//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: MMD (Meditasi Mengenal Diri)  (Read 570382 times)

0 Members and 4 Guests are viewing this topic.

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #465 on: 17 June 2008, 01:52:33 PM »
seingat saya pak Hud pernah bilang, sudah men-translate buku Bernadette Roberts ya?
boleh minta filenya pak?

terima kasih
_/\_

Bukunya baru saja terkirim.

Salam,
hudoyo

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Kesadaran baru ... seperti serangga lebur ke dalam nyala api ...
« Reply #466 on: 18 June 2008, 07:34:57 AM »
[Dari:  > Forum: Supranatural > Subforum: Spiritual > Thread: MMD-2]

TETENGER:

"kesadaran baru"

sejak iseng2x njalanin apa2x yg mbah semar uraikan..
koq rasa2xnya aku punya sebuah kesadaran baru.. mungkin ini yg dinamakan kesadaran 100% kali yah mbah.. ;D jadi slama aku hidup aku ternyata gak pernah sadar.. ;D

ketika suatu hari aku naek motor mbah.. tiba2x.. des.. ada sebuah kesadaran yg muncul dgn tiba2x.. smua menjadi tenang.. dan aku bisa ngliat kl diriku sedang naek motor.. aku berada di luar diriku.. ketika smua diamati.. smua menjadi indah.. jalanan yg setiap hari aku lewati tanpa ada kesan apa2x.. mendadak menjadi sesuatu yg serba indah.. pokoke smua menyenangkan.. bahkan ketika ada kendaraan yg ugal2x an pun.. yg biasanya aku marah.. kali ini koq aku malah senyum mbah.. aku seakan-akan melihat sebuah gerak.. bahwa diri ku ini dan smua didunia ini ternyata hanya digerakkan..

kesadaran ini jg tiba2x muncul ketika aku sedang shalat jum'at mbah..
ketika aku duduk mendengarkan khotbah.. waktu itu aku pas kebagian duduk diluar mbah.. soale aku datengnya telat.. ;D

nah.. dibagian luar ini biasanya tempatnya kegaduhan mbah.. ada anak2x kecil yg yg saling becanda.. lari kesana kemari.. ada orang dewasa yg saling ngobrol.. pokoke brisiklah.. dan biasanya aku sebel banget mbah kl ngliat yg gini2x an.. tp koq kali ini beda mbah.. dalam keriuhan.. ada ketenangan.. aku gak melihat anak kecil yg berlarian kesana kemari.. aku gak melihat orang2x dewasa yg ngobrol.. dan aku gak ngeliat orang2x yg duduk mengantuk.. tp yg kulihat adalah sebuah gerak.. kesadaranku meluas mbah.. smua menjadi indah.. bahagia.. senang.. bahkan tanpa sadar aku menitikkan air mata mbah..  entah apa arti air mata itu.. :)

gitu ajah mbah critanya.. mohon pencerahannya.. :)

========================
SEMAR:

"AWAS, jebakan baru ... kurungan emas ... "

Mas Tetenger, ... bagus sekali ... Anda hanya "nyoba-nyoba" MMD sendiri di rumah ... tapi dalam beberapa hari saja sudah merasakan mendapat suatu 'kesadaran baru' ... kesadaran yang belum pernah Anda rasakan selama hidup Anda sampai sekarang. ...

Anda merasakan suasana yang indah & nyaman di sekeliling Anda ... dalam keadaan apa pun ... bahkan dalam keadaan yang biasanya membuat orang tidak nyaman ... Ini disebabkan karena Anda relatif sudah terbebas dari pikiran yang merongrong ... pikiran yang biasanya membawa konflik, besar atau kecil ... Itulah yang dirasakan sebagai keindahan & kebahagiaan ...

Mas Tetenger ... teruskan pengembangan sadar/eling di dalam kehidupan sehari-hari ... :)

Tetapi ... hati-hati ... sekarang Anda menghadapi rintangan lain, rintangan baru ... Kalau dulu rintangan Anda adalah pikiran yang berseliweran ... sekarang rintangan Anda justru adalah rasa nyaman, nikmat & bahagia itu ... Lho, kok? ... Memang, segala rasa positif yang dicapai dalam meditasi itu akan menjadi perangkap/kurungan baru ... perangkap yang saya namakan 'perangkap emas' ... diibaratkan emas karena indah & menggiurkan ...

Kalau Anda tidak waspada, perangkap emas itu akan membuat Anda berhenti di situ ... berhenti pada kenikmatan itu ... membuat Anda lupa tujuan MMD sesungguhnya ... Sebagai Muslim, seharusnya tujuan MMD adalah untuk kembali kepada Allah ... menyatu dengan Allah (makrifatullah) ... bahkan melebur ke dalam Allah (hulul) ... sehingga si aku ini lebur bagaikan serangga lebur ke dalam nyala api ...

Untuk itu, si aku (nafs) ini harus berakhir ... "Man arafa nafsahu, faqad arafa Rabbahu" -- "Barang siapa mengenal dirinya, ia mengenal Tuhannya," kata sebuah Hadis Qudsi ...

Jadi, jangan terperangkap oleh jebakan kenikmatan (surgawi) ... melainkan tetap awasi, sadari, nafs (diri) ini ... sampai Anda bebas dari pikiran Anda sendiri ... bebas dari segala perasaan senang/nikmat dan susah ... Surga itu menghalangi jalan kita menuju Tuhan ...

