//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Belajar agama Buddha tanpa harus menjadi umat Buddha!  (Read 97537 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Belajar agama Buddha tanpa harus menjadi umat Buddha!
« Reply #90 on: 09 March 2011, 08:36:22 AM »
Kalau definisi sila, setahu saya masih terbatas pada aturan perilaku, sama seperti vinaya. Kadang arahat juga masih melanggar vinaya (karena tidak tahu) tetapi tidak dianggap apati karena memang bukan berdasarkan noda bathin. Jika sudah bermain di pikiran, maka kebanyakan sudah masuk dalam ranah samadhi. Misalnya dalam samatha menekan nafsu, ketakutan, kegelisahan, dll. Sementara kalau berkisar Satipatthana, ini menyangkut kebijaksanaan, pemahaman tentang kebenaran. Di sini kebenaran hanyalah kebenaran, sifatnya netral, tidak berpihak, tidak ada penilaian. Memahami kebenaran adalah demikian, maka tidak ada penolakan ataupun pengejaran seperti halnya dalam sila atau samadhi (jhana). Dengan tidak adanya lagi penolakan dan pengejaran, maka tidak ada kemelekatan. 

IMO,
Sila tidak hanya terbatas pada aturan perilaku, melainkan harus diiringi Samadhi dan Panna.
Jadi, terkait pembahasan sebelumnya bahwa Sila-Samadhi-Panna adalah sejalan, termasuk dalam hal ini, bahwa dalam praktik Sila sendiri, terdapat samadhi-panna (tidak terpisah).

Tahapannya, sebelum Sila (ucapan, perbuatan, pencarian benar) dilakukan, dibutuhkan pemahaman dan pikiran yg benar akan manfaat dan kenapa sila tsb mesti dijalankan (panna), juga dibutuhkan perhatian dan konsentrasi saat Sila perlu dijalankan (samadhi).... Jadi, dalam tahapan singkat sebuah 'kelakuan' kita, yg kita sebut Sila, sebenarnya sudah terdapat praktik Sila-Samadhi-Panna atau juga boleh disebut JMB-8.

Bagi praktisi pemula, semua praktik ini akan tersendat-sendat, masih perlu dipikirkan, dilatih... bagi orang lain si praktisi terlihat sebagai 'berusaha untuk berbuat benar/tidak benar2 berbuat benar', namun tentu kita mesti adil untuk membiarkan dia melatih diri sampai piawai, ia melatih Sila, dan juga bermeditasi menguatkan konsentrasinya dan selalu berusaha meningkatkan panna-nya hingga selapis demi selapis ia mengikis kekotoran batinnya dan piawai untuk selalu dalam kondisi meditatif (selalu dalam kondisi melihat segala sesuatu sebagaimana adanya dan otomatis bertindak benar tanpa perlu diusahakan)...

Bagi sebagian meditator, mereka mengajarkan jalan ringkas untuk itu, namun bagi sebagian lagi akan menerangkan bahwa ada latihan yg harus dijalankan (bisa karena biasa), semuanya kembali ke kondisi mental masing2 saja, mana yg lebih cocok terapannya. Namun saya tetap berprinsip, jalan apapun yg ditempuh: Sila-Samadhi-Panna (JMB-8) tetap terkandung dalam praktiknya tsb.

:: 
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Belajar agama Buddha tanpa harus menjadi umat Buddha!
« Reply #91 on: 09 March 2011, 08:56:05 AM »
seperti yang dikatakan om wili, sila itu sesuatu yang disadari/usaha untuk menghindari / mengkondisikan seseorang untuk tidak melanggar hal2 yang tidak diperbolehkan.
Tidak diperbolehkan oleh siapa?

Quote
dalam lingkup meditasi seseorang otomatis tidak melakukan pelanggaran sila (entah kalau pikiran nya kemana2 maka dia mungkin saja khan melakukan pelanggaran).

ada orang yang mengagungkan tanpa landasan sila seseorang bisa melakukan vipasana (ya memang betul semua bisa saja tapi hasilnya khan berbeda2 tergantung orangnya tidak bisa dipukul rata)
Ya, betul. Tidak bisa dipukul rata, maka tidak bisa dikatakan 'tidak bisa tanpa sila'.

