(Dari: > Forum Supranatural > Subforum Spiritual > Thread MMD-2 > msg#31)
Mas Madman,
Pengalaman Anda sangat menarik. Di bawah ini saya komentari sepenggal-sepenggal. Semoga bermanfaat.
Originally Posted by andicahya
Om semar!! saya hadir!! hehehe..
mau curhat seputar meditasi!
ginih om semar, saya orangnya males bgt! dari dulu, yang namanya pikiran tidak bisa diam.. sepertinya berfikir itu udah jadi HOBY!! belajar spiritual pun senengnya bagian filsafatnya.. berfikirnya.. hehehe..
hehe ... Yah, itu memang taraf kesadaran kebanyakan orang; termasuk banyak orang di forum ini.
dulu-dulu, saya berfikir.. orang meditasi itu ga ada kerjaan.. masa cuma diem, kok bisa jadi bijaksana.. hehehe..
Betul, itulah sebabnya banyak orang menolak kalau diajak bermeditasi.
hmm.. mungkin karena pikiran punya batas.. suatu hari.. pikiran saya kaya yang nge-hang kek komputer.. selama beberapa hari ga bisa mikir.. otak seperti menolak berfikir.. males bgt.. hanya ingin diam.. bahkan ngobrol sama orang pun harus konsentrasi... semuanya ya seperti datang dan berlalu.. males banget nangkep sesuatu itu..
Nah lho, tampaknya Anda mengalami suatu peristiwa yang terjadi secara mendadak. ... Pikiran Anda seolah-olah mentok ... lalu berhenti, atau cenderung berhenti ... Anda cenderung untuk diam, cenderung menolak interaksi dengan orang lain ... untuk melakukan kegiatan yang remeh sehari-hari, yang biasanya dilakukan dengan 'spontan', sekarang membutuhkan konsentrasi ... Anda melihat semuanya mengalir, semuanya fana; bagi Anda, ini bukan cuma teori konseptual yang biasanya diajarkan oleh agama, melainkan fakta aktual yang Anda alami secara nyata: semuanya timbul & lenyap, mengalir, fana ... oleh karena itu, Anda cenderung melepaskan diri dari segala sesuatu yang bersifat duniawi (yang tidak kekal) ini ...
-nah pengalaman itu om, yang mengenalkan saya sama yang namanya keheningan.. ternyata, segala sesuatu itu hening.. yang rame itu cuma pikiran..
-dari situ saya belajar, diam itu bukan hening.. diri ini bukan pikiran.. dan kebijaksanaan itu bukan berasal dari pikiran..
Anda bukan belajar secara teoretis, secara intelektual--sebagaimana orang belajar agama--melainkan Anda "belajar" dengan mengalami sendiri - bahwa 'pada hakikat yang terdalam segala sesuatu itu hening'. Anda juga "belajar" bahwa semua masalah, semua konflik itu berada atau bersumber pada pikiran (si aku), dan Anda belajar pula bahwa - berbeda dengan "kebijaksanaan" yang dipahami oleh kebanyakan orang sebagai hasil dari penalaran/pemikiran (intellection) - ada kearifan/kebijaksaan lain yang bukan berasal dari pikiran, melainkan yang justru hadir ketika pikiran & si aku berhenti.
-tubuh bernafas sendiri.. mo ke wc ya bergerak sendiri.. mo makan ya makan sendiri.. saya cuma mengamati.. sepertinya saya itu cuma jadi "gerakan".. kalau tubuh ini berlari, saya seperti menjadi gerakan lari itu.. aneh pokonya!
-waktu itu, ga ada rasa takut.. rasa senang.. ya cuma hening..
Nah, Anda menyadari bahwa jasmani ini mempunyai kearifannya sendiri (yang sering kali kalah/tertutupi oleh pikiran & keinginan kita sendiri). Tubuh Anda tahu berapa banyak ia harus makan, berapa banyak ia harus tidur, tidak berlebihan dan tidak kekurangan. Anda mengalami bahwa ada Sesuatu Yang Lain yang menggerakkan tubuh Anda ketika Anda & pikiran ini diam; seolah-olah tubuh Anda ini sekadar wayang kulit yang digerakkan oleh "dalang" yang bukan Anda (Sesuatu Yang Lain itu). Sementara itu batin Anda dalam keadaan kosong, hening, tidak ada pikiran, tidak ada emosi (tidak ada senang atau susah, tidak ada sakit atau nikmat, tidak ada bahagia atau menderita).
malah pikiran sibuk mengajukan "keberatan" seperti ntar disangka gila.. gimana kalo ga balik lagih.. kedepannya kalo tambah parah gmn.. tapi saya seperti terpisah dari pikiran.. tetep santai, cuek, dan seluruh tubuh rileks bgt! dan pikiran pun jadi lebih "menerima" keadaan saya..