Semoga Anda tetap berjalan lurus ... :)

Salam,
semar

=========================
TETENGER:

Quote
Originally Posted by semar00 
Kalau Anda tidak waspada, perangkap emas itu akan membuat Anda berhenti di situ ... berhenti pada kenikmatan itu ... membuat Anda lupa tujuan MMD sesungguhnya ... Sebagai Muslim, seharusnya tujuan MMD adalah untuk kembali kepada Allah ... menyatu dengan Allah (makrifatullah) ... bahkan melebur ke dalam Allah (hulul) ... sehingga si aku ini lebur bagaikan serangga lebur ke dalam nyala api ...

terima kasih mbah.. penjelasan mbah semar akan menjadi rambu2x buat aku tuk lebih waspada..  :)
tp mbah.. tulisan yg di bold merah diatas.. ternyata MMD itu juga punya tujuan yo mbah? CMIIW ..or itu hanya bagi yg muslim saja? sementara buat yg berkeyakinan lain gak berlaku? waduh.. koq aku jadi bingung yo mbah..

sst.. mbah.. ini ada pertanyaan nyleneh mbah.. ;D melebur dgn Allah gimana rasanya mbah? suasananya gimana? kl jawaban dari pertanyaan ini akan menghambat aku dalam pencapaian yg sesungguhnya.. mohon gak usah di jawab mbah.. abaikan saja..
tp jika jawaban ini akan mempermudah aku dan temen2x disini tuk dapat melebur.. please.. jawab dong mbah..  ;D 


salam
tetenger

==========================
SEMAR:

"Tujuan MMD ... "melebur kepada Allah" ..."


Quote
Originally Posted by tetenger: 
terima kasih mbah.. penjelasan mbah semar akan menjadi rambu2x buat aku tuk lebih waspada.. 
tp mbah.. tulisan yg di bold merah diatas.. ternyata MMD itu juga punya tujuan yo mbah? CMIIW ..or itu hanya bagi yg muslim saja? sementara buat yg berkeyakinan lain gak berlaku? waduh.. koq aku jadi bingung yo mbah..
Apakah MMD "punya tujuan" atau "tidak punya tujuan" tergantung pada orang yang menghayatinya ... :) dan tergantung pada konteks di mana hal itu dibicarakan ... :) ... Wah, kok plin-plan, ya? ... :)

Begini ... ketika orang berada dalam tataran pikiran, di mana ada si aku, ada waktu ... maka setiap perbuatan manusia itu selalu dipahami sebagai upaya untuk mencapai sesuatu (tujuan) di masa depan ... tidak peduli apakah dia Muslim, Keristen, Ateis ... betul, tidak? :) ... Jadi baginya, MMD harus punya tujuan, punya usaha, punya teknik/metode ... dsb

Nah, ketika orang mulai menjalankan MMD ... di mana pikiran, si aku, waktu berhenti, dan batin berada dalam saat kini terus-menerus ... masih adakah usaha, masih adakah tujuan, masih adakah masa depan? ... Silakan direnungkan sendiri ... atau lebih baik lagi, dipraktikkan sendiri ... :)


Quote
Originally Posted by tetenger: 
sst.. mbah.. ini ada pertanyaan nyleneh mbah..  melebur dgn Allah gimana rasanya mbah? suasananya gimana? kl jawaban dari pertanyaan ini akan menghambat aku dalam pencapaian yg sesungguhnya.. mohon gak usah di jawab mbah.. abaikan saja..
tp jika jawaban ini akan mempermudah aku dan temen2x disini tuk dapat melebur.. please.. jawab dong mbah..
Menyatu/melebur dengan Tuhan itu oleh pikiran manusia dicoba visualisasikan dengan berbagai cara:

(1) Ada yang mengatakan seperti "kembalinya setitik air ke dalam samudra". ... Nah, menurut hemat saya, sekalipun si titik air sudah "menyatu" ke dalam samudra, tetapi eksistensinya sebagai 'titik air' tetap ada ... 'titik air' itu tidak lenyap sama sekali, melainkan eksis, berada bersama trilyunan titik air-titik air di dalam samudra. ... Inilah ibarat yang digunakan oleh mereka yang menggambarkan "menyatu dengan Tuhan" itu sebagai tetap adanya perbedaan antara status si 'titik air' sebagai 'makhluk' (ciptaan) dan 'samudra' sebagai 'khalik' (Pencipta), sekalipun keduanya sudah "menyatu" dan tidak bisa lepas lagi. ... Pandangan ini menolak anggapan bahwa "makhluk bisa menjadi khalik". ... Di situ masih ada dualitas antara makhluk dan khalik. ... Begitu, bukan? ...

(2) Sudut pandang kedua adalah--seperti sudah saya sebut di atas--dengan mengibaratkan seperti "serangga yang lebur ke dalam nyala api" (Jawa: "sulung labuh geni" (CMIIW)) ... Menurut pandangan ini, si serangga (si aku) mula-mula tertarik dan mendekat kepada api yang terang nyalanya ... Tetapi, ketika sudah dekat kepada api, si serangga ini 'lebur' ke dalam nyala api ... artinya sederhana sekali: SI AKU, DIRI, INDIVIDU, NAFS INI LENYAP, TIDAK ADA LAGI, TIDAK EKSIS LAGI ... Tidak ada semar, tidak ada tetenger lagi ... :) Yang ada hanyalah nyala api itu semata-mata ... DAN ITU BISA DICAPAI DI DALAM HIDUP INI, tidak usah menunggu sampai sesudah mati. ... :)

Bandingkan dengan ayat di dalam Surah Al-Rahman dan Surah Al-Qasas, Al-Qur'an yang kira-kira berbunyi: "Qullu man alaiha faana, wa yabqo wajhu Rabbika" ("Segala sesuatu di muka bumi ini fana, yang tetap hanyalah Wajah Tuhanmu.")

Jadi, Mas Tetenger, "lebur ke dalam Tuhan" pengertiannya sangat sederhana: ANDA TIDAK ADA LAGI, saya tidak ada lagi, tidak eksis lagi. ...

Masalahnya adalah: siapkah Anda/saya untuk tidak ada lagi, untuk lenyap tidak berbekas? ... selagi masih hidup & bernafas ini? ... ;D (itulah yang diisyaratkan oleh Surah Al-Rahman & Al-Qasas itu)

Tambahan: dalam Buddhisme keadaan itu disebut 'nibbana' atau 'nirvana' ... bukan "Nirwana" nightclub, lho ;D ... 'Nirvana' bukanlah semacam "sorga" yang nikmat ... kata 'nibbana' itu sendiri berarti "PADAM" ... yang padam adalah si aku/diri/nafs/individu ... seeprti padamnya api lilin yang tertiup angin ... angin kesadaran/eling ...

