//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Menyanggah Klaim Umat Kristiani atas agama Buddha  (Read 75371 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Menyanggah Klaim Umat Kristiani atas agama Buddha
« Reply #135 on: 18 September 2008, 10:56:05 PM »
Om TSW , mungkin maksud Kainyn itu Alkitab itu buatan manusia jadi ada kemungkinan penambahan untuk "tujuan orang tertentu" agar misinya tercapai.
Jadi kalau hanya main ambil ayat2 sebagian itu menurut saya tidak valid, bahkan banyak yang kontradiksi dalam alkitab itu, jadi tidak ada patokan yang benar2 hanya berdasarkan pengambilan suara khan akhirnya.
Paham trinitas akhirnya hanya akan jadi cap untuk suara mayoritas dan yang tidak mengakuinya dianggap Sesat.

Ya. Mungkin saja. Demikian juga kitab-kitab agama lainnya..... Apa ada sih kitab agama yang tidak diragukan keotentikannya? Rasanya hampir semua deh.

Siapa tahu misalnya "Kalama Sutta" adalah penambahan untuk "tujuan orang tertentu"??? hehe..........Siapa yang tahu kan? Lagian Tripitaka baru ditulis sekitar 500 tahun setelah Sang Buddha Parinibbana? Kalau memang terbukti demikian, apakah umat Buddhis masih akan gembar gembor Ehipassiko??

Mau bagaimanapun seseorang pastilah kembali kepada kitab suci mereka dan mendasarkan pandangannya pada kitab suci itu. Meskipun katanya Ehipassiko ujung-ujungnya ya Kalama Sutta setelah itu ujung-ujungnya lagi ya Tipitaka. Nah apa bedanya?

Kitab adalah buatan manusia. memang. Tapi kenapa kita tidak berpikir sebaliknya? Bahwa buatan manusia pun bisa bener 100%, bukti hidupnya ada tuh... seperti Tipitakadhara di Myanmar yang konon sampai titik koma pun hafal.

Dan untuk membuktikan keotentikan dan keaslian suatu kitab, dilakukan penelitian sejarah. Biasanya naskah / bukti yang tertua yang dijadikan acuan keotentikan atau keaslian. Nah, naskah-naskah tertua Buddhis telah mengajukan konsep Triratna dan naskah-naskah tertua Kristiani juga telah menunjukkan Trinitas.

Lihatlah dengan kritis, bijaksana dan jujur, maka niscaya anda akan tahu mana naskah kitab yang jujur dan asli dan mana yang tidak.

Namun kalau anda lihat, banyak kontradiksi dalam Alkitab itu sebenarnya bukan kontradiksi. Banyak kontradiksi yang diajukan dalam buku AL De Silva maupun buku lainnya telah disanggah dengan baik oleh umat Kristiani.

Tapi saya tidak meniadakan adanya kontradiksi. Karena saya juga menemukan beberapa hal dalam Alkitab yang benar-benar berkontradiksi.

Untuk Trinitas, selama ini saya tidak menemukan kontradiksi dalam Alkitab, yang ada malah saling melengkapi.

Masalah pengambilan suara. Nah kenapa kita tidak melihat kemungkinan sebaliknya, bahwa: timbul pendapat yang benar-benar menyimpang pada masa itu dan pendukungnya banyak sehingga bisa sampai beda tipis suaranya dengan penganut paham Trinitas. Kenapa yang "disalahkan" malah selalu si pemenang (pihak Trinitas)?

Apakah kita sudah termakan konsep "sejarah dibuat oleh sang pemenang"??  Nah itu kan tidak selalu! Kalau memang benar begitu apa gunanya belajar sejarah?

Ataukah karena pengalaman buruk dari tindakan saudara kita yang beragama K yang tidak tahu aturan dan fanatik?

 _/\_
The Siddha Wanderer
« Last Edit: 18 September 2008, 10:59:43 PM by GandalfTheElder »
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Menyanggah Klaim Umat Kristiani atas agama Buddha
« Reply #136 on: 18 September 2008, 11:12:58 PM »
Apakah kitab dari agama lain tidak termasuk? saya kadang melihat konsep Trinitas dibuat oleh Muridnya Paus 1 kalo gak salah paulus yang mentuhankan Yesus, dan merubah2/meniadakan Hukum Taurat, bandingkan dengan yesus yang menggenapkan hukum Taurat.

Sejarah dalam perjanjian lama yaitu hubungan Allah dengan manusia itu langsung, sedangkan dalam Perjanjian baru ceritanya diperbaharui yaitu Hubungan dengan Allah itu harus melalui Yesus Dulu :)
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Menyanggah Klaim Umat Kristiani atas agama Buddha
« Reply #137 on: 19 September 2008, 06:32:42 AM »
Apakah kitab dari agama lain tidak termasuk? saya kadang melihat konsep Trinitas dibuat oleh Muridnya Paus 1 kalo gak salah paulus yang mentuhankan Yesus, dan merubah2/meniadakan Hukum Taurat, bandingkan dengan yesus yang menggenapkan hukum Taurat.

Sejarah dalam perjanjian lama yaitu hubungan Allah dengan manusia itu langsung, sedangkan dalam Perjanjian baru ceritanya diperbaharui yaitu Hubungan dengan Allah itu harus melalui Yesus Dulu :)

Saya memang pernah denger tentang Paulus seperti itu. Namun ucapan seseorang hendaknya tidak diterima mentah-mentah. Cross check dengan penemuan dari pihak Kristiani, tidak hanya dari pihak Buddhis saja atau pihak yang menentang Kristiani saja.

Dari pihak Kristiani juga hendaknya tidak diambil satu dua orang sampel saja. Teliti terus sampai akhirnya diketahui mana yang jujur dalam mengemukakan pendapatnya.

Saya pernah baca ada seorang Buddhis yang mengutip penemuan dari pihak Kristiani, tetapi yang diambil dan dimunculkan adalah pendapat pihak Kristiani yang mendukung pernyataan dia saja. Yang lainnya sengaja tidak dicantumkan. Padahal yang lain itu, memiliki potensi untuk menggugurkan pernyataannya.

Kebanyakan orang saya lihat hanya bergantung pada 2 buku: Beyond Belief dan Studi Banding Agama kr****n dan Buddha. Nah dua-duanya kan dikarang dari pihak Buddhis dan motifnya jelas.

Jujur, kalau seseorang membaca klaim Keikyo pada awalnya, terasa apa yang diomongkannya itu benar-benar fakta dengan bukti sejarahnya yang seolah-olah banyak dan valid itu. Namun toh semuanya ternyata bohongan.

Lihat dari kedua sisi, kalau tidak akan terkena bias suatu agama.

Nah kalau anda melihat Perjanjian Lama.... ajaran-ajarannya lebih ke arah agama Yahudi. Tidak mengherankan apabila terjadi pembaharuan. Agama Kristiani tentu memiliki ajarannya sendiri.

Hal ini juga terjadi di India. Dahulu Brahma / Isvara dianggap sebagai Tuhan. Lalu agama Buddha muncul dan menolak paham bahwa Brahma / Isvara adalah Tuhan. Brahma dan Isvara dianggap sebagai penghuni alam surga dan merupakan Pelindung Dharma, bukan Tuhan. Nah ini kan pembaharuan konsep Brahma / Isvara?

