//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: MMD (Meditasi Mengenal Diri)  (Read 570275 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Untuk RIKY: Diskusi Madman & Hudoyo (01)
« Reply #330 on: 03 June 2008, 04:31:51 AM »
(Dari:  > Forum Supranatural > Subforum Spiritual > Thread MMD-2 > msg#28)

Om semar!! saya hadir!! hehehe..
mau curhat seputar meditasi!

ginih om semar, saya orangnya males bgt! dari dulu, yang namanya pikiran tidak bisa diam.. sepertinya berfikir itu udah jadi HOBY!! belajar spiritual pun senengnya bagian filsafatnya.. berfikirnya.. hehehe..
dulu-dulu, saya berfikir.. orang meditasi itu ga ada kerjaan.. masa cuma diem, kok bisa jadi bijaksana.. hehehe..
hmm.. mungkin karena pikiran punya batas.. suatu hari.. pikiran saya kaya yang nge-hang kek komputer.. selama beberapa hari ga bisa mikir.. otak seperti menolak berfikir.. males bgt.. hanya ingin diam.. bahkan ngobrol sama orang pun harus konsentrasi... semuanya ya seperti datang dan berlalu.. males banget nangkep sesuatu itu..
-nah pengalaman itu om, yang mengenalkan saya sama yang namanya keheningan.. ternyata, segala sesuatu itu hening.. yang rame itu cuma pikiran..
-dari situ saya belajar, diam itu bukan hening.. diri ini bukan pikiran.. dan kebijaksanaan itu bukan berasal dari pikiran..
-tubuh bernafas sendiri.. mo ke wc ya bergerak sendiri.. mo makan ya makan sendiri.. saya cuma mengamati.. sepertinya saya itu cuma jadi "gerakan".. kalau tubuh ini berlari, saya seperti menjadi gerakan lari itu.. aneh pokonya!
-waktu itu, ga ada rasa takut.. rasa senang.. ya cuma hening.. malah pikiran sibuk mengajukan "keberatan" seperti ntar disangka gila.. gimana kalo ga balik lagih.. kedepannya kalo tambah parah gmn.. tapi saya seperti terpisah dari pikiran.. tetep santai, cuek, dan seluruh tubuh rileks bgt! dan pikiran pun jadi lebih "menerima" keadaan saya..
hehehe... setelah mengalami "gila" dan menjadi madman.. saya jadi tertarik bgt belajar meditasi dari dasar! soalna kalo mengandalkan pikiran.. takutnya jadi kaya nietze yang berakhir di RSJ heuehuehuehu soalna beberapa hari itu sempet ketawa sendiri tanpa sebab.. nangis sendiri tanpa sebab.. histeris sendiri.. badan kejang-kejang sendiri (kaya kerasukan)
-beberapa hari itu sebenernya apa yang terjadi pada saya om?
--------------------------------------------------
skarang.. saya belajar meditasi, masih bergulat sama posisi tubuh.. ga tau gmn, tapi dalam meditasi, saya jadi tau ini tubuh GA BERES!! banyak yang ga bener.. mohon penjelasannya om semar: apakah tubuh dengan meditasi bisa ngeberesin masalah FISIK tubuh? (tubuh memperbaiki dirinya sendiri)

mendiamkan pikiran udah relatif lebih gampang.. cuma masih terbatas bgt.. lama-lama pikiran jadi kemana mana.. ga isa di kontrol lagih.. seperti perang yang tidak berkesudahan... bikin frustasi.. heuehuehu...

terus.. bila kalo meditasi dalam posisi terlentang, saat pikiran sudah tidak bisa di kontrol lagih, biasanya suara musik (kl meditasi saya suka pake musik) jadi ga kedengeran lagi sama sekali.. begitu ngeh, kok sepi? baru terdengar lagi suara musik nya -> nah om, kalo mengalami itu bagusnya ngapain?

sekarang saya meditasi biasanya duduk dulu mpe sekuatnya.. terus meditasi lagih dalam keadaan terlentang.. baru setelah itu tidur.

makin meditasi kok perasaan makin banyak yang ga beres ya sama diri ini.. suka berkecil hati saat melihat keadaan diri ini..

duh sebelumya terimakasih bgt om semar!

madman.
       