Salam,
semar
« Last Edit: 18 June 2008, 08:06:28 AM by hudoyo »

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Tentang ketidakmelekatan ...
« Reply #467 on: 18 June 2008, 08:36:47 AM »
[Dari:  > Forum: Supranatural > Subforum: Spiritual > Thread: Hidup & Kehidupan]

FEBY FERDIAN:

bung andicahya...
mo tanya nih... tentang ketidakmelekatan...

bolehkah di dalam hidup kita menginginkan sesuatu, berusaha keras karena sedikit terobsesi pada sesuatu (sebut aja kepuasan)...
lalu bagaimana hal seperti itu jika diliat dari sudut pandang anda?

buat saya, kadang hidup itu seperti game rpg...
mempunyai misi yang terbentuk dari sistem2 peradaban manusia walau masih memiliki pilihan2 untuk mengambil langkah lain...
nah menyikapi itu, bukankah hidup akan terasa lebih berarti jika kita sedikit punya tujuan duniawi
(yang tentunya akan berbeda perindividual masing2)...

========================
ANDICAHYA:

-menarik sekali :D bahas agak panjang ya!!
-siapa yang bilang tidak boleh punya keinginan?
-saya cuma bilang.. coba sadari.. renungkan.. semua keinginan kita yang ada..
-keinginan akan terlepas dengan sendirinya.. hilang dengan sendirinya, karena mengerti dan sadar bahwa keinginan itu sebenarnya hanyalah ilusi.. permainan pikiran :D
-bila om feby ferdian, berfikir bahwa orang sadar itu adalah orang yang tidak punya keinginan.. hal itu benar, akan tetapi.. jangan mencoba untuk menjadi orang sadar dengan cara membunuh keinginan..
-orang yang "sadar" tidak mempunyai keinginan.. bukan karena ia telah berusaha untuk membunuh semua keinginannnya.. tapi justru karena kesadaran-nya, ia mengerti bahwa keinginan itu tidak dibutuhkan :D
-boleh kah kita sedikit "terobsesi" agar dapat berusaha keras?
-ada yang bilang bahwa keinginan / cita-cita setinggi langit.. dibutuhkan untuk sukses.. ada yang bilang kalo mau jadi orang, butuh AMBISI..
-bagaimana mungkin seseorang bisa berusaha bila tidak memiliki keinginan?
-pemikiran diatas sangat masuk akal.. bahkan seseorang yang spiritual pun, masih banyak yang berfikir demikian.. masih berfikir bahwa "keinginan dibutuhkan untuk melangsungkan hidup!!!"
-silahkan jalani.. :D saya tidak menganggap keinginan sebagai musuh ataupun penyakit yang harus disembuhkan atau dibunuh!! heuehueheu...
---------------------------------------------
-ada berapa tahapan, bagaimana seseorang bisa hidup tanpa keinginan..
1-pertama orang tidak menyadari bahwa selama ini dia digerakan dan hidupnya ditentukan oleh keinginan.. seluruh perilaku orang tersebut hanya dipakai untuk memenuhi keinginan.. tipe orang seperti ini adalah tipe orang yang memiliki pola pikir untung rugi.. dan tentu saja berusaha keras..
2-tahapan yang kedua.. adalah orang yang menyadari keinginannya.. sadar, bahwa dirinya bukan keinginan.. dan hidup ini bukan lah untuk memuaskan keinginan semata.. dia masih memiliki keinginan tapi tidak terikat pada keinginan tersebut.. artinya, kalau ternyata keinginan tersebut tidak terpenuhi.. orang pada tahapan ini tidak akan merasa kecewa, akan tetapi tetap puas, karena telah memberikan usaha yang sebaik-baiknya!
3-tahapan ketiga ini.. seseorang menyadari, sepenuhnya dimana keinginan tidak dibutuhkan dalam hidup.. dan hidup dapat dijalankan tanpa keinginan apapun.. melakukan usaha apapun, tanpa sebab.. berusaha hanya berusaha tanpa alasan.. makan tinggal makan.. hanya melakukan yang terbaik untuk saat ini tanpa motif.. tanpa tujuan.. hidup yang hanya hidup!
--------------------------------------------------
-heuehueheu.. tidak usah mengejar tahap tiga.. karena tahap tiga itu terjadi dengan sendirinya.. tanpa usaha apapun dari anda.. yang kita bisa lakukan hanya sampai ke tahap dua, yaitu menyadari semua keinginan.. mengamati diri sepenuhnya terus-menerus..
-kalau anda berusaha membunuh keinginan.. atau berfikiran, bahwa untuk jadi orang sadar harus tanpa keinginan.. maka justru hal tersebutlah, yang membuat anda tidak dapat beranjak ke tahap tiga.. karena, masih ada satu keinginan yang sangat kuat.. yaitu "hidup tanpa keinginan",
---------------------------------------------
pandangan saya..
-saya sekarang bekerja di kantor hukum.. hal tersebut bukan lah keinginan saya.. sebenarnya saya lebih senang untuk bertapa di gunung.. atau menyendiri dalam kegelapan..
-dikantor, setiap hari.. yang saya temui hanya konflik.. hanya kekerasan.. dan saya harus berhadapan dengan hal yang demikian setiap hari!
-dikantor, saya diharuskan untuk berfikir.. dan terus berfikir.. padahal, saya sadar betul.. pikiran ini lah yang selama ini bikin kekacauan dalam hidup..
-pekerjaan saya, sekarang.. sangat duniawi.. hanya permainan pikiran..
-saya tidak memiliki keinginan apapun untuk menjadi orang kaya.. atau jadi pengacara sukses.. saya dapat hidup bahagia, tanpa menjadi orang kaya atau pengacara sukses!
-???? hauahuahau... apakah saya lari? atau melakukan pekerjaan saya asal-asalan?
-kalau saya bekerja.. saya memberikan apa yang ada pada diri saya.. semua semangat, semua tenaga, pikiran dan hidup saya, saya kerahkan untuk saat ini.. yaitu saat saya bekerja!
-walaupun, saya lebih senang bertapa digunung.. bukan berarti saya ingin bertapa digunung.. tanpa hidup bertapa digunung atau menyendiri dalam kegelapan pun, saya hidup dengan bahagia..
-bekerja dengan baik, tidak ada hubungannya dengan keinginan! anak kecil.. mungkin harus di janjikan mainan agar mau belajar dengan giat.. tapi, saya tidak membutuhkan motivasi apapun untuk bekerja..
-yang saya lakukan hanya hidup pada saat ini, disini, sekarang!
-saat saya bekerja.. saya mengerahkan semua yang ada pada saat itu.. untuk bekerja..
-saat saya makan.. saya mengerahkan segala yang ada untuk makan..
-saya hidup dalam totalitas!
-saat saya hidup dalam totalitas.. setiap moment dalam hidup.. teramati.. setiap kejadian.. terhayati..
-karena saya tidak memiliki keinginan untuk hidup digunung, atau di kantor.. maka dalam diri saya tidak ada konflik.. dimana pun sama saja.. sama-sama melakukan yang terbaik!
-jadi saya bukan tipe pekerja keras.. saya ini tipe pekerja lembut.. karena walaupun saya memberikan yang terbaik dari diri saya.. saya tidak jadi stress karenanya.. apalagih depresi.. hauahauahuahau...
-pengalaman ini, bahkan mengajarkan pada saya.. saat kita melakukan sesuatu tanpa keinginan apapun dengan sepenuh hati.. apa yang kita lakukan menjadi maksimum.. dan dapat, melebihi rata-rata mereka yang bekerja dengan obsesi tertentu.
---------------------------------------
-jadi, walaupun saya tidak memiliki keinginan jadi orang kaya.. bukan berarti saya tidak mungkin jadi orang kaya..
-dan.. kalau pun saya jadi orang kaya.. hauahauhau.. saya bakal jadi orang kaya yang cukup sehat.. minimal pikiran saya.. karena, saya memperoleh kekayaan tersebut bukan dari hasil hidup stress selama bertahun tahun!
---------------------------------------
-jadi... hehehe.. jadi, anda tidak salah bila masih memiliki keinginan.. no problem.. sadari keinginan itu.. perhatikan bagaimana keinginan itu berusaha mengendalikan anda.. nantinya, anda akan sadar dengan sendirinya..
-tidak perlu berfikir, keinginan itu perlu atau tidak dalam kehidupan.. karena ujung dari pemikiran tersebut pastilah masih keinginan juga!
-kalau ternyata hasil pemikiran tersebut disebutkan keinginan itu perlu dalam kehidupan.. hasilnya adalah keinginan untuk mempertahan kan keinginan..
-kalau ternyata hasil pemikiran tersebut disebutkan keinginan itu tidak perlu dalam kehidupan.. hasilnya adalah keinginan untuk hidup tanpa keinginan..
-coba untuk hidup hanya pada saat ini.. sekarang.. disini.. hayati kekinian.. sedetikpun hidup pada kekinian.. sangat berharga..
-untuk hidup hanya pada saat ini.. tidak dibutuhkan keinginan.. just do it! hanya lakukan saja.. seketika.. saat ini.. sekarang.. disini..
--------------------------
hauahauhau... maaf kepanjangan..
semoga bermanfaat!