 _/\_
The Siddha Wanderer
« Last Edit: 19 September 2008, 06:39:41 AM by GandalfTheElder »
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Menyanggah Klaim Umat Kristiani atas agama Buddha
« Reply #138 on: 19 September 2008, 06:54:03 AM »
Perbedaan mendasar PL dengan PB terlihat khan, di PL ada makanan yang diharamkan, ada sunat (bahkan yesus pun disunat) , oleh paulus dirubah khan sehingga kekr****nan jadi seperti sekarang, bandingkan dengan Agama Islam yang bahkan cerita Yesus dengan ISA yang merujuk ke orang yang sama tapi ceritanya bisa berbeda :)
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Menyanggah Klaim Umat Kristiani atas agama Buddha
« Reply #139 on: 19 September 2008, 07:32:44 AM »
Perbedaan mendasar PL dengan PB terlihat khan, di PL ada makanan yang diharamkan, ada sunat (bahkan yesus pun disunat) , oleh paulus dirubah khan sehingga kekr****nan jadi seperti sekarang, bandingkan dengan Agama Islam yang bahkan cerita Yesus dengan ISA yang merujuk ke orang yang sama tapi ceritanya bisa berbeda :)

Nah... agama Islam munculnya tahun berapa? Bisa dibilang agama Islam merupakan agama termuda di antara 6 agama yang diakui di Indonesia.

Ya memang antar PL dan PB terjadi ketimpangan yang luar biasa. Tapi itu bukanlah masalah.

Kalau anda lihat dalam Tipitaka, disebutkan dalam Sela Sutta bahwa kitab-kitab Veda (Weda) telah menyebutkan 32 tanda manusia agung. Secara tidak langsung ini menyebutkan ciri-ciri seorang Buddha.

Veda dan Tipitaka tentulah sangat berbeda. Namun tanda-tanda seorang Buddha telah ada dalam kitab Veda.

Jadi ketika Sang Buddha hadir di dunia ini, Beliau menggenapi apa yang disebutkan dalam kitab Veda. Sama seperti Yesus yang dikatakan menggenapi hukum Taurat.

Tidak berbeda jauh ketika PL mengisahkan tentang Tuhan yang sama dengan Tuhan PB, namun kedua kitab tersebut ya tetap berbeda. Tipitaka dan Veda juga begitu, sama-sama menyebutkan ciri manusia agung (Buddha), tapi tetap berbeda.

Dan kalau saya lihat maksud dari Paulus sebenarnya bukan meniadakan hukum Taurat itu sendiri. Tetapi ia mengatakan bahwa sunat secara badaniah itu bukan jalan menuju keselamatan, namun Yesus. Jadi sunat bukan hal yang wajib.

Lagipula apakah logis hanya dengan sunat...??

Quote

Tetapi orang Yahudi sejati ialah dia yang tidak nampak keyahudiannya dan sunat ialah sunat di dalam hati, secara rohani, bukan secara hurufiah. Maka pujian baginya datang bukan dari manusia, melainkan dari Allah. (Roma 2:29)

"Sebab bagi orang-orang yang ada di dalam Kristus Yesus hal bersunat atau tidak bersunat tidak mempunyai sesuatu arti, hanya iman bekerja oleh kasih. "
(Gal 5:6)

"Kalau seorang dipanggil dalam keadaan bersunat, janganlah ia berusaha meniadakan tanda-tanda sunat itu. Dan kalau seorang dipanggil dalam keadaan tidak bersunat, janganlah ia mau bersunat. Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak penting. Yang penting ialah mentaati hukum-hukum Allah. (1 Kor 7:1819)

Nah jelas di ayat-ayat di atas, Paulus mereformasi dan memberikan arti sesungguhnya dari sunat itu sendiri. Seolah-olah ia menolak hukum Taurat, namun ia tidak menolak hukum Taurat, namun menyingkap makna yang lebih dalam di baliknya yaitu "sunat di hati". Bersunat secara badaniah tidaklah terlalu penting.

Sama dengan Sang Buddha yang memperbaharui dan mereformasi makna dari "Brahmana". Brahmana bukanlah mereka yang terlahir dari kasta Brahmana, tetapi mereka yang telah mencapai pembebasan sejatilah yang pantas disebut Brahmana.

Bahkan dari beberapa kalangan Buddhis muncul anggapan bahwa sebenarnya Veda itu adalah sisa-sisa ajaran dari Buddha sebelum Sakyamuni, yaitu Kasyapa Buddha. Namun ajaran tersebut telah diselewengkan seiring dengan perjalanan waktu. Upacara pengorbanan dalam Veda itu sebenarnya tidak bermakna harafiah, namun memiliki arti yang mendalam. Setahu saya ada Rinpoche yang menjelaskan bahwa upacara pengorbanan dalam Vajrayana itu bermakna simbolik, bukan harafiah seperti di Veda. Nah selain itu Rinpoche tersebut juga menjelaskan bahwa apa yang disebutkan dalam kitab Veda itu, sebenarnya tidaklah bermakna harafiah.

Before Buddhism, there was Hinduism in India then. Hinduism was a religion of the highest caste of people called Brahmas or Brahmins, the most intelligent people. They could not accept Buddha's teachings because they were very intelligent and highly educated. They had their own philosophy. In order to subdue these people, Buddha introduced Vajrayana. The outlook of Vajrayana is similar to Hinduism but each aspect has a symbolic meaning. In order to make these people to understand the Truth, Buddha adapted certain traditions from the Hindu religion, then led them to the Right Path. For example, the Fire Puja was actually a Hindu ritual. In fact, all ritual practices were adapted from Hindu rituals, except for philosophy and meditation. These rituals had to be adapted to suit the environment and the people. Hindus perform the fire puja to please the gods and even sacrifice animals into the fire. Buddha converted each substance as symbol of our own defilements, such as hatred. The fire then symbolises wisdom, which burns away and overcomes the defilements, so that we can understand the nature of our mind.
(Introduction to Vajrayana oleh Shangpa Rinpoche)

_/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Menyanggah Klaim Umat Kristiani atas agama Buddha
« Reply #140 on: 19 September 2008, 08:57:10 AM »
Bukan soal logis atau tidak bro, itu khan sudah perintah dari allah nya khan :))
Kalau Islam sudah tentu hampir sama dengan perjanjian lama khan :)

Kalau mau dibilang perjanjian baru itu Karesten Modern :))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: Menyanggah Klaim Umat Kristiani atas agama Buddha
« Reply #141 on: 19 September 2008, 09:12:39 AM »
Bukan soal logis atau tidak bro, itu khan sudah perintah dari allah nya khan :))
Kalau Islam sudah tentu hampir sama dengan perjanjian lama khan :)

Kalau mau dibilang perjanjian baru itu Karesten Modern :))

Ga juga,perkembangan Teologi bermula dari 2 batu yang berisi 10 larangan Tuhan berlanjut pada Taurat yang dipegang oleh Yahudi, ketika Yesus masuk,maka terjadi penambahan Kitab yang tercatat dalam Perjanjian Baru atau Kitab Yesus....lagi Muhammad muncul dan mengambil esensi Teologia dari awal termasuk kisah Yesus sebagai Isa Anak Maryam. Lihat kronologi ceritanya sama seperti Hindu Vedic ketika Buddha muncul Tipitaka
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Menyanggah Klaim Umat Kristiani atas agama Buddha
« Reply #142 on: 19 September 2008, 09:16:31 AM »
Bukan soal logis atau tidak bro, itu khan sudah perintah dari allah nya khan :))
Kalau Islam sudah tentu hampir sama dengan perjanjian lama khan :)

Kalau mau dibilang perjanjian baru itu Karesten Modern :))

Yaps, benar sekali memang perintah dari Allahnya.... Tapi lebih logis sunat di hati ketimbang sunat badaniah.