Quote
intinya adalah dalam kehidupan sehari2 kalau memang seseorang "bisa" vipasana terus sepanjang hidupnya ya sila khan memang terjaga, sila bisa juga jadi penunjang seseorang maju dalam vipasana.
"Sila" atau "bukan sila" juga hanyalah kita yang mengkonsepkan. Kalau membahas lingkup tertentu, sila juga sebetulnya antara 'ada' dan 'tidak ada'. Katakanlah seorang sekuler murni+atheis/agnostik yang sama sekali tidak bersentuhan dengan agama, tidak mengembangkan keserakahan, kebencian, dan kebodohan bathin; dan karenanya, tidak pernah mencuri, membunuh, dll. Kalau ditanyakan ke orang itu apakah ia menjalankan 'sila', mungkin dia bingung luar biasa makhluk apakah "sila" itu. Di sini bisa dilihat bahwa sesuatu perbuatan dinilai 'sila' atau 'bukan sila' tergantung orang yang menilainya. "Keberadaannya" masih sangat kasar.

Quote
saya mau tanya, apakah hasil dari vipasana memang selalu baik hasilnya? silanya pasti benar?
Jika vipassananya memang benar, saya rasa pasti hasilnya baik. Kalau bertambah buruk, tentu meragukan. Tetapi apakah pasti silanya benar? Kembali lagi seorang Mahasavaka yang terkemuka karena dikasihi para deva, masih 'berkata kasar' dengan memanggil orang "vasala" (=kasta paria, terbuang). Jika tetap berkutat pada 'ini sila, ini bukan', maka akan kesulitan untuk ke jenjang berikutnya.

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Belajar agama Buddha tanpa harus menjadi umat Buddha!
« Reply #92 on: 09 March 2011, 09:02:32 AM »
Mengambil contoh seseorang yg berhasil lepas dari jeratan kecanduan untuk menunjukkan bahwa Ajaran Buddha bisa bermanfaat tanpa perlu pemahaman doktrinal, menurut saya tidak relevan. Karena melalui jalan lain-pun bisa, seperti yg dicontohkan Bro Ryu: melalui 'Kasih Tuhan' pun ada yg berhasil lepas dari kecanduan, beberapa melalui pusat rehabilitasi pun bisa.

Ajaran Buddha adalah "Dukkha dan Jalan untuk lepas dari Dukkha tersebut". Contoh yg diambil harusnya juga seseorang yg berhasil merealisasi akhir Dukkha tanpa melalui praktik Sila-Samadhi-Panna / JMB-8. Memang, sulit untuk menyodorkan contoh subyek untuk ini, pada akhirnya kembali ke pembahasan2 yg telah dibahas pada thread2 lain (perlukah JMB-8, dsbnya yg dulu).

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Belajar agama Buddha tanpa harus menjadi umat Buddha!
« Reply #93 on: 09 March 2011, 09:12:09 AM »
Mbah Fabian yang baik, BRO harus ganti SIS :))


Terima kasih bro, saya kemarin tidak melihat gendernya ketika memberi komentar, maaf SIS Landy....  ^:)^
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Belajar agama Buddha tanpa harus menjadi umat Buddha!
« Reply #94 on: 09 March 2011, 09:22:18 AM »
Quote
Kisah pecandu yang lepas itu diangkat oleh bro morph dengan maksud seseorang bisa memperoleh manfaat Ajaran Buddha i.e. Satipatthana, tanpa perlu terlebih dahulu mengenal Agama Buddha secara keseluruhan (yang membahas sila, JMB 8, 31 alam, dsb).

Pada awalnya seseorang yang tak memiliki pengetahuan  Dhamma yang berhubungan jalan (sila dsbnya) tapi pada waktu sedang mengikuti retret meditator di beri khotbah Dhamma dan diharuskan menjalankan sila.

Selain itu juga diberi petunjuk langsung sesuai Dhamma dalam bentuk interview, dimana meditator diberi kesempatan bertanya mengenai hambatan-hambatannya dalam meditasi..