madman,

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Apa itu iman/kepercayaan ...
« Reply #468 on: 19 June 2008, 03:56:55 AM »
[Dari:  > Forum: Supranatural > Subforum: Spiritual > Thread: MMD]

Quote from: katasyapa;35153456
:malu:
pengen nanya pak Semar.
saya pengen mencoba Meditasi Mengenal diri
tapi nanti takut melepas konsep KeTuhanan.:angel:

tapi saya ingin tanya.
apakah Anatta dan paham "Tiada Tuhan" itu sendiri merupaka konsep dalam pikiran? :confused:

Mas Katasyapa, salam kenal dulu. :)

Untuk mencoba MMD sama sekali tidak perlu 'melepas konsep Ketuhanan', kok. :) ... Banyak peserta MMD yang Muslim masih tetap sholat lima waktu ... yang Keristen tetap percaya kepada Yesus ... dan yang Ateis tetap tidak ber-Tuhan.

Menurut hemat saya, 'percaya Tuhan' dan 'tidak percaya Tuhan' itu sama saja ... keduanya adalah iman terhadap suatu konsep ... berada di tataran pikiran ... Iman itu dianut --percaya atau tidak percaya-- karena orang yang beriman itu tidak/belum melihat sendiri kenyataan yang ada seperti apa ...

Bahkan mereka yang menganut paham 'Anatta' secara teoretis/intelektual juga sama saja dengan mereka yang percaya punya 'diri/roh yang kekal abadi' ... keduanya tidak lebih daripada iman terhadap suatu konsep.

MMD adalah menyadari gerak-gerik pikiran itu sendiri ... (tanpa mengutik-ngutik isi pikiran & konsep-konsep yang dianut) ... Kalau pikiran diamati secara pasif, tanpa melekat dan tanpa menolak ... maka pikiran itu akan berhenti dengan sendirinya. ...

Lalu, apa yang ada? ... Yang ada adalah SESUATU YANG LAIN, yang tak dikenal, The Unknown, yang dalam Islam disebut 'Al-Haq' (kebenaran, apa adanya) ... tapi itu BUKAN Tuhan yang dikenal oleh pikiran, karena pikiran sudah berhenti pada saat itu. ...

Jadi, Mas Katasyapa, tidak perlu kuatir ... Biarpun Anda ber-MMD, selama masih ada pikiran & si aku, mau tidak mau pikiran selalu beropini, beriman ... entah percaya kepada Tuhan, entah tidak percaya kepada Tuhan ... semua itu OK, OK saja. ...

Tetapi kalau dalam MMD Anda berhasil masuk ke dalam kesadaran yang mengatasi pikiran, maka Anda akan TAHU akan suatu kebenaran lain, kebenaran terakhir yang tidak bisa diperdebatkan, oleh karena pikiran/si aku sudah berhenti.

