//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Pengalaman pertama kali menyaksikan proses kremasi Dasasilamata di Srilanka  (Read 36131 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline pannadevi

  • Samaneri
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.960
  • Reputasi: 103
  • Gender: Female

Saya mengalami ini untuk pertama kalinya, sehingga ingin berbagi cerita ini kepada rekan2 disini, karena jika untuk seorang umat awam Buddhist yang meninggal saya rasa dimana2 sama, seperti yang sudah saya alami juga kurang lebih sama, namun ini seorang Dasasilamata yang mana di Indonesia belum ada (di Indonesia adanya Bhikkhuni Theravada, yang kebetulan di forum ini belum ada yg menulis bagaimana proses kremasi Bhikkhuni), semoga cerita ini ada manfaatnya.

Nunnery ini telah merawat seorang Dasasilamata yg telah lanjut usia (80 thn) dan menderita sakit parah selama 6 tahun, saya sering merasa iba, setiap melihat beliau saya selalu berdoa dalam hati agar segera terbebaskan dari penderitaannya, karena kamar beliau dekat dg toilet, otomatis tiap hari akan beberapa kali melihat beliau, sekarang beliau telah berhasil terbebaskan dari penderitaannya pada tgl.26 dec 2010 jam 5 sore waktu setempat. Tanda2 kematian beliau mulai nampak pada tgl.24 Dec 2010, dg menolak makan tapi masih mau minum, namun minum itupun untuk malam terakhir kali minum, karena keesokannya sudah tidak mau sama sekali makan dan minum, hanya berbaring dan menutup mulut rapat2 tp masih bernafas, kemudian kemarin tgl.26 dec 2010 sejak pagi sudah tersengal2, semua sudah tahu bahwa akan meninggal hari itu juga, sore hari, bahkan beberapa sudah menebak jam nya dan tepat sekali tebakan mereka (maaf ya, bukan maksud sy utk menceritakan bhw masih percaya ramal meramal), kami hanya membicarakan hal yg sedang terjadi utk mempersiapkan hal2 yg diperlukan. Sejak pagi sudah diputarkan kaset paritta lengkap, dengan begitu beliau dpt mendengar paritta2 tsb beliau akan merasakan kebahagiaan disaat2 terakhir. Ternyata beliau berhasil berangkat jam 5 sore (persis dg yg diperhitungkan mereka2), lalu Chief nun segera memanggil dokter wanita untuk memeriksa beliau, saya segera mengambil kain baru serta sabun yang baru juga utk memandikan beliau tapi dilarang oleh Chief nun karena selama ini  mereka tidak pernah melakukan itu, segala sesuatunya sudah ada yg urus, kami dilarang mengotak atik jenasah, lalu dokter datang dan memeriksa, ternyata masih ada denyut nya lemah, disuruh menunggu dulu sampe 3 jam, kemudian dari “Kumari” suatu badan yg menangani jenasah datang dan mengambil jenasah utk diurus lebih lanjut.

