//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: MMD (Meditasi Mengenal Diri)  (Read 570791 times)

0 Members and 3 Guests are viewing this topic.

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #975 on: 26 September 2008, 12:05:25 PM »
Mohon petunjuk pak Hud, apakah "detik sadar itu" anda alami sepanjang meditasi MMD

Tentu tidak, 'detik sadar' atau 'berhentinya pikiran/aku' itu dalam terminologi Buddhis disebut 'khanika-samadhi'. ... Mula-mula dialami beberapa detik ... berangsung-angsur makin malam sampai beberapa jam.

Sala,
hudoyo

Offline Andi Sangkala

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 102
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
  • Eling eling mangka eling rumingkang di bumi alam
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #976 on: 26 September 2008, 12:17:29 PM »


Tentu tidak, 'detik sadar' atau 'berhentinya pikiran/aku' itu dalam terminologi Buddhis disebut 'khanika-samadhi'. ... Mula-mula dialami beberapa detik ... berangsung-angsur makin malam sampai beberapa jam.

Sala,
hudoyo

 _/\_

oh bgt toh,

tapi khanika samadhi yang anda alami sampai durasi jam2an, itu seh bukan khanika samadhi lagi

trims _/\_

Andi

 
Karena Tidak Sayang Maka Tidak Kenal

Andi

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #977 on: 26 September 2008, 12:25:43 PM »
Bukankah pikiran berjalan = proses berpikir?, apakah ketika seorang arahat lagi berpikir ttg suatu keputusan disitu muncul LDM?. Adalah 2 hal yg berbeda berhentinya pikiran dan padamnya LDM. Arahat yg masih hidup dan putthujana dalam kehidupan sehari2 masih ada proses berpikir/pikiran berjalan hanya yg satu masih ada LDM dan yg satu tidak. Jadi keterangannya sepertinya rancu pak.

Berhentinya pikiran = berhentinya LDM (entah sementara (puthujjana), entah menetap (arahat)). Gunakanlah istilah BERPIKIR hanya untuk puthujjana (Mulapariyaya-sutta), karena BERPIKIR selalu menciptakan AKU dan diikuti LDM. Berdasarkan definisi 'berpikir' itu (sesuai Mulapariyaya-sutta), arahat tidak "berpikir" (seperti biasa) lagi, sekalipun ia bisa bisa menganalisis, bisa berkhotbah dsb. (Lihat jawaban kepada Johan di atas).

Jadi, yang membedakan PIKIRAN puthujjana dan "PIKIRAN" arahat adalah TIDAK ADANYA AKU, bukan hanya TIDAK ADANYA LDM, tidak ada lagi pikiran tentang Brahmavihara dsb.

Quote
Apakah yg dimaksud pak Hud pikiran berhenti atau tidak adalah citta atau proses berpikir?
Tetapi bila diartikan sebagai citta maka juga masih menjadi rancu lagi bila dikatakan citta berhenti.

Saya tidak tahu 'citta' itu apa, saya tidak menggunakan Abhidhamma. ... Bagi saya 'pikiran' adalah apa yang diuraikan dalam Mulapariyaya-sutta. Itu saja.

Quote
Dalam vipasanna yg ada adalah ketika 5 nivarana telah tertekan sementara waktu pikiran/ citta menjadi jernih dan hening, dan ketika pengamatan dan menyadari objek2 atau fenomena2 sebenarnya citta masih bekerja, masih berproses dalam fungsi  masing2 dalam kejernihannya sampai munculnya nyana2.

Tampak di sini ada pencampuradukkan antara "pikiran" (menurut Mupariyaya-sutta) dan "citta" yang mungkin berarti "batin".

Quote
Jadi apa yg dikatakan Sang Buddha kepada Bahiya "jika kamu berada disitu" bukan berarti pikiran berhenti. tetapi artinya adalah, "melihat apa adanya" tidak terkontaminasi oleh LDM. Dan ini bisa dicapai dalam keadaan meditatif ataupun kehidupan sehari2. Tetapi kalau pikiran berhenti tidak mungkin dicapai dalam keadaan sehari2 jika diartikan proses berpikir.