Salam,
semar

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Meditasi duduk cuma 15 menit ...
« Reply #469 on: 19 June 2008, 10:10:44 AM »
[Dari:  > Forum: Supranatural > Subforum: Spiritual > Thread: MMD-2]

Quote from: riang_mentari
meditasi duduk saya jg (sepertinya) masih belum bisa beranjak lebih dari 15menit. krn skrg sebelum meditasi saya ga ngeliat jam. cmn tutup mata dan "melihat" pikiran. kalau sudah ya sudah... mungkin kalau yg ini saya harus minta pencerahan dari eyang semar lagi...biar akhir tahun bisa gabung di bali :p

Lho, Mas Riang Mentari, MMD Seminggu akhir tahun bukan di Bali, melainkan di Vihara Mendut, Jawa Tengah ... :)

MMD Seminggu di Bali nanti sekitar bulan Maret 2009 ... pas seminggu menjelang Nyepi. ... belum saya cek lagi tanggalnya. ... :)

*****

Tentang meditasi duduk cuma 15 menit ... ya tidak apa-apa ... Kalau memang niatnya mau mengakhiri meditasi setiap saat ... ya akhiri saja ... :)

Tapi coba sadari lebih teliti ... sesaat sebelum Anda membuka mata mengakhiri meditasi ... ada apa dalam batin Anda? ... Apakah ada rasa bosan? ... Atau ada pikiran tentang pekerjaan yang belum selesai? ... Atau rasa jenuh? ... Atau rasa mengantuk? ... :)  Biasanya ada sesuatu di dalam batin yang tidak disadari sehningga kita mengakhiri meditasi yang singkat ... :) ... Kalau pikiran-pikiran itu disadari, biasanya tidak jadi mengakhiri meditasi, lalu meneruskan lagi ... :)

Sekarang, mungkin bisa dicoba cara lain ... Jangan pikiran sadar yang menentukan kapan mau berhenti ... tapi coba serahkan pada batin Anda yang lebih dalam, di bawah sadar ...

Caranya adalah dengan membisikkan (dengan bisikan yang nyata, bukan cuma dipikirkan di dalam hati) kepada batin sendiri: "Tolong beri tanda kalau meditasi ini sudah cukup" ... Lalu lupakan semua itu, dan mulailah bermeditasi seperti biasa, menyadari badan & batin ini timbul dan lenyap ...

Pada waktunya nanti ... ketika tidak Anda harapkan ... akan muncul suatu gerak jasmani yang "aneh" dari bawah sadar Anda ... gerak yang bukan berasal dari kehendak yang sadar ... Pada saat itu Anda TAHU bahwa gerak jasmani itu adalah "tanda" yang Anda minta dari bawah sadar Anda ...

Anda bisa bereksperimen dengan cara bangun seperti itu ... Nanti Anda akan melihat bahwa pada umumnya, jika kondisi fisik & mental biasa-biasa saja, meditasi Anda akan berlangsung selama suatu durasi yang paling optimal bagi Anda pada saat itu ... mungkin 30 menit, 40 menit, 60 menit ...

Dan biasanya durasi ini konstan ... lebih atau kurang beberapa menit saja ... Anda mungkin heran melihat ini ... seolah-olah ada sebuah jam dalam batin Anda yang kemudian memberikan alarm bahwa meditasi sudah cukup ... Durasi ini akan meningkat berangsur-angsur ... sampai tercapai durasi yang optimal bagi batin Anda ... entah 60 menit, entah kurang, entah lebih ...

Dalam keadaan tertentu durasi ini bisa berubah ... Misalnya, dalam keadaan capek, biasanya durasi ini memendek dengan sendirinya ... atau dalam keadaan waktu yang sempit karena ada tugas lain ... biasanya durasi ini juga memendek ...

Sebaliknya, bila Anda kebetulan bermeditasi di suatu tempat yang sesuai suasananya, misalnya di gereja, masjid, vihara dsb ... durasi ini bisa sangat memanjang ... Saya pernah bermeditasi selama dua setengah jam di sebuah vihara di Batu, Malang, sebelum tanda berhenti itu muncul ... padahal biasanya saya bermeditasi cuma 60 menit ...

Anda bisa bereksperimen dengan cara lain ... alih-alih menyerahkan kepada bawah-sadar Anda kapan mau mengakhiri meditasi ... sekarang berilah pesan: "Tolong bangunkan saya sesudah 30 menit" (misalnya) ... Anda akan heran melihat bahwa tanda itu muncul tepat 30 menit kemudian, plus-minus 1-2 menit. ...

Nah, silakan coba kalau mau ... nanti tolong di-share di sini tanda apa yang Anda terima dari bawah sadar Anda. ... :)

Salam,
semar

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Mungkinkah orang melepaskan kemelekatan kepada ajaran agama? ...
« Reply #470 on: 19 June 2008, 06:51:27 PM »
FEBY FERDIAN:

ingin bertanya lagi kang andicahya...

jika dalam konsep ketidakmelekatan...
mungkin akan ada waktunya kita akan berhadapan dengan agama yang mungkin sudah bersama kita sejak kita lahir...

mungkinkah sesorang bisa meninggalkan kemelekatan dari sebuah agama, menjauh dari cerita neraka dan surga, dan berjalan dengan memegang poin2 yang ada dalam masing2 agama yang ada tanpa mengenakan atribut agama2 tertentu...

bagaimana pendapat anda?