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Untuk RIKY: Diskusi Madman & Hudoyo (02)
« Reply #331 on: 03 June 2008, 04:35:00 AM »
(Dari:  > Forum Supranatural > Subforum Spiritual > Thread MMD-2 > msg#31)

Mas Madman,

Pengalaman Anda sangat menarik. Di bawah ini saya komentari sepenggal-sepenggal. Semoga bermanfaat.


Quote
Originally Posted by andicahya 
Om semar!! saya hadir!! hehehe..
mau curhat seputar meditasi!

ginih om semar, saya orangnya males bgt! dari dulu, yang namanya pikiran tidak bisa diam.. sepertinya berfikir itu udah jadi HOBY!! belajar spiritual pun senengnya bagian filsafatnya.. berfikirnya.. hehehe..


hehe ...  Yah, itu memang taraf kesadaran kebanyakan orang; termasuk banyak orang di forum ini.


Quote
dulu-dulu, saya berfikir.. orang meditasi itu ga ada kerjaan.. masa cuma diem, kok bisa jadi bijaksana.. hehehe..


Betul, itulah sebabnya banyak orang menolak kalau diajak bermeditasi.


Quote
hmm.. mungkin karena pikiran punya batas.. suatu hari.. pikiran saya kaya yang nge-hang kek komputer.. selama beberapa hari ga bisa mikir.. otak seperti menolak berfikir.. males bgt.. hanya ingin diam.. bahkan ngobrol sama orang pun harus konsentrasi... semuanya ya seperti datang dan berlalu.. males banget nangkep sesuatu itu..
 

Nah lho, tampaknya Anda mengalami suatu peristiwa yang terjadi secara mendadak. ... Pikiran Anda seolah-olah mentok ... lalu berhenti, atau cenderung berhenti ... Anda cenderung untuk diam, cenderung menolak interaksi dengan orang lain ... untuk melakukan kegiatan yang remeh sehari-hari, yang biasanya dilakukan dengan 'spontan', sekarang membutuhkan konsentrasi ... Anda melihat semuanya mengalir, semuanya fana; bagi Anda, ini bukan cuma teori konseptual yang biasanya diajarkan oleh agama, melainkan fakta aktual yang Anda alami secara nyata: semuanya timbul & lenyap, mengalir, fana ... oleh karena itu, Anda cenderung melepaskan diri dari segala sesuatu yang bersifat duniawi (yang tidak kekal) ini ...


Quote
-nah pengalaman itu om, yang mengenalkan saya sama yang namanya keheningan.. ternyata, segala sesuatu itu hening.. yang rame itu cuma pikiran..
-dari situ saya belajar, diam itu bukan hening.. diri ini bukan pikiran.. dan kebijaksanaan itu bukan berasal dari pikiran..
 

Anda bukan belajar secara teoretis, secara intelektual--sebagaimana orang belajar agama--melainkan Anda "belajar" dengan mengalami sendiri - bahwa 'pada hakikat yang terdalam segala sesuatu itu hening'. Anda juga "belajar" bahwa semua masalah, semua konflik itu berada atau bersumber pada pikiran (si aku), dan Anda belajar pula bahwa - berbeda dengan "kebijaksanaan" yang dipahami oleh kebanyakan orang sebagai hasil dari penalaran/pemikiran (intellection) - ada kearifan/kebijaksaan lain yang bukan berasal dari pikiran, melainkan yang justru hadir ketika pikiran & si aku berhenti.