Jadi sebenarnya Dhamma juga tetap diperlukan dalam meditasi. Walaupun sebelum ber-meditasi tidak memiliki pengetahuan Dhamma.

Mettacittena,
« Last Edit: 09 March 2011, 09:26:43 AM by fabian c »
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: Belajar agama Buddha tanpa harus menjadi umat Buddha!
« Reply #95 on: 09 March 2011, 09:26:36 AM »
Mengambil contoh seseorang yg berhasil lepas dari jeratan kecanduan untuk menunjukkan bahwa Ajaran Buddha bisa bermanfaat tanpa perlu pemahaman doktrinal, menurut saya tidak relevan. Karena melalui jalan lain-pun bisa, seperti yg dicontohkan Bro Ryu: melalui 'Kasih Tuhan' pun ada yg berhasil lepas dari kecanduan, beberapa melalui pusat rehabilitasi pun bisa.
judul topiknya adalah "Belajar agama Buddha tanpa harus menjadi umat Buddha". kisah di atas mengenai orang yg belajar vipassana dan mengambil manfaatnya tanpa harus mengambil sistematika doktrinal yg disyaratkan untuk menjadi umat buddha secara formal / skolastik (dari tiratana, pancasila, dst), bisa dikatakan relevan dengan topik. imo, si mantan pecandu itu lebih buddhis daripada umat buddha kebanyakan.

bagaimana praktek dan teknik lain juga bisa membebaskan kecanduan heroin tidaklah relevan di topik ini.
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Belajar agama Buddha tanpa harus menjadi umat Buddha!
« Reply #96 on: 09 March 2011, 09:27:54 AM »
Sepaham Bro. Saya setuju bahwa seseorang akan bisa mendapatkan manfaat Ajaran Buddha tanpa perlu melalui jenjang2 doktrinal.

Juga sepaham soal Sila-Samadhi-Panna adalah suatu kesatuan yg tidak bisa dibeda2kan mana yg lebih dahulu, dalam hitungan waktu permili detik ketiga2nya saling menunjang dan menguatkan, juga melemahkan salah satunya akan melemahkan dua yg lainnya. S.N. Geonka pernah mengatakan bahwa Sila-Samadhi-Panna ibarat tripod berkaki tiga.

::
Lucunya, tentang tripod itu, entah bagaimana kemarin terlintas dalam pikiran, tetapi karena memikirkan banyak hal, saya tidak jadi tulis. ;D


IMO,
Sila tidak hanya terbatas pada aturan perilaku, melainkan harus diiringi Samadhi dan Panna.
Jadi, terkait pembahasan sebelumnya bahwa Sila-Samadhi-Panna adalah sejalan, termasuk dalam hal ini, bahwa dalam praktik Sila sendiri, terdapat samadhi-panna (tidak terpisah).
Contoh kasus, misalnya ada seorang yang pikirannya dikuasai kebencian luar biasa, maka dalam meditasinya, ia tidak bisa berkonsentrasi. Tetapi juga ia menahan diri dari menyalurkan kebencian itu, maka ia tidak membunuh orang yang dibencinya, walaupun sangat ingin. Kalau menurut saya, dalam hal itu ada sila, namun tidak ada Samadhi dan Panna. Menurut bro wili bagaimana?

Quote
Tahapannya, sebelum Sila (ucapan, perbuatan, pencarian benar) dilakukan, dibutuhkan pemahaman dan pikiran yg benar akan manfaat dan kenapa sila tsb mesti dijalankan (panna), juga dibutuhkan perhatian dan konsentrasi saat Sila perlu dijalankan (samadhi).... Jadi, dalam tahapan singkat sebuah 'kelakuan' kita, yg kita sebut Sila, sebenarnya sudah terdapat praktik Sila-Samadhi-Panna atau juga boleh disebut JMB-8.
Kalau patokannya dari JMB8, saya masih tidak cocok dengan beberapa hal. Misalnya Pandangan Benar (Samma Ditthi) adalah yang berhubungan dengan paham Buddhisme yang unik. Sementara Ucapan Benar (Samma Vaca) dalam definisinya tidak ada sangkut pautnya dengan samma ditthi. Kita bisa menemukan dengan gampang orang non-Buddhis yang memiliki ucapan benar. Dari sini saya lihat perbuatan benar belum tentu dibarengi dengan pandangan benar.