Pikiran adalah "RESPONS batin terhadap rangsangan" (Mulapariyaya-sutta) ... Dari definisi ini, maka apa yang dimaksud Sang Buddha dalam Bahiya-sutta justru adalah 'berhentinya pikiran'.
Betul itu adalah 'melihat apa adanya', karna di situ tidak ada pikiran (lihat definisi di atas) dan tidak ada aku lagi, yang mendistorsikan 'melihat'.
Seorang yang bebas sempurna tetap bisa berfungsi dalam kehidupan sehari-hari, tapi bukan dengan PIKIRAN (lihat definisi di atas), tapi dengan sesuatu yang lain, dengan proses di mana tidak ada aku, tidak ada reaksi dari aku.

Quote
Disinilah letaknya jika memang ingin dikonsepkan, konsepkanlah dengan jelas sehingga tidak ambigu ataupun menyimpang, bagi beberapa yg non buddhis mungkin akan manggut2 aja, karena mungkin mereka belum melihat ataupun mengerti atau melihat secara langsung apa yg terjadi, karena disini diperlukan kebijaksanaan yg tinggi.Bagi yg Buddhis paling tidak banyak yg menguasai dasarnya dengan baik, makanya banyak pertanyaan2 jika menyimpang apalagi mereka yg berpraktek meditasi yg didibimbing oleh kalyanimita2 mumpuni yg telah teruji kualitasnya. _/\_

Bagi orang yang tidak dibebani oleh teori Abhidhamma, maka uraian saya tentang pikiran dan berhentinya pikiran sangat jelas, baik bagi teman-teman yang non-Buddhis maupun bagi teman-teman yang Buddhis. Tidak ada perbedaan non-Buddhis dan Buddhis dalam memahami pikiran dan berhentinya pikiran. Yang membedakan cuma beban teori Abhidhamma yang dimiliki justru oleh SEGELINTIR teman-teman Buddhis.

Siapa "kalyanimita2 mumpuni yg telah teruji kualitasnya"? Hasilnya seperti apa? Seperti Fabian? ... :)) Lebih baik tidak, kalau cuma akan menjadi orang yang eksklusif, fundamentalis dan fanatik.
« Last Edit: 26 September 2008, 12:28:04 PM by hudoyo »

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #978 on: 26 September 2008, 12:27:22 PM »
_/\_
oh bgt toh,
tapi khanika samadhi yang anda alami sampai durasi jam2an, itu seh bukan khanika samadhi lagi
trims _/\_
Andi

Terserah Anda menyebutnya.
Yang penting alami sendiri. Sudahkah?

Salam,
hudoyo

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #979 on: 26 September 2008, 12:30:10 PM »
Quote
Adalah 2 hal yg berbeda berhentinya pikiran dan padamnya LDM.
Apa mau dikata.... memang bro itu BER OTAK JAMES BOND.....
 ^:)^ manteeeeeeeeepppp   ^:)^
dan dgn sangat yakin bahwa otak/pikiran yg baik itu spt TERATAI....
bukan seperti... TIKUS MATI....   ;D  ;D  ;D

PIKIRAN dan AKU ini adalah TIKUS YANG HIDUP ... asal mula dari DUKKHA.
« Last Edit: 26 September 2008, 12:32:05 PM by hudoyo »

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #980 on: 26 September 2008, 01:24:03 PM »
Quote
Adalah 2 hal yg berbeda berhentinya pikiran dan padamnya LDM.
Apa mau dikata.... memang bro itu BER OTAK JAMES BOND.....
 ^:)^ manteeeeeeeeepppp   ^:)^
dan dgn sangat yakin bahwa otak/pikiran yg baik itu spt TERATAI....
bukan seperti... TIKUS MATI....   ;D  ;D  ;D

PIKIRAN dan AKU ini adalah TIKUS YANG HIDUP ... asal mula dari DUKKHA.