=============================
ANDI CAHYA:

-hahaha.. om feby ferdian, bisa ajah :) hmm.. pertanyaannya selalu menarik.. dan membutuh kan penjelasan yang panjang... hehehe.. jadi sebelumnya, saya ucapkan kata-kata permohonan maaf!
-okey.. jawaban dari pertanyaan om feby tentang "mungkinkah sesorang bisa meninggalkan kemelekatan dari sebuah agama, menjauh dari cerita neraka dan surga, dan berjalan dengan memegang poin2 yang ada dalam masing2 agama yang ada tanpa mengenakan atribut agama2 tertentu..." relatif cukup mudah untuk dijawab :)

jawaban versi 1
-hmmm.. jawabannya sangat mungkin.. tapi besar kemungkinan anda akan masuk neraka!! :)
-agama itu HARUS diterima seluruhnya! apakah mungkin, kita hanya memegang sebagian yang dianggap benar di dalam agama.. lalu tidak peduli terhadap nilai-nilai yang dianggap tidak sejalan dengan pemikiran kita?
-bila kita hanya menjalankan sebagian saja.. apalagi tanpa mengenakan atribut agama tertentu.. lalu apa gunanya agama?
jawaban versi 2
-hmmm... jawabannya sangat memungkinkan.. banyak orang yang berpindah agama.. bahkan tidak beragama menjalankan kehidupannya dengan baik..
-terimalah point-point agama yang selaras dengan pemikiran anda.. l
-sebenarnya semua agama itu baik.. maka ambilah kebaikan-kebaikan yang ada didalam agama seperti anda mengumpulkan mutiara dipantai kehidupan..
jawaban versi 3
-hmmm... jawabannya tidak mungkin.. karena agama bukanlah kemelekatan..
coba pahami bahwa yang melekat itu adalah pikiran kita.. bukan agama-nya.. yang memungkinkan itu adalah melepaskan kemelekatan kita pada pikiran pada agama..
jawaban versi 4
-jawabannya... hanya Tuhan yang mengetahuinya....
jawaban versi 5
-suatu hari nanti anda akan menemukan jawabannya dalam keheningan..
jawaban versi 6
-jawabannya sangat memungkinkan.. karena agama itu adalah produk alam bawah sadar.. merupakan doktrin-doktrin yang menghambat perkembangan jiwa dan pertumbuhan spiritual.. manusia lahir tanpa agama.. dan akan mati tanpa agama.. kalau pun mau dijalankan sebagian.. maka.. jalankanlah yang benar benar anda sadari!
jawaban versi 7

jawaban versi 8

jawaban versi 9

jawaban versi 10

------------------------------------------------
-heueheuheu... seperti saya bilang.. relatif cukup mudah untuk menjawabnya :) karena itu saya sediakan agak banyak jawaban.. saya juga yakin om feby bisa mengisi sendiri jawaban dari versi 7 sampai versi 10.. setelah melakukan perenungan secara mendalam.. atau bertanya pada orang lain, yang di anggap memiliki kemampuan untuk menjawab pertanyaan om feby..
-ada banyak jawaban dari satu pertanyaan dan setiap jawaban memiliki argumen-nya masing-masing.. ada yang tidak masuk akal.. ada yang masuk akal.. ada yang dijawab menggunakan perasaan.. ada yang menggunakan intuisi.. bahkan ada jawaban dari mahluk ghoib :)
-yang sulit itu adalah memilih SATU jawaban diantara banyak jawaban :) dalam hal ini, saya tidak bisa bantu karena yang dapat melakukannya hanya om feby seorang!
-ingat, apapun jawaban yang om pilih.. selalu mengandung resiko untuk salah jalan! dan sekalinya salah jalan.. hmmm.. sangat sulit untuk mengembalikan seperti ke keadaan semula :) :) :)   hauahauahu... nah loh.. pilih yang mana?
---------------------------------------
-hmmm.. jawaban dari pertanyaan, menurut saya tidak penting :) yang menarik, justru.. mengapa anda bertanya demikian?
-coba renungkan.. mengapa anda bertanya?
-hehehe.. dari situ kita bisa menyadari cara kerja pikiran..
-saat manusia menerima "konsep baru" (apakah itu kemelekatan.. atau hukum karma atau.. lain lainnya..) maka yang pertama dilakukan adalah membandingkan dengan "konsep lama".. (apakah itu agama, kebudayaan, kebiasaan.. dll)
-mungkin dalam proses membandingkan tersebut.. om feby melihat ada kemungkinan "konsep baru" dan "konsep lama" tersebut bentrok.. atau tidak sesuai...
-disini timbul lah dilema.. dimana "konsep lama" terlanjur diterima.. dan pada saat yang bersamaan "konsep baru" terlihat menggiurkan untuk diterima.. apakah karena masuk akal.. atau karena pengalaman tertentu..
-lalu pikiran berusaha mengambil langkah "antisipasi" agar konflik didalam diri tidak terjadi.. yaitu dengan jalan berfikir.. mencari jalan yang paling menguntungkan, atau mungkin paling aman.. yaitu menerima "konsep baru" tanpa membuang atau meminimalisasi pembuangan dari "konsep lama"
-dalam kasus ini mungkin jalan tengah yang diantisipasi pikiran tersebut berupa : "meninggalkan kemelekatan dari sebuah agama, menjauh dari cerita neraka dan surga, dan berjalan dengan memegang poin2 yang ada dalam masing2 agama yang ada tanpa mengenakan atribut agama2 tertentu..."
-lalu timbulah pertanyaan, mungkinkah jalan keluar dari konflik tersebut dapat dilaksanakan pada kehidupan yang nyata? sudah benarkah jalan keluar dari konflik tersebut?
-------------------------------------------------
-yang mengetahui diri om feby hanya diri om feby seseorang.. saya hanya mengajak, untuk menyadari proses berfikir.. untuk mengenal sifat dan sikap dari pikiran  dalam menghadapi sesuatu.. untuk lebih mengenal diri kita yang bukan pikiran :) agar dapat melihat segala sesuatu apa adanya..
-melihat hidup sebagai hidup.. apa adanya..
-melihat agama sebagai agama.. apa adanya..
-melihat Tuhan sebagai Tuhan.. apa adanya..
-melihat gunung sebagai gunung.. apa adanya..
-dan melihat diri sendiri sebagai diri sendiri.. apa adanya..
-cobalah untuk merenungi mengapa anda bertanya.. disitu mungkin akan ditemukan ke khawatiran.. disitu mungkin akan ditemukan ketakutan.. disitu mungkin akan ditemukan konflik.. mungkin akan ditemukan kemelekatan.. sadari hal ini..
-sadari mengapa anda bertanya.. dan anda akan menyadari anda tidak membutuhkan jawaban, karena dari semula pertanyaan tersebut hanyalah ilusi.. hanya permainan pikiran alias tidak pernah ada :)
-ah.. sekali lagi saya minta maaf.. karena mungkin jawaban yang saya sediakan tidak memuaskan atau malah bikin om feby makin bingung..
-saya terpaksa menulis seperti ini, karena saya tidak ingin menambah doktrin.. atau prinsip hidup dari om feby..
-hidup dalam kekinian berarti hidup tanpa prinsip.. karena prinsip selalu menjadi bagian dari masa lampau!
-------------------------------------------
-hoooooooo.... beres juga cuap-cuapnya!!!! hehehehe.... semoga bermanfaat..


madman,
« Last Edit: 19 June 2008, 06:54:40 PM by hudoyo »

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #471 on: 19 June 2008, 10:33:17 PM »
Anumodana pak Hudoyo...

