//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Apa sih patokan Buddhisme / tidak Buddhisme?  (Read 32380 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Hikoza83

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.295
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
  • panda is so cute... ^-^
Re: Apa sih patokan Buddhisme / tidak Buddhisme?
« Reply #75 on: 07 September 2008, 07:14:19 AM »
bagus tulisannya bro gunasaro. :)

segala sesuatu tidak berdiri sendiri, tetapi saling bergantung pada unsur2 pendukungnya satu sama lain.


By : Zen
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Apa sih patokan Buddhisme / tidak Buddhisme?
« Reply #76 on: 08 September 2008, 10:03:05 AM »
SUKU KALAMA... KALAMA-KAH KITA?
...
Tulisan yang sangat bagus!  :)
Kalau sudah ke 'Kalama-Sutta', biasanya nyambung ke 'ehipassiko'. Kebanyakan Buddhist menganggap kepercayaannya adalah "bebas dari kefanatikan" karena 'ehipassiko' ini. Ada yang mau menjelaskan 'ehipassiko' yang (katanya) ciri khas Buddhisme mencakup apa saja? Betulkan Buddhist itu tidak mungkin fanatik?


http://dhammacitta.org/artikel/helicopter-eyes/ehipassiko%e2%80%a6-corak-buddha-dhamma

Thanx buat referensinya. Lumayan 'kena', tetapi menurut saya, masih blom keliatan batas antara "memiliki Saddha" dan "fanatik".

Offline Gun@saro

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 111
  • Reputasi: 15
  • Gender: Male
  • Satisampajañña
Re: Apa sih patokan Buddhisme / tidak Buddhisme?
« Reply #77 on: 09 September 2008, 11:38:53 PM »
Saya quote: "Betulkan Buddhist itu tidak mungkin fanatik?"
Jika kita mendiskusikan secara leterlek; "Buddhis" = umat Buddha, alias manusia. "Mungkin" = bisa iya & bisa tidak (selalu memiliki nilai probabilitas) ~ jadi, "tidak mungkin" = TIDAK bisa iya & bisa tidak...
Entahlah, kiranya lebih tepat gak jika dibalik menjadi: 'mungkin tidak' yang artinya kemungkinan besarnya tidak.

Nah, jika berbicara tentang sosok individual dengan segala potensinya; tidak peduli apa latar belakang agama, gender, dll. Selama bathin masih belum terbebas dari kekotorannya, maka potensi utk menjadi fanatik masih sangat besar sekali.

Saddha atau keyakinan itu sendiri pun memiliki tingkatannya masing²: sejauh/sedalam apa pengertiannya, secara konseptual atau praktikal, apakah dilandasi dengan kebijaksanaan, apakah sudah terbiasa dilatih, dll... Yang pernah saya dengar & baca, saddha merupakan salah satu dari Pancabala ~ yang di dalam praktik meditasi perlu perimbangan dengan kebijaksanaan sehingga menjadi optimum dalam praktik meditasi itu sendiri.
Nampaknya hal ini juga sangat aplikatif dalam keseharian kita; saddha yang kurang optimum karena tidak disertai dengan panna, inilah yang kemudian disebut dengan fanatik.
Idealnya, saddha diharapkan muncul dari suatu perenungan akan suatu ajaran (misalnya berdana), kemudian karena tune-in dengan prinsip berdana itu, maka diarahkan ke dalam bentuk perbuatan nyata. Ketika itu dilakukan dan menerima manfaat sesuai dengan yang diajarkan, maka muncullah keyakinan akan ajaran tersebut, itulah saddha. Mirip pasien yang berobat ke dokter, setelah diperiksa, diberikan pengobatan, menjalankan nasihat dokter, kemudian mengalami kesembuhan; si pasien menjadi yakin akan keterampilan pengobatan di dokter.