Quote
-tubuh bernafas sendiri.. mo ke wc ya bergerak sendiri.. mo makan ya makan sendiri.. saya cuma mengamati.. sepertinya saya itu cuma jadi "gerakan".. kalau tubuh ini berlari, saya seperti menjadi gerakan lari itu.. aneh pokonya!
-waktu itu, ga ada rasa takut.. rasa senang.. ya cuma hening..
 

Nah, Anda menyadari bahwa jasmani ini mempunyai kearifannya sendiri (yang sering kali kalah/tertutupi oleh pikiran & keinginan kita sendiri). Tubuh Anda tahu berapa banyak ia harus makan, berapa banyak ia harus tidur, tidak berlebihan dan tidak kekurangan. Anda mengalami bahwa ada Sesuatu Yang Lain yang menggerakkan tubuh Anda ketika Anda & pikiran ini diam; seolah-olah tubuh Anda ini sekadar wayang kulit yang digerakkan oleh "dalang" yang bukan Anda (Sesuatu Yang Lain itu). Sementara itu batin Anda dalam keadaan kosong, hening, tidak ada pikiran, tidak ada emosi (tidak ada senang atau susah, tidak ada sakit atau nikmat, tidak ada bahagia atau menderita).


Quote
malah pikiran sibuk mengajukan "keberatan" seperti ntar disangka gila.. gimana kalo ga balik lagih.. kedepannya kalo tambah parah gmn.. tapi saya seperti terpisah dari pikiran.. tetep santai, cuek, dan seluruh tubuh rileks bgt! dan pikiran pun jadi lebih "menerima" keadaan saya..


Yang masih muncul itu adalah sisa-sisa pikiran dan si aku yang masih belum berhenti dengan tuntas. PIkiran itu mencemaskan akan terjadinya sesuatu yang tidak pernah dialaminya sebelum ini; dan yang terutama pikiran itu mengkhawatirkan lenyapnya dirinya - yang adalah si aku ini. Pikiran sangat takut akan kehilangan sesuatu yang sangat dikenalnya dalam kesadaran sehari-hari--yang sesungguhnya adalah ciptaannya sendiri--yakni akunya/dirinya sendiri. Di lain pihak, batin Anda yang terdalam sudah melepaskan pengidentifikasian dengan pikiran Anda, dan berada dalam keadaan diam, hening, tenang, menerima, dan ikhlas.


Quote
hehehe... setelah mengalami "gila" dan menjadi madman.. saya jadi tertarik bgt belajar meditasi dari dasar! soalna kalo mengandalkan pikiran.. takutnya jadi kaya nietze yang berakhir di RSJ heuehuehuehu soalna beberapa hari itu sempet ketawa sendiri tanpa sebab.. nangis sendiri tanpa sebab.. histeris sendiri.. badan kejang-kejang sendiri (kaya kerasukan)
-beberapa hari itu sebenernya apa yang terjadi pada saya om?
--------------------------------------------------
 

Ternyata pengalaman batiniah itu telah menyadarkan Anda, dan Anda mulai berlatih meditasi. Anda sadar bahwa tingkat kesadaran yang baru Anda alami itu--di mana pikiran dan si aku berhenti--lebih tinggi atau lebih dalam tatarannya daripada tingkat kesadaran sehari-hari yang dikuasai oleh pikiran.

Memang betul, Nietzsche menjadi gila karena pemikirannya (inteleknya) melambung tinggi tetapi ia tidak bisa lepas dari tataran intelek. Sebaliknya, di dunia Timur, para orang arif biasanya mengembangkan pemahaman mereka berdasarkan pengalaman dalam meditasi, ketika pikiran & si aku ini berhenti. -- Anda sebetulnya tidak perlu takut menjadi gila, selama Anda tetap sadar bahwa pikiran ini terbatas, terkondisi, sehingga tidak bisa digunakan untuk memahami kebenaran yang terdalam, malah harus diam agar kebenaran itu bisa muncul.