Yang masih muncul itu adalah sisa-sisa pikiran dan si aku yang masih belum berhenti dengan tuntas. PIkiran itu mencemaskan akan terjadinya sesuatu yang tidak pernah dialaminya sebelum ini; dan yang terutama pikiran itu mengkhawatirkan lenyapnya dirinya - yang adalah si aku ini. Pikiran sangat takut akan kehilangan sesuatu yang sangat dikenalnya dalam kesadaran sehari-hari--yang sesungguhnya adalah ciptaannya sendiri--yakni akunya/dirinya sendiri. Di lain pihak, batin Anda yang terdalam sudah melepaskan pengidentifikasian dengan pikiran Anda, dan berada dalam keadaan diam, hening, tenang, menerima, dan ikhlas.
hehehe... setelah mengalami "gila" dan menjadi madman.. saya jadi tertarik bgt belajar meditasi dari dasar! soalna kalo mengandalkan pikiran.. takutnya jadi kaya nietze yang berakhir di RSJ heuehuehuehu soalna beberapa hari itu sempet ketawa sendiri tanpa sebab.. nangis sendiri tanpa sebab.. histeris sendiri.. badan kejang-kejang sendiri (kaya kerasukan)
-beberapa hari itu sebenernya apa yang terjadi pada saya om?
--------------------------------------------------
Ternyata pengalaman batiniah itu telah menyadarkan Anda, dan Anda mulai berlatih meditasi. Anda sadar bahwa tingkat kesadaran yang baru Anda alami itu--di mana pikiran dan si aku berhenti--lebih tinggi atau lebih dalam tatarannya daripada tingkat kesadaran sehari-hari yang dikuasai oleh pikiran.
Memang betul, Nietzsche menjadi gila karena pemikirannya (inteleknya) melambung tinggi tetapi ia tidak bisa lepas dari tataran intelek. Sebaliknya, di dunia Timur, para orang arif biasanya mengembangkan pemahaman mereka berdasarkan pengalaman dalam meditasi, ketika pikiran & si aku ini berhenti. -- Anda sebetulnya tidak perlu takut menjadi gila, selama Anda tetap sadar bahwa pikiran ini terbatas, terkondisi, sehingga tidak bisa digunakan untuk memahami kebenaran yang terdalam, malah harus diam agar kebenaran itu bisa muncul.
Apakah yang terjadi dalam batin Anda selama beberapa hari itu? ... Anda mengalami sesuatu yang terjadi dengan mendadak, yang bukan buah atau hasil dari suatu upaya atau latihan Anda sendiri, yang tidak Anda undang, tetapi sesuatu itu belakangan ternyata telah mengubah seluruh kerangka berpikir (paradigma), penyikapan dan perilaku Anda ke arah yang lebih tinggi, lebih dalam, dan lebih benar. Singkatnya, Anda telah mengalami apa yang disebut RAHMAT. Janganlah dipikir-pikir dari mana datangnya Rahmat itu, karena kalau demikian Anda akan terperosok kembali ke dalam otak-atik pikiran yang spekulatif.
skarang.. saya belajar meditasi, masih bergulat sama posisi tubuh.. ga tau gmn, tapi dalam meditasi, saya jadi tau ini tubuh GA BERES!! banyak yang ga bener.. mohon penjelasannya om semar: apakah tubuh dengan meditasi bisa ngeberesin masalah FISIK tubuh? (tubuh memperbaiki dirinya sendiri)
Yah, jangan 'bergulat' dengan posisi tubuh. Maksudnya 'bergulat' tentu bergerak mencari posisi tubuh yang nyaman untuk duduk dalam waktu lama, bukan? ... Pahamilah bahwa tubuh makhluk hidup ini adalah tempat dari segala rasa tidak enak! (Semakin tua semakin banyak rasa tidak enak ini muncul, tidak pernah hilang, sampai akhirnya tubuh ini rusak; pahamilah itu.) Manusia berupaya menghilangkan rasa tidak enak itu dengan selalu bergerak -- bahkan dalam tidur pun ia selalu bergerak. ... Nah, dalam meditasi duduk, bila Anda diam seperti patung batu, dalam waktu singkat muncullah berbagai rasa tidak enak, mulai dari rasa gatal, pegal, kesemutan, nyeri, linu, mati rasa (baal) dsb. (Tidakkah menarik, bahwa justru dalam keadaan diam, muncul segala rasa tidak enak? Itu disebabkan karena Anda mulai melihat kenyataan yang sesungguhnya dari jasmani ini, tanpa ditutupi oleh gerak tubuh.) Kalau Anda terus berkutat mencoba mencari posisi yang nyaman dan menghilangkan rasa tidak enak, maka meditasi Anda tidak akan pernah "maju", dan Anda akan terus terlibat atau terbelenggu dengan tubuh Anda; Anda tidak pernah bebas dari rongrongan tubuh Anda. Tidak ada yang bisa Anda lakukan kecuali menerima, tabah dan tetap diam seperti patung batu menghadapi semua rasa tidak enak itu. Memang, pada awal orang belajar duduk diam, ibaratnya orang harus masuk ke dalam neraka lebih dulu, yaitu nerakanya jasmani, dengan munculnya segala rasa tidak enak. Maka tergantung pada kadar keikhlasan kita, cepat atau lambat semua rasa sakit itu akan lenyap, dan kita bisa duduk 2 - 3 jam atau lebih. Tetapi, mau tidak mau neraka itu harus dilewati, tidak bisa dipintasi! (Bersamaan dengan itu, ada pula neraka batin yang harus dilewati, yakni munculnya segala keadaan batin yang tidak enak, seperti bosan, kesal, jenuh, frustrasi, menolak, melawan, ingin berhenti, dsb. Neraka batin ini pun harus diterima dan dilewati dengan ikhlas dan sabar, dan tidak ditolak atau dilawan. Kalau orang berontak dan melawannya, ia akan terjerat dalam berbagai emosi tidak enak itu terus-menerus. Sebaliknya, bila ia bisa ikhlas dan menerima, maka dalam waktu tidak terlalu lama segala emosi yang tidak enak ini akan lenyap, dan ia bisa duduk lama.
