//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Tanya Jawab: Manusia dan Kehendak Bebas  (Read 41213 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline vincentliong

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 106
  • Reputasi: 0
Tanya Jawab: Manusia dan Kehendak Bebas
« on: 29 June 2008, 08:44:32 PM »
Kainyn_Kutho wrote:
vincentliong,


Quote from Vincent Liong:
Seperti misalnya kalau kita berkali-kali meminum segelas minuman yang 100% sama maka kita bisa memberikan ‘pendapat’(judgement) yang berbeda setiap kali kita meminumnya tergantung situasi dan kondisi saat meminumnya. Sebuah Feel(data mentah) yang sama bisa memiliki bermacam-macam Judgement.

Quote from Vincent Liong:
Saya jadi bertanya; Apakah memang Pencipta sudah membuat ‘blue print’ yang standard dalam setiap manusia tentang ilmupengetahuan seperti misalnya psikologi dan filsafat.


Kainyn_Kutho wrote:

Jika "ya", maka 'blue print' itu jelas korup, karena kemampuan orang masing2 adalah berbeda, bahkan sejak lahir.
Jika "tidak", berarti memang semua "diciptakan" secara random (acak), bahkan sebuah proses pengolahan feel sendiri selalu berubah-rubah. Tidak perlu dipermasalahkan, kalau mau dipaksa menemukan 'blue print' dan 'proses feel yang bisa berubah', maka lebih mengacu pada sindrom kepribadian ganda (Multiple Personality Disorder) atau disonansi kognitif. (FYI, keduanya karena memang menekankan bahwa "ego/diri" itu ada)

Setau saya, status 'indigo' ini juga bisa berubah. Banyak anak2 'indigo' yang ketika beranjak dewasa, berubah menjadi 'tidak indigo'.
Menurut saya juga para 'indigo' ini bisa 'memalsukan' auranya sehingga tidak 'indigo' untuk menghindari pelabelan indigo itu. Jadi seharusnya tidak sebegitu hebohnya.


Vincent Liong wrote:
Saya tidak membahas hal di atas terbatas dalam konteks indigo tetapi dapat berlaku ke masyarakat awam juga. Blue print tidak bersifat kata-kata verbal, tetapi seperti alat ukur dengan posisi pada skala dan ada range tertentu. Seperti alat sampler tidak berisi kata-kata tetapi berisi perubahan-perubahan tiap satuan perjalanan waktu yang tidak dalam bentuk kata-kata.



Quote from Vincent Liong:
Jadi kalau manusia itu bisa mendapat kesempatan yang sama untuk memulai pemerosesan informasi/data-nya;  ... Tentunya manusia itu akan mampu menceritakan perjalananan belajarnya yang seumur hidup dari awal hingga akhir yang hanya berbeda bahasa penceritaannya, contoh pengalaman dan sampai dimana dia seorang pencerita yang baik, isinya sama saja.


Kainyn_Kutho wrote:
Kesempatan bertemu dengan feel tidaklah pernah sama, misalnya seorang lahir di negara berperang, dan yang lahir di negara makmur.
Kesempatan memdapat feel tidaklah pernah sama, misalnya seorang buta tidak akan memperoleh feel visual.
Kesempatan memproses feel tidaklah pernah sama, misalnya seorang yang 'fals' dan seorang yang peka nada.

Setelah mendapat feel, reaksi setiap orang berbeda (seperti sudah anda tulis), terlebih lagi feel itu berubah dari waktu ke waktu. Contohnya, masih kecil melihat mainan dengan feel tertentu, ketika dewasa, feel itu berbeda. Jadi kalo mo dibilang ada 'blue print', maka 'blue print' ini untuk 'skema' apa?
Lalu, apakah jadinya kita hidup hanya untuk mengumpulkan dan memproses feel sebanyak2-nya untuk kemudian diceritakan?


Vincent Liong wrote:

Yang sama adalah: alat ukur dengan posisi pada skala dan ada range tertentu. Seperti alat sampler tidak berisi kata-kata tetapi berisi perubahan-perubahan tiap satuan perjalanan waktu yang tidak dalam bentuk kata-kata.
Yang berbeda adalah: bahasa, konteks, jenis, variasi, kasus, dlsb.   