Seperti umumnya jenasah yang lain pasti pagi harinya akan diantarkan kembali dg lengkap segalanya,  jenasah berpakaian lengkap (kalau pria lengkap dg stelan pakaian jas semua serba baru, kalau wanita dg gaun putih spt pengantin juga serba baru), sedangkan beliau karena Dasasilamata maka berjubah lengkap serba baru, peti yg telah dihias baik sisi dalam maupun luar, sisi dalam peti diselubungi kain yg dijahit lipit2 disusun cantik sekali (bila umat biasanya kain berwarna putih, sedangkan Dasasilamata  ini berwarna orange sesuai warna jubah Srilanka, dan hiasan kain dilipit2 bag.dalam sepertinya sudah bentuk baku semua peti pasti dihiasin lipit2 demikian), rangkaian bunga diatas peti maupun disamping peti, karpet, hiasan gading (palsu), tenda yg memayungi peti, pokoknya semua udah rapi ditangani oleh badan urusan jenasah ini.  Sedangkan jenasah ini kok belum juga sampai pdhal udah jam 8 pagi, lalu saya tanya dg Chief nun kenapa jenasah belum datang? Pdhal wkt udah menunjukkan jam 8 pagi, beliau bilang krn Nunnery blm menelpon mereka, jika telah siap semua maka akan menelpon dan jenasah pasti segera datang, rupa2nya Nunnery sy masih blm selesai membersihkan ruangan yg akan dipakai utk upacara jenasah, setelah siap lalu mereka menelpon, hasilnya kok ternyata membuat Chief Nun segera pergi untuk sesuatu yg mendesak, hanya pembicaraan yg sempat sy dengar bhw jenasah ditahan, jadi jenasah hanya akan diantar ke nunnery utk upacara pemberangkatan ke kremasi saja, rupa2nya di Srilanka hal ijin ttg ke-jenasahan agak ketat, saya pikir kayak di Indonesia bisa menunggu hingga beberapa hari tanpa ijin segala (bayangan saya setidaknya 3 hari seperti umumnya umat2), disini ternyata ketat harus ada ijinnya, sehingga Chief Nun bergegas pergi entah untuk ketemu siapa, hasil akhir stlah beliau datang yg sy dengar hanya bhw urusan kremasi udah ok, oven udah segera disiapkan, jadi tidak perlu kuatir lagi semua udah siap, kemudian jam 2 siang jenasah datang dan tak berapa lama para bhikkhu datang (ada 6 orang) dan upacara pemberangkatan jenasah segera dimulai.

Upacara dimulai dg pembukaan Chief Nun mempersembahkan daun sirih (adat Srilanka selalu pakai daun sirih utk upacara apapun) dan namaskara, kemudian seorang Bhikkhu Kepala memimpin upacara :
1.   para umat diminta utk mengucap Namakāra gāthā diawali dg “sadhu” 3x, kemudian “Namo tassa bhagavato arahato sammāsambuddhassa” 3x. (Namakāra gāthā nya beda dg Indonesia, kalau ini di Indonesia disebut Pubbabhāganamakāra/Vandanā)
2.   Saraṇāgamanaṃ (di Indonesia disebut Tisaraṇa)
3.   Pancasila.
4.   Dilanjutkan dengan kami tanpa umat yg juga dibimbing oleh beliau, membaca gāthā persembahan (persembahan berupa kain 3 warna, kuning, orange, putih, entah kenapa mereka mempersembahkan 3 warna, saya tahu warnanya itu krn sy yang membungkusnya, waktu membungkus persembahan tsb sy tidak mempertanyakan, karena dlm situasi yg sedang sibuk sekali, tikar, bantal, sapu utk ruangan, sapu lidi), kemudian Chief nun menyerahkan persembahan
5.   Dhammadesana (bhs Sinhala).
6.   Pelimpahan jasa kebajikan dilakukan oleh para Dasasilamata dg menuangkan air putih kedlm mangkok, sambil membaca gāthā “idaṃ vo ñātinaṃ hotu sukhita hontu ñātayo” 3x (Arti: “semoga jasa2 ini melimpah pada sanak keluarga yg telah meninggal, semoga mereka berbahagia”).
diikuti para bhikkhu membaca gāthā :
“Yathā vārivahā pūrā,
Paripūrenti sāgaraṃ,
Evameva ito dinnaṃ,
Petānaṃ upakappati.”
(Arti : “Laksana sungai-sungai yg melimpah airnya, memenuhi samudera, demikian pula dengan yg diberikan disini akan memberi manfaat kepada arwah yang menderita.”)
7.   Paṃsukulā gāthā.
8.   Bhikkhu Kepala (beda dg yg memimpin upacara tadi, beliau adalah Kepala membawahi daerah kami) memberi kata2 perpisahan yg antara lain menceritakan beliau mengenal almarhumah dan penderitaan sakitnya.
9.   Ditutup