100% setuju pak! Bapak memang HEBAT!
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #981 on: 26 September 2008, 02:05:01 PM »
Quote
by semar =Hudoyo from http:///showthread.php?t=1069163&page=6

Bagi saya pengalaman 'berhentinya pikiran/aku' itu adalah FINAL (cuma belum permanen saja, baru sementara (temporary)). ... Tidak ada apa-apa lagi sesudah itu ... Itu yang dialami Buddha, Krishnamurti, Bernadette Roberts ... Itu bukan hanya pandangan Theravada, tapi juga pandangan Madhyamika, itu 'sunyata'. ...

Jadi ternyata pencerahan yg dimaksud dalam MMD adalah berhentinya pikiran / aku, dan saya teringat bahwa Pak Hudoyo juga pernah mengatakan hanya mengantarkan sampai khanika samadhi saja yg mana artinya sama dengan berhentinya aku. Jadi artinya pencerahan sempurna ala MMD ya khanika samadhi saja tidak ada kelanjutannya seperti keterangan diatas. Padahal apa yg diajarkan Buddha dan para arahat pencerahan sempurna tidaklah seperti definisi Pak Hudoyo diatas. Memasukan nama Buddha yg disetarakan pencerahan J. Krisnamurti adalah hal yg mengada-ngada seperti sebuah dagelan politik.

Bahkan keadaan untuk berhentinya aku/pikiran agar menjadi permanen ala MMD tidak sesuai dengan Ajaran Sang Buddha. Mungkinkah pikiran berhenti pada saat kita dalam keadaan sehari2, pasti tidak mungkin lalu apa yg berhenti permanen?

Menurut ajaran Sang Buddha seorang arahat yg telah mencapai nibbana adalah mereka yg telah menghapus semua kekotoran batin sampai ke akar2nya yg tidak akan pernah muncul kembali. Jadi yg permanen itu adalah tidak akan pernah muncul lagi kilesa pada batin yg tercerahkan sempurna, jadi bukan berhentinya pikiran/aku secara permanen.
Kalau berhentinya pikiran pada saat meditasi lalu dalam kehidupan sehari bergerak lagi itu namanya bukan permanen.
Berbeda dengan seorang arahat yaitu entah dia dalam keadaan meditasi ataupun dalam kehidupan sehari2 kilesa tidak akan pernah muncul kembali, inilah yg disebut permanen yg berhubungan dengan pencapaian nibbana kecuali ketika seorang arahat telah parinibbana.

Dan perlu diketahui juga bahwa masih banyak hal yg harus dilewati ketika orang bervipasana dan mencapai khanika samadhi menurut ajaran Sang Buddha, bukannya berhenti lalu final.

Ketika pikiran/aku berhenti, tidak ada apa-apa lagi yang bisa dan perlu dilakukan oleh aku. Di situ tidak ada lagi pikiran, tidak ada aku, jelas tidak ada loba, odsa, moha. Di situ ada sesuatu yang tak dilahirkan, tak tercipta, tak terkondisi.

Ketika pikiran berjalan lagi, jelas aku muncul lagi, loba, dosa, moha muncul lagi.

Tapi sejauh yang dapat dilakukan oleh si aku, berhentinya pikiran adalah CUKUP. Tidak ada apa-apa lagi yang perlu dilakukan sesudah berhentinya pikiran. Dalam Bahiya-sutta, Sang Buddha berkata, "kalau kamu bisa berada di situ (berhentinya pikiran), maka kamu tidak ada lagi, itulah akhir derita."

YM Buddhadasa Mahathera mengatakan keheningan itu adalah mencicipi nibbana.

Bukankah pikiran berjalan = proses berpikir?, apakah ketika seorang arahat lagi berpikir ttg suatu keputusan disitu muncul LDM?. Adalah 2 hal yg berbeda berhentinya pikiran dan padamnya LDM. Arahat yg masih hidup dan putthujana dalam kehidupan sehari2 masih ada proses berpikir/pikiran berjalan hanya yg satu masih ada LDM dan yg satu tidak. Jadi keterangannya sepertinya rancu pak.

Apakah yg dimaksud pak Hud pikiran berhenti atau tidak adalah citta atau proses berpikir?