Dari berbagai tingkatan saddha, manakah yang paling rentan mengkondisikan timbulnya kefanatikan? Kalau kita perhatikan dalam bathin masing², kayanya keyakinan konseptuallah yang paling berpotensi menimbulkan kefanatikan atau kesombongan, yah? Setidaknya ini yang pernah saya alami sendiri ~ bahkan potensi itu masih kuat hingga detik ini.
Yah, bahkan praktikal pun masih berpotensi untuk menimbulkan kefanatikan dan kesombongan. Apakah kita pernah bersinggungan dengan sosok yang aktiv di Buddhis, kedermawanan yang menonjol, suka mengajak pihak lain berdana. Namun ketika "disentil" dengan penolakan berdana oleh pihak yang diajak, plus omongan: "Ngapain juga dana utk vihara, kan sudah banyak ~ ke dunia pendidikan dong..."
Nah, yang ngajak berdana ini bisa seketika juga naik pitam lho... Perdebatan sengit pun memasuki babak baru. Yah begitu lah, ketika berdana maupun mengajak pihak lain berdana, kualitas bathin saat itu memang bersekutu dengan saddha & metta. Namun kala ada ungkapan yang menkondisikan munculnya hal yang tidak berkenan dengan kebiasaan baik yang sudah rutin dilakukan, ego-nya tersinggung berat sekali...
Di atas saya singgung "apakah sudah biasa terlatih?" ~ karena, perbuatan baik, pun, jika dilekati maka akan menimbulkan penderitaan juga. Selama berbuat baik dan tidak ada tantangan negativ dari kondisi luar; maka selama itu juga kefanatikan & kesombongan belum menemukan obyek rivalnya yang riil. Ketika kondisinya pas dan muncul, maka itulah ujian sesungguhnya: apakah kita fanatik akan keyakinan berbuat baik kita? Apakah kita sombong atau tidak dengan keyakinan berbuat baik kita?

Ehipassiko identikal dengan pengembangan kualitas bathin ~ kualitas bathin yang idealnya akan terbebas dari kefanatikan dan kesombongan (yang berakhir kepada perealisasian kesempurnaan bathin). Ehipassiko akan Buddha Dhamma ~ yang di dalam konteksnya sendiri juga menyatakan bahwa kefanatikan & kesombongan masih berpotensi besar sebelum akar penderitaan tercabut tuntas. Bahwa dalam proses menerapkan ehipassiko itu sendiri, bathin ini masih sangat rentan untuk menjadi fanatik dan sombong juga.
Meyakini prinsip Ehipassiko dan Kalama Sutta sendiri, tidak sekoyong² menjadikan kita sosok yang terbebas dari kefanatikan dan kesombongan ~ justru dengan kurangnya pemahaman komprehensif serta kurangnya mutual-sharing seperti media komunitas seperti Forum Dhammacitta ini. Seseorang akan sangat (malah) rentan terpelosok dalam kefanatikan & kesombongan. Makanya, kita perlu saling A³ (asah, asih, & asuh) ~ saling mengingatkan lah, karena kita semua (khususnya saya pribadi) masih sangat rentan akan hal tersebut.

Contoh paling sederhana adalah: ketika kita sharing tentang betapa scientificnya Kalama Sutta atau prinsip Ehipassiko yang menjadi salah satu karakteristik utama dari Buddha Dhamma ~ kepada seseorang non-Buddhis. Kemudian orang tersebut respon: "Ah... itu mah pandai²nya suhu/sesepuh pendahulumu saja yang bikin retorika begitu, supaya kelihatan Agama Buddha gak kuno kan? Itu mah marketing murahan..."
Setenang apakah bathin kita sesaat setelah ungkapan itu diujarkan? Real time, menentukan apakah kita fanatik/sombong atau tidak dengan pernyataan yang kita share kepada dia. Kita mungkin bisa tenang kemudian, dan tahapan berikutnya bisa sangat fluktuatif ~ demikianlah bathin kita dilatih saat itu.
Ketidaksombongan dan ketikakfanatikan tidak perlu ditunggu hingga akar penderitaan kita padam total. Karena padam totalnya akar penderitaan itu justru bisa terealisasi dari cicilan² penempaan bathin kita. Yakni ketika ada obyek yang mengondisikan kefanatikan & kesombongan muncul, bisa kita atasi (bahkan jika sudah telat sekalipun)... Sikit-sikit, lamo-lamo jadi bukit...

Nah... jika kita sebagai Buddhis 'berasumsi' bahwa Kalama Sutta plus Ehipassiko (prinsipnya) bisa membebaskan kita dari kefanatikan & paling ilmiah dari agama lain... Meminjam ungkatapan sakti dari "pemilik" Cakkavala Dhammacita yang kita cintai ini: SATI-lah, karena saat itu pula sudah ditanamkan enerji potensiil untuk munculnya kefanatikan & kesombongan itu sendiri menjadi lebih rentan.
Anyway, by the way, & bus way... semua tulisan ini sekadar kutip² dari rekan lain, serta teori² "semata" ~ kenyataannya, praktiknya masih sangat sulit. Untuk itu, dengan rendah hati saya juga memohon kesediaan rekan Kalyana-Mitta lainnya untuk saling sharing, serta mengingatkan saya juga. Mari kita melatih secara mandiri di dalam kebersamaan ini; saling A³ (asah, asih, & asuh)...

