//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Attha Sila Support Group / Kelompok Dukungan Praktek Attha Sila  (Read 135825 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: Attha Sila Support Group / Kelompok Dukungan Praktek Attha Sila
« Reply #270 on: 21 April 2013, 09:14:40 PM »
setuju dgn om andry, gak perlu pke lebel 8sila kalo msh mau buat2 alasan bolehlah karna ini itu. :)

melanggar yah melanggar.

kembali ke rokok, gak semua hal yg merugikan itu melanggar sila. makanan cepat saji jg terbukti merugikan, tpi apa itu termasuk pelanggaran sila?

dan apakah rokok termasuk dlm pelanggaran sila ke 5?
dri penjelasan om ariyakumara sepertinya tdk, dan dri pembahasan tentang sila yg pernah sy ikuti juga menyimpulkan tidak.

bgmana dgn 8sila??  terkait sila ke 6.
« Last Edit: 21 April 2013, 09:16:29 PM by hemayanti »
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: Attha Sila Support Group / Kelompok Dukungan Praktek Attha Sila
« Reply #271 on: 21 April 2013, 09:23:36 PM »
Quote
maka boleh minum selain
air putih setelah tengah hari.. begitu pun
makan, tapi makannya jangan yg berat, dan
makannya pada jam 5 sore.
ada aturan baru yah? ???
yang ringan kyk kapas, kertas?
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline CintaViolet

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 536
  • Reputasi: 21
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Attha Sila Support Group / Kelompok Dukungan Praktek Attha Sila
« Reply #272 on: 21 April 2013, 09:28:50 PM »
ada aturan baru yah? ???
yang ringan kyk kapas, kertas?

kalau tidak kuat perutnya.. trus sakit..
gitu sih kata Bhante nya tadi..
bahwa menjalankan sila jangan sampai merugikan diri sendiri dan orang lain..

atau kalau beda aliran, beda tata cara..
saya kurang tahu juga..

tapi yang tadi dijelaskan begitu.. apalagi kalau kondisi umat perumah tangga itu kan masih banyak bersinggungan dengan hal duniawi (seperti bekerja, kuliah)

gitu, sis..
« Last Edit: 21 April 2013, 09:31:27 PM by CintaViolet »

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: Attha Sila Support Group / Kelompok Dukungan Praktek Attha Sila
« Reply #273 on: 21 April 2013, 09:31:17 PM »
kalau tidak kuat perutnya.. trus sakit..
gitu sih kata Bhante nya tadi..
bahwa menjalankan sila jangan sampai merugikan diri sendiri dan orang lain..
kalo gak kuat, 5 sila aja cece. :)
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
Re: Attha Sila Support Group / Kelompok Dukungan Praktek Attha Sila
« Reply #274 on: 21 April 2013, 09:36:51 PM »
kalau tidak kuat perutnya.. trus sakit..
gitu sih kata Bhante nya tadi..
bahwa menjalankan sila jangan sampai merugikan diri sendiri dan orang lain..

atau kalau beda aliran, beda tata cara..
saya kurang tahu juga..

tapi yang tadi dijelaskan begitu.. apalagi kalau kondisi umat perumah tangga itu kan masih banyak bersinggungan dengan hal duniawi (seperti bekerja, kuliah)

gitu, sis..
sama seperti kata cc hema, sempurnakan aja dulu 5 silanya cc... :)
tidak menjalankan Atthasila tidak akan berakibat apa-apa kok.. :)
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Offline CintaViolet

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 536
  • Reputasi: 21
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Attha Sila Support Group / Kelompok Dukungan Praktek Attha Sila
« Reply #275 on: 21 April 2013, 09:39:44 PM »
sama seperti kata cc hema, sempurnakan aja dulu 5 silanya cc... :)
tidak menjalankan Atthasila tidak akan berakibat apa-apa kok.. :)

iya, ngerti.. saya juga mulai 5 sila dulu.. ya kalau bisa 8 ya dicoba juga, supaya bisa terbiasa..  :)
saya cuma memberitahu yang tadi dijelaskan Bhante..
utk nambah ilmu teman-teman saja..
itupun dipraktekkan sebagian Bhikkhu juga kok..
begitu..  _/\_

Offline andry

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.117
  • Reputasi: 128
Re: Attha Sila Support Group / Kelompok Dukungan Praktek Attha Sila
« Reply #276 on: 21 April 2013, 09:46:45 PM »
mengenai rokok, langgar/tidak d sila 5. akan lbih jelas bila dilihat dr segi abhidhamma.
Samma Vayama

Offline sanjiva

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.091
  • Reputasi: 101
  • Gender: Male
Re: Attha Sila Support Group / Kelompok Dukungan Praktek Attha Sila
« Reply #277 on: 22 April 2013, 10:24:23 AM »
mengenai rokok, langgar/tidak d sila 5. akan lbih jelas bila dilihat dr segi abhidhamma.