Tentang pertanyaan Anda, semua perubahan dan perkembangan dalam meditasi harus terjadi secara alamiah, tanpa campur tangan si aku. Tubuh ini akan mengatur dirinya secara memadai apabila tidak dicampuri oleh pikiran dan si aku. Kalau batin relatif bebas dari konflik dan stres, maka tubuh ini pun akan relatif bebas dari ketegangan dan penyakit. Oleh karena itu, orang yang terbiasa bermeditasi pada umumnya tubuhnya sehat, segar, daya tahannya (imunitas) meningkat, sehingga jarang sakit atau kalau pun sakit tidak selama orang yang tidak terbiasa bermeditasi. Batinnya jernih, terang dan tenang, dan ia tidak akan pikun pada hari tuanya. Semua itu terjadi secara alamiah, tanpa perlu dicampuri dan direkayasa oleh pikiran & si aku.
mendiamkan pikiran udah relatif lebih gampang.. cuma masih terbatas bgt.. lama-lama pikiran jadi kemana mana.. ga isa di kontrol lagih.. seperti perang yang tidak berkesudahan... bikin frustasi.. heuehuehu...
Memang, pikiran ini seperti monyet atau kuda liar yang tidak bisa diam, melompat-lompat ke sana kemari. Keadaan yang alamiah ini menjadi lebih parah lagi dengan adanya si aku (pikiran lagi) yang ingin mengontrol, ingin mengendalikan, karena diajarkan begitu oleh agama atau oleh guru meditasi; jadilah batin ini suatu medan pertempuran yang tidak berkesudahan seperti kata Anda. Maka saran saya: sadarilah pikiran/si aku yang ingin mengontrol/mengendalikan ini; maka keinginan mengontrol itu pun berhenti ... sekalipun pikiran masih tetap berseliweran, tetapi batin tidak lagi mencampuri dan hanya sekadar menyaksikan secara pasif ... dan lama-kelamaan pikiran itu menjadi jarang, satu-satu, dan akhirnya akan diam dengan sendirinya. -- Itulah sebabnya, bagi pemula MMD ini tidak menghasilkan apa-apa kalau hanya dilatih 1 - 2 jam saja, melainkan perlu dilatih beberapa hari non-stop.
terus.. bila kalo meditasi dalam posisi terlentang, saat pikiran sudah tidak bisa di kontrol lagih, biasanya suara musik (kl meditasi saya suka pake musik) jadi ga kedengeran lagi sama sekali.. begitu ngeh, kok sepi? baru terdengar lagi suara musik nya -> nah om, kalo mengalami itu bagusnya ngapain?
Saran saya, jangan bermeditasi pakai musik, atau pakai suatu teknik tertentu untuk mendiamkan pikiran secara artifisial/disengaja. Nanti Anda melekat atau tergantung pada musik atau metode; tanpa musik atau metode itu Anda tidak bisa bermeditasi. Beradalah bersama pikiran yang berceloteh, berapa lama pun, amati saja secara pasif, jangan bereaksi, jangan menanggapi, apalagi terseret oleh pikiran, tetapi jangan pula menolak, melawan atau berupaya menghentikan pikiran yang berseliweran. Diamlah secara ikhlas, betapa pun keadaan pikiran Anda. Kalau Anda bisa berada dalam keadaan batin seperti itu, maka cepat atau lambat pikiran & si aku itu akan berhenti dengan sendirinya.
sekarang saya meditasi biasanya duduk dulu mpe sekuatnya.. terus meditasi lagih dalam keadaan terlentang.. baru setelah itu tidur.