Semoga berkenan...

[attachment deleted by admin]
Sukhi Hotu...

Gunasaro

Offline fran

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 312
  • Reputasi: 8
  • Omitofo
Re: Apa sih patokan Buddhisme / tidak Buddhisme?
« Reply #78 on: 09 September 2008, 11:41:20 PM »
Apa sih patokan Buddhisme / tidak Buddhisme?
IMO, apabila kita bisa memahami Dhamma dgn benar dan bijaksana, dimana Daun Dharma yg kita pahami dan dalami tidak akan berseteru dgn daun Dhamma yg lain, saat itulah kita telah memahami Buddha Dharma dgn baik dan benar.. Kumpulan dari Daun2 Dharma yg saling mengisi, melengkapi, bersinergi hingga terealisasi Nibbana, itulah yg menjadi patokan/tolok ukur Buddhisme..


Apa yg bisa saya "lepaskan" jika saya memilih agama Buddha ?

Offline Gun@saro

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 111
  • Reputasi: 15
  • Gender: Male
  • Satisampajañña
Re: Apa sih patokan Buddhisme / tidak Buddhisme?
« Reply #79 on: 10 September 2008, 02:05:29 AM »
Uraian yang sangat mendalam, Sdr Fran. Anumodana...
Sukhi Hotu...

Gunasaro

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Apa sih patokan Buddhisme / tidak Buddhisme?
« Reply #80 on: 10 September 2008, 09:07:08 AM »
Terima kasih atas uraiannya yang bagus, Gunasaro!  :)

Saya setuju bahwa selama masih sama2 manusia biasa, apakah Buddhist ataupun umat apapun, tidak terlepas dari kefanatikan.
Kalama Sutta dan semboyan "ehipassiko" ini sering sekali dijadikan "tameng" untuk menepis 'tuduhan' fanatik, dan bahkan cenderung menjadi kesombongan. Padahal, dalam konteks sebelum mencapai Sotapanna, tidak ada satupun Buddha Dhamma yang sudah dibuktikan oleh seseorang. Semua hanyalah berupa 'pengetahuan' dari buku atau denger2 dari orang lain. Dengan kata lain, kepercayaan akan Buddhisme begini-begitu hanyalah kefanatikan. Mungkin memang ada yang halus dan kasar; yang bermanfaat dan tidak bermanfaat. Tetapi intinya, dia belum ber-'ehipassiko' Buddha Dhamma dalam artian sebenarnya.
Jadi untuk menghindari kefanatikan menjadi tidak bermanfaat, memang harus dengan ungkapan sakti pemilik Cakkavala Dhammacitta ini, "SATI!".


BTW, Avatarnya Gunasaro seperti Aikidoka dalam posisi rei-ho  ;D

Offline Gun@saro

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 111
  • Reputasi: 15
  • Gender: Male
  • Satisampajañña
Re: Apa sih patokan Buddhisme / tidak Buddhisme?
« Reply #81 on: 10 September 2008, 10:44:47 AM »
Sdr Kainyn_Kutho yang baik...

Akur...
Kebijaksanaan atau pengetahuan yang lebih medalam akan hakikat Dhamma setidaknya terdiri dari 3 klasifikasi:
1) Sutamayapanna: kebijaksanaan yang tumbuh dari hasil, membaca, mendengar, diskusi, kajian, dll...
2) Cintamayapanna: kebijaksanaan yang tumbuh ketika Sutamayapanna mulai dikontemplasikan dan diterapkan dalam keseharian, baik dari diri sendiri maupun pihak lain...
3) Bhavanamayapanna: kebijaksanaan yang tumbuh melalui metode pengembangan bathin yang mengarah kepada penyucian bathin.

