Topik Buddhisme > Pengalaman Pribadi

Pengalaman paling memuakkan!!

<< < (49/50) > >>

kur0bane:
kwakwakwa di bayar?
jadi peliharaan dunk?
wakkwakwa lari jauh2 dah kayak gitu

Sostradanie:
 Avuso, begitu pula halnya, orang-orang yang tanpa keyakinan (Tiratana), meninggalkan kehidupan berumah-tangga menjadi petapa yang bukan karena berdasarkan pada kepercayaan (pada hukum kamma), tetapi sebagai mata pencaharian. Mereka licik, penipu, pemalsu, bingung, arogan, keji, pesolek dan cerewet; mereka tidak menjaga indera-indera, makan tidak sederhana (bhojane amattannuta), tidak selalu waspada (jagariya ananuyutta), tidak berkehidupan samana dengan baik (samane anapekhavanto), tidak melaksanakan peraturan dengan baik (sikkhaya na tibbagarava), ingin hidup mewah, lalai, kemauan baik menurun, tak bertanggung jawab dalam usaha untuk melenyapkan dukkha (nibbana), malas, kurang bersemangat, tidak berperhatian, tidak berpengertian, tidak menenangkan pikiran, pikiran tidak tetap, pikiran tak terkendali, tidak bijak dan pikiran tumpul. Nampaknya seperti ayasma (saudara) Sariputta mengetahui pikiran mereka melalui pikiran yang mengatur (membentuk) pikiran mereka dengan uraian Dhamma.

Tetapi, ada pula orang-orang dengan keyakinan meninggalkan kehidupan berumah tangga menjadi petapa, yang tidak licik, tidak menipu, bukan memalsu, tidak bingung, tidak arogan, tidak keji, tidak pesolek dan tidak cerewet; menjaga indera-indera, makan sederhana, selalu waspada, berkehidupan samana dengan baik, melaksanakan peraturan dengan baik, hidup sederhana, bersemangat, berkemauan baik, berusaha untuk melenyapkan dukkha, rajin, berperhatian, berpengertian, pikiran tenang, pikiran tetap, pikiran terkendali, bijak dan pintar. Setelah mereka mendengar uraian dhamma dari Ayasma Sariputta, bagaikan mereka minum (saripati) ungkapannya dan makan maknanya, dengan berkata: "Baik sekali! Ayasma Sariputta telah menyebabkan rekan brahmacari-nya meninggalkan hal-hal buruk (akusala) dan mengembangkan hal-hal yang baik (kusala).

hasta2:

--- Quote from: Edward on 02 June 2008, 02:35:31 AM ---NB :Ini adalah pengalaman pribadi saya.Tidak ada sangkut paut dengan suatu badan atau pun label organisasi Buddhis tertentu.Topik ini saya buka karena saya terlalu kesal dengan kenyataan yang ada. Harap bagi yang membacanya dapat berpikir lebih jernih dari pada saya.

Kebetulan akhir-akhir ini saya sedang dekat dengan seorang bhiksu.Bhiksu ini cukup memiliki jabatan dalam oragnisasi Sangha.Karena ia memank bagian dari sebuah organisasi sangha, 1 point yang saya dapat, beliau memank seorang bhiksu, bukan bhiksu gadungan yang tidak jelas asal pakai jubah.Semakin lama, saya semakin sering berhubungan dengan bhiksu tersebut dan semakin mengenal beberapa bhiksu, dan awal ini lah yang mengubah cara pandang saya sepenuhnya terhadap AGAMA & ANGGOTA SANGHA.

Kebetulan beberapa waktu lalu sedang diadakan acara puja bhakti waisak yang cukup besar.Karena saya dekat dengan bhiksu yang berpangkat tersebut, saya diundang atau lebih tepatnya diajak untuk menemani dan mengantar bhiksu dan beberapa bhiksu lainnya.Saya tidak masalah untuk itu, lagi pula saya memang melakukan hal tersebut dengan keinginan saya sendiri, tetapi kejadian tersebut membukakan mata saya sepenuhnya.