Wah, silahkan dibahas di sini bro. Kayaknya menarik nih.  :-?
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

Offline Piggy

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 124
  • Reputasi: 2
  • Gender: Female
  • (^ .^) ~ salam k'nal.....
Re: Attha Sila Support Group / Kelompok Dukungan Praktek Attha Sila
« Reply #278 on: 30 April 2013, 09:05:03 PM »
Menghindari minuman keras (sura) dan minuman yang memabukkan (meraya) yang menyebabkan kelengahan

Terdapat sepuluh jenis minuman keras, lima termasuk sura, dan lima meraya.

Alkohol (sura):
1. Terbuat dari tepung,
2. Terbuat dari manisan,
3. Terbuat dari beras,
4. Terbuat dari ragi,
5. Terbuat dari komposisi campuran.

Minuman fermentasi (meraya):
1. Terbuat dari bunga-bungaan,
2. Terbuat dari buah-buahan,
3. Terbuat dari madu,
4. Terbuat dari gula tebu,
5. Terbuat dari komposisi campuran

Ada yang menambahkan termasuk juga narkoba, seperti dalam terjemahan tanya jawab tentang Atthasila/Uposatha Sutta di group FB Atthasila Support oleh bro Wilwol.

kalo seseorang yg sedang menjalankan attha sila dilarang mengkonsumsi tape gak ko ariya?  :D
kusala dan akusala citta datang silih berganti pd bathin seseorang bagaikan mendung dan cerah yg datang silih berganti, hal tersebut dapat diatasi dgn samadhi dan perhatian benar........satix3

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: Attha Sila Support Group / Kelompok Dukungan Praktek Attha Sila
« Reply #279 on: 04 May 2013, 03:05:02 PM »
kalo seseorang yg sedang menjalankan attha sila dilarang mengkonsumsi tape gak ko ariya?  :D
iya, tape gak boleh.
udah mengalami proses peragian.
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline Siluman Pasir

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 5
  • Reputasi: 0
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Attha Sila Support Group / Kelompok Dukungan Praktek Attha Sila
« Reply #280 on: 03 July 2013, 03:03:27 AM »
 ;D Ngomong-ngomong athasilla ;) setiap x ada niat untuk athasilla tapi gagal terus, pas jam 3 sore atau jam 4 sore perutnya berdering  :))
 :-? Nah kalo kayak gini gimana atasinnya biar full athasilanya  ^:)^

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: Attha Sila Support Group / Kelompok Dukungan Praktek Attha Sila
« Reply #281 on: 03 July 2013, 06:57:47 AM »
;D Ngomong-ngomong athasilla ;) setiap x ada niat untuk athasilla tapi gagal terus, pas jam 3 sore atau jam 4 sore perutnya berdering  :))
 :-? Nah kalo kayak gini gimana atasinnya biar full athasilanya  ^:)^
coba minum yang manis2 aja atau minum madu jg boleh..
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: Attha Sila Support Group / Kelompok Dukungan Praktek Attha Sila
« Reply #282 on: 03 July 2013, 03:49:54 PM »
Dulu pas lagi bahan atthasila, dengar cerita bhante tentang Empat Raja Dewa yang di bawah ini, ternyata memang ada di Sutta.
_____________________________

AN III
37 (7) Raja-raja (1)