Mengumpulkan dan memproses feel, dlsb itu dalam perjalanan kehidupan sehari-hari entah untuk sekedar iseng, dipakai saat kerja cari nafkah, dlsb. Cerita untuk diceritakan adalah bentuk laporan tentang praktikum di dunia nyata kepada pembimbing/guru.

Dalam proses pengajaran kompatiologi ada pantangan utama yaitu: tidak mengajarkan kebenaran/ketidakbenaran versi si guru. Fungsi guru hanya sampai pada mengawasi, kalau orangnya sampai ke jalan yg salah tetapi masih mampu menolong dirinya sendiri maka tidak boleh ditolong, kalau terlalu berbahaya baru boleh ditolong. dalam kebanyakan aliran fungsi guru memberikan ajaran yang dianggap benar, di kompatiologi    kalau muridnya punya ketergantungan terhadap ajaran guru maka gurunya akan bersikap jadi orang sangat bodoh karena tujuan utama mengajarkan independensi. Dalam kompatiologi guru samasekali tidak memberikan ajaran kecuali menyiapkan track melalui dekon-kompatiologi (makan dan minum) bukan ceramah.

Seperti sudah saya katakan:
"Di masa kini Ia yang Mengaku Nabi Asli itu telah merampas Hak manusia-manusia yang dijadikan pengikutnya, untuk bernubuat bagi diri sendiri; Setiap manusia berhak menjadi Nabi Palsu bagi Dirinya Sendiri, tidak untuk meninggikan diri dengan bernubuat bagi orang lain."

Offline vincentliong

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 106
  • Reputasi: 0
Re: Tanya Jawab: Manusia dan Kehendak Bebas
« Reply #1 on: 29 June 2008, 09:03:24 PM »
Kepada Yth: sdr Kainyn_Kutho dan teman-teman di Forum DhammaCitta.

Dari tanya jawab dengan sdr Kainyn_Kutho tsb di atas dan beberapa hari mengikuti Forum DhammaCitta ada beberapa hal yang saya kira perlu saya sampaikan. Pertama-tama mohon maaf kalau saya sebagai non-Budhist mencoba berbicara mengenai hal ini karena ada kemungkinan ada yang akan tersinggung, saya coba menjelaskan sebisa saya...

Saya meyakini (tidak tahu benar atau salah) bahwa dalam tiap kedatangan Nabi, Orang Suci, Titisan Dewa, atau mungkin juga Budha (mohon maaf saya menyebut Budha) adalah bagaimana menjadikan pengalaman yang sifatnya pengalaman orang pertama menjadi pengalaman warisan (orang ke- 2, 3, 4, dlsb...).

Keterbatasan karena menggunakan bahasa verbal dan keterbatasan kemampuan untuki membuat orang mengalami sendiri sebagai pengalaman orang pertama dari apa yang dialami oleh para Nabi, Orang Suci, Titisan Dewa, atau mungkin juga Budha (mohon maaf saya menyebut Budha) membuat ini menjadi kesulitan paling utama.   

Metode mungkin bisa satu-satunya jalan yang mendekati, tetapi penggunaan kata-kata pada akhirnya juga menjadi batasan yang sekali lagi membuat metode gagal karena adanya asumsi. Pada pengembangan kompatiologi saya akhirnya setelah berpusing-pusing mencoba segala macam cara akhirnya menggunakan minuman, sebab pengalaman input indrawi lebih sulit dimanipulasi oleh sugesti dari pikiran dibanding pengalaman yang sifatnya sudah pikiran. Ada metode yang lain juga seperti misalnya meditasi, dlsb yang juga digunakan di orang Budhist dan aliran-aliran lainnya.

Semoga saudara-saudara dapat paham ucapan saya tsb di atas yang sudah saya bahas dalam pernyataan-pernyataan saya sebelumnya. Silahkan dibalas email ini bila perlu... semoga saudara-saudara tidak tersinggung...