Quote
Bagi praktisi pemula, semua praktik ini akan tersendat-sendat, masih perlu dipikirkan, dilatih... bagi orang lain si praktisi terlihat sebagai 'berusaha untuk berbuat benar/tidak benar2 berbuat benar', namun tentu kita mesti adil untuk membiarkan dia melatih diri sampai piawai, ia melatih Sila, dan juga bermeditasi menguatkan konsentrasinya dan selalu berusaha meningkatkan panna-nya hingga selapis demi selapis ia mengikis kekotoran batinnya dan piawai untuk selalu dalam kondisi meditatif (selalu dalam kondisi melihat segala sesuatu sebagaimana adanya dan otomatis bertindak benar tanpa perlu diusahakan)...
Betul. Kalau orang pukul rata 'tidak perlu sila' pada semua orang, itu seperti seorang ayah yang dungu berkata pada dua anaknya, "ga usah belajar IPA, langsung fisika kuantum saja!" Sementara anak yang satu sudah kuliah, satu lagi masih SD.

Quote
Bagi sebagian meditator, mereka mengajarkan jalan ringkas untuk itu, namun bagi sebagian lagi akan menerangkan bahwa ada latihan yg harus dijalankan (bisa karena biasa), semuanya kembali ke kondisi mental masing2 saja, mana yg lebih cocok terapannya. Namun saya tetap berprinsip, jalan apapun yg ditempuh: Sila-Samadhi-Panna (JMB-8) tetap terkandung dalam praktiknya tsb.

::
Ya, sepertinya memang semua kembali pada diri masing-masing saja, yang penting berusaha menyadari kekurangan dan potensi diri sendiri agar bisa pilih jalan yang sesuai, bukan cuma ikut2an.


Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Belajar agama Buddha tanpa harus menjadi umat Buddha!
« Reply #97 on: 09 March 2011, 09:33:36 AM »
judul topiknya adalah "Belajar agama Buddha tanpa harus menjadi umat Buddha". kisah di atas mengenai orang yg belajar vipassana dan mengambil manfaatnya tanpa harus mengambil sistematika doktrinal yg disyaratkan untuk menjadi umat buddha secara formal / skolastik (dari tiratana, pancasila, dst), bisa dikatakan relevan dengan topik. imo, si mantan pecandu itu lebih buddhis daripada umat buddha kebanyakan.

bagaimana praktek dan teknik lain juga bisa membebaskan kecanduan heroin tidaklah relevan di topik ini.


Ini adalah tricky topic, Bhikkhu di jaman Sang Buddha ada yang hanya mengambil perlindungan pada Tiratana, apakah Mereka umat Buddha atau bukan...?

Rasanya sulit menentukan batasan yang bagaimanakah yang dapat disebut sebagai umat Buddha....

Mettacittena
« Last Edit: 09 March 2011, 09:43:36 AM by fabian c »
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Belajar agama Buddha tanpa harus menjadi umat Buddha!
« Reply #98 on: 09 March 2011, 09:34:30 AM »
saya kasih kasus lain, ini juga tanpa doktrin berjenjang :

Kisah Nyata Billy Glen – Artis Pecandu Narkoba

Saturday, 20 December 2008, 3:33 | Category : Pemulihan, Pertobatan
Tags : artis dan narkoba, Diskotik, kejamnya narkoba, Kesaksian, Kisah Nyata, Minuman Keras, Narkoba, Pertobatan, Seks Bebas

Aku lahir dari sebuah keluarga yang sangat taat pada Kristus. Sejak kecil aku rajin ke gereja dan ibuku selalu menanamkan dasar-dasar iman Kristus kepadaku.