“Para bhikkhu, (1) pada hari ke delapan dwimingguan, para menteri dan anggota kelompok dari Empat Raja Dewa mengembara di dunia,384  [dengan berpikir]: ‘Kami harap ada banyak orang yang berperilaku selayaknya terhadap ibu dan ayah mereka, berperilaku selayaknya terhadap para petapa dan brahmana, menghormati saudara tua mereka dalam keluarga, menjalankan uposatha, menjalankan hari pelaksanaan tambahan, dan melakukan perbuatan berjasa.’385  (2) Pada hari ke empat belas dwimingguan, para putra dari Empat Raja Dewa mengembara di dunia, [dengan berpikir]: ‘Kami harap ada banyak orang yang berperilaku selayaknya terhadap ibu dan ayah mereka … [143] … dan melakukan perbuatan berjasa.’ (3) Pada hari ke lima belas, hari uposatha, Keempat Raja dewa sendiri mengembara di dunia, [dengan berpikir]: ‘Kami harap ada banyak orang yang berperilaku selayaknya terhadap ibu dan ayah mereka … dan melakukan perbuatan berjasa.’

“Jika, para bhikkhu, ada sedikit orang yang berperilaku selayaknya terhadap ibu dan ayah mereka … dan melakukan perbuatan berjasa, Keempat Raja Dewa melaporkan hal ini kepada para deva Tāvatiṃsa ketika mereka mengadakan rapat dan duduk bersama di aula dewan Sudhamma: ‘Tuan-tuan yang terhormat, ada sedikit orang yang berperilaku selayaknya terhadap ibu dan ayah mereka … dan melakukan perbuatan berjasa.’ Kemudian, karena hal ini, para deva Tāvatiṃsa menjadi tidak senang, [dengan mengatakan]: ‘Aduh, kelompok surgawi akan mengalami kemunduran dan kelompok asura akan maju!’

“Tetapi jika ada banyak orang yang berperilaku selayaknya terhadap ibu dan ayah mereka … dan melakukan perbuatan berjasa, Keempat Raja Dewa melaporkan hal ini kepada para deva Tāvatiṃsa ketika mereka mengadakan rapat dan duduk bersama di aula dewan Sudhamma: ‘Tuan-tuan yang terhormat, ada banyak orang yang berperilaku selayaknya terhadap ibu dan ayah mereka, berperilaku selayaknya terhadap para petapa dan brahmana, menghormati saudara tua mereka dalam keluarga, menjalankan uposatha, menjalankan hari pelaksanaan tambahan, dan melakukan perbuatan berjasa.’ Kemudian, karena hal ini, para deva Tāvatiṃsa menjadi gembira, [dengan mengatakan]: ‘Sungguh, kelompok surgawi akan berkembang dan kelompok asura akan mengalami kemunduran!’”

“Para bhikkhu, suatu ketika di masa lampau, ketika Sakka, penguasa para deva, sedang membimbing para deva Tāvatiṃsa, ia melafalkan syair berikut ini:386  [144]

   “Orang yang ingin menjadi sepertiku
   harus menjalankan uposatha
   yang lengkap dengan delapan faktor,
   pada hari ke empat belas, ke lima belas,
   dan ke delapan dari dwimingguan,
   dan selama dwimingguan khusus.’387

“Syair ini, para bhikkhu, diucapkan dengan buruk oleh Sakka, penguasa para deva, bukan  diucapkan dengan baik. Dinyatakan dengan buruk, bukan dinyatakan dengan baik. Karena alasan apakah? Karena Sakka, penguasa para deva, tidak hampa dari nafsu, kebencian, dan delusi. Tetapi dalam hal seorang bhikkhu yang adalah seorang Arahant – seorang yang noda-nodanya dihancurkan, yang telah menjalani kehidupan spiritual, telah melakukan apa yang harus dilakukan, telah menurunkan beban, telah mencapai tujuannya sendiri, telah sepenuhnya menghancurkan belenggu-belenggu penjelmaan, seorang yang sepenuhnya terbebaskan melalui pengetahuan akhir – adalah selayaknya baginya untuk mengatakan:

   “Orang yang ingin menjadi sepertiku …
   dan selama dwimingguan khusus.’

“Karena alasan apakah? Karena bhikkhu itu hampa dari nafsu, kebencian, dan delusi.”


_____________________________
catatan kaki: ShowHide
catatan kaki:
384 Hari ke delapan dari dwimingguan adalah hari bulan seperempat, baik pada periode bulan mengembang maupun menyusut. “Empat Raja Dewa” (catumahārājāno) adalah para penguasa di alam terendah dari enam alam surga indria, alam terdekat dengan manusia. Kita melihat suatu tingkatan berurutan di sini: pada hari ke delapan, para menteri dan anggota kelompok (amaccā pārisajjā) memeriksa dunia; pada hari ke empat belas (hari sebelum bulan purnama dan bulan baru), para putra (puttā) mereka memeriksa dunia; dan pada hari ke lima belas, bulan purnama sebenarnya dan hari-hari bulan baru, keempat raja dewa sendiri memeriksa dunia.