Peti diangkat masuk mobil jenasah, lalu kami berangkat ke crematorium. Bayangan saya seperti di Indonesia kami dapat menyaksikan prosesnya pembakaran jenasah dari kaca jendela, ternyata beda sekali, oven dibuat tertutup rapat dari bahan stainless steel, salah satu wakil diminta menekan tombol penyalaan api, lalu selesai. Tidak ada terlihat sedikitpun api, ternyata api dari kamar lain yg terpisah gang bbrp meter, disitu terdapat 6 tabung besar dan tingginya lebih tinggi dari saya (tinggi badan 158cm), semua gas diputar dg volume besar, ada suara mendesis tp tidak panas sama sekali, begitu pula ruangan oven, tapi kami segera diminta keluar. Proses pembakaran jenasah hanya 1,5 jam, cepat sekali, pengalaman saya waktu di Indonesia butuh lebih dari 5 jam. Tidak nampak asap tebal membumbung ke udara dari cerobong asap, padahal  pengalaman saya waktu di Indonesia nampak asap tebal mengepul dan menebarkan bau pembakaran. Saya pikir Indonesia perlu meniru cara mereka, bagaimana tehnik membuat cerobong asap dari oven kremasi pembakaran jenasah tidak banyak asapnya dan menebarkan bau hangus (maaf ya, jenasah selalu mengeluarkan bau hangus waktu kremasi).

Saya tanya dg Chief nun, bagaimana selanjutnya abu? Ternyata abu disimpan disana, waduh, kasihan juga pikir saya, kenapa tidak dilakukan penaburan di laut seperti umumnya di Indonesia. Waktu kami datang ketempat crematorium memang sy melihat banyak sekali pajangan nisan yg memuat foto & data (nama, tgl.lahir, tgl.meninggal), jadi sama persis seperti nisan kuburan hanya nisan kepala saja tanpa badan, maka yg ada di dinding pagar (sekali lagi ini benar2 dinding pagar yg mengelilingi halaman crematorium) adalah deretan nisan kepala yg tertanam dlm dinding,  rasanya kasihan juga kita seperti melihat seseorang terpaku di dinding, berderet sepanjang dinding pagar mengelilingi halaman krematorium. Tapi mo gimana lagi karena adat budaya yang berbeda2.

Tidak ada lagi upacara apapun, bahkan pembacaraan parittapun tidak ada lagi. Kami hanya mengelilingi 3 kali memutari kamar oven sebagai penghormatan terakhir, setelah penekanan tombol api dinyalakan. Kami menunggu kira2 setengah jam disana lalu pulang kembali ke nunnery.

Bayangan saya akan ada pembacaan paritta yg dilakukan oleh para nun di crematorium ternyata tidak ada, simple sekali tata caranya.

Cerita ini bukan sebuah cerita istimewa, hanya sebuah kejadian sederhana yg saya alami pertama kali, siapa tahu ada membawa manfaat bagi yg lain. Sayapun kelak jika dikremasi ingin yg simple aja spt ini, tdk perlu upacara lama2, baca paritta lama2, toch yg penting adalah bekal yg sudah dilakukan selama hidup. Dibacain paritta berjam2 kalau memang akan jatuh kealam menderita, neraka atau binatang (sesuai dg perbuatan yg telah dilakukan/timbunan kamma) maka akan tetap terjadi. Justru yang penting dilakukan oleh sanak keluarga atau teman adalah pelimpahan jasa kebajikan yang dilakukan penuh cinta kasih dan kasih sayang maka akan sampai ke almarhum (Tirokuddasutta), walau menurut sutta hanya kaum peta saja yg bisa ditolong, namun saya tetap yakin akan sampai (maaf keyakinan pribadi saya ini jangan dikaitkan dg Tipitaka).