Tahun 1995, pada suatu kesempatan yang luar biasa, aku mengikuti sebuah ajang pemilihan top model di Bandung.  Selama proses audisi, aku selalu berdoa pada Tuhan meminta agar aku keluar sebagai pemenangnya. Dan ternyata Tuhan memang baik, Ia menjawab doaku. Aku terpilih menjadi juara pertama. Setelah memenangkan ajang tersebut, kesempatanku untuk masuk ke dunia model semakin besar. Perjalanan karierku sebagai seorang model berjalan dengan sangat lancar. Aku percaya bahwa ini semua berkat pertolongan Tuhan dan aku selalu menyempatkan waktu untuk berdoa kepada Tuhan. Karierku semakin berkembang, banyak job dari Jakarta. Situasi ini membuatku memutuskan untuk tinggal di sana saja.

Meraih Kesuksesan

Ternyata di Jakarta karierku berkembang dengan sangat baik. Bahkan aku mulai memasuki dunia akting sinetron. Dengan berbekal pengalaman di bidang taekwondo yang sejak kecil digeluti, aku berhasil menapaki dunia akting dengan peran pertamaku sebagai peran pembantu utama. Aku pun berhasil mendapatkan peran dalam film layar lebar yang sangat terkenal saat itu, Ca Bau Kan. Disaat teman-temanku harus berjuang keras dalam dunia entertainment ini, jalanku justru sangat mulus. Aku sangat merasakan kemurahan Tuhan yang luar biasa dalam hidupku. Tahun 2002, aku mendapat peran utama dalam sebuah sinetron yang terkenal. Saat itulah aku meraih titik puncak kesuksesanku dan mendapatkan kontrak yang bernilai sangat besar.

Melupakan Tuhan

Namun, kemurahan Tuhan dan kesuksesanku itu justru membuatku semakin menjauh dari Tuhan. Kesibukanku justru membuatku tidak memiliki waktu untuk berdoa dan mendekat padaNya. Aku mulai merasa mampu hidup tanpa Dia. Aku benar-benar membuang Tuhan jauh-jauh dari hidupku. Saat itulah, kuasa kegelapan mulai masuk dalam hidupku. Aku mulai terbawa arus pergaulan yang buruk. Diskotik, minuman keras, bahkan jenis narkoba seperti extacy, ganja, kokain, dan shabu-shabu selalu ada di setiap hari-hariku. Honor dari pekerjaanku itu kuhabiskan untuk berfoya-foya sehingga aku pun terjerumus dalam pergaulan seks bebas.

Tertangkap Polisi

September 2002, aku tertangkap polisi. Ketika baru saja pulang dari syuting sebuah sinetron, aku meminta temanku untuk membelikan sejenis narkoba. Polisi ternyata telah mengincar temanku itu sehingga ia tidak bisa melarikan diri lagi. Setelah ditangkap, atas pengakuannya polisi memintanya untuk menjebakku. Seperti yang telah mereka rencanakan, akhirnya aku pun ditangkap dan harus menjalani masa tahanan selama 8 bulan. Dalam situasi ini kesombongan masih kuat menguasaiku sehingga aku tidak menyadari kesalahan, sebaliknya malah selalu mempersalahkan Tuhan. Sebagai seorang artis yang sudah dikenal, aku sering menerima pujian. Tetapi semuanya berubah menjadi hinaan karena tindakan kriminalku ini. Walaupun aku tahu bahwa narkoba itu tidak baik bagi masa depanku, tetapi keterikatanku dengan obat jahat itu membuatku terus mengkonsumsinya sekalipun berada dalam penjara.

Bebas dan Tertangkap Lagi

Setelah masa 8 bulan tahanan itu selesai, aku kembali mulai merintis karierku di dunia sinetron. Namun kesombongan itu tetap mengendalikan pikiranku. Aku sama sekali tidak tergerak untuk bertobat, justru semakin kecanduan dengan obat-obatan. Akhirnya, aku boleh dikatakan menjadi lebih bodoh dari orang bodoh…karena orang bodoh pun tidak akan masuk ke lubang yang sama. Pukul 12 malam itu, ketika sedang berpesta drugs di sebuah tempat di kota Bekasi, bersama teman-teman pecandu, polisi pun mengetahui aksi kami ini dan kami pun digelandang ke tahanan setempat. Aku harus mendekam lagi selama 7 bulan di penjara Bulak Kapal Bekasi.

Ingat Tuhan?

