//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Rakit Tidak diperlukan setelah sampai di pantai seberang  (Read 8572 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Upaseno

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 244
  • Reputasi: 17
  • Gender: Male
Re: Rakit Tidak diperlukan setelah sampai di pantai seberang
« Reply #15 on: 08 October 2007, 11:15:23 PM »
Yg menjadi pertanyaan adalah :
1. Kapan kita mengetahui sudah sampai di pantai sebrang??---Ya nti kita ngobrol sambil ngafe di pantai seberang deh kalo sudah sampai.  Bawa rakitnya aja belum...
2. Jika melepas rakit sebelum sampai pantai sebrang apakah tidak tenggelam??---bawa pelampung, pak...wuah...ada pertanyaan gini juga...



Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: Rakit Tidak diperlukan setelah sampai di pantai seberang
« Reply #16 on: 09 October 2007, 05:43:01 AM »
Yg menjadi pertanyaan adalah :
1. Kapan kita mengetahui sudah sampai di pantai sebrang??---Ya nti kita ngobrol sambil ngafe di pantai seberang deh kalo sudah sampai.  Bawa rakitnya aja belum...
2. Jika melepas rakit sebelum sampai pantai sebrang apakah tidak tenggelam??---bawa pelampung, pak...wuah...ada pertanyaan gini juga...
:)) :))
Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline Predator

  • Sebelumnya: Radi_muliawan
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 585
  • Reputasi: 34
  • Gender: Male
  • Idealis tapi realistis dan realistis walau idealis
Re: Rakit Tidak diperlukan setelah sampai di pantai seberang
« Reply #17 on: 09 October 2007, 09:30:11 AM »
Yg menjadi pertanyaan adalah :
1. Kapan kita mengetahui sudah sampai di pantai sebrang??---Ya nti kita ngobrol sambil ngafe di pantai seberang deh kalo sudah sampai.  Bawa rakitnya aja belum...
2. Jika melepas rakit sebelum sampai pantai sebrang apakah tidak tenggelam??---bawa pelampung, pak...wuah...ada pertanyaan gini juga...
:)) :))

Ada dong bhante..

kan sering denger analogi rakit, ya  boleh donk bertanya apa maksudnya, apa arti sesungguhnya yg terkandung, jangan sampe analogi keluar tapi malah bikin diri sendiri dan orang lain nyasar kalo lagi diskusi dhamma

kalo ditelen mentah-mentah kan bisa bikin nyangkut di tenggorokan  :)
« Last Edit: 09 October 2007, 09:37:00 AM by Radi_muliawan »
susah dan senang, sakit dan sehat selalu silih berganti

Offline ROCH AKSIADI

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 17
  • Reputasi: 0
  • Gender: Male
  • Roch Aksiadi Oktober 2007
Re: Rakit Tidak diperlukan setelah sampai di pantai seberang
« Reply #18 on: 18 October 2007, 10:33:21 PM »
 _/\_
Kita tahu sudah sampai ke pantai sebrang ketika kita sudah tidak memiliki keingintahuan itu sendiri.
Tidak tenggelam lagi itu, bisa dimakan paus dan masuk kedalam perutnya yang penuh dengan kegelapan dan kebodohan serta semakin jauh dari kebahagiaan sejati
 _/\_