385 Mp: “Ketika mereka menjalankan uposatha, mereka menjalankan faktor-faktor uposatha delapan kali setiap bulan. Menjalankan hari-hari pelaksanaan tambahan (paṭijāgaranti), dalam satu dwimingguan mereka melakukannya dengan mengantisipasi dan melanjutkan (paccuggamanānugamana) empat hari uposatha. Mengantisipasi uposatha ke lima, mereka menjalankan uposatha ke empat; dan melanjutkan, pada hari ke enam. Mengantisipasi uposatha ke delapan, mereka menjalankan uposatha ke tujuh; dan melanjutkan, pada ke sembilan. Mengantisipasi uposatha ke empat belas, mereka menjalankan uposatha ke tiga belas; dan melanjutkan, pada ke lima belas, mereka menjalankan uposatha pada awal [dari dwimingguan berikutnya]. Mereka melakukan perbuatan berjasa (puññāni karonti) dalam berbagai cara: dengan menerima perlindungan, secara konstan menjalankan sīla, mempersembahkan bunga, mendengarkan Dhamma, mempersembahkan pelita, membangun tempat tinggal, dan sebagainya. Setelah mengembara berkeliling, [para menteri dan anggota kelompok] menuliskan nama-nama para pelaku jasa pada selembar emas dan menyerahkannya kepada empat raja dewa.” Untuk penjelasan kanonis tentang pelaksanaan uposatha, baca 3:70 dan 8:41, 8:42.

386 Saya mengikuti Be yang bertentangan dengan Ce dan Ee dalam pembagian antara sutta ini dan sutta berikutnya. Ce dan Ee menganggap kalimat ini sebagai awal dari 3:38 (No. 37 dalam skema Ee) dan narasi ke dua yang dimulai dengan bhūtapubbaṃ bhikkhave (“Para bhikkhu, suatu ketika di masa lampau”) – beberapa paragraf di bawah – sebagai kelanjutan dari sutta itu. Akan tetapi, Be menganggap narasi pertama tentang Sakka sebagai kelanjutan dari 3:37, dan narasi ke dua menandai awal dari 3:38. Sebuah paralel China, SĀ 1117 (T II 295c10 – 296a23), sepakat dengan Be dalam hal ini tetapi menggabungkan menjadi satu kedua pernyataan tentang Sakka dan bhikkhu yang terbebaskan.

387 Pāṭihāriyapakkha. Mp mengatakan mereka menjalankan pelaksanaan uposatha berkesinambungan selama tiga bulan penuh musim hujan (antovasse temāsaṃ); jika mereka tidak dapat melakukannya, maka mereka harus menjalankannya selama satu bulan penuh setelah musim hujan, antara kedua hari undangan, atau setidaknya selama periode dua minggu setelah hari undangan pertama. “Undangan” (pavāraṇa) adalah kegiatan, di akhir musim hujan, ketika para bhikkhu dan bhikkhunī “mengundang” (pavāreti) teman-temannya untuk menunjukkan segala pelanggaran dalam perilaku mereka selama musim hujan. Spk I 307, 9-16, mengomentari pāṭihāriyapakkha pada SN 10:5, I 208, 27, menjelaskan kata ini dalam makna luas (baca CDB, p.480, catatan 573).
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline Shasika

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.152
  • Reputasi: 101
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Attha Sila Support Group / Kelompok Dukungan Praktek Attha Sila
« Reply #283 on: 03 July 2013, 04:24:08 PM »
Dulu pas lagi bahan atthasila, dengar cerita bhante tentang Empat Raja Dewa yang di bawah ini, ternyata memang ada di Sutta.
_____________________________

AN III
37 (7) Raja-raja (1)