Dalam penjara, pengalaman memalukan ini membuatku merenungkan kasih Tuhan yang besar dalam hidupku. Di saat aku meninggalkanNya, Ia tidak membiarkanku terjebak terus-menerus dalam jurang dosa, justru berusaha menegurku bahkan sampai 2 kali agar aku berbalik kembali kepada jalanNya. Akupun teringat tulisan dalam Wahyu 3: 9 yang mengatakan “Barangsiapa Kukasihi, ia kuhajar. Sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah.” Aku langsung menangis histeris dan menyadari bahwa Tuhan begitu baik bagiku. Walaupun aku telah menjauh dariNya, bahkan seringkali menyalahkanNya, namun Ia tidak pernah meninggalkanku dan tetap mengakuiku sebagai anakNya. Ia ingin agar aku bertobat sebelum semuanya terlambat. “Tuhan, Engkau sangat baik bagiku. Kau tidak membiarkanku tenggelam dalam lumpur dosa. Kau tidak membiarkan narkoba itu merenggut nyawaku dan membawaku ke dalam kematian. Terima kasih untuk kesempatan ini. Aku ingin menjadi hambaMu yang taat dan setia di dalam Engkau…” Saat itu aku benar-benar bertobat. Yang berbeda dalam masa tahananku kali ini ialah, sebelumnya aku ditahan dengan rasa kekuatiran dan kemarahan, namun kali ini aku lebih banyak mengucap syukur dan berusaha untuk menjalani dengan sukacita hari-hari dalam tahanan itu sampai akhirnya, 31 Desember 2005, aku selesai menjalani masa tahananku.

Titik balik kehidupanku

1 Januari 2006, hari yang paling bersejarah untukku karena hari itu aku memutuskan untuk memulai kehidupan baru dengan Tuhan Yesus yang akan terus menuntunku dalam tiap langkahku. “Tuhan, ajar aku melakukan segala yang Kau inginkan untuk aku jalani dalam hidupku ini…” pintaku kepadaNya.

Sebagai jawaban doaku, Ia menempatkanku dalam sebuah komunitas rohani di daerah Kelapa Gading. Dan aku juga kembali memulai karierku di dunia entertainment dengan cara hidupku yang baru dalam Kristus. Aku juga ambil bagian dalam pelayanan untuk menyaksikan betapa besar kasihNya bagiku karena Ia telah menghajar dan menegurku saat aku hampir tenggelam dalam lembah maut demi menyelamatkan hidupku. Lingkungan pergaulanku yang baru ini juga membuatku merasa sangat damai dan tentram. Ada sukacita yang kurasakan dalam hari-hariku, yang tidak pernah kurasakan sebelumnya ketika aku masih hidup dalam kenikmatan dunia. Hal yang membanggakan bagiku ialah, melalui pertobatan dan pemulihanku ini, ayahku yang dulu belum sungguh-sungguh di dalam Tuhan kini mengambil keputusan untuk menjadi orang kr****n sejati.



vipasananya langsung praktek tanpa ajaran buda sama sekali.
Ada sebuah perbedaan mendasar dalam 'vipassana'-nya. ;D Ini adalah perbedaan yang paling utama:
- Dalam 'vipassana' yang satu, harus mengenal satu sosok dari satu kitab, agar bisa berhasil.
- Dalam 'vipassana' yang satu lagi, tidak perlu mengenal sosok tertentu, kitab tertentu, aturan tertentu. Hanya perlu merefleksikan apa yang memang dialaminya dalam hidup.


Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: Belajar agama Buddha tanpa harus menjadi umat Buddha!
« Reply #99 on: 09 March 2011, 09:42:03 AM »
Ini adalah tricky topic, karena sulit menentukan batasan yang bagaimanakah yang dapat disebut sebagai umat Buddha....?