Apakah yang terjadi dalam batin Anda selama beberapa hari itu? ... Anda mengalami sesuatu yang terjadi dengan mendadak, yang bukan buah atau hasil dari suatu upaya atau latihan Anda sendiri, yang tidak Anda undang, tetapi sesuatu itu belakangan ternyata telah mengubah seluruh kerangka berpikir (paradigma), penyikapan dan perilaku Anda ke arah yang lebih tinggi, lebih dalam, dan lebih benar. Singkatnya, Anda telah mengalami apa yang disebut RAHMAT. Janganlah dipikir-pikir dari mana datangnya Rahmat itu, karena kalau demikian Anda akan terperosok kembali ke dalam otak-atik pikiran yang spekulatif.


Quote
skarang.. saya belajar meditasi, masih bergulat sama posisi tubuh.. ga tau gmn, tapi dalam meditasi, saya jadi tau ini tubuh GA BERES!! banyak yang ga bener.. mohon penjelasannya om semar: apakah tubuh dengan meditasi bisa ngeberesin masalah FISIK tubuh? (tubuh memperbaiki dirinya sendiri)
 

Yah, jangan 'bergulat' dengan posisi tubuh. Maksudnya 'bergulat' tentu bergerak mencari posisi tubuh yang nyaman untuk duduk dalam waktu lama, bukan? ... Pahamilah bahwa tubuh makhluk hidup ini adalah tempat dari segala rasa tidak enak! (Semakin tua semakin banyak rasa tidak enak ini muncul, tidak pernah hilang, sampai akhirnya tubuh ini rusak; pahamilah itu.) Manusia berupaya menghilangkan rasa tidak enak itu dengan selalu bergerak -- bahkan dalam tidur pun ia selalu bergerak. ... Nah, dalam meditasi duduk, bila Anda diam seperti patung batu, dalam waktu singkat muncullah berbagai rasa tidak enak, mulai dari rasa gatal, pegal, kesemutan, nyeri, linu, mati rasa (baal) dsb. (Tidakkah menarik, bahwa justru dalam keadaan diam, muncul segala rasa tidak enak? Itu disebabkan karena Anda mulai melihat kenyataan yang sesungguhnya dari jasmani ini, tanpa ditutupi oleh gerak tubuh.) Kalau Anda terus berkutat mencoba mencari posisi yang nyaman dan menghilangkan rasa tidak enak, maka meditasi Anda tidak akan pernah "maju", dan Anda akan terus terlibat atau terbelenggu dengan tubuh Anda; Anda tidak pernah bebas dari rongrongan tubuh Anda. Tidak ada yang bisa Anda lakukan kecuali menerima, tabah dan tetap diam seperti patung batu menghadapi semua rasa tidak enak itu. Memang, pada awal orang belajar duduk diam, ibaratnya orang harus masuk ke dalam neraka lebih dulu, yaitu nerakanya jasmani, dengan munculnya segala rasa tidak enak. Maka tergantung pada kadar keikhlasan kita, cepat atau lambat semua rasa sakit itu akan lenyap, dan kita bisa duduk 2 - 3 jam atau lebih. Tetapi, mau tidak mau neraka itu harus dilewati, tidak bisa dipintasi! (Bersamaan dengan itu, ada pula neraka batin yang harus dilewati, yakni munculnya segala keadaan batin yang tidak enak, seperti bosan, kesal, jenuh, frustrasi, menolak, melawan, ingin berhenti, dsb. Neraka batin ini pun harus diterima dan dilewati dengan ikhlas dan sabar, dan tidak ditolak atau dilawan. Kalau orang berontak dan melawannya, ia akan terjerat dalam berbagai emosi tidak enak itu terus-menerus. Sebaliknya, bila ia bisa ikhlas dan menerima, maka dalam waktu tidak terlalu lama segala emosi yang tidak enak ini akan lenyap, dan ia bisa duduk lama.

