Tetapi apakah dengan hanya mengucapkan mantera ini semua kamma buruk dapat terhapus? Dapatkah karma buruk seseorang dihapus olehn orang lain atau melalui upacara upacara tertentu?
Sharing donk brother......ini sama konsepnya dengan ajaran dari kr****n.........
Sebenarnya metode purifikasi karma dengan membaca mantera terdiri dari berbagai macam unsur-unsur / aspek-aspek, jadi bukan hanya baca komat kamit mantra itu saja. Unsur-unsur tersebut dikenal sebagai Caturbala atau Empat Daya. Saya kutip dari tulisan Lama Zopa Rinpoche yangh didasarkan atas Arya Catur Dharma Nirdesha Nama Mahayana Sutra:
1. Daya Landasan (Sanskerta: Asrayabala, Tibet: Rten gyi stobs, Inggris: Power of Foundation)Pertama-tama seperti ketika kita jatuh, kita membutuhkan landasan atau andalan yang kuat untuk bangkit kembali. Demikian juga, karena kita telah mengumpulkan banyak karma negatif, kita mengandalkan Triratna (Buddha, Dharma, dan Sangha). Sebagai landasan, kita kembali membangkitkan tekad untuk mencapai kesempurnaan – yaitu Kebuddhaan, demi semua makhluk. Ini disebut Bodhicitta. Daya landasan juga
dapat diartikan sebagai berikut: karena karma negatif selalu ditujukan kepada Triratna atau makhluk lain, maka untuk menanggulanginya kita bertekad untuk selalu mengandalkan Triratna dan berupaya keras untuk mencapai kesempurnaan supaya kita lebih berguna untuk semua makhluk.
2. Daya Penyesalan (Sanskerta: Vidusanasamudacara, Tibet: Rnam par sun 'byin pa'i stobs, Inggris: Power of Destruction atau Power of Regret)Daya penyesalan mempunyai kekuatan mencabut karma negatif beserta akarakarnya. Penyesalan ini lain dengan perasaan bersalah (guilty). Penyesalan yang dimaksud di sini adalah penyesalan yang cerdas (intelligent regret), di mana kita mengakui dan mengerti bahwa kita telah melakukan karma negatif. Berdasarkan pengetahuan tentang shunyata dan cara bekerja atau matangnya benih-benih karma
(vasana), kita yakin bahwa kita akan mengalami penderitaan yang merupakan akibat dari karma negatif yang kita lakukan. Kita tahu bahwa kita telah menanam benih yang akan menyebabkan penderitaan kita sendiri pada masa mendatang, karena itu kita sangat menyesalinya. Perumpamaannya adalah sebagai berikut: misalnya ada tiga orang pergi bersama ke suatu restoran. Tiga orang ini memesan minuman yang sama dan langsung diminum bersama-sama. Beberapa menit kemudian, orang pertama tiba-tiba kejang-kejang dan
langsung meninggal. Beberapa detik setelah orang pertama meninggal, orang kedua pun mulai kejang-kejang dan meninggal juga. Selain rasa kaget, rasa bertanggung jawab dan keinginan untuk membantu kedua temannya, perasaan yang timbul pada orang ketiga adalah penyesalan. Orang ketiga ini menyesal telah meneguk minuman tersebut, ia tahu bahwa ia akan mengalami hal yang sama seperti kedua temannya yang
telah meninggal. Penyesalan timbul karena tahu akibat perbuatannya, ini disebut penyesalan yang cerdas atau intelligent regret.
3. Daya Penawar (Sanskerta: Pratipaksasamudacara, Tibet: Gnyen po kun tu spyod pa'i stobs, Inggris: Power of Antidote)Dengan Daya Penawar, kita melakukan sesuatu untuk “membayar kembali” apa yang telah kita lakukan. Misalnya jika dulu kita sering membunuh hewan, maka sekarang kita melakukan praktek melindungi dan menyelamatkan hewan-hewan. Ada enam cara untuk “membayar kembali” atau menjalankan “obat penawar” untuk bermacam-macam karma negatif yang telah kita kumpulkan dalam kehidupan-kehidupan lampau:
a) Membaca dan mempelajari sutra-sutra dan ajaran-ajaran Buddha, misalnya Prajnaparamita Hrdaya Sutra (Sutra Sari), Sutra Pembelah Berlian (Diamond Cutter Sutra) dan sebagainya.
b) Mempelajari dan melakukan meditasi tentang shunyata. Ini adalah cara yang paling ampuh karena membuat kita mengetahui sebab-sebab penderitaan dan kita dapat menghilangkan penyebabnya untuk selama-lamanya.
c) Melafalkan mantra-mantra dari sumber yang suci misalnya melafalkan mantra Vajrasattva dan menjalankan sila secara murni dalam kehidupan sehari-hari.
d) Membuat representasi para suci, misalnya: lukisan Buddha, patung Buddha, stupa, tsa-tsa, mencetak buku-buku Dharma, membantu pusat-pusat Dharma (vihara-vihara) dan sebagainya.
e) Memberikan persembahan-persembahan kepada para suci, yaitu para Buddha, Bodhisattva, Arhat, Arya dan Guru-guru spiritual kita. Persembahan tertinggi yang dapat kita berikan adalah upaya kita dalam mempraktekkan Dharma, yaitu melakukan apa yang telah diajarkan dalam kehidupan kita sehari-hari, dengan segala kegagalan maupun keberhasilan kita.
f) Melafalkan nama para Buddha dan Bodhisattva, misalnya nama 35 Buddha.
4. Daya Janji (Sanskerta: Pratyapattibala, Tibet: Nyes pa las slar ldog pa'i stobs, Inggris: Power of Restraint)Di sini kita berjanji untuk tidak melakukan atau mengulangi suatu karma negatif, paling tidak untuk jangka waktu tertentu. Janji untuk mengendalikan, mengubah atau menghilangkan kebiasaan-kebiasaan negatif sangat penting, tetapi karena kita tidak dapat menghentikannya dengan segera sepanjang sisa hidup kita, maka kita memerlukan perencanaan. Misalnya untuk kebiasaan-kebiasaan yang kronis, kita mulai dengan menetapkan jangka waktu yang lebih pendek, misalnya lima menit. Kita berkonsentrasi penuh untuk tidak melakukan karma negatif tersebut selama lima menit. Jika kita melanggar janji yang kita buat, kita melakukan karma berbohong, dan ini tentu saja mengumpulkan lebih banyak karma negatif lagi. Oleh karena itu, kita harus menetapkan jangka waktu yang realistis. Kemudian jangka waktu tersebut kita perpanjang sampai akhirnya semua kebiasaan negatif dapat dihilangkan untuk selamanya.
============================================================================
Tanpa Empat Daya di atas, maka pembacaan mantra hanya akan minim efeknya atau mungkin bahkan tidak ada sama sekali.
The Siddha Wanderer