Bhikkhu di jaman Sang Buddha hanya mengambil perlindungan pada Tiratana, apakah Mereka umat Buddha atau bukan...?
wah, sukar dipercaya om fabian tidak tau jawabannya ;D
menurut om fabian, apakah yg dianggap sebagai umat buddha secara formal dalam tradisi theravada saat ini?
saya yakin anda bisa menjawabnya dalam 0.0000001 detik.
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Belajar agama Buddha tanpa harus menjadi umat Buddha!
« Reply #100 on: 09 March 2011, 09:42:43 AM »
judul topiknya adalah "Belajar agama Buddha tanpa harus menjadi umat Buddha". kisah di atas mengenai orang yg belajar vipassana dan mengambil manfaatnya tanpa harus mengambil sistematika doktrinal yg disyaratkan untuk menjadi umat buddha secara formal / skolastik (dari tiratana, pancasila, dst), bisa dikatakan relevan dengan topik. imo, si mantan pecandu itu lebih buddhis daripada umat buddha kebanyakan.

bagaimana praktek dan teknik lain juga bisa membebaskan kecanduan heroin tidaklah relevan di topik ini.


mohon penjelasan lanjut mengenai kalimat Bold di atas, agar pembaca yg bukan pencandu tidak berusaha untuk menjadi mantan pencandu

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Belajar agama Buddha tanpa harus menjadi umat Buddha!
« Reply #101 on: 09 March 2011, 09:44:40 AM »
vipassananya di mana?
hubungannya dengan topik thread ini apa?
merenungkan kasih Tuhan =))

kalau mau di hubung2kan sih bisa saja. ini selaras ini tidak, ini sila ini bukan, ini ajaran buda ini bukan, ketika seseorang memang dikondisikan seperti kasus diatas (penjara) maka tanpa guru pun dia merenung sendiiri tuh, tanpa "vipasana ajaran buda" tapi vipasana ajaran tuhan, dia berhasil menyembuhkan sendiri lebih hebat khan, tanpa biku atau pendeta, tanpa meditasi, sila dan tetek bengek lainnya.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Belajar agama Buddha tanpa harus menjadi umat Buddha!
« Reply #102 on: 09 March 2011, 09:47:02 AM »
wah, sukar dipercaya om fabian tidak tau jawabannya ;D
menurut om fabian, apakah yg dianggap sebagai umat buddha secara formal dalam tradisi theravada saat ini?
saya yakin anda bisa menjawabnya dalam 0.0000001 detik.


Kalau saya pribadi beranggapan walau hanya berlindung pada Tiratana sudah dianggap umat Buddha, walaupun ia tak pernah belajar Dhamma.

Tapi bukan umat Buddha ideal.

Mettacittena,
« Last Edit: 09 March 2011, 09:51:06 AM by fabian c »
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Belajar agama Buddha tanpa harus menjadi umat Buddha!
« Reply #103 on: 09 March 2011, 09:50:25 AM »
Ini adalah tricky topic, karena sulit menentukan batasan yang bagaimanakah yang dapat disebut sebagai umat Buddha....?

Bhikkhu di jaman Sang Buddha ada yang hanya mengambil perlindungan pada Tiratana, apakah Mereka umat Buddha atau bukan...?

Mettacittena
Betul juga. Definisi 'menjadi umat Buddha' di sini juga belum didefinisikan, sementara pendapat orang pasti beda-beda.

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: Belajar agama Buddha tanpa harus menjadi umat Buddha!
« Reply #104 on: 09 March 2011, 09:53:31 AM »
mohon penjelasan lanjut mengenai kalimat Bold di atas, agar pembaca yg bukan pencandu tidak berusaha untuk menjadi mantan pencandu
saya yakin pembaca dan bang indra cukup cerdas dan mengerti maksudnya.
kalo gak, yah saya rasa penjelasan apapun gak bisa membuat mereka mengerti...

merenungkan kasih Tuhan =))

kalau mau di hubung2kan sih bisa saja. ini selaras ini tidak, ini sila ini bukan, ini ajaran buda ini bukan, ketika seseorang memang dikondisikan seperti kasus diatas (penjara) maka tanpa guru pun dia merenung sendiiri tuh, tanpa "vipasana ajaran buda" tapi vipasana ajaran tuhan, dia berhasil menyembuhkan sendiri lebih hebat khan, tanpa biku atau pendeta, tanpa meditasi, sila dan tetek bengek lainnya.
oh, ternyata buat acek ryu, merenungkan kasih tuhan itu vipassana...
dan setahu saya konteks dan topiknya adalah "belajar agama buddha tanpa harus menjadi umat buddha".
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

 

anything