Mettacittena,


Offline pannadevi

  • Samaneri
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.960
  • Reputasi: 103
  • Gender: Female
Untuk selamatan orang meninggal secara Buddhist di Srilanka ternyata juga sama dengan Indonesia, malam menjelang ke-7 hari, mengadakan Dhammadesana, keesokan pagi tepat hari ke-7nya patidana berdana makanan untuk para bhikkhu. Malam ini barusan selesai acaranya, besok pagi subuh kami masak2 utk berdana makanan kepada para bhikkhu tsb.

Oya kemarin upacara kematian tidak ada istilah tabur bunga, begitu pula utk umat awam selama ini saya juga tidak melihat adanya tabur bunga sepanjang jalan menuju pemakaman atau kremasi, begitu pula dalam selamatan tidak ada istilah tabur bunga dimakam atau dikremasi. Disini ada sedikit perbedaan dengan Indonesia selalu ada tabur bunga menuju pemakaman/kremasi juga pada hari selamatan maka ada tabur bunga di makam/ditempat abu dimana ditaburkan.

Mettacittena,


« Last Edit: 31 December 2010, 10:54:19 PM by pannadevi »

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
1. petinya mahal gak (harga berapa ya di Sri Langka)
    peti sistem sewa atau sekalian dibakar ?
2. gimana bisa yakin kalau seseorang bener2 udah meninggal ?
3. adakah backup plan kalau org tsb yg telah dipetikan dan dikubur
    ternyata masih hidup, trus gimana ?
4. seringkah orang yg dikubur sebenarnya masih hidup ?

thx ya kalau ada yg bisa bantu menjawabnya
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline pannadevi

  • Samaneri
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.960
  • Reputasi: 103
  • Gender: Female
bro Saceng yang baik,

1. utk peti, saya rasa ukuran mahal dg tidak itu relatif, karena sbg tolok ukur, harga Srilanka itu 5x lebih mahal dari harga di Indonesia, contoh setrikaan di Indonesia dg merk yg sama seharga Rp.100rb, disini seharga Rp.450rb, sedang gas utk masak ukuran 15kg di Indonesia paling mahal mungkin hanya Rp.80rb, disini seharga Rp.165rb-180rb. kursi plastik yg di Indonesia seharga Rp.15rb, dg bentuk yg sama dan merknya pun "made in Indonesia" itu menjadi seharga Rp.90rb-Rp.100rb. jadi kalau saya info peti mati paling murah seharga Rp.2,5juta beserta semua perlengkapan sejak jadi bentuk jenasah yg tanpa dimandiin, lalu dimandiin, di dandani, serta dibuatkan segala hiasan bunga ukuran yg cukup besar disamping peti, dimuka peti, juga kain lapisan dalam, saya rasa itu harga yg wajar, mohon jangan lupa di Srilanka semua harga 5x lebih mahal dari Indonesia. petinya ikut dibakar karena masuk oven beserta peti.

2. seseorang sudah meninggal harus ada surat keterangan dokter, setelah itu harus ditunggu sampe 3 jam, baru boleh diangkat setelah pasti tidak hidup lagi, kecuali hidup lagi seperti papa kandung saya, maka lain lagi cerita nya. ini kejadian nyata, papa saya udah di dalam kamar jenasah, mama saya menangis tersedu2, ternyata kemudian hidup lagi, hingga beliau berumur 84thn akhirnya bener2 tidak kembali hidup lagi.

3. saya pernah baca cerita, katanya jenasah itu gedor2 petinya, untung ada yg denger tetangganya, lalu dibongkar kembali makamnya, sayang saya tidak melihat sendiri kisah ini hanya baca dari koran.