Tentang pertanyaan Anda, semua perubahan dan perkembangan dalam meditasi harus terjadi secara alamiah, tanpa campur tangan si aku. Tubuh ini akan mengatur dirinya secara memadai apabila tidak dicampuri oleh pikiran dan si aku. Kalau batin relatif bebas dari konflik dan stres, maka tubuh ini pun akan relatif bebas dari ketegangan dan penyakit. Oleh karena itu, orang yang terbiasa bermeditasi pada umumnya tubuhnya sehat, segar, daya tahannya (imunitas) meningkat, sehingga jarang sakit atau kalau pun sakit tidak selama orang yang tidak terbiasa bermeditasi. Batinnya jernih, terang dan tenang, dan ia tidak akan pikun pada hari tuanya. Semua itu terjadi secara alamiah, tanpa perlu dicampuri dan direkayasa oleh pikiran & si aku.


Quote
mendiamkan pikiran udah relatif lebih gampang.. cuma masih terbatas bgt.. lama-lama pikiran jadi kemana mana.. ga isa di kontrol lagih.. seperti perang yang tidak berkesudahan... bikin frustasi.. heuehuehu...
 

Memang, pikiran ini seperti monyet atau kuda liar yang tidak bisa diam, melompat-lompat ke sana kemari. Keadaan yang alamiah ini menjadi lebih parah lagi dengan adanya si aku (pikiran lagi) yang ingin mengontrol, ingin mengendalikan, karena diajarkan begitu oleh agama atau oleh guru meditasi; jadilah batin ini suatu medan pertempuran yang tidak berkesudahan seperti kata Anda. Maka saran saya: sadarilah pikiran/si aku yang ingin mengontrol/mengendalikan ini; maka keinginan mengontrol itu pun berhenti ... sekalipun pikiran masih tetap berseliweran, tetapi batin tidak lagi mencampuri dan hanya sekadar menyaksikan secara pasif ... dan lama-kelamaan pikiran itu menjadi jarang, satu-satu, dan akhirnya akan diam dengan sendirinya. -- Itulah sebabnya, bagi pemula MMD ini tidak menghasilkan apa-apa kalau hanya dilatih 1 - 2 jam saja, melainkan perlu dilatih beberapa hari non-stop.


Quote
terus.. bila kalo meditasi dalam posisi terlentang, saat pikiran sudah tidak bisa di kontrol lagih, biasanya suara musik (kl meditasi saya suka pake musik) jadi ga kedengeran lagi sama sekali.. begitu ngeh, kok sepi? baru terdengar lagi suara musik nya -> nah om, kalo mengalami itu bagusnya ngapain?
 

Saran saya, jangan bermeditasi pakai musik, atau pakai suatu teknik tertentu untuk mendiamkan pikiran secara artifisial/disengaja. Nanti Anda melekat atau tergantung pada musik atau metode; tanpa musik atau metode itu Anda tidak bisa bermeditasi. Beradalah bersama pikiran yang berceloteh, berapa lama pun, amati saja secara pasif, jangan bereaksi, jangan menanggapi, apalagi terseret oleh pikiran, tetapi jangan pula menolak, melawan atau berupaya menghentikan pikiran yang berseliweran. Diamlah secara ikhlas, betapa pun keadaan pikiran Anda. Kalau Anda bisa berada dalam keadaan batin seperti itu, maka cepat atau lambat pikiran & si aku itu akan berhenti dengan sendirinya.


Quote
sekarang saya meditasi biasanya duduk dulu mpe sekuatnya.. terus meditasi lagih dalam keadaan terlentang.. baru setelah itu tidur.
 

Silakan saja lakukan yang nyaman menurut Anda, tetapi sadari juga bahwa kenyamanan bisa membuat orang melekat padanya kalau tidak disadari. Bukan berarti tidak boleh mencari kenyamanan; yang penting, sadari/elingi kenyamanan itu bila ia muncul, karena kenyamanan itu tidak abadi, dan akan berubah. Kalau kita melekat kepada kenyamanan, kita akan menderita.