Offline El Sol

  • Sebelumnya: El Sol
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.752
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Re: Tanya Jawab: Manusia dan Kehendak Bebas
« Reply #2 on: 29 June 2008, 09:05:39 PM »
Buddha bukan titisan dewa...bukan Nabi...

hanya seorang Manusia yg tersadarkan..

Offline vincentliong

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 106
  • Reputasi: 0
Re: Tanya Jawab: Manusia dan Kehendak Bebas
« Reply #3 on: 29 June 2008, 09:20:08 PM »
Buddha bukan titisan dewa...bukan Nabi...

hanya seorang Manusia yg tersadarkan..

Sebagai contoh: tulisan sdr El Sol tsb di atas masih terjebak dalam bahasa. Yang sama adalah feel, tetapi ketika feel telah terdistorsi batasan bahasa maka feel tsb tidak bisa dialami secara natural lagi. Pikiran mendominasi sehingga muncul autosugesti yang menutupi feel.

Ini pengaruh dari budaya lingkungan sekitar yang memang menggunakan sistem sekolah (mendengar dan menghafal), agama monotheis, dlsb yang sangat menekankan logika dan bahasa. Sehingga inti maksut dari ajaran bisa tersampaikan menjadi bentuk yang lain samasekali. Bisa saja nama dan bahasa tidak berubah tetapi isi bisa berubah.

Mohon maaf kalau ada kata-kata yang salah... saya hanya berusaha menjelaskan sebisa saya sebagai manusia dengan keterbatasan bahasa.

Offline Sukma Kemenyan

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.840
  • Reputasi: 109
Re: Tanya Jawab: Manusia dan Kehendak Bebas
« Reply #4 on: 29 June 2008, 10:07:35 PM »
Maaf,
Setelah baca 3 ~ 4x, saya masih ga bisa nangkap maksud dan tujuan thread ini...

Bung vincent bisa langsung lompat ke Kesimpulan ?

Offline vincentliong

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 106
  • Reputasi: 0
Re: Tanya Jawab: Manusia dan Kehendak Bebas
« Reply #5 on: 29 June 2008, 10:41:44 PM »
Maaf,
Setelah baca 3 ~ 4x, saya masih ga bisa nangkap maksud dan tujuan thread ini...

Bung vincent bisa langsung lompat ke Kesimpulan ?


Tiap kedatangan Nabi, Orang Suci, Titisan Dewa, atau mungkin juga Budha (mohon maaf saya menyebut Budha) pada awalnya memang bisa mendekati menyampaikan cara, dlsb agar diharapkan para umatnya bisa mengalami apa yang ia alami sebagai pengalaman orang pertama bukan penjelasan orang pertama ke orang kedua.

The problem is budaya (bahasa, tekhnologi, sistem logika yang umum dipakai) pada akhirnya menyeragamkan berbagai agama, aliran, dlsb menjadi satu sistem believe yang sama dengan nama, bahasa, label yang tetap berbeda-beda. Bahasa menjadi alat bantu agar suatu believe terasa tidak hilang keasliannya meskipun banyak believe yg telah kehilangan intinya dan digantikan budaya yang samasekali beda dengan believe yg dibawa oleh Nabi, Orang Suci, Titisan Dewa, atau mungkin juga Budha (mohon maaf saya menyebut Budha) nya. 

Sehingga pada akhirnya Budha (mohon maaf saya menyebut Budha) seperti Nabi, Orang Suci, Titisan Dewa, dlsb pun harus datang berulang kali untuk mengembalikan ke hal yang sama berulang-ulang kali.

Oleh karena itu di maillist ini saya secara sengaja menggunakan bahasa agama katholik untuk membahas hal yang bisa saja juga membawa hal yang memiliki aspek-aspek di luar agama ka****k termasuk ke-budhaan yang ada di diri kita masing-masing.

Siapakah diantara kita yang mampu melampaui bahasa? ke before word.

Ada seorang penjual jam tangan mengaku menjual jam tangan asli tetapi pada kenyataannya jam yang dijual palsu, maka ia telah menyesatkan banyak orang. Ada seorang penjual jam tangan yang berbeda yang mengaku menjual jam tangan palsu; bilamana jam tangan yang dijual palsu maka ia tidak menyesatkan orang karena telah mengaku palsu; tetapi bilamana jam tangan yang dijual asli orang yang jeli akan mendapatkan keuntungan darinya.