Silakan saja lakukan yang nyaman menurut Anda, tetapi sadari juga bahwa kenyamanan bisa membuat orang melekat padanya kalau tidak disadari. Bukan berarti tidak boleh mencari kenyamanan; yang penting, sadari/elingi kenyamanan itu bila ia muncul, karena kenyamanan itu tidak abadi, dan akan berubah. Kalau kita melekat kepada kenyamanan, kita akan menderita.
makin meditasi kok perasaan makin banyak yang ga beres ya sama diri ini.. suka berkecil hati saat melihat keadaan diri ini..
Ya, memang itu sering dialami oleh para pemula meditasi. Dalam meditasi mereka teringat akan ajaran-ajaran tentang meditasi atau ajaran agama yang pernah didengar, itu menjadi cita-cita atau gambaran [image] tentang bagaimana batin orang yang bermeditasi; tapi itu tidak sesuai dengan keadaan batinnya pada saat itu, lalu timbullah konflik bila ia melihat apa yang ada tidak sesuai dengan apa yang diharapkan atau dicita-citakan. Terjadilah konflik antara 'apa yang ada' dengan 'apa yang seharusnya' (yang ada dalam pikiran). Sadarilah konflik ini, dan batin Anda akan kembali ke dalam keadaan yang aktual (nyata), yang ada pada saat kini, betapa pun berseliwerannya pikiran pada saat itu. Itulah pintu menuju keheningan sempurna, dan realisasi dari Apa Yang Ada (Al-Haqq).
duh sebelumya terimakasih bgt om semar!
madman.
O ya, Mas Madman, karena rasa penasaran saya iseng mencoba melihat profil Anda, dan agak kaget melihat bahwa Anda baru berusia 25 tahun! Anda sebaya dengan Mas Black Fat, dan tataran kesadaran Anda berdua kira-kira sama. (Sudahkah Anda membaca curhat Mas Black Fat tentang pengalaman batinnya? - kalau belum, saya sarankan Anda membacanya mulai message #12 dst dalam thread ini. Mungkin akan banyak bermanfaat bagi Anda berdua, karena Anda berdua berada pada tataran kesadaran yang sama.)
Yang menarik ialah bahwa Anda berdua berada dalam usia dewasa muda. Ini mengingatkan saya pada suatu fakta psikologis bahwa pada umumnya peluang untuk memperoleh pencerahan di dalam meditasi semakin besar semakin muda usia seseorang. Ini disebabkan karena pada usia muda batin biasanya lebih lentur/fleksibel, lebih mudah menerima & mengadopsi cara berpikir & cara bersikap yang baru; berbeda dengan orang lanjut usia, yang biasanya sudah mengeras dan sukar berubah cara berpikir, konsep-konsep dan ajaran-ajaran yang dianutnya dan yang dianggapnya menjadi bagian dari diri/akunya yang dilindunginya dan dipegangnya erat-erat. - Oleh karena itu saya sarankan kepada para pembaca artikel ini, gunakanlah kesempatan untuk bermeditasi selagi Anda masih muda; jangan menunggu sampai tua, ketika Anda sudah terlalu sibuk dan "tidak punya waktu" lagi untuk bermeditasi dan batin Anda sudah "karatan", sukar diubah.
Mas Madman, untuk mengembangkan tataran kesadaran Anda lebih lanjut, saya mengajak Anda untuk bermeditasi bersama saya dalam retret MMD akhir pekan tgl 11-13 April yad di Cipanas. Selanjutnya, bacalah posting tentang jadwal retret MMD tahun 2008 (message #107 di halaman ini)(urutan message ini sebelum Kaskus di-hack orang; sekarang sudah kacau).
Terima kasih kembali, Mas Madman. Semoga bermanfaat.
Salam,
semar
MADMAN: Terima kasih
ma kasih atas penjelasannya, Om semar! hehehe.. sangat bermanfaat bagi saya..
hehehe.. saya udah baca postingan Om Black Fat.. yang juga bermanfaat bagi saya (mengispirasi bikin post di thread ini pertama kali ) hehehe
ya om semar, mumpung masih muda.. HARUS SEMANGAT!!! hehehe..
-hmm.. dari penjelasan om semar, inti dari meditasi adalah membiarkan.. menerima buruk-buruknya diri apa adanya.. menjadi pengamat.. dan hanya mengamati..
-untuk retret mmd nya, saya usahakan ikut.. nanti akan saya PM ya, hehehe terima kasih atas undangannya sebelumnya!
-sampai, retret mmd nya saya jalani.. boleh ya minta bimbingannya mengenai meditasi.. hehehe.. mo latihan dari sekarang!
------------------------------------
madman.