Ternyata memang pemahaman tentang "Mata Pencaharian Benar" dalam Buddhisme harus diperluas dan diperdalam lagi. Segala usaha (pekerjaan) yang mengakibatkan makhluk lain terganggu, terluka atau terbunuh maka tidak dikategorikan sebagai mata pencaharian yang benar.
Jika tidak memungkinkan untuk pindah, mungkin saran pertama dapat dipraktekkan (menambah karma baik untuk mengurangi akibat/efek karma buruk yang berbuah kelak).
Tentang cetana, kita melakukan secara sadar, terlepas dari terpaksa ataupun tidak. Sepengetahuan/sepemahaman saya, karma tetap berbuah bila perbuatan dilandasi dengan keterpaksaan, ketidaktahuan, keteledoran (misalnya lupa membungkus kabel listrik secara benar, orang lain tersambar listrik hingga cedera).
Suatu karma tidak berbuah ketika tidak ada niat (cetana). Misalnya kita berjalan dan asyik mengobrol, saat melihat ke bawah baru sadar banyak makhluk kecil (semut dan serangga lain) terinjak mati.
Tindakan selanjutnya, bila sudah tahu (sadar) kita masih melanjutkan (jalan) karena sungkan dengan lawan bicara (misalnya bos kita), maka sejak detik itu juga karma mulai ada (akan berbuah) walau kita terpaksa menginjak semut/serangga tersebut.
Demikian, semoga jelas dan semoga selalu tekun dalam belajar dharma. Salam bahagia selalu untuk rekan Rico.