Sama seperti sabda Sang Buddha bahwa rohani (pikiran) ini lebih tinggi/ lebih penting ketimbang jasmani. Tp saya lupa apa suttanya.......

Hmm?? Karesten Modern ???

Memang Islam lebih dekat dengan agama Yahudi (Perjanjian Lama). Tp ngomong2 pandangan mereka terhadap Yesus berbeda loh....

_/\_
The siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Menyanggah Klaim Umat Kristiani atas agama Buddha
« Reply #143 on: 19 September 2008, 09:43:38 AM »
Ya! Ucapan yang berasal dari keyakinanlah yang kita bahas. Bukan sekedar berkoar-koar.
Saya yang terbatas hanya bisa melihat bentuk luarnya saja (i.e. pengucapan) dan tidak mengetahui apakah itu bermanfaat atau sekadar berkoar-koar. Untuk itu saya bilang bukan pasti bermanfaat dan bukan pasti tidak bermanfaat.


Quote
Mereka yang menjaga pikiran, ucapan, dan perbuatan sudah pasti otomatis berlindung pada Triratna. Baik itu konvensional maupun absolut.
Ya, itu dia kita berbeda. Bisa jadi orang yang berlindung pada Triratna (secara benar) OTOMATIS menjaga pikiran, ucapan, dan perbuatan. Tetapi, menjaga pikiran, ucapan, dan perbuatan, TIDAK OTOMATIS menjadikan seseorang berlindung pada Triratna. Itu menurut pendapat saya.


Quote
Anda bilang:
Quote
Anda persis mereka yang bilang perbuatan baik tidak berguna jika tidak mengenal "ajaran agamanya".


Dalam agama Buddha, perbuatan baik tetap berguna walaupun tidak beragama Buddha ataupun tidak menerima Triratna. Saya umat Buddha dan saya meyakini hal itu. Di mana persisnya??
Persisnya adalah anda dan mereka mengatakan perbuatan baik (menjaga pikiran, ucapan, dan perbuatan) adalah hal yang baik dan bermanfaat, namun perbuatan baik TANPA EMBEL2 AGAMA (apakah itu syahadat, kepercayaan akan pengorbanan seseorang, perlindungan pada Triratna) tidaklah membawa pada tujuan spiritual tertinggi (apakah itu sorga, moksha, ataupun Nibbana). Sama 'kan?! Kembali pada embel2 agama.

Quote
Saya quotekan lagi kata kata saya sendiri dalam beberapa postingan yang lalu:
"Triratna Konvensional ini menunjuk pada Triratna Absolut."
Triratna Absolut = diri sendiri
Jika TriRatna Absolut adalah diri sendiri, mengapa anda keberatan dengan pernyataan2 saya dan kemudian mengutip tanya jawab Master Hui Neng yang akhirnya berkesimpulan pada "Sebelum orang bisa berlindung pada diri sendiri, memerlukan perlindungan dari orang lain"?
Dalam hal duniawi, kita berlindung dan bergantung pada banyak hal; tetapi dalam konteks spiritual, sesungguhnya kita tidak bisa berlindung pada apapun kecuali "diri" kita sendiri.



Quote
Apa anda sadar, yang selama ini kita bahas adalah Umat Buddha / Buddhis?

Umat Buddhis adalah mereka yang berlindung pada Triratna.

Umat Buddha juga mengandung pengertian "umat dari Sang Buddha" / "Pengikut Buddha"

Sedangkan Pacceka Buddha hidup pada zaman di mana tidak ada Sammasambuddha, tidak ada ajaran Sang Buddha bahkan kata Buddha pun tidak dikenal. Bagaimana bisa Pacceka Buddha disebut sebagai Umat Buddha / Buddhis??

Sekali lagi, saya hanya ingin menunjukkan bahwa ada jalan pembebasan TANPA MENGENAL TIRATANA. Saya tidak bilang di sini, di tempat lain,  sekarang, dulu atau nanti ada seorang Pacceka Buddha.

Untuk definisi "umat Buddha" itu memang kita berbeda. Saya berikan contoh lagi.
Seandainya, ada orang yang tidak kenal Buddhisme, menjadi pertapa, berusaha mengendalikan pikiran, ucapan dan perbuatan, bermeditasi sampai mencapai jhana, tinggal sendiri dan puas dengan yang sedikit; kebetulan suatu hari bertemu dengan ajaran Satipatthana, namun TANPA ATRIBUT KEAGAMAAN sama sekali (mungkin dari potongan kitab atau dengar dari pembicaraan orang lain). Lalu dia menerapkannya untuk perkembangan bathinnya.
Menurut anda, apakah seorang yang tidak tahu Tiratana, tidak tahu 4 Kebenaran Mulia, tidak tahu Tilakkhana dan lain-lain itu, bisa disebut Bhikkhu?

Quote
Quote
Jadi, menurut anda, kunci yang membuat Sariputta mencapai Sotapanna adalah keyakinan pada Tiratana, bukanlah bait yang diberikan Asajji. Tambahan lagi anda malah mengkhotbahi saya definisi Sotapanna dan Arahat, sampai ke Bodhisatva.


Jelas bukan baitnya. Bait hanyalah sekedar rangkaian kata-kata yang tidak kekal. Tidak ada apa-apanya di situ. Namun pandangan, pola pikir atau persepsi seseoranglah yang membuatnya mengenal arti dari "bait" itu.

Jadi, Sariputta tercerahkan bukan karena bait itu, namun karena keyakinannya pada Triratna yang muncul bersamaan dengan pandangan cerahnya / pandangan benar tentang arti "bait" tersebut.
Di situlah kita berbeda. Menurut anda, pasti semua lewat Saddha.
Menurut saya, ada pembebasan lewat kebijaksanaan, ada pembebasan lewat Saddha. Kasus Sariputta adalah yang pertama. Contoh kasus yang ke dua adalah Thera Vangisa.


Quote
Anda merasa dikhotbahi? Wah, saya jadi semakin yakin kalau diri anda itu ternyata seperti itu......
Anda tidak merasa mengkhotbahi? Wah, saya semakin ragu bahwa anda itu seperti yang saya kira sebelumnya.


Quote
Jelas bahwa Khema yakin (saddha) akan perkataan Sang Buddha. Keyakinan itu menyadarkannya serta membawanya pada Nibbana.
Jadi jelas mereka yang mencapai tingkatan pencerahan adalah mereka yang memiliki saddha terhadap Tiratana.
Jadi Sariputta Saddha-nya pada Asajji, berlindung pada Asajji.
Lalu, Moggallana Saddha-nya pada Sariputta, berlindung pada Sariputta.
Yang menarik, Pukkusati Saddha-nya kepada "pertapa sembarang", dan mencapai Anagami.
Ya sudah, silahkan anda percaya apa yang ingin anda percaya.


Quote
Ini diperjelas lagi dengan syarat seorang Sotapanna: tidak memiliki keraguan pada Tiratana, alias yakin dan berlindung pada Tiratana.
Keyakinan pada Tiratana, menurut saya adalah "ciri" dari seorang Sotapanna, bukan "syarat" menjadikan seseorang Sotapanna.
Sebelum seseorang mencapai Sotapatti-Magga, keyakinannya hanyalah sebuah fanatisme (baik halus, maupun kasar), karena sesungguhnya dia belum membuktikan Buddha Dhamma apapun.
Analagoinya seperti ini: "ciri" dari wanita yang memasuki fase remaja adalah menstruasi. Tetapi seorang wanita tidak bisa me-menstruasi-kan diri untuk memasuki fase remaja.
remaja=Sotapanna; menstruasi=keyakinan pada Tiratana; penghancuran kemelekatan pada "atta" dan "ritual".