Offline Lily W

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.119
  • Reputasi: 241
  • Gender: Female
Re: Rakit Tidak diperlukan setelah sampai di pantai seberang
« Reply #19 on: 23 October 2007, 03:00:42 PM »
Pada suatu hari Sang Buddha menerangkan kepada siswa-siswa-Nya ajaran tentang Hukum Kamma dan para siswa tersebut menerangkan bahwa mereka telah melihat dan mengerti ajaran itu dengan baik.
Sang Buddha lalu berkata : "O Bhikkhu, biarpun pandanganmu ini jelas dan terang, tetapi kalau engkau melekat kepadanya, kalau engkau terikat kepadanya, maka engkau tidak mengerti, bahwa ajaran itu dapat diumpamakan sebagai sebuah rakit yang engkau pakai untuk menyeberang dan bukan untuk terus-menerus engkau pegangi rakit itu".
Pada kesempatan lain Sang Buddha memberikan perumpamaan yang termashur, dengan mengibaratkan Ajaran-Nya sebagai sebuah rakit untuk menyeberang ke pantai yang aman. "O Bhikkhu, ada orang yang melakukan perjalanan. Pada suatu ketika ia tiba di pantai laut. Disebelah sini pantainya berbahaya, tetapi di pantai yang lain aman dan tidak ada bahaya apapun. Tidak ada kapal yang pergi ke pantai seberang sana yang aman dan sentosa dan juga tidak ada jembatan untuk dipakai menyeberang. Ia berkata kepada dirinya sendiri : "Lautan ini lebar dengan pantai di sebelah sini yg penuh dengan mara bahaya, tetapi pantai di seberang sana aman dan sentosa. Tidak ada kapal yg berlayar ke pantai sana dan juga tidak ada jembatan yang dapat dipakai untuk menyeberang. Alangkah baiknya kalau aku mengumpulkan rumput, kayu, tangkai-tangkai dan daun-daun untuk membuat sebuah rakit dan dengan pertolongan rakit itu aku akan menyeberang ke pantai sana dengan menggunakan tangan dan kakiku".
Orang ini, O Bhikkhu, lantas mengumpulkan rumput, kayu, tangkai-tangkai dan daun-daun untuk membuat sebuah rakit dan dengan pertolongan rakit itu ia tiba dengan selamat di pantai seberang sana dengan menggunakan tangan dan kakinya.
Tiba di seberang sana ia berpikir, rakit ini banyak menolong aku. Dengan pertolongannya aku dapat menyeberang dengan selamat dengan menggunakan tangan dan kakiku. Alangkah baiknya kalau aku menjinjing rakit itu di atas kepalaku atau menggendong rakit itu dipundakku kemana saja aku pergi. Bagaimana pendapatmu, O Bhikkhu, apakah dengan berbuat demikian ia telah melakukan perbuatan yg benar?"
"Tidak Bhante"
"Bagaimanakah seharusnya ia berbuat setelah dengan selamat tiba di seberang sana?" Mungkin ia berpikir : "Rakit ini telah banyak jasanya. Dengan pertolongannya, aku telah tiba di seberang sini dengan menggunakan tangan dan kakiku. Alangkah sebaiknya kalau menarik rakit ke pantai, atau mengikatnya dan membiarkan ia terapung-apung dan aku dapat melanjutkan perjalananku".
Dengan berbuat begini orang itu telah melakukan perbuatan yang benar.
O Bhikkhu, Aku pun mengajarkan sebuah doktrin yang sama seperti rakit tersebut dan dapat dipakai menyeberang ke pantai sana tetapi bukan untuk terus di ganduli.
O Bhikkhu, kalau kamu mengerti dengan baik ajaran-Ku yang dapat diumpamakan sebagai rakit maka kamu seyogyanya tidak lagi melekat kepada benda-benda (hal-hal) yang baik, terlebih lagi kepada benda-benda (hal-hal) yang tidak baik (adhamma). (Alagaddupama-Sutta, Majjhima Nikaya 22).
 
 _/\_   :lotus:
~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are

Offline kosdi

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 102
  • Reputasi: 2
Re: Rakit Tidak diperlukan setelah sampai di pantai seberang
« Reply #20 on: 25 October 2007, 02:05:22 PM »
apakah inti dari thread ini adalah ini?

Quote
O Bhikkhu, kalau kamu mengerti dengan baik ajaran-Ku yang dapat diumpamakan sebagai rakit maka kamu seyogyanya tidak lagi melekat kepada benda-benda (hal-hal) yang baik, terlebih lagi kepada benda-benda (hal-hal) yang tidak baik (adhamma)

Offline Predator

  • Sebelumnya: Radi_muliawan
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 585
  • Reputasi: 34
  • Gender: Male
  • Idealis tapi realistis dan realistis walau idealis
Re: Rakit Tidak diperlukan setelah sampai di pantai seberang
« Reply #21 on: 27 October 2007, 12:50:08 PM »
apakah inti dari thread ini adalah ini?

Quote
O Bhikkhu, kalau kamu mengerti dengan baik ajaran-Ku yang dapat diumpamakan sebagai rakit maka kamu seyogyanya tidak lagi melekat kepada benda-benda (hal-hal) yang baik, terlebih lagi kepada benda-benda (hal-hal) yang tidak baik (adhamma)

Mungkin ada yg perlu dipertebal lagi : "kalau kamu mengerti dengan baik ajaran-Ku yang dapat diumpamakan sebagai rakit"  sehinga demikian adanya... kalo belom mengerti jangan sembarangan diberi petunjuk suruh ditinggal rakitnya.. bisa berabe.. kebanyakan saking bijaknya orang suka lupa dengan lawan bicaranya apakah sudah mengerti dengan baik atau belum  :| yg ada lawan biacaranya bukan memiliki saddha malah keragu-raguan yg muncul
« Last Edit: 27 October 2007, 12:55:25 PM by Radi_muliawan »
susah dan senang, sakit dan sehat selalu silih berganti

 

anything