Jika berhentinya pikiran =proses berpikir maka keterangan saya seperti diatas.

Tetapi bila diartikan sebagai citta maka juga masih menjadi rancu lagi bila dikatakan citta berhenti.

Dalam vipasanna yg ada adalah ketika 5 nivarana telah tertekan sementara waktu pikiran/ citta menjadi jernih dan hening, dan ketika pengamatan dan menyadari objek2 atau fenomena2 sebenarnya citta masih bekerja, masih berproses dalam fungsi  masing2 dalam kejernihannya sampai munculnya nyana2.

Jadi apa yg dikatakan Sang Buddha kepada Bahiya "jika kamu berada disitu" bukan berarti pikiran berhenti. tetapi artinya adalah, "melihat apa adanya" tidak terkontaminasi oleh LDM. Dan ini bisa dicapai dalam keadaan meditatif ataupun kehidupan sehari2. Tetapi kalau pikiran berhenti tidak mungkin dicapai dalam keadaan sehari2 jika diartikan proses berpikir.

Disinilah letaknya jika memang ingin dikonsepkan, konsepkanlah dengan jelas sehingga tidak ambigu ataupun menyimpang, bagi beberapa yg non buddhis mungkin akan manggut2 aja, karena mungkin mereka belum melihat ataupun mengerti atau melihat secara langsung apa yg terjadi, karena disini diperlukan kebijaksanaan yg tinggi.Bagi yg Buddhis paling tidak banyak yg menguasai dasarnya dengan baik, makanya banyak pertanyaan2 jika menyimpang apalagi mereka yg berpraktek meditasi yg didibimbing oleh kalyanimita2 mumpuni yg telah teruji kualitasnya. _/\_









Quote
Adalah 2 hal yg berbeda berhentinya pikiran dan padamnya LDM.

Apa mau dikata.... memang bro itu BER OTAK JAMES BOND.....

 ^:)^ manteeeeeeeeepppp   ^:)^

dan dgn sangat yakin bahwa otak/pikiran yg baik itu spt TERATAI....
bukan seperti... TIKUS MATI....   ;D  ;D  ;D

He..he proses berpikir adalah proses berpikir, yg arahat proses berpikirnya  tanpa LDM dan putthujhana tentu bercampur dengan LDM. Apa sih pikiran? Otak/pikiran? ini lagi2 aneh bisa nambah sendiri :))

Coba baca yg teliti kalimatnya  ;D


« Last Edit: 26 September 2008, 02:10:14 PM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #982 on: 26 September 2008, 02:40:06 PM »
Quote
Berhentinya pikiran = berhentinya LDM (entah sementara (puthujjana), entah menetap (arahat)). Gunakanlah istilah BERPIKIR hanya untuk puthujjana (Mulapariyaya-sutta), karena BERPIKIR selalu menciptakan AKU dan diikuti LDM. Berdasarkan definisi 'berpikir' itu (sesuai Mulapariyaya-sutta), arahat tidak "berpikir" (seperti biasa) lagi, sekalipun ia bisa bisa menganalisis, bisa berkhotbah dsb. (Lihat jawaban kepada Johan di atas).

Jadi, yang membedakan PIKIRAN puthujjana dan "PIKIRAN" arahat adalah TIDAK ADANYA AKU, bukan hanya TIDAK ADANYA LDM, tidak ada lagi pikiran tentang Brahmavihara dsb.


Jadi istilah arahat berpikir itu apa namanya pak?  Bengong? ^-^ Ada referensi suttanya? kalo Sang Buddha sedang menganalisa lalu dikatakan tidak berpikir atau berpikir?

Pikiran adalah pikiran, masalah nanti mau pikiran putthujana dan arahat atau Buddha, itu adalah masalah kualitas pikiran . yg pasti dua2nya punya pikiran. Jadi jangan dirancukan antara pikiran dan kualitas pikiran.