Quote
Keyakinan (faith / saddha) adalah keyakinan pada Tiratana (Triratna):

"First, he [ i.e. the Bodhisattva] is perfect in faith (Sraddha). How is faith perfect? This is believing deeply that the Buddha, Dharma and Sangha are Eternal....."
(Mahayana Mahaparinirvana Sutra)

Ketika zaman Buddha Padumuttara, ...

Pada masa Buddha Kakusandha, ...

Sedari dulu Khema telah menerima Tiratana.
Pada masa Buddha Kassapa, Bodhisatta Jotipala memasuki Sangha Buddha. Apa berarti Samma Sambuddha Gotama itu berlindung pada Buddha2 sebelumnya, Dhamma2 sebelumnya, Sangha2 sebelumnya dan mencapai Kebuddhaan karena Saddhanya? Silahkan jawab sendiri.


Quote
Quote
Bagi orang yang merasa diri sendiri benar dan orang lain salah, mungkin istilahnya "sesat/murtad". Saya menggunakan istilah beda pendapat karena belum yakin saya yang benar.


Nah, anda sendiri belum yakin!
Kalau saya sudah Arahat yang memiliki kemampuan baca pikiran dan patisambidha, baru saya yakin yang saya katakan itu benar adanya.


Quote
Hahaha.... kok anda sewot saya kasih balasan ayat? Padahal anda sendiri yang pada mulanya meminta saya untuk memberikan referensi Trinitas dalam Alkitab! Kok saya sekarang menjawab dengan ayat anda malah merasa hal tersebut tidak konsisten. Yang tidak konsisten itu..... kira-kira siapa ya?

Begitu ada ayat yang menjawab, anda malah.......
Karena anda tidak memberikan uraian tentang satu ayat, malah lompat2, pindah2 dan berlindung di balik ayat lain. Cara diskusi begitu tidak akan membawa pada kesimpulan, bahkan sampai kalpa mendatang. Jadi silahkan anda bilang saya yang salah, anda yang benar. Saya tidak tertarik melanjutkan kecuali anda jelaskan kenapa Tuhan punya Tuhan tanpa berlindung di balik ayat lain yang juga ditafsirkan MENURUT ANDA.


Quote
Tahukah anda kenapa saya memberi balasan ayat? Karena ayat dalam kitab suci suatu agama adalah salah satu sumber yang paling valid dalam menjelaskan ajaran agamanya. Suatu kenyataan yang tidak bisa orang sangkal.

Coba deh lihat Tipitaka. Seseorang mengenal ajaran Sang Buddha, kalau bukan dari Tripitaka dari mana ?? Bahkan seseorang mengenal Kalama Sutta yang berkata harus ehipassiko itu.... kalau bukan dari Tipitaka terus dari mana?

Jadi, bener2 paling valid adalah ayat dari kitab suci?
Baiklah. Saya mau tanya satu hal saja. Dalam kitab Matthew, sebelum Yesus disalib, diberikan jubah merah (scarlet robe). Dalam kitab John, dikenakan jubah ungu (purple robe). Yang mana yang menjadi tolok ukur kebenaran?

Untuk yang lainnya, saya rasa tidak perlu diteruskan.

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Menyanggah Klaim Umat Kristiani atas agama Buddha
« Reply #144 on: 19 September 2008, 10:09:19 AM »
Saya reply postingan bro. Kainyin Kutho dan nyanadhana ini bersamaan:

Quote
Betul. Kalo mo lihat dari sejarah, sungguh sangat banyak aliran kr****n pada awal sebelum konsili Nicaea. Namun penganut paham Arianisme jauh lebih banyak daripada paham Athanasia (bahwa Yesus Tuhan). Itulah kenapa mereka sangat takut pada pengaruhnya sampai membuat konspirasi dan membunuh Arius.
Kalau mau cari tentang Yesus sebagai manusia, boleh cari di kitab2 yang dianggap "tidak valid" dan dibuang dari Alkitab.


Injil Aquarian mencatat hal itu namun kalo ga salah tinggal serpihan yang tidak utuh. Pihak gereja masa kini bisa saja mengklaim bahwa itu kitab sesat.Yang mana yang benar semuanya sebenarnya kembali ke mereka yang menyimpan rahasia catatan masa lampau ataupun mungkin sekarang mereka sudah menutup mata mengenai hal ini.

Injil Aquarian baru muncul pada tahun 1908 ditulis oleh Levi H Dowling. Yesus lahir pada abad 1 M sedangkan Injil Aquarian muncul ditulis pada abad 20 M. ya jelas dibilang sesat deh....... apalagi rentangnya 20 abad alias sekitar 2000 tahun. Hooohhh......  :o

Kitab-kitab yang dianggap tidak valid itu kebanyakan adalah kitab yang menganut paham Gnostik. Paham Gnostik tetap menganggap Yesus itu satu dengan Tuhan. Hanya bedanya Tuhannya PB dengan Tuhannya PL dianggap tidak sama. Tuhannya PB (Yesus) dikatakan lebih tinggi ketimbang Tuhannya PL (Demiurge). Marcion (110-160 M), Bapa Gnostik, juga menyatakan demikian.

Docetisme adalah paham yang kurang lebih sama dengan Gnostik. Adoptionisme menganggap Yesus sama dengan Tuhan baru ketika dibaptis.

Paham-paham di atas semuanya mendukung paham bahwa Yesus adalah Tuhan, yang berbeda adalah pandangan "Yesus adalah Tuhan" mereka berbeda dengan pandangan "Yesus adalah Tuhan" kaum pendukung Trinitas (Bapa-Bapa Gereja).

Satu-satunya paham yang menyatakan Yesus sebagai murni manusia adalah Ebionites. Dan saya menemukan ini dalam website kaum Ebionite sendiri:

Quote
Are the Ebionites Christians?
We are in no way Christian or supportive of Christianity. We consider Christianity to be a type of Mystery Religion devised by Paul of Tarsus and others. We believe that there is no relationship between Christianity (actually better described as Paulism) and the man Christians refer to as "."  For that matter, since Christians often claim that "Christian" means Christ-like (that is like ""), it is most unfortunate that there are few who could honestly make that claim.
Some scholars categorize the ancient Ebionites as Christian or Jewish-Christian. That description is unjustified and untenable. In fact there is no such thing as a Jewish-Christian just as there are no Muslim-Christians.


Kaum Ebionite tidak merasa mereka adalah umat Kristiani. Wajar kalau mereka tidak menerima Trinitas.

Sama dengan Islam yang tidak menerima Trinitas, karena Islam bukan Kristiani, alias agama yang berdiri sendiri.

 _/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Menyanggah Klaim Umat Kristiani atas agama Buddha
« Reply #145 on: 19 September 2008, 08:17:41 PM »
Saya yang terbatas hanya bisa melihat bentuk luarnya saja (i.e. pengucapan) dan tidak mengetahui apakah itu bermanfaat atau sekadar berkoar-koar. Untuk itu saya bilang bukan pasti bermanfaat dan bukan pasti tidak bermanfaat.

