Topik Buddhisme > Studi Sutta/Sutra

[Theravada] Penghinaan & Penghormatan terhadap Buddha

(1/11) > >>

K.K.:
Sehubungan dengan keberadaan Buddha Bar, yang sebetulnya motivasi dari si pemilik kita tidak tahu, banyak orang yang merasa "gurunya terhina", dan perlu semacam tindakan "mengembalikan kehormatan" entah dengan demonstrasi dan lainnya.

Berhubung di sutta Pali tidak ada bahasan tentang "patungnya", maka baiklah kita bicarakan "Buddhanya". Apakah yang Buddha lakukan ketika dirinya dihina?

Suatu ketika, Magandiya yang menyimpan dendam kepada Buddha, menyewa orang-orang kota untuk menghina Buddha yang masuk kota untuk menerima dana makanan. Mereka menyebutkan kata-kata seperti: "pencuri", "orang bodoh", "unta", "keledai", "penghuni neraka". Ananda, mendengar hal seperti ini, memohon pada Buddha agar pindah ke kota lain saja, namun Buddha menolaknya. Menurut Buddha, "di kota mana pun juga, kita bisa tetap dihina dan tidak tepat jika setiap bertemu masalah, kita menghindarinya. Lebih baik kita menyelesaikan masalah di mana masalah itu timbul". Lalu, sikap Buddha apakah yang diambil untuk menyelesaikan masalah? Buddha berkata:

"Bagaikan gajah di medan perang, bertahan dari panah, demikian juga saya akan bertahan dari penghinaan. Sesungguhnya, banyak orang yang tidak memiliki moralitas."

"Hanya gajah dan kuda terlatih yang dibawa ke kumpulan manusia; Raja hanya menunggangi gajah dan kuda terlatih. Yang termulia di antara manusia adalah yang telah jinak, yang bertahan dari penghinaan."

"Bagal, kuda keturunan murni, kuda dari Sindhu, dan gajah besar, adalah mulia hanya ketika mereka terlatih; tetapi seseorang yang telah menjinakkan dirinya dengan pengetahuan jalan, adalah jauh lebih mulia." (Dhammapada 320-322)

Mendengar kata-kata ini, orang-orang yang menghina Buddha menyadari kesalahannya dan menghormat kepada Buddha. Beberapa di antara mereka menjadi Sotapanna. Bisa dilihat bagaimana sikap mengendalikan diri demikian bermanfaat bagi orang lain.


Di lain waktu, seorang Brahmana dari Suku Bharadvaja yang marah karena banyak anggota sukunya menjadi pengikut Buddha, datang untuk menghina Buddha. Buddha mengatakan:
"Bagi yang tidak marah, seorang yang telah jinak, hidup tanpa gejolak, maka tidak ada kemarahan.
Dia menjadi tenang dan terbebaskan, mengetahui dengan benar.
Demikian juga tidak pantas untuk marah kepada orang yang marah kepadamu
Ia yang tidak membalas memarahi, telah memenangkan pertempuran yang sulit.
Ia memberikan manfaat bagi dirinya dan orang lain
Mengetahui seseorang marah, jika kamu menenangkan diri dengan penuh perhatian, kamu telah membantu dirimu sendiri dan orang lain.
Mereka yang tidak pandai dalam dhamma, berpikir orang (yang tidak membalas) demikian adalah bodoh." (Sagatha Vagga, Akkosaka Sutta.)

Kemudian Brahmana itu menjadi Bhikkhu dan kemudian menjadi Arahat. Demikianlah Buddha mengatakan bahwa jika kita tidak terusik walaupun diusik, tidak marah walaupun dibuat marah, maka kita bisa menjadi perlindungan bagi orang lain.



Kemudian akan timbul pertanyaan, bagaimanakah penghormatan terbaik yang bisa kita berikan? (Yang pasti bukan dengan namaskara 84.000 kali di depan rupang Buddha.)

Setelah pemberitahuan Buddha mengenai Parinibbana yang akan berlangsung dalam 3 bulan, banyak bhikkhu yang ingin selalu berada di dekat Buddha. Tetapi bhikkhu-bhikkhu seperti Attadattha, Tissa, dan Dhammarama, malah mengasingkan diri di hutan, dengan maksud mencapai buah tertinggi kehidupan suci (Arahatta) sebelum Buddha Parinibbana. Bhikkhu-bhikkhu yang tidak mengerti malah menuduh mereka tidak menghargai Buddha dan membawanya kepada Buddha. Tetapi Buddha berkata kepada mereka, "Para Bhikkhu, mereka yang mengasihi dan menghormatiku, harus bersikap seperti Attadattha. Kalian TIDAK menghormatiku dengan persembahan bunga, wangi-wangian dan dupa, dan datang menemuiku; kalian menghormatiku hanya dengan menjalankan dhamma yang telah saya ajarkan kepada kalian, yaitu Dhamma yang melampaui duniawi."

Demikian juga saat-saat menjelang mahaparinibbana itu, ada hujan bunga-bunga surgawi, nyanyian para dewa terdengar dan bunga yang sebelum musimnya mekar. Buddha mengatakan belum pernah ada penghormatan seperti itu, tetapi Bhikkhu, Bhikkhuni, Upasaka, Upasika mana pun yang mempraktikkan jalan Dhamma dengan sungguh-sungguh, ia telah memberikan penghormatan yang paling tinggi kepada Tathagata.

hatRed:
walau penolakan terhadap buddha bar bukan sebuah penghormatan tertinggi,

setidaknya ini juga sebagai wujud penghormatan.

K.K.:

--- Quote from: hatRed on 13 March 2009, 04:45:18 PM ---walau penolakan terhadap buddha bar bukan sebuah penghormatan tertinggi,

setidaknya ini juga sebagai wujud penghormatan.

--- End quote ---

Betul. Seperti orang yang mampu memberikan kain kualitas terbaik, namun tidak melakukannya dan hanya membawa kain robek untuk diberikan kepada gurunya.

coedabgf:
kutipan :
Kalian TIDAK menghormatiku dengan persembahan bunga, wangi-wangian dan dupa, dan datang menemuiku; kalian menghormatiku hanya dengan menjalankan dhamma yang telah saya ajarkan kepada kalian, yaitu Dhamma yang melampaui duniawi.


klo aku berusaha menjelaskan/membagi pengetahuan sejalan dengan pengajaran guru Buddha berarti aku termasuk yang menghormati dong..., bukan karena dibilang umat atau yang (melakukan tindakan) menyembah?  :))

K.K.:

--- Quote from: coedabgf on 13 March 2009, 04:51:56 PM ---kutipan :
Kalian TIDAK menghormatiku dengan persembahan bunga, wangi-wangian dan dupa, dan datang menemuiku; kalian menghormatiku hanya dengan menjalankan dhamma yang telah saya ajarkan kepada kalian, yaitu Dhamma yang melampaui duniawi.


klo aku berusaha menjelaskan/membagi pengetahuan sejalan dengan pengajaran guru Buddha berarti aku termasuk yang menghormati dong..., bukan karena dibilang umat atau yang (melakukan tindakan) menyembah?  :))

--- End quote ---

Membagi pengetahuan yang benar juga merupakan penghormatan, namun penghormatan tertinggi adalah dengan "menjalankan" dhamma itu sendiri.

Navigation

[0] Message Index

[#] Next page

Go to full version