Apakah kita seorang yang mencari penjual jam tangan yang mengaku asli atau yang mengaku palsu dengan mendengar dan mengiyakan perkataannya atau mencoba menjadi orang yang jeli yang walaupun ada penjual jam tangan yang mengaku asli atau palsu tetap bisa menemukan sendiri jam tangan mana yang benar-benar asli. Maka dari itu kita yang harus belajar menjadi jeli tidak menunggu penjual jam tangan yang moga-moga saja jujur.

Offline Sukma Kemenyan

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.840
  • Reputasi: 109
Re: Tanya Jawab: Manusia dan Kehendak Bebas
« Reply #6 on: 29 June 2008, 10:46:17 PM »
Still...
anda tidak melompat ke kesimpulan...

Anda masih berputar-putar didalam Bahasa...
Okay, Saya bisa memahami bahwa maksud perkataan anda,
Tiap-tiap dari mereka membawa ajarannya dalam bahasa yang berbeda...

Akan tetapi...
Baik dari bahasa, ajaran, metoda, pengertian...

Sudah jauh berbeda...
Lalu, kembali lagi ke pertanyaan sebelumnya...

Maksud dan Tujuan dari diskusi sebenarnya apa?

Offline El Sol

  • Sebelumnya: El Sol
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.752
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Re: Tanya Jawab: Manusia dan Kehendak Bebas
« Reply #7 on: 30 June 2008, 12:08:34 AM »
Buddha bukan titisan dewa...bukan Nabi...

hanya seorang Manusia yg tersadarkan..

Sebagai contoh: tulisan sdr El Sol tsb di atas masih terjebak dalam bahasa. Yang sama adalah feel, tetapi ketika feel telah terdistorsi batasan bahasa maka feel tsb tidak bisa dialami secara natural lagi. Pikiran mendominasi sehingga muncul autosugesti yang menutupi feel.

Ini pengaruh dari budaya lingkungan sekitar yang memang menggunakan sistem sekolah (mendengar dan menghafal), agama monotheis, dlsb yang sangat menekankan logika dan bahasa. Sehingga inti maksut dari ajaran bisa tersampaikan menjadi bentuk yang lain samasekali. Bisa saja nama dan bahasa tidak berubah tetapi isi bisa berubah.

Mohon maaf kalau ada kata-kata yang salah... saya hanya berusaha menjelaskan sebisa saya sebagai manusia dengan keterbatasan bahasa.
eloe..kalo nulis..yg jelas..

jadi yg baca gampang ngerti..

contohi Sang Buddha, yg menjelaskan sesuatu jelas..tapi ber"isi" dan dalam...


Offline vincentliong

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 106
  • Reputasi: 0
Re: Tanya Jawab: Manusia dan Kehendak Bebas
« Reply #8 on: 30 June 2008, 12:33:45 AM »
Kelihatannya pembicaraan kita akhirnya tidak menentu. Sebetulnya saya juga kesulitan menyampaikan apa yang ingin saya sampaikan. Bagaimana kalau kita lupakan masalah indigo, nabi palsu, dlsb. Ijinkan saya bercerita apa yang terjadi pada perjalanan hidup saya paling awal.

Saya tinggal dalam keluarga yang berkecukupan, tidak miskin tidak kaya, saya selalu mendapatkan apa yang saya mau dan keberuntungan mendapatkan sekolah, teman, barang-barang dan segala yang terbaik yang memungkinkan.

Semenjak saya bersekolah saya mendapatkan kesempatan untuk mengamati hal-hal di luar rumah saya, terutama dalam perjalanan menuju dabn pulang sekolah, kejadian di sekolah sehingga menimbulkan suatu masukan baru yang tidak pernah saya tahu dan saya alami dalam hidup saya. Saya melihat gedung, orang bekerja, orang mengemis, dlsb yang sebagian sempat tercatat di buku saya yang pertama kali saya tulis jauh sebelum kompatiologi ini yaitu ketika saya masih SLTP.