Sesuai dengan tatanannya, maka kualitas bathin akan terefleksi secara nyata. Fanatik juga tidak absolut, dia akan terjadi jika faktor/kondisi yang mendukungnya saat itu sudah tepat. Kita sudah bahas sebelumnya, bahwa tidak ada faktor "semata-mata hanya karena" ~ namun tak lain adalah: rangkaian faktor/kondisi yang sudah berkesesuaian.
Bathin kita masih sangat fluktuatif, kadang kita bisa begitu toleran & kadang bisa begitu ekstrim fanatis ~ namun ini mengartikan bahwa potensi fanatik jelas ada, dan itu karena bathin kita masih jauh dari bersih akan kekotorannya.
Nah, untuk tidak melekati suatu konsep (bahkan konsep itu benar dan terbaik), bukan perkara mudah. Kita cenderung, karena konsep itu benar, lantas menjadi heroic untuk bertarung mati-matian. Ketika itulah kefanatikan akan nampak jelas...

Sdr Kainyn_Kutho hobby Aikido juga yah? Saya punya beberapa teman Buddhis yang menjadi asisten pelatih...
OOT, lagi mo cari tempat latihan Aikido nih. Sekarang saya aktiv latihan Taiji Quan juga. Kalo berkenan, japri saya di: Gunasaro.Fang [at] yahoo.co.id
Anumodana

[attachment deleted by admin]
Sukhi Hotu...

Gunasaro

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Apa sih patokan Buddhisme / tidak Buddhisme?
« Reply #82 on: 10 September 2008, 11:24:09 AM »
...
Sesuai dengan tatanannya, maka kualitas bathin akan terefleksi secara nyata. Fanatik juga tidak absolut, dia akan terjadi jika faktor/kondisi yang mendukungnya saat itu sudah tepat. Kita sudah bahas sebelumnya, bahwa tidak ada faktor "semata-mata hanya karena" ~ namun tak lain adalah: rangkaian faktor/kondisi yang sudah berkesesuaian.
Bathin kita masih sangat fluktuatif, kadang kita bisa begitu toleran & kadang bisa begitu ekstrim fanatis ~ namun ini mengartikan bahwa potensi fanatik jelas ada, dan itu karena bathin kita masih jauh dari bersih akan kekotorannya.
Nah, untuk tidak melekati suatu konsep (bahkan konsep itu benar dan terbaik), bukan perkara mudah. Kita cenderung, karena konsep itu benar, lantas menjadi heroic untuk bertarung mati-matian. Ketika itulah kefanatikan akan nampak jelas...
Ya, setuju. Saya memang 'menyinggung' hal ini untuk mengajak mengingat bahaya jika tidak sadar bahwa kita sebetulnya masih punya potensi untuk menjadi fanatik. Walaupun 'ehipassiko' dan Kalama Sutta terus diulang-ulang, kalau tidak menyadari gerak bathin sendiri, tetap saja akan terjerat fanatisisme. Kebetulan juga sudah dijelaskan Gunasaro panjang lebar, jadi tambah jelas.  :)



Quote
Sdr Kainyn_Kutho hobby Aikido juga yah? Saya punya beberapa teman Buddhis yang menjadi asisten pelatih...
OOT, lagi mo cari tempat latihan Aikido nih. Sekarang saya aktiv latihan Taiji Quan juga. Kalo berkenan, japri saya di: Gunasaro.Fang [at] yahoo.co.id
Anumodana
Dojo Aikido sekarang ini di Jkt lumayan banyak, tapi saya ga tahu pasti alirannya. Gunasaro cari tempat latihan di daerah mana?
Saya sudah add alamat YM-nya, tapi masih pending.


Offline Yumi

  • Sebelumnya snailLcy
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.353
  • Reputasi: 123
  • Gender: Female
  • Good morning, Sunshine..
Re: Apa sih patokan Buddhisme / tidak Buddhisme?
« Reply #83 on: 10 September 2008, 11:45:57 PM »
 :)
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: Apa sih patokan Buddhisme / tidak Buddhisme?
« Reply #84 on: 11 September 2008, 03:21:09 PM »
Disini juga seharusnya sudah jelas khan?? bahwa prosesnya melalui diskusi antar moderator dan admin...... jadi asumsi anda ternyata salah......  ;)
Tunjukan kepada saya bahwa asumsi saya salah...Silakan di quote kan..Saya tunggu..

Quote
maaf kalau boleh saya tanya bahwa jika semua hal seperti vinnana, vedana dan lainnya itu kosong, berarti MMD pun sebenarnya kosong khan?  ???
Anda salah mempersepsikan MMD....Didalam MMD hal2 tersebut sudah tidak revelan...