“Para bhikkhu, (1) pada hari ke delapan dwimingguan, para menteri dan anggota kelompok dari Empat Raja Dewa mengembara di dunia,384  [dengan berpikir]: ‘Kami harap ada banyak orang yang berperilaku selayaknya terhadap ibu dan ayah mereka, berperilaku selayaknya terhadap para petapa dan brahmana, menghormati saudara tua mereka dalam keluarga, menjalankan uposatha, menjalankan hari pelaksanaan tambahan, dan melakukan perbuatan berjasa.’385  (2) Pada hari ke empat belas dwimingguan, para putra dari Empat Raja Dewa mengembara di dunia, [dengan berpikir]: ‘Kami harap ada banyak orang yang berperilaku selayaknya terhadap ibu dan ayah mereka … [143] … dan melakukan perbuatan berjasa.’ (3) Pada hari ke lima belas, hari uposatha, Keempat Raja dewa sendiri mengembara di dunia, [dengan berpikir]: ‘Kami harap ada banyak orang yang berperilaku selayaknya terhadap ibu dan ayah mereka … dan melakukan perbuatan berjasa.’

“Jika, para bhikkhu, ada sedikit orang yang berperilaku selayaknya terhadap ibu dan ayah mereka … dan melakukan perbuatan berjasa, Keempat Raja Dewa melaporkan hal ini kepada para deva Tāvatiṃsa ketika mereka mengadakan rapat dan duduk bersama di aula dewan Sudhamma: ‘Tuan-tuan yang terhormat, ada sedikit orang yang berperilaku selayaknya terhadap ibu dan ayah mereka … dan melakukan perbuatan berjasa.’ Kemudian, karena hal ini, para deva Tāvatiṃsa menjadi tidak senang, [dengan mengatakan]: ‘Aduh, kelompok surgawi akan mengalami kemunduran dan kelompok asura akan maju!’

“Tetapi jika ada banyak orang yang berperilaku selayaknya terhadap ibu dan ayah mereka … dan melakukan perbuatan berjasa, Keempat Raja Dewa melaporkan hal ini kepada para deva Tāvatiṃsa ketika mereka mengadakan rapat dan duduk bersama di aula dewan Sudhamma: ‘Tuan-tuan yang terhormat, ada banyak orang yang berperilaku selayaknya terhadap ibu dan ayah mereka, berperilaku selayaknya terhadap para petapa dan brahmana, menghormati saudara tua mereka dalam keluarga, menjalankan uposatha, menjalankan hari pelaksanaan tambahan, dan melakukan perbuatan berjasa.’ Kemudian, karena hal ini, para deva Tāvatiṃsa menjadi gembira, [dengan mengatakan]: ‘Sungguh, kelompok surgawi akan berkembang dan kelompok asura akan mengalami kemunduran!’”

“Para bhikkhu, suatu ketika di masa lampau, ketika Sakka, penguasa para deva, sedang membimbing para deva Tāvatiṃsa, ia melafalkan syair berikut ini:386  [144]

   “Orang yang ingin menjadi sepertiku
   harus menjalankan uposatha
   yang lengkap dengan delapan faktor,
   pada hari ke empat belas, ke lima belas,
   dan ke delapan dari dwimingguan,
   dan selama dwimingguan khusus.’387

“Syair ini, para bhikkhu, diucapkan dengan buruk oleh Sakka, penguasa para deva, bukan  diucapkan dengan baik. Dinyatakan dengan buruk, bukan dinyatakan dengan baik. Karena alasan apakah? Karena Sakka, penguasa para deva, tidak hampa dari nafsu, kebencian, dan delusi. Tetapi dalam hal seorang bhikkhu yang adalah seorang Arahant – seorang yang noda-nodanya dihancurkan, yang telah menjalani kehidupan spiritual, telah melakukan apa yang harus dilakukan, telah menurunkan beban, telah mencapai tujuannya sendiri, telah sepenuhnya menghancurkan belenggu-belenggu penjelmaan, seorang yang sepenuhnya terbebaskan melalui pengetahuan akhir – adalah selayaknya baginya untuk mengatakan:

   “Orang yang ingin menjadi sepertiku …
   dan selama dwimingguan khusus.’

“Karena alasan apakah? Karena bhikkhu itu hampa dari nafsu, kebencian, dan delusi.”