Salam,
Riky
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline andry

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.117
  • Reputasi: 128
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #472 on: 19 June 2008, 10:50:29 PM »
pak hud, jika boleh saya tebak, mmd anda ini mirip dgn artikel JK yah?? ttg meditasi..
bagaikan angin
ketika anda mengingkannya ia tak datang
ketika tak diinginkan ia akan datang sepoi2..
Samma Vayama

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #473 on: 20 June 2008, 05:13:14 AM »
pak hud, jika boleh saya tebak, mmd anda ini mirip dgn artikel JK yah?? ttg meditasi..
bagaikan angin
ketika anda mengingkannya ia tak datang
ketika tak diinginkan ia akan datang sepoi2..

Betul, Rekan Andry. ... Menurut pendapat saya, apa yang diajarkan oleh Krishnamurti adalah vipassana yang paling murni, persis sama dengan yang diajarkan Sang Buddha kepada Bahiya dan Malunkyaputta.

Membaca ceramah K, saya bisa membayangkan bagaimana Sang Buddha dulu berceramah ... bukan seperti yang tercantum dalam sutta-sutta, yang sudah di-stylized dan reformulated (dirumuskan kembali).

Salam,
hudoyo


Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Retret MMD akhir pekan di Bali (Brahmavihara-arama, Kab. Buleleng) kemarin (20 - 22 Juni 2008) diikuti oleh 21 orang, di antaranya 7 orang (33%) peserta lama.

Peserta termuda berusia 16 tahun, paling tua berusia 58 tahun. Agama peserta: 11 (52%) orang Buddhis, 7 (33%) orang Hindu, 2 orang Katholik.

Seperti biasa, menjelang akhir retret, peserta diminta menuliskan komentar tentang pengalaman, kesan dsb selama melakukan retret.

Berikut ini disampaikan dua komentar yang menarik, karena isinya bertolak belakang. Dua-duanya tidak menyebutkan nama, tapi tampaknya penulisnya pernah mengikuti retret vipassana versi Mahasi Sayadaw sebelum mengikuti retret MMD sekarang.

Salam,
hudoyo

=============================
REKAN A:

"Pengalaman: Saya melihat MMD ini sama saja dengan metode meditasi yang lain; intinya menyadari. Semua meditasi vipassana yang lain juga menyadari. Kalau ada orang yang menyatakan ini berbeda dengan metode lain, itu disebabkan karena orang itu memegang perbedaan itu.

Memang ada perbedaan sedikit, tapi saya tidak melihat sebagai sesuatu yang penting: MMD tidak mencatat, metode yang lain mencatat.

Hasilnya: dengan MMD, sepertinya perhatian kurang tajam.
Metode Mahasi, perhatian tajam.

Hasil akhirnya sama mencapai keheningan, tidak adanya 'aku' (kosong), walaupun cuma beberapa detik.

Terima kasih."

=============================
REKAN B:

"Semoga berbahagia.

Selama saya mengikuti retret MMD ini, walaupun hanya 3 hari, saya merasakan adanya perbedaan dengan retret meditasi metode Mahasi. Saya merasa tidak terbebani secara mental dalam retret MMD ini. Saya begitu apa adanya rasanya setelah tidak melabel dan mau menerima apa adanya gejolak batin yang timbul, seperti bosan, cemas, senang karena mendapat pengalaman baru, kebanggaan. Hal ini tidak sepenuhnya saya rasakan pada saat retret metode yang lain, di mana saya harus berkonsentrasi dan melabel.

Semoga retret MMD semakin berkembang."

=============================
CATATAN PEMBIMBING:

Tentang adanya perbedaan pengalaman & kesan yang bertolak belakang antara Rekan A dan Rekan B tidak perlu saya tanggapi. Hal itu adalah wajar-wajar saja.

Yang ingin saya tanggapi adalah pernyataan Rekan A:
"Hasilnya: dengan MMD, sepertinya perhatian kurang tajam.
Metode Mahasi, perhatian tajam."

Observasi Rekan A itu memang benar. Tetapi tidak ada yang salah dalam kedua versi vipassana itu, karena masing-masing versi bertolak dari pemahaman yang sangat berbeda satu sama lain.

Seperti dikatakan oleh Pak Bing dalam poster yang ditempel di dinding Brahmavihara-arama kemarin, vipassana versi Mahasi Sayadaw bertolak dari pemahaman bahwa vipassana adalah suatu "usaha sekuat tenaga untuk mencapai nibbana". Jadi praktik vipassana versi Mahasi Sayadaw berupa suatu usaha (viriya) maksimal, dengan cara berkonsentrasi, memperlambat gerakan, mencatat (melabel) segala sesuatu yang diamati.

Dengan sendirinya, hasilnya adalah perhatian yang tajam. Perhatian yang tajam ini pada gilirannya akan menghasilkan 'pengetahuan-pengetahuan' (nyana-nyana) sampai akhirnya tercapai nibbana. Begitu teorinya.