Quote
Pikiran adalah "RESPONS batin terhadap rangsangan" (Mulapariyaya-sutta) ... Dari definisi ini, maka apa yang dimaksud Sang Buddha dalam Bahiya-sutta justru adalah 'berhentinya pikiran'.
Betul itu adalah 'melihat apa adanya', karna di situ tidak ada pikiran (lihat definisi di atas) dan tidak ada aku lagi, yang mendistorsikan 'melihat'.
Seorang yang bebas sempurna tetap bisa berfungsi dalam kehidupan sehari-hari, tapi bukan dengan PIKIRAN (lihat definisi di atas), tapi dengan sesuatu yang lain, dengan proses di mana tidak ada aku, tidak ada reaksi dari aku.
[/b]

"sesuatu yg lain" bisa Anda sebutkan ?

"pikiran adalah respon batin terhadap rangsangan", kalau arahat menjawab pertanyaan, apakah tidak ada rangsangan yg masuk melalui pintu indria?

Dan jika ditilik arti pikiran disana bersifat umum.

Quote
Siapa "kalyanimita2 mumpuni yg telah teruji kualitasnya"? Hasilnya seperti apa? Seperti Fabian? ...  Lebih baik tidak, kalau cuma akan menjadi orang yang eksklusif, fundamentalis dan fanatik.

Kayaknya ada dendam ya sama fabian  atau bapak naksir dengan fabian? ^-^
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #983 on: 26 September 2008, 03:53:27 PM »
Four Categories of Brain Wave Frequencies

Beta Brainwaves (14 to 32 Hz)
    * Produced by thinking mind and conscious thought process. Most common brain wave pattern.
    * Concentration, logic, reasoning, alertness and critical thinking.
    * Higher levels of beta may result in feelings of anxiety, stress, unfocused thought,
       insomnia & even nervous breakdowns in extreme cases.
    * Necessary & required to function and navigate in your everyday life and
       normal waking consciousness.

Alpha Brainwaves (7 to 14 Hz)
    * Produced during relaxed detached awareness and daydreaming mind.
    * Relaxation, super learning & memory retention, increased concentration & focus,
       light meditation, increased health benefits.
    * Provides vividness and lucidity to our imagination & visualization.
    * Enables us to remember our dreams and meditative states.
    * Link between conscious and subconscious mind, gateway to meditation.

Theta Brainwaves (3.5 to 7 Hz)
    * Produced by subconscious mind, and present in dreaming sleep and REM
       (rapid eye movement) state.
    * Deep meditation & spiritual connection, increased creativity ("ah-ha" moment) &
       retention of learned material, deep healing of body & mind.
    * Long-term memory, center of creative inspiration and storehouse of repressed
       psychological & emotional baggage.
    * Key to meditation and spiritual breakthrough.

Delta Brainwaves (0.1 to 3.5 Hz)
    * Produced by the unconscious mind and during deep, dreamless sleep.
    * Deep trance-like, non-physical state, loss of body awareness.
    * Intuition and psychic awareness, enabling knowledge of information that isn't
       available on conscious level.
    * Gateway to unconscious & collective unconscious, access to universal psyche or mind.

Gelombang otak.....
 Dimanakah pikiran yg berhenti?
 Dimanakah seorang MMD bermeditasi?
 DImanakah seorang arahat?
 <:-P

Jadilah bunga teratai... hidup, berkembang, beranak... tetapi tidak melekat pada kotoran...
« Last Edit: 26 September 2008, 03:55:49 PM by johan3000 »
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #984 on: 26 September 2008, 08:12:34 PM »
menurut AN II 6, 36 *dikutip dari buku Nibbana sebagai pengalaman hidup*

dikatakan bahwa "Seorang Arahant memiliki pengendalian penuh akan pikirannya" (Cetovasippatta)
There is no place like 127.0.0.1

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #985 on: 27 September 2008, 08:38:36 AM »
Yang sy tau juga begitu,

Sang Buddha tidak pernah mengajarkan kita untuk menghentikan pikiran.

Buddha mengajarkan kita supaya bisa mengendalikan pikiran kita.

