2014, 02:13:41 PM »
[at] abang kk, apakah abang ingin mendiskusikan sikap yang layak/sepatutnya di ambil oleh seorang pelaksana sila dalam menghadapi kasus2 tertentu yang berhubungan dengan pembunuhan atau sekedar mencari definisi pada 5 point pada awal thread?
Dua-duanya, sebab memang berhubungan. Sila yang diambil itu patokannya dari 5 point juga, jadi pemahaman terhadap 5 point itu yang menjadi tolok ukur dalam menjalankan sila 1 tersebut.

Ketika 5 point itu diterapkan dalam kasus-kasus tertentu, menurut saya jadinya agak aneh, jadi saya tanyakan pendapat yang lain di sini.

150
Diskusi Umum / Re: Tentang Membunuh
« on: 04 March 2014, 02:06:22 PM »
sebenarnya dalam komentar..dia pun "bisa" menolak memberikannya..krn memang bukan perintah yg harus dilakukan..tp dia melakukannya atas kemauaannya..sebagai bentuk melayani suaminya, klo jaman skrg..istri buddhist ..lum sotapanna aja ..mungkin bisa ngajarin suaminya untuk berhenti membunuh..., jd sepertinya emang rada2 cuek urusan org lain

Ya, yang saya tangkap juga kira-kira begitu. Kalau untuk hal ini dikit banyak saya masih paham, karena memang prinsipnya strict pada "mengubah diri sendiri, tidak bisa (memaksa) mengubah orang lain". Tapi kalau untuk mercy killing saya masih belum paham.
-------

Kalo Bodhisattva (secara Mahayana) kira2 apa yang akan dilakukannya jika dihadapkan pada kasus ginian ya? ;D
Saya belum pernah baca kasus yang kira-kira seperti ini dalam sastra Mahayana, kalau ada sih, mau tahu juga pandangannya bagaimana.
-------

mmm... kalo misal pasien itu sudah benar-benar rela dibunuh apakah pembunuhan atas dirinya bisa dianggap benar (plus poin kamma baik)? kan mengakhiri dukkha pasien? :))
Ya, itu dia poinnya.
Kalau orang ga kasih miliknya, kita ambil paksa, namanya mencuri. Tapi kalau orang memberikan, kita ambil, namanya bukan mencuri.

Kalau orang mempertahankan hidupnya, kita akhiri kehidupannya, namanya membunuh. Tapi kalau orangnya memang rela atau bahkan memohon untuk mengakhiri kehidupannya dan kita kabulkan, apakah namanya tetap membunuh?
------

IMO, Kalaupun Ada dosamulacitta dalam tindakan pastur tsbt, tidak serta merta mengkategorikan yg dilakukannya adalah pembunuhan. Dalam kasus d atas saya mlihatnya bukan sbagai pmbunuhan krn dari awal tdk pernah ada harapan/keinginan ada yg mati dalam diri sang pastur, yg ada adalah pilihan smua mati atau mati sebagian, dan ktika dia mnunjuk memilih anak2 utk diselamatkan, kalau saya sih memandangnya sbagai tindakan penyelamatan, dan bukan ingin/meminta agar si org tua dibunuh krena memang sjak awal, tanpa d tnjukpun juga akan dibunuh. :) . Mgkn ini hnya spekulasi pikiran sy saja krn kita tidak akan pernah tahu apa niatan yg sesungguhnya dlam diri si pastur.
Tindakan penyelamatan apa yang dilakukan si pastor terhadap orang yang ia tunjuk untuk mati?


Quote
Dlm hal pmbunuhan, klo bagi pribadi cara kita memandangnya adalah apakah memang ada niatan/mengharapkan makhluk itu mati dan disertai syarat lainnya brulah dikatakan pmbunuhan. Jd apapun latar belakang mngapa seseorang diharapkan mati, adalah pmbunuhan. Baik atas dasar kasihan, dan lain sebagainya.
Jadi kalau memang ingin menyebabkan kematian, apapun alasannya, adalah membunuh, sedangkan jika menginginkan sebagian orang hidup walaupun harus membuat sebagian orang lain mati, adalah penyelamatan? Atau bagaimana?

Pages: 1 ... 3 4 5 6 7 8 9 [10] 11 12 13 14 15 16 17 ... 569
anything