Quote
makin meditasi kok perasaan makin banyak yang ga beres ya sama diri ini.. suka berkecil hati saat melihat keadaan diri ini.. 

Ya, memang itu sering dialami oleh para pemula meditasi. Dalam meditasi mereka teringat akan ajaran-ajaran tentang meditasi atau ajaran agama yang pernah didengar, itu menjadi cita-cita atau gambaran [image] tentang bagaimana batin orang yang bermeditasi; tapi itu tidak sesuai dengan keadaan batinnya pada saat itu, lalu timbullah konflik bila ia melihat apa yang ada tidak sesuai dengan apa yang diharapkan atau dicita-citakan. Terjadilah konflik antara 'apa yang ada' dengan 'apa yang seharusnya' (yang ada dalam pikiran). Sadarilah konflik ini, dan batin Anda akan kembali ke dalam keadaan yang aktual (nyata), yang ada pada saat kini, betapa pun berseliwerannya pikiran pada saat itu. Itulah pintu menuju keheningan sempurna, dan realisasi dari Apa Yang Ada (Al-Haqq).


Quote
duh sebelumya terimakasih bgt om semar!

madman.


O ya, Mas Madman, karena rasa penasaran  saya iseng mencoba melihat profil Anda, dan agak kaget melihat bahwa Anda baru berusia 25 tahun! Anda sebaya dengan Mas Black Fat, dan tataran kesadaran Anda berdua kira-kira sama. (Sudahkah Anda membaca curhat Mas Black Fat tentang pengalaman batinnya? - kalau belum, saya sarankan Anda membacanya mulai message #12 dst dalam thread ini. Mungkin akan banyak bermanfaat bagi Anda berdua, karena Anda berdua berada pada tataran kesadaran yang sama.)

Yang menarik ialah bahwa Anda berdua berada dalam usia dewasa muda. Ini mengingatkan saya pada suatu fakta psikologis bahwa pada umumnya peluang untuk memperoleh pencerahan di dalam meditasi semakin besar semakin muda usia seseorang. Ini disebabkan karena pada usia muda batin biasanya lebih lentur/fleksibel, lebih mudah menerima & mengadopsi cara berpikir & cara bersikap yang baru; berbeda dengan orang lanjut usia, yang biasanya sudah mengeras dan sukar berubah cara berpikir, konsep-konsep dan ajaran-ajaran yang dianutnya dan yang dianggapnya menjadi bagian dari diri/akunya yang dilindunginya dan dipegangnya erat-erat. - Oleh karena itu saya sarankan kepada para pembaca artikel ini, gunakanlah kesempatan untuk bermeditasi selagi Anda masih muda; jangan menunggu sampai tua, ketika Anda sudah terlalu sibuk dan "tidak punya waktu" lagi untuk bermeditasi dan batin Anda sudah "karatan", sukar diubah.

Mas Madman, untuk mengembangkan tataran kesadaran Anda lebih lanjut, saya mengajak Anda untuk bermeditasi bersama saya dalam retret MMD akhir pekan tgl 11-13 April yad di Cipanas. Selanjutnya, bacalah posting tentang jadwal retret MMD tahun 2008 (message #107 di halaman ini)(urutan message ini sebelum Kaskus di-hack orang; sekarang sudah kacau).

Terima kasih kembali, Mas Madman. Semoga bermanfaat.

Salam,
semar


MADMAN: Terima kasih

ma kasih atas penjelasannya, Om semar! hehehe.. sangat bermanfaat bagi saya..
hehehe.. saya udah baca postingan Om Black Fat.. yang juga bermanfaat bagi saya (mengispirasi bikin post di thread ini pertama kali ) hehehe

ya om semar, mumpung masih muda.. HARUS SEMANGAT!!! hehehe..