::

Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #986 on: 27 September 2008, 09:00:25 AM »

Berhentinya pikiran = berhentinya LDM (entah sementara (puthujjana), entah menetap (arahat)). Gunakanlah istilah BERPIKIR hanya untuk puthujjana (Mulapariyaya-sutta), karena BERPIKIR selalu menciptakan AKU dan diikuti LDM. Berdasarkan definisi 'berpikir' itu (sesuai Mulapariyaya-sutta), arahat tidak "berpikir" (seperti biasa) lagi, sekalipun ia bisa bisa menganalisis, bisa berkhotbah dsb. (Lihat jawaban kepada Johan di atas).


Pernyataan Pak Hud diatas, yakni:

karena BERPIKIR selalu menciptakan AKU dan diikuti LDM


Menurut saya adalah suatu pernyataan pribadi.

--------

Berpikir adalah salah satu pintu indera, seperti juga pintu indera lainnya, misalnya: melihat, merasa, dll
Ketika pikiran muncul selanjutnya akan diikuti oleh niat / keinginan, pada saat inilah LDM / aLaDaM akan muncul.

~ Keinginan yg dilandasi oleh LDM dalam Buddhisme disebut kamma buruk (EGO/AKU)
~ Keinginan yg dilandasi oleh aLaDaM disebut kamma baik.

Jadi, kesimpulan yg menyatakan bahwa semua pikiran akan menciptakan AKU (EGO) bukanlah Ajaran yg benar. Pernyataan begini akan membingungkan.

Logika sederhananya:
~ Kita setiap saat tidak pernah berhenti berpikir, bahkan dalam waktu tidur. Jika semua pikiran kita adalah AKU (LDM), berarti setiap saat kita memproduksi kamma buruk tanpa pernah menanam kamma baik sedikitpun. AKhirnya semua akan terlahir di alam menderita dalam beberapa putaran kehidupan saja, tidak akan ada makhluk yg bisa terlahir di alam yg lebih baik (karena setiap detiknya selalu memproduksi LDM).

Kesimpulan demikian tidak benar.

Pikiran dapat memproduksi hal-hal yg baik, juga hal-hal yg tidak baik. Ajaran Buddha mengajarkan kita untuk dapat mengendalikan pikiran kit;, mengurangi pikiran2 tidak baik dan mengembangkan pikiran2 yg bermanfaat, caranya adalah: sila, meditasi dan panna

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #987 on: 27 September 2008, 09:18:08 AM »
Quote
Logika sederhananya:
~ Kita setiap saat tidak pernah berhenti berpikir, bahkan dalam waktu tidur. Jika semua pikiran kita adalah AKU (LDM), berarti setiap saat kita memproduksi kamma buruk tanpa pernah menanam kamma baik sedikitpun. AKhirnya semua akan terlahir di alam menderita dalam beberapa putaran kehidupan saja, tidak akan ada makhluk yg bisa terlahir di alam yg lebih baik (karena setiap detiknya selalu memproduksi LDM).

kalau tidak salah dikatakan cetana (kehendak) lah yg dimaksud karma.
selagi perbuatan dilandasi oleh keserakahan, kebencian dan kegelapan batin, terproduksi karma.
karma akan menghasilkan akibat dimanapun itu, baik di alam menderita maupun alam bahagia...

ketika perbuatan tidak dilandasi oleh keserakahan, kebencian & kegelapan bathin, tidak ada karma yg terproduksi lagi. dg begitu rantai kelahiran berakhir...


--- lupa baca di mana... :hammer:
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #988 on: 29 September 2008, 07:16:05 AM »
menurut AN II 6, 36 *dikutip dari buku Nibbana sebagai pengalaman hidup*

dikatakan bahwa "Seorang Arahant memiliki pengendalian penuh akan pikirannya" (Cetovasippatta)

Di sini dipakai 'ceto' (citta). ... Citta bukan 'pikiran' (thought), melainkan 'kesadaran' (consciousness).
« Last Edit: 29 September 2008, 07:19:25 AM by hudoyo »

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #989 on: 29 September 2008, 07:46:06 AM »
He..he proses berpikir adalah proses berpikir, yg arahat proses berpikirnya  tanpa LDM dan putthujhana tentu bercampur dengan LDM. Apa sih pikiran? Otak/pikiran? ini lagi2 aneh bisa nambah sendiri :))
Jadi istilah arahat berpikir itu apa namanya pak?  Bengong? ^-^ Ada referensi suttanya? kalo Sang Buddha sedang menganalisa lalu dikatakan tidak berpikir atau berpikir?