_____________________________
catatan kaki: ShowHide
catatan kaki:
384 Hari ke delapan dari dwimingguan adalah hari bulan seperempat, baik pada periode bulan mengembang maupun menyusut. “Empat Raja Dewa” (catumahārājāno) adalah para penguasa di alam terendah dari enam alam surga indria, alam terdekat dengan manusia. Kita melihat suatu tingkatan berurutan di sini: pada hari ke delapan, para menteri dan anggota kelompok (amaccā pārisajjā) memeriksa dunia; pada hari ke empat belas (hari sebelum bulan purnama dan bulan baru), para putra (puttā) mereka memeriksa dunia; dan pada hari ke lima belas, bulan purnama sebenarnya dan hari-hari bulan baru, keempat raja dewa sendiri memeriksa dunia.

385 Mp: “Ketika mereka menjalankan uposatha, mereka menjalankan faktor-faktor uposatha delapan kali setiap bulan. Menjalankan hari-hari pelaksanaan tambahan (paṭijāgaranti), dalam satu dwimingguan mereka melakukannya dengan mengantisipasi dan melanjutkan (paccuggamanānugamana) empat hari uposatha. Mengantisipasi uposatha ke lima, mereka menjalankan uposatha ke empat; dan melanjutkan, pada hari ke enam. Mengantisipasi uposatha ke delapan, mereka menjalankan uposatha ke tujuh; dan melanjutkan, pada ke sembilan. Mengantisipasi uposatha ke empat belas, mereka menjalankan uposatha ke tiga belas; dan melanjutkan, pada ke lima belas, mereka menjalankan uposatha pada awal [dari dwimingguan berikutnya]. Mereka melakukan perbuatan berjasa (puññāni karonti) dalam berbagai cara: dengan menerima perlindungan, secara konstan menjalankan sīla, mempersembahkan bunga, mendengarkan Dhamma, mempersembahkan pelita, membangun tempat tinggal, dan sebagainya. Setelah mengembara berkeliling, [para menteri dan anggota kelompok] menuliskan nama-nama para pelaku jasa pada selembar emas dan menyerahkannya kepada empat raja dewa.” Untuk penjelasan kanonis tentang pelaksanaan uposatha, baca 3:70 dan 8:41, 8:42.

386 Saya mengikuti Be yang bertentangan dengan Ce dan Ee dalam pembagian antara sutta ini dan sutta berikutnya. Ce dan Ee menganggap kalimat ini sebagai awal dari 3:38 (No. 37 dalam skema Ee) dan narasi ke dua yang dimulai dengan bhūtapubbaṃ bhikkhave (“Para bhikkhu, suatu ketika di masa lampau”) – beberapa paragraf di bawah – sebagai kelanjutan dari sutta itu. Akan tetapi, Be menganggap narasi pertama tentang Sakka sebagai kelanjutan dari 3:37, dan narasi ke dua menandai awal dari 3:38. Sebuah paralel China, SĀ 1117 (T II 295c10 – 296a23), sepakat dengan Be dalam hal ini tetapi menggabungkan menjadi satu kedua pernyataan tentang Sakka dan bhikkhu yang terbebaskan.

387 Pāṭihāriyapakkha. Mp mengatakan mereka menjalankan pelaksanaan uposatha berkesinambungan selama tiga bulan penuh musim hujan (antovasse temāsaṃ); jika mereka tidak dapat melakukannya, maka mereka harus menjalankannya selama satu bulan penuh setelah musim hujan, antara kedua hari undangan, atau setidaknya selama periode dua minggu setelah hari undangan pertama. “Undangan” (pavāraṇa) adalah kegiatan, di akhir musim hujan, ketika para bhikkhu dan bhikkhunī “mengundang” (pavāreti) teman-temannya untuk menunjukkan segala pelanggaran dalam perilaku mereka selama musim hujan. Spk I 307, 9-16, mengomentari pāṭihāriyapakkha pada SN 10:5, I 208, 27, menjelaskan kata ini dalam makna luas (baca CDB, p.480, catatan 573).

:jempol:
I'm an ordinary human only

Offline cetera_zhang

  • Teman
  • **
  • Posts: 74
  • Reputasi: 8
  • Gender: Male
Re: Attha Sila Support Group / Kelompok Dukungan Praktek Attha Sila
« Reply #284 on: 05 September 2013, 09:40:12 AM »
Temans,

Mau tanya dunk, prosedur pengambilan atthasila ini gmn ya? pertama kali ambil atthasila harus ambil dari bhante ya di subuh2 hari? dan apakah harus selalu ambil lgs dari bhante atau teman-teman cuma mengucapkan paritta atthasila dirumah?

makasih