-hmm.. dari penjelasan om semar, inti dari meditasi adalah membiarkan.. menerima buruk-buruknya diri apa adanya.. menjadi pengamat.. dan hanya mengamati..
-untuk retret mmd nya, saya usahakan ikut.. nanti akan saya PM ya, hehehe terima kasih atas undangannya sebelumnya!
-sampai, retret mmd nya saya jalani.. boleh ya minta bimbingannya mengenai meditasi.. hehehe.. mo latihan dari sekarang!
------------------------------------
madman.
« Last Edit: 03 June 2008, 07:21:35 AM by hudoyo »

Offline Edward

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.968
  • Reputasi: 85
  • Gender: Male
  • Akulah yang memulai penderitaan ini.....
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #332 on: 03 June 2008, 02:23:32 PM »
Quote
hmm.. mungkin karena pikiran punya batas.. suatu hari.. pikiran saya kaya yang nge-hang kek komputer.. selama beberapa hari ga bisa mikir.. otak seperti menolak berfikir.. males bgt.. hanya ingin diam.. bahkan ngobrol sama orang pun harus konsentrasi... semuanya ya seperti datang dan berlalu.. males banget nangkep sesuatu itu..

Pak, untuk yang ini kebetulan juga sedang mengalami nih...Pikiran rasanya sulit banget untuk mengkonsepkan kata2.Pikiran ini rasanya benar2 tidak mau lihat ke belakang dan lihat ke depan.Pokoknya ngurusin yang sekarang doank.Motivasi2 kerjaan maupun kuliah rasanya jadi suatu hal yang tidak menarik.
Gawatnya, sekarang ini saya sedang masa ujian, pikiran rasanya bener2 bego banget dah.Keinginan untuk belajar jadi sirna, akhirnya saya paksain belajar jg dikit, tapi koq jadi susah masuk???Pas lagi ujian, kaga isa kerjain soal, langsung sadar ada rasa takut, khawatir.Akhirnya,biar kaga bisa ujian pun jadi tenang. :o .Sampai rumah pun kaga ngapa2in, rasanya pengen menikmati kesendirian.Tapi di satu pihak ada gejolak pikiran lain yang khawatir, takut, perasaan kayak akan ada yang 'mati'.
Pengalaman ini saya dapat setelah saya memainkan permain kematian Andi Cahya.Awal mula sih semangat,takut, khawatir kalau benar2 mati, tapi akhirnya perasaan ini rasanya bener2 cuek, dan berujung sampai sekarang ini. Akhirnya saya sendiri ada inisiatif mau coba meditasi lagi,tapi saya pun rasanya malas kalau meditasi ikutin peraturan2 harus duduk begini, badan begini, harus begitu lha, rasanya ribet bgt!Akhirnya saya mutusin cma telentang sambil mengamati.Hanya saja saya memank menemukan kendala2,karena itu kemarin saya ada menanyakan mengenai MMD k Bapak.
“Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #333 on: 03 June 2008, 03:17:00 PM »
Ketika batin sudah merasakan keheningan ... biarpun baru relatif ... ia mengalami sendiri bahwa keheningan itu suatu keadaan batin yang jauh lebih "baik" dibandingkan kesadaran sehari-hari dengan pikiran yang berseliweran ...

Dengan demikian batinnya cenderung masuk kembali kepada keheningan itu ... enggan untuk memikirkan hal-hal yang tak berguna ...

Tapi kalau itu sampai mengganggu tugas nyata sehari-hari (kuliah, ujian ... dsb) ... kita mesti merenung kembali ... mengapa bisa begitu? ... Kita kan tidak berniat meninggalkan kehidupan sehari-hari yang ada ini ... kita tidak ingin menjadi Pangeran Siddhartha yang meninggalkan istri & anaknya, meninggalkan tugasnya sebagai putra mahkota ... :)

Salah satu kemungkinan ialah, itu adalah salah bentuk kelekatan baru, yang lebih halus ... Kalau sebelumnya melekat kepada "kenikmatan" duniawi yang sebetulnya "neraka" ... sekarang melekat kepada "surga" meditasi. ... :)

Kalau memang itu sebabnya ... ya semua itu bisa dipahami ... Dan dengan memahami itu ... "jalan keluar"-nya sudah jelas, kembali menyadari kelekatan yang baru itu ...