Yang saya tekankan adalah keyakinan. Di kitab Tipitaka, jelas meskipun seseorang tidak mengucapkan perlindungan pada Tiratana, tetapi dalam pikiran / hati bersungguh-sungguh berlindung pada Triratna, itu sudah cukup untuk membawanya ke Pintu Dharma. dan sesuai kebiasaan seorang manusia, pikiran / isi hati seseorang itu tertuang dalam bentuk ucapan yaitu ucapan perlindungan. Namun kalau bisu gimana? yah tidak masalah. Di Tipitaka sudah banyak contoh mereka yang berlindung pada Triratna tanpa mengucapkan kalimat perlindungan tersebut.

Quote
Ya, itu dia kita berbeda. Bisa jadi orang yang berlindung pada Triratna (secara benar) OTOMATIS menjaga pikiran, ucapan, dan perbuatan. Tetapi, menjaga pikiran, ucapan, dan perbuatan, TIDAK OTOMATIS menjadikan seseorang berlindung pada Triratna. Itu menurut pendapat saya.

Orang yang benar-benarmenjaga pikiran, ucapan, dan perbuatan, semuanya akan selaras dengan Dhamma. Orang yang dapat benar-benarmenjaga pikiran, ucapan, dan perbuatan adalah siswa para Arya dan para Buddha. Saddha pada Sang Triratna adalah faktor dasar yang membawa seseorang menjadi Siswa Arya.

Quote
Persisnya adalah anda dan mereka mengatakan perbuatan baik (menjaga pikiran, ucapan, dan perbuatan) adalah hal yang baik dan bermanfaat, namun perbuatan baik TANPA EMBEL2 AGAMA (apakah itu syahadat, kepercayaan akan pengorbanan seseorang, perlindungan pada Triratna) tidaklah membawa pada tujuan spiritual tertinggi (apakah itu sorga, moksha, ataupun Nibbana). Sama 'kan?! Kembali pada embel2 agama.


Bukan embel-embel agama, tetapi lebih pada keyakinan terhadap sesuatu yang absolut. Dan sesuatu yang absolut itu berlainan dalam setiap paham keyakinan. Dan tentu saja, keyakinan pada sesuatu yang absolute ini pun selalu berkaitan dengan sebuah agama tertentu.

Maka dari itu saya katakan: semua agama eksklusif. Semua agama meyakini agamanya sebagai yang paling benar dan merupakan satu-satunya Jalan Yang tertinggi. Masing-masing agama memiliki ajaran yang berbeda-beda mengenai sesuatu yang absolute itu. Tidak mungkin ada 2 jalan. Hanya satu saja yang benar. Bahkan Tujuan tertinggi setiap agama itu berbeda-beda. Memang begitulah karakteristik dari sebuah agama.

Kalau anda lihat, Brahmajala Sutta mengutip berbagai macam pandangan keliru, salah satunya adalah pandangan mengenai adanya Tuhan Pencipta. Nah ini kan secara tidak langsung mengatakan bahwa agama yang mengajarkan tentang Tuhan Pencipta (Monotheisme) itu berpandangan keliru? Belum lagi kisah Brahma Baka.

Pendiri agama Jain yaitu Mahavira yang dikenal sebagai Nigantha Nataputta juga dianggap sebagai guru ajaran tirthika / guru dengan pandangan keliru dan jelas yang diajarkannya bukanlah Dhamma yang menuju pada pembebasan, meskipun Nigantha juga mengajarkan tentang kebaikan.

Pendiri agama Ajivika yang sekarang telah punah, yaitu Makkhali Gosala juga dianggap sebagai seorang guru berpandangan keliru dengan ajarannya yang keliru, yang hidup sezaman dengan Sang Buddha.

Selama berabad-abad master Buddhis dari kalangan Mahayana di India menentang pandangan tentang adanya Ishvara (Tuhan).

Bahkan dalam paham agama Buddha, Trimurti dalam H itu bukan Tuhan tetapi hanyalah 3 orang deva dalam alam surga / Brahma. Nah ini kan sudah jelas-jelas menunjukkan perbedaan yang sangat besar dengan agama H. Secara tidak langsung juga mengatakan bahwa paham agama H tidak membawa pada pembebasan, hanya dapat mencapai surga alam Brahma (bersatu dengan Brahma / Ishvara). Belum lagi paham Atta (Atman) dalam agama H, yang ditolak mentah-mentah oleh Sang Buddha dan para master Buddhis dari semua sekte.

Bahkan teks Kalachakra Tantra dan komentar-komentarnya menyebutkan bahwa paham I hanya dapat membawa seseorang pada alam surga dengan Tuhannya yang berada dalam Surga.

Bahkan guru-guru Buddhis yang dihormati seperti Ven. Sheng Yen, Ven. Chin Kung dan Ven. Hsuan Hua mengatakan bahwa Tuhan K dan I itu dapat diperbandingkan dengan Indra dan Brahma dalam agama Buddha, yang merupakan deva-deva yang masih belum terbebas dari Samsara.

Maka dari itu agama Buddha juga merupakan sebuah agama yang eksklusif. Triratna adalah satu-satunya jawaban dalam alam Samsara ini, jawaban untuk mencapai ke-Buddhaan. Satu-satunya perlindungan yang aman, yang tidak hanya membawa seseorang ke alam bahagia (surga) namun juga Nirvana (Pembebasan Sejati).

Bahkan ke-eksklusifisan suatu agama itulah yang menjadi dasar dari toleransi. Toleransi muncul dari sebuah kondisi / sikap di mana dua orang / sekelompok orang memiliki keyakinan yang berbeda berinteraksi soal keyakinan mereka satu sama lainnya. Oleh karena perbedaan maka muncul toleransi. Kalau semua sama alias inklusif, nah yang namanya toleransi itu ya nggak ada.

Justru karena masing-masing agama itu ekslusif dan berbeda satu sama lain, maka dunia ini menjadi berwarna dan indah. Tidak ada masalah untuk meyakini agamanya sebagai yang paling benar dan satu-satunya jalan yang sejati, asal tetap menghormati agama lainnya dan tidak merendahkan agama yang lainnya.

Seperti para pengikut Nigantha yang berpandangan salah. Walaupun Sang Buddha tahu bahwa praktek mereka tidak membawa pada Pembebasan Sejati, namun Sang Buddha tetap mengajarkan siswa awamnya untuk tetap menyokong para petapa Nigantha.

Jika tidak meyakini agama Buddha sebagai agama yang paling benar, lantas kenapa kita beragama Buddha?

Quote
Jika TriRatna Absolut adalah diri sendiri, mengapa anda keberatan dengan pernyataan2 saya dan kemudian mengutip tanya jawab Master Hui Neng yang akhirnya berkesimpulan pada "Sebelum orang bisa berlindung pada diri sendiri, memerlukan perlindungan dari orang lain"?
Dalam hal duniawi, kita berlindung dan bergantung pada banyak hal; tetapi dalam konteks spiritual, sesungguhnya kita tidak bisa berlindung pada apapun kecuali "diri" kita sendiri.

Apakah anda sadar, pada saat itu saya mengutip kata-kata Hui Neng itu sebagai jawaban karena anda bertanya pada saya apa arti berlindung pada Triratna. Jadi bukan karena saya keberatan.

Coba anda buka lagi postingan anda sebelumnya, kalau anda tidak percaya.

Apa itu spiritual dan duniawi? Selama anda bernapas, itu sudah duniawi. Duniawi dengan spiritual tidak dapat terpisahkan. Tanpa 'duniawi' tidak ada spiritual, tanpa dukkha tidak ada Pembebasan Sejati.  Demikian juga tanpa Triratna Konvensional, bagaimanakah kita mengenal Triratna Absolut (dalam konteks masa sekarang)?