Baca Mulapariyaya-sutta. Definisi pikiran dalam sutta itu persis sama dengan definisi pikiran (thought) dalam disiplin psikologi modern. ... 'Pikiran/berpikir' (thought, thinking) dalam Mulapariyaya-sutta disebut (ma~n~nati, conceptualization).

Dalam Mupalariyaya-sutta dinyatakan secara eksplisit bahwa dalam batin arahat/buddha tidak terjadi ma~n~nati, tidak ada konseptualisasi, singkatnya: tidak ada 'pikiran' MENURUT DEFINISI Mulapariyaya-sutta, tidak ada 'pikiran' SEBAGAIMANA YANG KITA KENAL.

Lalu, apa yang terjadi dalam batin seorang arahat/buddha saya tidak tahu. ... Yang saya tahu, Mulapariyaya-sutta dengan tegas menyatakan seorang arahat/buddha tidak 'berpikir' (tidak mengkonseptualisasi, tidak menganalisis dsb) sebagaimana kita kenal.

Ada orang bilang bahwa ucapan dan tindakan seorang yang telah bebas itu bersifat spontan, tanpa melalui pertimbangan pikiran, seperti short cut dari 'persepsi' (rangsangan) kepada 'tindakan' tanpa melalui pertimbangan 'pikiran' sebagaimana puthujjana ... dan itu tidak pernah salah. ... Tapi sekali lagi, saya tidak tahu.

Quote
Pikiran adalah pikiran, masalah nanti mau pikiran putthujana dan arahat atau Buddha, itu adalah masalah kualitas pikiran . yg pasti dua2nya punya pikiran. Jadi jangan dirancukan antara pikiran dan kualitas pikiran.


Itu pendapat Anda pribadi, bertentangan dengan MUlapariyaya-sutta.

Quote
"sesuatu yg lain" bisa Anda sebutkan ?

Dari sudut ajaran Buddhisme, mungkin Udana 8.3. ... Tapi sekali lagi, saya tidak tahu apa yang berlangsung dalam batin arahat/buddha. ... Yang jelas, Mulapariyaya-sutta menyatakan mereka tidak lagi melakukan konseptualisasi (berpikir).

Quote
"pikiran adalah respon batin terhadap rangsangan", kalau arahat menjawab pertanyaan, apakah tidak ada rangsangan yg masuk melalui pintu indria?

Di atas sudah saya katakan, ada yang bilang UCAPAN dan TINDAKAN seorang yang bebas (arahat/buddha) itu bersifat SPONTAN, dalam arti proses mulai dari 'persepsi' (rangsangan) sampai kepada 'ucapan/tindakan' memintasi (tidak melalui) pertimbangan 'pikiran', oleh karena itu disebut SPONTAN. ... Proses spontan itu tidak bisa disebut REAKSI, karena yang bereaksi adalah pikiran/si aku, si aku bereaksi dengan berpikir, menimbang-nimbang dsb, baru bertindak. ... Jadi seorang yang bebas tidak lagi bereaksi, alih-alih semua ucapan/tindakannya adalah spontan. ... Tapi sekali lagi, semua itu baru merupakan teori bagi saya pada saat ini, karena saya belum mengalaminya sendiri.

Quote
Dan jika ditilik arti pikiran disana bersifat umum.

Maksudnya "umum" apa? ... Pikiran adalah REAKSI batin terhadap rangsangan/persepsi yang diterima.

Quote
Kayaknya ada dendam ya sama fabian  atau bapak naksir dengan fabian? ^-^

Apa yang saya katakan tentang Fabian bukanlah dendam, melainkan fakta. Bisa dibaca dalam debat Fabian - Hudoyo, yang sebentar lagi saya upload ke Rapidshare.
« Last Edit: 29 September 2008, 07:49:57 AM by hudoyo »