Quote
Jika selama ini selalu disebut untuk "tidak melekat", lalu kenapa bro Riky melekat dengan "MMD"?  _/\_
Katakan pada bagian mana saya melekat pada MMD?Konsep apa yang ada didalam MMD?Tunjukanlah alih2 anda menjudge saya..
Saya balik nanya ke anda,bagaimana bila vihara dijadikan tempat pembuangan sampah?Tipitaka diubah namanya menjadi Kitab Sampah? :)

Salam,
Riky


Teman-teman, karena Riky_Dave sebelumnya sudah menyatakan mundur dari DC, maka apapun yang ia katakan tidak perlu lagi ditanggapi, anggap saja "bebek yang sedang bercuap-cuap".

mestinya di forum ini ada peraturan bahwa anak di bawah umur dilarang masuk, karena bikin berisik aja

protes.............
maksudnya orang tua boleh berisik isik isik isik.... sedangkan anak kecil ngak boleh?

manusia bercuap-cuap.... bebek ...uwek, uwek, uwek...
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: Apa sih patokan Buddhisme / tidak Buddhisme?
« Reply #85 on: 12 September 2008, 10:25:00 AM »
Teman-teman, karena Riky_Dave sebelumnya sudah menyatakan mundur dari DC, maka apapun yang ia katakan tidak perlu lagi ditanggapi, anggap saja "bebek yang sedang bercuap-cuap".

mestinya di forum ini ada peraturan bahwa anak di bawah umur dilarang masuk, karena bikin berisik aja

protes.............
maksudnya orang tua boleh berisik isik isik isik.... sedangkan anak kecil ngak boleh?

manusia bercuap-cuap.... bebek ...uwek, uwek, uwek...

dear johan,

sesuatu yang tidak bermanfaat untuk perkembangan batin, seyogyanya tidaklah perlu dilanjutkan.....  _/\_

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: Apa sih patokan Buddhisme / tidak Buddhisme?
« Reply #86 on: 12 September 2008, 02:26:49 PM »
Teman-teman, karena Riky_Dave sebelumnya sudah menyatakan mundur dari DC, maka apapun yang ia katakan tidak perlu lagi ditanggapi, anggap saja "bebek yang sedang bercuap-cuap".

mestinya di forum ini ada peraturan bahwa anak di bawah umur dilarang masuk, karena bikin berisik aja

protes.............
maksudnya orang tua boleh berisik isik isik isik.... sedangkan anak kecil ngak boleh?

manusia bercuap-cuap.... bebek ...uwek, uwek, uwek...

dear johan,

sesuatu yang tidak bermanfaat untuk perkembangan batin, seyogyanya tidaklah perlu dilanjutkan.....  _/\_

atas saran bro markosprawira,

saya akan berusaha KERAS utk menghentikanNYA!........
that is what friends for! Kalau posting gw masih melenceng... tolong bro koreksi ya!
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline Lily W

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.119
  • Reputasi: 241
  • Gender: Female
Re: Apa sih patokan Buddhisme / tidak Buddhisme?
« Reply #87 on: 12 September 2008, 02:39:56 PM »
atas saran bro markosprawira,

saya akan berusaha KERAS utk menghentikanNYA!........
that is what friends for! Kalau posting gw masih melenceng... tolong bro koreksi ya!

Kalau posting Bro Johan sacheng masih melenceng ... akan saya... :))

_/\_ :lotus:
~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are

Offline Gun@saro

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 111
  • Reputasi: 15
  • Gender: Male
  • Satisampajañña
Re: Apa sih patokan Buddhisme / tidak Buddhisme?
« Reply #88 on: 13 September 2008, 12:51:04 AM »
Itu menggambarkan, Bro Johan mo jewer Sis Lily, tapi tangannya Bro Johan digigit, hingga amsiong dan mulutnya berdarah. Bener gitu yah?
Sukhi Hotu...

Gunasaro

Offline Adhitthana

  • Sebelumnya: Virya
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.508
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
Re: Apa sih patokan Buddhisme / tidak Buddhisme?
« Reply #89 on: 13 September 2008, 01:00:24 AM »
Itu menggambarkan, Bro Johan mo jewer Sis Lily, tapi tangannya Bro Johan digigit, hingga amsiong dan mulutnya berdarah. Bener gitu yah?

Kayaknya  Ci Liily jadi dokter gigi, pasien Bro Johan  :D
Kata Ci Lily .... sering2 sikat gigi yaaak , ... liat gigimu gede2 mirip jagung bakar (apa hubunganya??) :))

""""JOke"""" ....  ;D
  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....