Apa yang saya maksud dari Triratna Konvensional menunjuk pada Triratna Absolut adalah:

1. Sammasambuddha Gotama sebagai bukti nyata dan perwujudan dari Pencerahan. Oleh karena itulah kita berlindung pada Buddha Gotama dan Pencerahan.
2. Empat kebenaran Mulia sebagai bukti nyata dari ajaran. Oleh karena itulah kita berlindung pada Ajaran Sang Buddha yang terdiri dari 4 Kebenaran Mulia.
3. Siswa Arya (Arahat dan Bodhisattva) sebagai bukti nyata mereka yang mencapai Kesucian. Oleh karena itu kita berlindung pada siswa Arya dan Kesucian.

Oleh karena kita masih berada dalam penderitaan dan rintangan karma yang sangat banyak, maka kita membutuhkan sesuatu yang mudah dicerap oleh Panca Khanda untuk membantu kita membawa pada Pembebasan Sejati. Triratna Konvensional itulah yang menjadi jawabannya. Jadi Triratna Konvensional itu merupakan perwujudan nyata dari Triratna Absolut yang sifatnya masih abstrak itu. Abstrak karena kita belum pernah 'melihat' secara langsung Pencerahan itu seperti apa, kesucian itu seperti apa sebenarnya, ajaran yang benar itu seperti apa. Jadi Triratna Konvensional membantu pada kita agar kita tidak meraba-raba dalam Triratna Absolut yang masih abstrak itu.

Bagi mereka yang telah mencapai Pembebasan Sejati, maka mereka mampu melihat dengan jelas Triratna Absolut yang berada dalam diri sendiri. sedangkan kita yang masih belajar ini, membutuhkan suatu objek nyata yang dapat membantu kita mengenali Triratna Absolut dalam diri kita sendiri.

Jadi Triratna konvensional itu adalah "perlindungan di luar diri" yang menjadi dasar bagi kita untuk mengenali dengan jelas "Triratna Absolut" yaitu perlindungan dalam diri sendiri. Dengan melihat dan berlindung pada Triratna Konvensional, maka kita akan belajar dari Buddha Gotama dan para siswa Aryanya mengenai Dhamma 'berlindung dalam diri sendiri'.

Quote
Sekali lagi, saya hanya ingin menunjukkan bahwa ada jalan pembebasan TANPA MENGENAL TIRATANA. Saya tidak bilang di sini, di tempat lain,  sekarang, dulu atau nanti ada seorang Pacceka Buddha.

Ya. Memang ada jalan pembebasan tanpa mengenal Triratna. Namun di masa kita sekarang ini, TIDAK ADA jalan pembebasan yang tanpa mengenal Triratna.

Kenapa? Karena kita tidak mungkin menjadi Pratyeka Buddha di mana masih ada ajaran Sang Buddha. Meskipun kita mengaku tidak pernah mendengar tentang Triratna dan ajaran Buddha di Masa Dispensasi Dharma ini.

Jadi Dhamma ajaran Sang Buddha dan Triratna adalah satu-satunya jalan menuju Pembebasan Sejati. Paham lain dan perlindungan yang lain tidak akan membawa pada pembebasan.

Anda tidak ingin berbicara tentang waktu, namun saya justru tidak bisa menerimanya. Karena persoalan perlindungan ini pastilah berhubungan dengan waktu, apalagi anda mengaitkannya dengan Pratyeka Buddha!

Apalagi kita hidup pada masa sekarang, maka tidak ada salahnya apabila kita kaitkan dengan masa sekarang. Sama dengan Pembebasan Sejati yang berkaitan dengan 'Saat Ini'.

Lagian apakah anda tahu bahwa sebelum menjadi Pratyeka Buddha maka Ia adalah paccekabodhisatta yang mengumpulkan parami selama 2000 Asankheyya Kappa?? Nah selama mengumpulkan parami itu, sudah berapa kali Ia berlindung pada Sang Tiratana?

Contohnya adalah Devadatta yang menjelang akhir hidupnya menyadari kesalahannya dan sebelum terjeblos ke neraka ia berlindung pada sang Triratna. Setelah menjalani siksaan di neraka Avici, kelak ia akan menjadi seorang Pacceka Buddha.

Quote
Untuk definisi "umat Buddha" itu memang kita berbeda. Saya berikan contoh lagi.
Seandainya, ada orang yang tidak kenal Buddhisme, menjadi pertapa, berusaha mengendalikan pikiran, ucapan dan perbuatan, bermeditasi sampai mencapai jhana, tinggal sendiri dan puas dengan yang sedikit; kebetulan suatu hari bertemu dengan ajaran Satipatthana, namun TANPA ATRIBUT KEAGAMAAN sama sekali (mungkin dari potongan kitab atau dengar dari pembicaraan orang lain). Lalu dia menerapkannya untuk perkembangan bathinnya. Menurut anda, apakah seorang yang tidak tahu Tiratana, tidak tahu 4 Kebenaran Mulia, tidak tahu Tilakkhana dan lain-lain itu, bisa disebut Bhikkhu?

Ooo... definisi anda dengan Sang Buddha juga berbeda kalau begitu!

Satipatthana kan juga Dhamma. Apakah anda tahu kalau satu permata dalam Tiratana itu juga menyimbolkan dan mewakili dua permata lainnya?

There is no discrimination between Buddha, Dharma and Sangha.
(Mahayana Mahaparinirvana Sutra)

The person believes in the Buddha, Dharma, and Sangha, but does not believe that the Three Treasures are one in nature and characteristics. … Hence, not perfect in faith.(Mahayana Mahaparinirvana Sutra)

Jadi seseorang yakin pada Satipatthana menunjukkan bahwa ia yakin pada Dhamma. Seseorang yang yakin pada Dhamma, berarti yakin pada Tiratana.

Quote
Di situlah kita berbeda. Menurut anda, pasti semua lewat Saddha.
Menurut saya, ada pembebasan lewat kebijaksanaan, ada pembebasan lewat Saddha. Kasus Sariputta adalah yang pertama. Contoh kasus yang ke dua adalah Thera Vangisa.


Saddha yang benar pasti diiringi oleh kebijaksanaan yang benar. Kebijaksanaan yang benar selalu diikuti oleh saddha yang benar.

Quote
Anda tidak merasa mengkhotbahi? Wah, saya semakin ragu bahwa anda itu seperti yang saya kira sebelumnya.

Anda merasa saya megkhotbahi anda atau tidak, itu tergantung pikiran anda. Baiklah, saya ingin bertanya kira-kira apa ya yang membuat saya seperti mengkhotbahi anda?

 _/\_
The Siddha Wanderer
« Last Edit: 19 September 2008, 08:42:22 PM by GandalfTheElder »
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Menyanggah Klaim Umat Kristiani atas agama Buddha
« Reply #146 on: 19 September 2008, 08:18:12 PM »
Quote
Jadi Sariputta Saddha-nya pada Asajji, berlindung pada Asajji.
Lalu, Moggallana Saddha-nya pada Sariputta, berlindung pada Sariputta.
Yang menarik, Pukkusati Saddha-nya kepada "pertapa sembarang", dan mencapai Anagami.
Ya sudah, silahkan anda percaya apa yang ingin anda percaya.


Pukkusati manakah yang anda maksud? Kalau berdasarkan Pukkusati yang saya tahu, beliau memiliki Saddha terhadap Buddha Gotama.

Apakah maksud anda "Petapa Sembarang" = Buddha Gotama ???