4. kurang yakin ya, karena selalu ada surat keterangan dokter.

semoga terjawab ya pertanyaannya.

mettacittena,

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
thx atas jawabanya sis Pannadevi,

utk meyakinkan bahwa org tsb udah mati.... adalah
nunggu sampai busuk baru dikubur.... inilah yg paling pasti !

utk 2.5x4= 10 jt sebuah peti terlalulah mahal.... uppssss

keterangan surat mati dari dokter bisa saja salah...
   karna umumnya dokter memakai patokan denyut jantung, suhu tubuh....

kalau saja dlm peti masih ada sistem darurat utk keluar dari peti kan lumayannnn

nah gimana kalau papa Pannadevi kecepatan dikubur....???? kan padahal jantungnya udah berhenti ?
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline pannadevi

  • Samaneri
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.960
  • Reputasi: 103
  • Gender: Female
bro Saceng yang baik,
anda mengalikan harga kebalik, seharusnya dibagi, karena justru di Indonesia itu yg murah, jadi kalo di Srilanka seharga Rp.2,5jt itu berarti harga di tanah air gopek jing tun gitu, ato paling mahal lakpek jing tun lah.

khan dikremasinya keesokkan harinya, bukan hari yg sama, dan bener2 udah meninggal kok si Dasasilamata ini. kalo Papa saya waktu itu beliau masih muda, saya aja belum lahir, untung aja hidup lagi, jadi saya sempat diproduksi, nah berumur 84thn meninggal beneran kemarin th.2003, kami semayamkan di rumah duka selama 3 hari baru dikremasikan.  selama 3 hari itu papa saya tidak bangun lagi tuh. jadi papa saya udah bener2 tidak bangun lagi, kalo mo bangun lagi kasihan karena udah usia lanjut 84thn.

mettacittena,
« Last Edit: 01 January 2011, 08:34:40 PM by pannadevi »

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
wahh kelihatan papa pannadevi mendpt perlakuan extra...
3 hari (waiting time) sebelum dikubur ya....

84 thn kalau masih sehat2 ok dehhh lanjut aja...
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Quote
contoh setrikaan di Indonesia dg merk yg sama seharga Rp.100rb, disini seharga Rp.450rb

mungkin org disana kalau pakai baju jarang digosok...
jadi toko menjualnya dgn harga 450rb....


utk kremasi, petinya ikut dibakar gak ?
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline pannadevi

  • Samaneri
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.960
  • Reputasi: 103
  • Gender: Female
wahh kelihatan papa pannadevi mendpt perlakuan extra...
3 hari (waiting time) sebelum dikubur ya....

84 thn kalau masih sehat2 ok dehhh lanjut aja...

bro Saceng yg baik,

baca donk yg sati, saya khan nulis papa saya disemayamkan 3 hari di rumah duka lalu dikremasi. jadi bukan dikubur ya...

mettacittena

Offline pannadevi

  • Samaneri
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.960
  • Reputasi: 103
  • Gender: Female
mungkin org disana kalau pakai baju jarang digosok...
jadi toko menjualnya dgn harga 450rb....


utk kremasi, petinya ikut dibakar gak ?

bro Saceng yg baik,
tolong deh dibaca yg sati, saya udah nulis lho kalo peti ikut dibakar...

bro Saceng yang baik,

1. utk peti, saya rasa ukuran mahal dg tidak itu relatif, karena sbg tolok ukur, harga Srilanka itu 5x lebih mahal dari harga di Indonesia, contoh setrikaan di Indonesia dg merk yg sama seharga Rp.100rb, disini seharga Rp.450rb, sedang gas utk masak ukuran 15kg di Indonesia paling mahal mungkin hanya Rp.80rb, disini seharga Rp.165rb-180rb. kursi plastik yg di Indonesia seharga Rp.15rb, dg bentuk yg sama dan merknya pun "made in Indonesia" itu menjadi seharga Rp.90rb-Rp.100rb. jadi kalau saya info peti mati paling murah seharga Rp.2,5juta beserta semua perlengkapan sejak jadi bentuk jenasah yg tanpa dimandiin, lalu dimandiin, di dandani, serta dibuatkan segala hiasan bunga ukuran yg cukup besar disamping peti, dimuka peti, juga kain lapisan dalam, saya rasa itu harga yg wajar, mohon jangan lupa di Srilanka semua harga 5x lebih mahal dari Indonesia. petinya ikut dibakar karena masuk oven beserta peti.