Silahkan download:
http://antonwid.gilaupload.com/berlindung%20di%20bawah%20-%20payung%20belum%20diedit.rtf

Dari semua itu yang membentuk saya hari ini.
« Last Edit: 30 June 2008, 12:44:39 AM by vincentliong »

Offline El Sol

  • Sebelumnya: El Sol
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.752
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Re: Tanya Jawab: Manusia dan Kehendak Bebas
« Reply #9 on: 30 June 2008, 12:55:33 AM »
 [at] atas

promosi lage? :hammer:

-_-"


Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: Tanya Jawab: Manusia dan Kehendak Bebas
« Reply #10 on: 30 June 2008, 08:20:07 AM »
 _/\_ Sebenarnya awal pemikiran kamu terhadap Buddhisme juga sudah mulai salah arah. Dengan meng-link Buddhisme sejajar dengan pemahaman samawi dan melihat konteks budaya yang sedang terjadi. Bisa saya pastikan,anda hanya berkata dan melihat pada permukaan saja.

Sebuah psikologi Buddhist tercipta 2500 tahun yang lalu dengan analisa pemikiran. Banyak orang berkata seperti ini dan seperti itu,menafsirkan sana sini, namun Dhamma adalah sesuatu yang telah ada dan teratur.

Motivasi anda mungkin kita tidak pernah jelas disini,karena kamu tidak pernah menyebut alasan kamu terus-terusan mempromosikan tulisan kamu baik di forum ini maupun forum orang lain.

Kalau saya mau menjawab thread ini maka saya cuma bisa satu kata kepada kamu "Ntahlah"
Ntahlah karena kamu tidak bisa menyamakan persepsi terlebih dahulu disini atau memang psikologi kamu tidak mahir sampai semua orang disini serasa tidak comfort dengan pemikiran kamu. Ntahlah, salah siapa
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Tanya Jawab: Manusia dan Kehendak Bebas
« Reply #11 on: 30 June 2008, 09:20:01 AM »
1. Yang benar adalah Buddha, bukan Budha (ini sih isi di KTP).

2.
Quote
Sebagai contoh: tulisan sdr El Sol tsb di atas masih terjebak dalam bahasa. Yang sama adalah feel, tetapi ketika feel telah terdistorsi batasan bahasa maka feel tsb tidak bisa dialami secara natural lagi. Pikiran mendominasi sehingga muncul autosugesti yang menutupi feel.

Ini pengaruh dari budaya lingkungan sekitar yang memang menggunakan sistem sekolah (mendengar dan menghafal), agama monotheis, dlsb yang sangat menekankan logika dan bahasa. Sehingga inti maksut dari ajaran bisa tersampaikan menjadi bentuk yang lain samasekali. Bisa saja nama dan bahasa tidak berubah tetapi isi bisa berubah.

Mohon maaf kalau ada kata-kata yang salah... saya hanya berusaha menjelaskan sebisa saya sebagai manusia dengan keterbatasan bahasa.

Bahasa adalah metode untuk menyampaikan ide dan gagasan, sudah berkembang sejak manusia ada. Keterbatasan bahasa sering dijadikan kambing hitam ketidaktahuan. Alasan keterbatasan biasanya digunakan oleh mereka yang kurang bisa berkomunikasi. Bagi saya tidak ada alasan suatu ide tidak bisa disampaikan secara utuh melalui ikon dan media komunikasi.

Perlu anda ketahui Buddha tidak
1. mengajarkan ide atau gagasan, melainkan sesuatu sebagai mana adanya. (komunikasinya sangat baik sekali).
2. tidak mengajarkan kepercayaan membuta, melainkan praktek dan membuktikan sendiri kebenaran (Ehipassiko).
3. mengajarkan Tuhan sebagai suatu pribadi yang terbatas dan tidak bisa disampaikan oleh moda komunikasi yang ada.