Pukkusati adalah seorang raja yang merupakan kawan dari Bimbisara. Ia mengirimkan kain dengan kualitas terbaik dan Bimbisara tidak tahu bagaimana membalasnya, memberikan 2 plakat kayu yang bertuliskan ajaran dasar Buddha Dhamma. Ketika membacanya, maka Pukkusati meninggalkan kehidupan rumah tangga dan hidup sebagai 'bhikkhu' (walaupun tidak ditahbiskan) dan mencari Buddha. Di suatu tempat, Buddha bermalam di tempat yang sama dengan Pukkusati dan mengajarnya tentang pembagian elemen. Pukkusati kemudian mencapai Anagami phala dan mengenali Buddha. Ia mencari perlengkapan bhikkhu untuk ditahbiskan, tetapi kemudian diseruduk sapi. Kisahnya ada di Dhatuvibhanga sutta, Majjhima Nikaya 140.

Dalam Pali Dictionary Pukkusati adalah:
A young monk whom the Buddha met at the house of Bhaggava, the potter, in Rājagaha. Pukkusāti was already occupying the guest room of the house, and the Buddha asked to be allowed to share it, to which Pukkusāti readily agreed. They sat together for sometime in silence, and then the Buddha preached the Dhātuvibhanga Sutta. Pukkusāti recognised the Buddha at the end of the sermon and begged his forgiveness for not having paid him due honour; he then begged to have the upasampadā conferred on him. The Buddha consented and sent him to procure a begging bowl and a robe. On the way Pukkusāti was gored to death by a mad cow. When this was reported to the Buddha, he said that Pukkusāti was an Anāgāmin and had been born in the realms above, never more to return. M.iii.237 47. In this context Pukkusāti is spoken of as a kulaputta (iii.238); see also J.iv.180 and DhA.ii.35.

In his comments on the Dhātuvibhanga Sutta, Buddhaghosa gives a long account of Pukkusāti. MA.ii.979 ff. Cp. the story of Tissa, king of Roruva (ThagA.i.199f.)
He had been the king of Takkasilā, contemporary of Bimbisāra and of about the same age. A friendly alliance was established between the two kings through the medium of merchants who travelled between the two countries for purposes of trade. In the course of time, although the two kings had never seen each other, there grew up between them a deep bond of affection. Pukkusāti once sent to Bimbisāra, as a gift, eight priceless garments in lacquered caskets. This gift was accepted at a special meeting of the whole court, and Bimbisāra having nothing of a material nature, which he considered precious enough to send to Pukkusāti, conceived the idea of acquainting Pukkusāti with the appearance in the world of the Three Jewels (ratanāni) the Buddha, the Dhamma, and the Sangha. He had inscribed on a golden plate, four cubits long and a span in breadth, descriptions of these Three Jewels and of various tenets of the Buddha's teachings, such as the satipatthānā, the Noble Eightfold Path, and the Thirty seven factors of Enlightenment. This plate was placed in the innermost of several caskets of various precious substances, and was taken in procession on the back of the state elephant up to the frontier of Bimbisira's kingdom. Similar honours were paid to it by the chiefs of other territories, through which lay the route to Takkasilā.

When Pukkusāti, in the solitude of his chamber, read the inscription on the plate, he was filled with boundless joy and decided to renounce the world. He cut off his hair, donned the yellow robes of a monk, and left the palace alone amid the lamentations of his subjects. He travelled the one hundred and ninety two leagues to Sāvatthi, passing the gates of Jetavana; but having understood from Bimbisāra's letter that the Buddha was at Rājagaha, he omitted to enquire for him at Jetavana, and travelled on forty five leagues more to Rājagaha, only to find that the Buddha was all the time in Sāvatthi. As it was then evening, he took lodging in Bhaggava's house. The Buddha, with his divine eye, saw what was in store for Pukkusāti, and travelling on foot from Sāvatthi, reached Bhaggava's house at sundown, and, waiting his opportunity, engaged Pukkusāti in talk and preached to him the Dhātuvibhanga Sutta, as related above. After his untimely death* Pukkusāti was born in the Avihā world, where, together with six others, he became an arahant at the moment of his birth (see S.i.35, 60, for the names of the others.).

Pukkhusāti was one of seven monks who, in the time of Kassapa Buddha, decided to abstain from eating until they should attain arahantship. They lived on the top of a mountain. The senior monk attained arahantship, the second became an anāgāmī, but the remaining five died of starvation and were reborn in Tusita. In this age they became, respectively, Pukkusāti, Kumāra Kassapa, Dārucīriya, Dabba Mallaputta and Sabhiya. Ap.ii.473; DhA.ii.212; UdA.81; but see MA.i.335, where only three are mentioned (Pukkusāti, Dārucīriya, and Kassapa).

Nah jelas di atas Pukkusati telah berkeyakinan pada Triratna ketika melihat plat yang dibuat Bimbisara, yang berisi tentang Tiratana, Satipatthana Arayatthangika Magga dan Bodhipakkhiya Dhamma. Setelah itu ia mencukur habis rambutnya.

Sang Buddha juga tidak mengatakan kapan sebenarnya Pukkusati mencapai tingkatan Anagamin, apakah sebelum menyadari petapa tersebut Sang Buddha, atau setelahnya.

Ketika ia ditanya Sang Buddha pada awalnya, Pukkusati menjawab:
"There is, my friend, the contemplative Gotama, a son of the Sakyans, gone forth from a Sakyan clan. Now, this excellent report about the honorable Gotama has been spread about: 'Indeed, the Blessed One is worthy & rightly self-awakened, consummate in knowledge & conduct, well-gone, an expert with regard to the worlds, unexcelled as a trainer for those people fit to be tamed, the Teacher of divine & human beings, awakened, blessed.' I have gone forth out of dedication to that Blessed One. That Blessed One is my teacher. It is of that Blessed One's Dhamma that I approve."

Nah sangat jelas bahwa Pukkusati telah berkeyakinan pada Tiratana.

Dan Sang Buddha sendiri tidak mengenalkan dirinya. Pukkusati sendiri yang sadar bahwa petapa tersebut adalah Sang Buddha, pada akhir pembabaran Dhamma.

Then the thought occurred to Ven. Pukkusati: "Surely, the Teacher has come to me! Surely, the One Well-gone has come to me! Surely, the Rightly Self-awakened One has come to me!" Getting up from his seat, arranging his upper robe over one shoulder, and bowing down with his head at the Blessed One's feet, he said, "A transgression has overcome me, lord, in that I was so foolish, so muddle-headed, and so unskilled as to assume that it was proper to address the Blessed One as 'friend.' May the Blessed One please accept this confession of my transgression as such, so that I may achieve restraint in the future."

Demikianlah jelas sekali bahwa Pukkusati berlindung pada Tiratana. Setiap contoh yang anda berikan, semuanya berlindung pada Triratna lo…..

Pada kelahiran lampaunya, Pukkusati juga berlindung pada Tiratana.

Quote
Keyakinan pada Tiratana, menurut saya adalah "ciri" dari seorang Sotapanna, bukan "syarat" menjadikan seseorang Sotapanna.
Sebelum seseorang mencapai Sotapatti-Magga, keyakinannya hanyalah sebuah fanatisme (baik halus, maupun kasar), karena sesungguhnya dia belum membuktikan Buddha Dhamma apapun.
Analagoinya seperti ini: "ciri" dari wanita yang memasuki fase remaja adalah menstruasi. Tetapi seorang wanita tidak bisa me-menstruasi-kan diri untuk memasuki fase remaja.
remaja=Sotapanna; menstruasi=keyakinan pada Tiratana; penghancuran kemelekatan pada "atta" dan "ritual".