Selama perjalanan, ada hampir semua bhiksu yang ada berperilaku dan bersikap bukan sebagai anggot sangha, tetapi lebih seperti pria2 botak yang menggunakan baju kuning yang berakting sebagai orang suci!!! Selama di perjalanan, inilah PELAJARAN yang saya dapat :
1. Seorang anggota Sangha menggosipkan anggota sangha lain sebagai homo, banci, mata duitan, dll
2. Seorang anggota Sangha memaki2 dengan kata-kata binatang pada saat marah.
3. Seorang anggota Sangha dengan kesadaran menyuruh saya untuk berbohong.
4. Seorang anggota Sangha mengomentari penari2 cantik, dan menanyakan saya " menurut kamu yang mana yang cantik? Eh, carikan no hp dia donk".
5. Seorang anggota Sangha menyombongkan urutan generasi mereka.
6. Seorang anggota Sangha menanyakan tanggal lahir saya dll, dan mencoba meramal saya.
7. Seorang anggota Sangha menerima uang secara langsung dan mengatakan uang tersebut akan diberikan untuk vihara, PADAHAL ANGGOTA SANGHA TERSEBUT TIDAK MEMILIKI/ TINGGAL DI VIHARA ATAU CETYA!!
8. Seorang anggota Sangha mengomentari makanan yang disajikan tidak enak dan terlalu sedikit.
9. Seorang anggota Sangha menelepon saya dengan pura2 merubah suara dgn nomor yang tidak dikenal dan menanyakan sama saya "kamu suka laki2 atau perempuan?Kamu masa tidak ingat sama saya?Teganya kamu melupakan saya?Kamu kalau sama laki2 d ranjang sebagai perempuan atau pria?Kamu masa tidak suka laki2, kalau bohong dosa lho, bisa masuk neraka"

Setelah berkelakar dengan seenak lidah mereka, pada saat bertemu umat mereka bersikap sangat hormat dan menerima pujaan dari umat2.Dipuja dan di berikan tempat VIP, berbicara mengenai renungan Waisak, dan berbicara mengenai Dhamma!!

Pengalaman ini sungguh menjijikkan dan merubah pandangan saya sepenuhnya.Saya masih menghormati Buddha, Dhamma dan Sangha. Tetapi berhati-hatilah dengan beberapa anggota Sangha yang cukup terkenal, meyakinkan, tetapi asli-nya hanyalah seorang penipu rendah!

Kejadian ini semakin menguatkan saya untuk tidak melabeli diri saya dengan AGAMA , apalagi dengan melabeli diri aliran2 tertentu.

--- End quote ---


--- Quote from: ryu on 02 June 2008, 06:46:21 AM ---Hmmm, aye juga pernah tuh, di cium ama bhiksu, trus menggerayangi paha aye, padahal tuh bhiksu dah senior. Pengalaman ini sebelum aye kenal Buddha dhamma lho.

--- End quote ---

kedua sampel ini contoh meletakkan keyakinan atas mantera upacara, bukan atas perbuatan sila.
jika sampai om cule cule itu tahu, maka mereka dan anggota keluarganya, anggota kelompoknya kena akibat perbuatan mereka sbg kepala. Karma kelompok karma kelompok.


hasta2:
doble post

harlons:
Sekedar sharing saja.

Dulu pas saya masih muda dan hobi ke warnet maen game ketemu dengan 1 orang biksu yg maen game juga disana, kepala botak pakai baju dalam biksu gt, tanpa jubah, tiap kali ketemu dinet juga ga pernah nyamar dan selalu pakai baju gt. Wkt itu saya blm gt ngerti ajaran buddha dan ke vihara juga cm sekedar diajak orang tua. Jadinya saya tidak merasa ada perasaan kecewa atau sejenisnya terhadap sangha, cuma penasaran aja kok biksu bisa maen warnet, sambil main sambil ngerokok, ngak lama saya pun berteman (teman ngenet), saya panggil dia "ko" kalau lapar kadang titip makan sama op warnet, kadang saya ditraktir jg, maen game nya juga game yg sama bareng saya, namanya kalau lg maen game itu emosi gampang kepancing, kalau sudah bgitu tidak jarang jg biksu tsb mengumpat dengan kata2 kotor.

Berhubung dulu saya hampir ga ngerti apa2 ttg ajaran buddha jd saya tidak pernah bertanya apa2 soal kelakuan dia, dan saya ada cerita ke ortu, mama saya jawab mungkin itu baru samanera kali, ga berapa lama dalam sebuah kesempatan saya ke vihara ternyata biksu itu mimpin kebaktian. haha.  Kenyataan itu pahit.

Namun saya tetap menghormati beliau sebagai seorang biksu waktu itu, karena anggapan saya sebagai orang yg tidak paham apa2 soal ajaran buddhis wkt itu, kelakuan si biksu yg begini begitu ya biarin aja toh orangnya baik.

Sekarang uda ngerti sedikit soal dhamma, vinaya dll, kalau dipikir-pikir lg, kadang memang gelar yg disandang seseorang tidak berbanding lurus dengan kelakuannya, menggunakan persepsi oknum tentu sangat meringankan ideologi batin kita yg beranggapan seorang dengan predikit begini harus kelakuan begini, toh kenyataannya itu jg memang oknum. Tidak bijak buat kita apabila lsg meremhkan sangha atau berprasangka pada biksu apalagi kehilangan semangat dalam belajar dhamma karena fenomena seperti ini saya rasa bisa dijumpai di organisasi manapun. Namun bagi organisasi sangha sendiri  harus lbh memperhatikan masalah seperti ini, minimalisir dan preventif utk pelanggaran vinaya supaya bisa lebih baik lg

Navigation

[0] Message Index

[#] Next page

[*] Previous page

Go to full version