saya copas dr forum lain ..
Seperti diketahui, dalam Mulapariyaya-sutta Sang Buddha menjelaskan proses terjadinya reaksi pikiran terhadap setiap rangsangan yang masuk melalui keenam indra dalam batin seorang puthujjana (orang biasa). Proses itu terjadi secepat kilat melalui enam tahap:
(i) muncul rangsangan melalui salah satu dari keenam indra (sa~njanati = mempersepsikan, perceiving)--ini masih belum pikiran;
(ii) muncul reaksi oleh pikiran: berpikir, mengkonseptualisasikan (conceiving, ma~n~nati);
(iii) muncul konsep atta/aku yang masih menyatu dengan obyek (ma~n~nati);
(iv) konsep atta memisahkan diri dari obyek, muncul dualitas subyek-obyek (ma~n~nati);
(v) konsep atta membentuk hubungan dengan obyek (ma~n~nati);
(vi) atta bersenang hati dengan obyek (abhinandati).
(Dalam sutta aslinya, Sang Buddha menyebutkan banyak obyek, mulai dari 'tanah' sampai 'nibbana' -- dalam batin seorang puthujjana terjadi
(i) pa.thavi.m pa.thavito sa~njaanaati -- he perceives earth as earth;
(ii) pa.thavi.m ma~n~nati -- he conceives earth;
(iii) pa.thaviyaa ma~n~nati -- he conceives in earth;
(iv) pa.thavito ma~n~nati -- he conceives from earth;
(v) pa.thavi.m me'ti ma~n~nati -- he conceives "earth is for me";
(vi) pa.thavi.m abhinandati -- he delights in earth.
(Sang Buddha menganjurkan kepada orang yang sedang berlatih (sekha), ketika melihat langsung sebuah rangsangan, agar tidak berpikir mengkonsepsikan rangsangan itu dan menghubungkan dengan dirinya
(i) pa.thavi.m pa.thavito abhijaanaati -- he directly knows earth as earth;
(ii) pa.thavi.m maa ma~n~ni -- let him not conceive earth;
(iii) pa.thaviyaa maa ma~n~ni -- let him not conceive in earth;
(iv) pa.thavito maa ma~n~ni -- let him not conceive from earth;
(v) pa.thavi.m me'ti maa ma~n~ni -- let him not conceive "earth is for me";
(vi) pa.thavi.m maabhinandi -- let him not delight in earth.
Demikianlah, Sang Buddha menganjurkan agar dalam batin seorang yang berlatih vipassana, ketika datang rangsangan dari keenam indra (langkah #1, dibold merah), tidak berlanjut menjadi reaksi berupa pikiran/konseptualisasi dan munculnya atta/diri (langkah #2-#6, dibold biru).
langkah #1 adalah proses persepsi murni. Proses berpikir seorang ariya (arahat) berhenti sampai pada langkah #1. Sehingga semua tindakan seorang arahat sudah tidak ber-cetana lagi. Tiada karma baru yang terbentuk. Inilah akhir dari dukkha, akhir dari tumimbal lahir.
Untuk lebih jelas bagaimana respon indra terhadap fenomena (yang harus dilatih oleh seorang sekha/murid) dijelaskan oleh Buddha dalam kepada BAHIYA dalam BAHIYA SUTTA sebagai berikut :
“Dalam hal ini, Bahiya, kamu harus melatih dirimu sendiri; di dalam apa yang dilihat hanya ada apa yang dilihat; di dalam apa yang didengar hanya ada apa yang didengar; di dalam apa yang dirasakan hanya ada apa yang dirasakan; di dalam apa yang diketahui hanya ada apa yang diketahui. Dengan cara ini kamu harus melatih dirimu sendiri, Bahiya”.
Jika Bahiya didalam apa yang dilihat hanya ada apa yang dilihat, di dalam apa yang didengar hanya ada apa yang didengar; di dalam apa yang dirasakan hanya ada apa yang dirasakan; di dalam apa yang diketahui hanya ada apa yang diketahui, maka Bahiya, kamu tidak akan “bersama itu”; bila Bahiya kamu tidak lagi “bersama itu”, kamu tidak akan berada di dalam itu; bila, Bahiya, kamu tidak ada di dalam itu, maka Bahiya, kamu tidak akan berada disini maupun disana tidak juga diantara keduanya. Inilah akhir penderitaan”.