Topik Buddhisme > Pengalaman Pribadi

Dukkha “Bukan” Penderitaan

<< < (3/4) > >>

xenocross:
Dukkha tidak diterjemahkan jadi hanya "penderitaan", itu bisa saja

Orang mengatakan, "tak memuaskan", "stress"

Tapi kalau diterjemahkan "pengalaman", itu juga gak benar. Memang sudah bagus penderitaan.

Penderitaan biasa, Penderitaan karena perubahan, Penderitaan yang bersifat potensi.

Kalau pake kata pengalaman malah lebih rancu. Memangnya Arahat gak punya pengalaman setelah pencerahan?

Gwi Cool:

--- Quote from: xenocross on 21 November 2017, 08:01:22 AM ---Dukkha tidak diterjemahkan jadi hanya "penderitaan", itu bisa saja

Orang mengatakan, "tak memuaskan", "stress"

Tapi kalau diterjemahkan "pengalaman", itu juga gak benar. Memang sudah bagus penderitaan.

Penderitaan biasa, Penderitaan karena perubahan, Penderitaan yang bersifat potensi.

Kalau pake kata pengalaman malah lebih rancu. Memangnya Arahat gak punya pengalaman setelah pencerahan?

--- End quote ---
terimakasih atas diskusinya yang hangat.
Pengalaman benar-benar kata yang bermakna tinggi. Pengalaman berasal dari "Peng-alam-an". Banyak orang ketika dikatakan pengalaman pada umumnya akan mengacu ke yang knvensional. Sang Buddha menerima hal-hal duniawi, tetapi Sang Buddha selalu menggunakan kata yang mutlak.
Seperti halnya Nibbana (kebahagiaan sejati). Sang Buddha selalu menggambarkan "bahagia" dalam konvensi duniawi sebagai "sukha (sukacita)". Karena kenyataannya, hanya Nibbana-lah yang berarti kebahagiaan mutlak. Sedangkan secara konvensional, kerap kali, apa-apa bahagia.

Arahat adalah asekha = melampaui pengalaman (suka-duka).

Silakan teliti "kasus ke tiga" yang saya tulis sebelumnya.
Apa pun yang identik dengan "penderitaan" maka jika ada ajaran yang mengajarkan inti ajaran sebagai penderitaan maka artinya "ajaran nihilisme". Saya bahas itu di kasus ke tiga (di atas).

morpheus:

--- Quote from: xenocross on 21 November 2017, 08:01:22 AM ---Dukkha tidak diterjemahkan jadi hanya "penderitaan", itu bisa saja

Orang mengatakan, "tak memuaskan", "stress"

Tapi kalau diterjemahkan "pengalaman", itu juga gak benar. Memang sudah bagus penderitaan.

Penderitaan biasa, Penderitaan karena perubahan, Penderitaan yang bersifat potensi.

Kalau pake kata pengalaman malah lebih rancu. Memangnya Arahat gak punya pengalaman setelah pencerahan?

--- End quote ---
betul, sudah tepat diterjemahkan dengan "penderitaan". tidak sempurna, tapi paling dekat dengan maknanya.

Lex Chan:
daripada panjang, lebih baik "dukkha" diterjemahkan jadi "duka"... :whistle:

harlons:
Dukkha jika diterjemahkan jd pengalaman jadinya abu-abu.
Jika membuang dualitas yg mendasar dan menjadi ambigu, bagaimana jika mencuri & berdana secara bersamaan dibilang pengalaman.
Suka dan duka itu jelas & simpel kok menurut saya, hilang duit merasa duka. Dapat duit merasa suka, walaupun pd akhirnya dalam dhamma diajarkan rasa suka sendiripun merupakan bagian dari dukkha, yg konteks nya biasa kita sebut anicca/ketidakekalan.

Navigation

[0] Message Index

[#] Next page

[*] Previous page

Go to full version