Sebaliknya, MMD bertolak dari pemahaman bahwa vipassana BUKANLAH "usaha sekuat tenaga" untuk "mencapai sesuatu di masa depan", melainkan suatu sikap sadar (eling) yang pasif pada saat kini, tanpa memikirkan tujuan apa pun di masa depan. Oleh karena itu, dalam MMD ditekankan sikap pasif, tidak ada usaha (viriya) apa pun, tidak ada konsentrasi, tidak ada teknik meditasi apa pun (memperlambat gerakan, mencatat dsb), tidak ada cita-cita/tujuan.

Dengan sendirinya, hasilnya perhatian kurang tajam (dibandingkan perhatian pada vipassana metode Mahasi Sayadaw); perhatian dalam MMD tidak banyak berbeda dengan perhatian dalam kesadaran sehari-hari, namun di situ ada keheningan, ada pelepasan (bukan konsentrasi). Di sisi lain, hasil yang segera dirasakan adalah terlepasnya 'beban meditasi', adanya rasa ringan, rasa bebas, tanpa tujuan, tanpa usaha, sebagaimana dialami oleh Rekan B.

Dalam MMD tidak dibutuhkan konsentrasi yang tajam, karena MMD tidak bertujuan untuk mencapai nyana-nyana seperti dalam vipassana versi Mahasi Sayadaw. Alih-alih, sebagaimana dinyatakan oleh Sang Buddha kepada Bahiya dan Malunkyaputta, kalau pemeditasi bisa berada dalam keadaan sadar secara pasif, tanpa usaha apa pun, maka aku/atta tidak ada, dan itulah akhir derita (nibbana). Itulah dasar pemahaman & praktik MMD.

Nah, para peminat meditasi, kalau ingin membandingkan kedua versi vipassana itu, silakan mencoba kedua-duanya.

Salam,
Hudoyo

PS: Komentar-komentar lainnya menyusul.

« Last Edit: 23 June 2008, 08:22:01 AM by hudoyo »

Offline Mr. Wei

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.074
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #475 on: 23 June 2008, 09:19:23 AM »
 [at] Pak Hudoyo:
Saya sih belum pernah ikut retreat meditasi...
Dan saya pun belum pantas disebut meditator (karena meditasi saya pun awut2an).

Tapi membaca postingan Pak Hud, saya jadi ingin sedikit "ngobrol", semoga diizinkan ;D

Dari postingan diatas saya jadi beranggap bahwa...

Selama ini orang bermeditasi ada 2 tujuan:
1. Mendapatkan sesuatu yang dipakai untuk hidup duniawi (konsentrasi, perhatian, ilmu klenik)
2. Mendapatkan sesuatu yang dipakai untuk mencari pembebasan (keheningan, keseimbangan batin)

Begitu bukan?

Lalu saya lihat... dalam meditasi Sayadaw dan MMD, terlihat bahwa perbedaannya adalah labelling...

Kalau dalam Sayadaw, diperlukan perhatian dan konsen
Dalam MMD, diperlukan kesadaran.

Apa masih benar? :)

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #476 on: 23 June 2008, 02:27:32 PM »
Rekan Wei,

Saya luruskan sedikit, ya:

* Memang benar, 'tujuan' meditasi ada bermacam-macam:
- duniawi: pengobatan, peramalan, kesaktian, klenik dsb
- spiritual: apa yang dikonsepsikan sebagai 'penyatuan dengan Tuhan', 'pembebasan' (nibbana) dsb.

* Untuk mencapai 'tujuan' masing-masing, ada 'usaha', dan digunakan berbagai 'teknik':
- konsentrasi (pada napas, pada mantra, pada konsep (misalnya: kasih sayang), pada obyek-obyek yang berpindah-pindah dsb)
- mencatat/melabel
- memperlambat gerakan
- mengamati perasaan di kulit secara sistematik (versi Goenka)
- menggunakan koan (Zen)
- mengamati mayat
- dll

* Dalam vipassana versi Mahasi Sayadaw, ada 'tujuan' ('nibbana', yang pada saat ini bagi pemeditasi yang bersangkutan baru merupakan konsep), ada 'usaha' (viriya yang maksimal), dan ada 'teknik' (konsentrasi, memperlambat gerakan, mencatat);
dalam MMD, tidak ada 'tujuan' (MMD hanya berada pada saat kini), tidak ada 'usaha' (pasif, melihat apa adanya), tidak ada 'teknik' (tidak ada konsentrasi, tidak ada mencatat, tidak ada memperlambat gerakan).

Salam,
hudoyo

« Last Edit: 23 June 2008, 02:54:40 PM by hudoyo »

Offline Mr. Wei

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.074
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #477 on: 23 June 2008, 03:52:35 PM »
Hmmm...

Kalau begitu...

(ini menurut saya loh, kalau bengkok mohon diluruskan :) )

Tidak ada atta/aku itu berasal dari >> tidak adanya keinginan apapun >> tidak melakukan apa2 >> jadi melakukan "tidak melakukan apa2" atau do nothing, begitu?

Mohon bimbingannya _/\_

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #478 on: 23 June 2008, 03:57:52 PM »
Tidak ada atta/aku itu berasal dari >> tidak adanya keinginan apapun >> tidak melakukan apa2 >> jadi melakukan "tidak melakukan apa2" atau do nothing, begitu?

kalo begitu Sang Buddha gampang aja mencapai pencerahan dengan do nothing. mungkin Pak Hud bisa jelasin soal art padam itu sendiri seperti apa. apakah do nothing, tidak ada keinginan apa2...soalnya ini bisa mengarah ke arah ajaran 5 guru sesat pada saat Sang Buddha ada seperti nihilisme
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline Mr. Wei

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.074
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #479 on: 23 June 2008, 04:10:08 PM »
Mungkinkah padam yang dimaksud bisa berarti seperti "tidak ada keinginan berdasarkan lobha dosa moha apa2 lagi"?
Tidak ada keinginan apa2 dalam arti tidak melakukan sesuatu berdasarkan lobha moha dosa lagi? Yang dilakukan/yang diinginkan hanyalah sesuatu yang ilmiah... seperti ingin makan dengan tujuan untuk mempertahankan kehidupan, ingin mengajarkan dhamma (seperti SB) dengan tujuan untuk membantu manusia?

Begitu?

_/\_