Anda tahu bahwa tingkatan Sotapatti itu terdiri dari Magga (Jalan) dan Phala (Buah) yang muncul bersamaan. Oleh karena itu tentu keyakinan pada Triratna ini juga merupakan sebuah Magga dan Phala (buah dari jalan yaitu juga keyakinan pada Triratna / hilangnya keragu-raguan pada sang Tiratana).

Ngomong-ngomong juga bukankah tubuh wanita itu secara sendirinya memunculkan menstruasi?? Jadi memang bukan kehendak wanita tersebut, tetapi "kehendak" alami tubuh wanita tersebut.

Perlindungan pada Triratna adalah ciri sekaligus syarat.

Meskipun anda bilang itu fanatisme, toh akhirnya juga membawa seorang pada tingkatan Sotapatti??

Meskipun apabila keyakinan pada Tiratana hanayalah sebuah ciri saja pada Sotapanna, maka ketika ada seseorang misalnya umat K mencapai tingkatan Sotapatti, maka secara otomatis ia akan berlindung pada Triratna dan ujung-ujungnya ya berubah jadi umat Buddhis juga..... alias pindah keyakinan.

Quote
Pada masa Buddha Kassapa, Bodhisatta Jotipala memasuki Sangha Buddha. Apa berarti Samma Sambuddha Gotama itu berlindung pada Buddha2 sebelumnya, Dhamma2 sebelumnya, Sangha2 sebelumnya dan mencapai Kebuddhaan karena Saddhanya? Silahkan jawab sendiri.


Bukan Sammasambuddha Gotama yang berlindung pada Buddha2 sebelumnya. Tetapi Bodhisattva Svetaketu atau Sang Bodhisatta yang berlindung pada Buddha2x, Dhamma2x dan Sangha2x yang sebelumnya.

Mohon dibedakan antara Sammasambuddha dengan Bodhisatta!

Jadi dalam karirnya sebagai Bodhisatta dalam berbagai kelahiran, Pangeran Siddharta berkali-kali berlindung pada Triratna.

Sang Bodhisatta mencapai Kebuddhaan salah satunya adalah karena Saddha.

Bahkan ada tipe Bodhisatta yaitu tipe Bodhisatta Saddhadhika (Orang yang meraih Sammasambuddha [terutama] dengan kekuatan keyakinan).

"This Law [Dharma] is inexpressible,
It is beyond the realm of terms;
Among all the other living beings
None can apprehend it
Except the bodhisattvas
Who are firm in the power of faith."

(Saddharmapundarika Sutra)

Quote
Kalau saya sudah Arahat yang memiliki kemampuan baca pikiran dan patisambidha, baru saya yakin yang saya katakan itu benar adanya.

Hahaha... kalau saya sih... dengan yakin saya menulis. Apabila keyakinan saya itu terbukti salah, maka saya mengaku salah. Gitu aja kok repot.

Yang jadi aneh adalah berarti pernyataan anda selama ini didasari atas ketidakyakinan anda. Nah lho bagaimana seseorang bisa percaya sama tulisan anda, kalau anda sendiri nggak yakin ???

Quote
Karena anda tidak memberikan uraian tentang satu ayat, malah lompat2, pindah2 dan berlindung di balik ayat lain. Cara diskusi begitu tidak akan membawa pada kesimpulan, bahkan sampai kalpa mendatang. Jadi silahkan anda bilang saya yang salah, anda yang benar. Saya tidak tertarik melanjutkan kecuali anda jelaskan kenapa Tuhan punya Tuhan tanpa berlindung di balik ayat lain yang juga ditafsirkan MENURUT ANDA.


Saya berlindung pada ayat lain?? Saya tidak menyangka kalau perkataan ini akan terlontar dari tulisan anda. Apakah salah ketika seseorang memberikan suatu ayat yang dapat menjawab ketidakjelasan ayat lainnya?? Misal ada ayat yang mengajarkan seseorang untuk menolong sesamanya namun masih tidak jelas apa yang dimaksud. Dan kemudian ada ayat lain yang menjabarkannya dengan lebih lanjut. Apa itu yang dikatakan "berlindung pada ayat lain"?

Bahkan anda katakan itu adalah tafsiran saya. Tafsiran saya?? Jelas-jelas kitab Filipi ditulis oleh Rasul Paulus yang mengakui adanya Trinitas dan dalam ayat tersebut menjelaskan kenapa Yesus merendahkan dirinya. Dalam kitab Yohanes, juga sudah jelas dan itu bukan tafsiran saya. Orang yang masih sangat awampun saja tahu apa yang dimaksud dengan ayat di dalam kitab Yohanes tersebut. Bahkan murid Yohanes, St. Ignatius dari Antioch adalah salah satu Eksponen Trinitas.


Ataukah anda yang tidak dapat menerima kenyataan?

Lagipula toh anda menyangkal Yesus sebagai Tuhan juga via ayat. Nah ini kan juga bisa disebut bahwa anda "berlindung pada ayat" juga namun dengan tujuan berbeda yaitu menyangkal konsep Trinitas???

Tapi sayangnya ayat yang anda ajukan itu ternyata sudah dijawab penjelasannya oleh ayat lain yang saya ajukan. Sayangnya lagi jawaban ayat lain itu tidak sesuai dengan pendapat anda. Makanya anda jadi tersesat dalam "lingkaran setan".

Haahhh... memang sifat manusia sukanya menyangkal apa yang sudah benar-benar nyata di depan mata..... demikian ujar Acariya Mun Bhuridatta.

Quote
Jadi, bener2 paling valid adalah ayat dari kitab suci?
Baiklah. Saya mau tanya satu hal saja. Dalam kitab Matthew, sebelum Yesus disalib, diberikan jubah merah (scarlet robe). Dalam kitab John, dikenakan jubah ungu (purple robe). Yang mana yang menjadi tolok ukur kebenaran?

Untuk yang lainnya, saya rasa tidak perlu diteruskan.

Anda salah sangka mengenai apa yang saya maksud dengan "valid". Saya kutipkan lagi kata-kata saya:

"salah satu sumber yang paling valid dalam menjelaskan ajaran agamanya"

Yaitu:
1. Saya bilang salah satu
2. Saya bilang menjelaskan ajaran agamanya. Nah masalah jubah merah sama jubah ungu itu apa ada ada kaitan dengan ajaran sentral dari Kristiani??

_/\_
The Siddha Wanderer
« Last Edit: 19 September 2008, 08:24:48 PM by GandalfTheElder »
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Menyanggah Klaim Umat Kristiani atas agama Buddha
« Reply #147 on: 19 September 2008, 08:52:35 PM »
kakakakak hebat bener, bisa jadi pendeta nih GTE :)
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Menyanggah Klaim Umat Kristiani atas agama Buddha
« Reply #148 on: 20 September 2008, 08:35:40 AM »
GandalfTheElder,

Saya akur saja deh. Semoga bisa dianggap selesai dan tidak tersinggung jika saya tidak melanjutkan yah.
Terima kasih.
 _/\_

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Menyanggah Klaim Umat Kristiani atas agama Buddha
« Reply #149 on: 20 September 2008, 09:21:38 AM »
GandalfTheElder,

Saya akur saja deh. Semoga bisa dianggap selesai dan tidak tersinggung jika saya tidak melanjutkan yah.
Terima kasih.
 _/\_

Itu adalah pilihan anda untuk tidak meneruskan. Saya menghormati apapun pilihan anda. Silahkan.

_/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

 

anything