Lalu, pertanyaan saya untuk anda Vincent Liong, apakah ada hubungannya kompatiologi yang kata anda adalah dari nabi palsu (anda), dengan Buddhisme? Jangan bilang lagi dalam setiap pribadi ada benih Kebuddha-an, saya tidak menangkap hal itu dari pembicaraan anda selama ini.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline Umat Awam

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 770
  • Reputasi: 28
  • Gender: Male
Re: Tanya Jawab: Manusia dan Kehendak Bebas
« Reply #12 on: 30 June 2008, 09:23:25 AM »
Maaf,
Setelah baca 3 ~ 4x, saya masih ga bisa nangkap maksud dan tujuan thread ini...

Bung vincent bisa langsung lompat ke Kesimpulan ?


Tiap kedatangan Nabi, Orang Suci, Titisan Dewa, atau mungkin juga Budha (mohon maaf saya menyebut Budha) pada awalnya memang bisa mendekati menyampaikan cara, dlsb agar diharapkan para umatnya bisa mengalami apa yang ia alami sebagai pengalaman orang pertama bukan penjelasan orang pertama ke orang kedua.

The problem is budaya (bahasa, tekhnologi, sistem logika yang umum dipakai) pada akhirnya menyeragamkan berbagai agama, aliran, dlsb menjadi satu sistem believe yang sama dengan nama, bahasa, label yang tetap berbeda-beda. Bahasa menjadi alat bantu agar suatu believe terasa tidak hilang keasliannya meskipun banyak believe yg telah kehilangan intinya dan digantikan budaya yang samasekali beda dengan believe yg dibawa oleh Nabi, Orang Suci, Titisan Dewa, atau mungkin juga Budha (mohon maaf saya menyebut Budha) nya. 

Sehingga pada akhirnya Budha (mohon maaf saya menyebut Budha) seperti Nabi, Orang Suci, Titisan Dewa, dlsb pun harus datang berulang kali untuk mengembalikan ke hal yang sama berulang-ulang kali.

Oleh karena itu di maillist ini saya secara sengaja menggunakan bahasa agama katholik untuk membahas hal yang bisa saja juga membawa hal yang memiliki aspek-aspek di luar agama ka****k termasuk ke-budhaan yang ada di diri kita masing-masing.

Siapakah diantara kita yang mampu melampaui bahasa? ke before word.

Ada seorang penjual jam tangan mengaku menjual jam tangan asli tetapi pada kenyataannya jam yang dijual palsu, maka ia telah menyesatkan banyak orang. Ada seorang penjual jam tangan yang berbeda yang mengaku menjual jam tangan palsu; bilamana jam tangan yang dijual palsu maka ia tidak menyesatkan orang karena telah mengaku palsu; tetapi bilamana jam tangan yang dijual asli orang yang jeli akan mendapatkan keuntungan darinya.

Apakah kita seorang yang mencari penjual jam tangan yang mengaku asli atau yang mengaku palsu dengan mendengar dan mengiyakan perkataannya atau mencoba menjadi orang yang jeli yang walaupun ada penjual jam tangan yang mengaku asli atau palsu tetap bisa menemukan sendiri jam tangan mana yang benar-benar asli. Maka dari itu kita yang harus belajar menjadi jeli tidak menunggu penjual jam tangan yang moga-moga saja jujur.

Bagaimana bisa seseorang yang ingin membicarakan ttg BUAH MANGGA dengan membandingkannya dengan BUAH DURIAN ?? ???  :hammer:

Anda ingin membahas ttg Ajaran Buddha ato Ajaran ka****k??

Offline Kokuzo

  • Sebelumnya 7th
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.090
  • Reputasi: 30
  • Gender: Male
  • ... running in karma ...
Re: Tanya Jawab: Manusia dan Kehendak Bebas
« Reply #13 on: 30 June 2008, 09:29:22 AM »
Sama, ndak mudeng...

Asal buka mau jualan kipas angin di rumah ber-AC aja deh ;D

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: Tanya Jawab: Manusia dan Kehendak Bebas
« Reply #14 on: 30 June 2008, 09:30:35 AM »
masih laku sih kipas angin di rumah be AC, soalnya hemat listrik, yang ga mudeng itu jualan Es krim di musim salju.
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.