***bro Saceng mode on***
khan sayang, petinya bisa dijual lagi
***bro Saceng mode off***

jawaban saya :
silahkan koleksi peti mati bekas pakai, tapi musti siap2 dihajar keluarga duka.... :) :)

mettacittena,

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Quote
***bro Saceng mode on***
khan sayang, petinya bisa dijual lagi
***bro Saceng mode off***

kalau tao petinya dibakar, kenapa gak sewa aja...
atau bahkan PINJAM...........

maksudnya....member2 DC kumpul duit beli satu peti...
nah nanti kalau ada yg di kremasi yg peti itu satu yg digilir...
dan jangan ikut dibakar gitu....

bakar HELL BANK NOTE itu sesuatu yg dihindarin...
apalagi bakar PETI....(peti kan lebih mahal sis Pannadevi)  :)) :))
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline pannadevi

  • Samaneri
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.960
  • Reputasi: 103
  • Gender: Female
kalau tao petinya dibakar, kenapa gak sewa aja...
atau bahkan PINJAM...........

maksudnya....member2 DC kumpul duit beli satu peti...
nah nanti kalau ada yg di kremasi yg peti itu satu yg digilir...
dan jangan ikut dibakar gitu....

bakar HELL BANK NOTE itu sesuatu yg dihindarin...
apalagi bakar PETI....(peti kan lebih mahal sis Pannadevi)  :)) :))

amit-amit jabang bayi....semoga mertua bro tidak ngalami disuruh keluar dari peti waktu mo dikremasi...

(***semoga bukan keluarga saya yg jadi mertuanya bro, kaburrr***)  ;D ;D

Offline wiithink

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.630
  • Reputasi: 32
  • Gender: Female
ngomongin orang meninggal, jadi sedih..

om ku waktu meninggal ndak ada tunggu 3 jam, langsung masukin ke kulkas.. sampe sampe matanya ndak bisa di tutup...  :'( :'(

Offline pannadevi

  • Samaneri
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.960
  • Reputasi: 103
  • Gender: Female
ngomongin orang meninggal, jadi sedih..

om ku waktu meninggal ndak ada tunggu 3 jam, langsung masukin ke kulkas.. sampe sampe matanya ndak bisa di tutup...  :'( :'(

ya ampunnn.......beneran nih sis...?

haduhh...padahal itu udah ketentuan lho, kayaknya UU kesehatan International, jadi seluruh dunia pasti demikian, harus nunggu dulu 3 jam baru boleh diambil keluarga. kayak papa saya tuh hayo gimana, udah di kamar jenasah, terus hidup lagi, jadi bisa produksi saya, kalo ndak jadi hidup lagi jelas ga mungkin saya lahir, karena meninggal suri itu th.1954. (mama saya baru punya anak 3, sedangkan saya anak no.8  )

mettacittena,

Offline wiithink

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.630
  • Reputasi: 32
  • Gender: Female
ya ampunnn.......beneran nih sis...?

haduhh...padahal itu udah ketentuan lho, kayaknya UU kesehatan International, jadi seluruh dunia pasti demikian, harus nunggu dulu 3 jam baru boleh diambil keluarga. kayak papa saya tuh hayo gimana, udah di kamar jenasah, terus hidup lagi, jadi bisa produksi saya, kalo ndak jadi hidup lagi jelas ga mungkin saya lahir, karena meninggal suri itu th.1954. (mama saya baru punya anak 3, sedangkan saya anak no.8  )

mettacittena,


iya.. di rumah sakit Mahkota, Melaka..
sedihnya kami ndak bisa kumpul di sono.. ndak semua sodara ada paspor.. aku pun ndak bisa liat ntuk terakhir kalinya.. cuma bisa liat dari foto aja..

oh ya? aku baru tau ada peraturan itu.. sayang udah kejadian..

besar juga keluarganya sis panna  ;D