Nanti kan akan kembali ke "jalan tengah" ... antara kenikmatan duniawi dan kenikmatan meditasi.

Salam,
hudoyo

Offline Lex Chan

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.437
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
  • Love everybody, not every body...
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #334 on: 03 June 2008, 05:51:23 PM »
Pengalaman Edward mirip dengan pengalaman saya..

Setelah sekian lama rutin bermeditasi, pada suatu titik muncul rasa malas beraktivitas. Maunya diam menikmati di dalam keheningan itu. Tidak peduli dengan tugas dan pekerjaan. Inilah yang membuat saya ragu. Apakah sebaiknya saya teruskan atau hentikan. Biasanya saya hentikan sehingga beberapa hari kemudian pikiran saya dipenuhi oleh keinginan2 dan jadi "rajin" lagi.

Tampaknya inilah yang dari dulu jadi penghambat.. Apakah saya perlu benar2 mundur dulu dari keduniawian (misalnya ikut retret selama 1 bulan), baru bisa fokus dengan meditasi?
“Give the world the best you have and you may get hurt. Give the world your best anyway”
-Mother Teresa-

Offline Umat Awam

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 770
  • Reputasi: 28
  • Gender: Male
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #335 on: 03 June 2008, 07:16:42 PM »
Pak Hudoyo, saya berencana untuk ikut retret MMD bapak di mendut, apakah ada perubahan jadwal?? ;D
Saya berencana utk ikut retret MMD Sepekan alias 7 hr 8 mlm di mendut pada bulan desember nanti... gimana cara mendaftarnya yach?? apakah ada formulir yg harus di isi? ato cukup lewat sms aja ke pak waluyo? :)

Saya bener2 penasaran dgn teknik yg bapak ajarkan disini... sangat berbeda dgn teknik2 meditasi pada umumnya... ;D

Walaupun saya blm benar2 paham yg dimaksud dgn teknik bapak tsb... yaitu sadar disetiap saat.. maaf, saya agak sulit utk mengutarakan pendapat dgn baik ato pun pertanyaan dgn baik.. krn saya agak sulit utk menuangkan apa yg ada dlm pikiran saya kedalam suatu kalimat tulisan atopun ucapan.. begitu jg dgn yg saya pahami.. sepertinya sangat sulit utk mengutarakan suatu hal... yach saya masih sangat awam utk meditasi ini ( Namanya juga Umat Awam ) ;D

walaupun saya biasa bermeditasi sehari2 dna belakangan ini menjadi sangat jarang, hanya saja saya masih ada rasa ketidak puasan dlm diri trhdp apa yg saya lakukan (meditasi).. Krn tanpa pembimbing dan sulitnya bertanya ttg apa yg saya alami... hanya saja sebagian hal2 yg dialami rekan2 disini juga telah pernah saya alami sebelumnya... hanya masih taraf rendah...

_/\_

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #336 on: 03 June 2008, 07:20:52 PM »
Tampaknya inilah yang dari dulu jadi penghambat.. Apakah saya perlu benar2 mundur dulu dari keduniawian (misalnya ikut retret selama 1 bulan), baru bisa fokus dengan meditasi?

Tidak ada "jalan keluar" yang sama untuk semua orang dalam hal ini. ... Jalan yang cocok untuk satu orang belum tentu cocok untuk orang lain ...

Setiap orang harus berangkat dari pemahaman & pengalaman batinnya sendiri ... berdialog dengan diri sendiri ...

Salam,
hudoyo

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #337 on: 03 June 2008, 07:25:24 PM »
Apakah MMD (Meditasi Mengenal Diri) itu? MMD adalah suatu meditasi yang unik. Bagaimana keunikannya akan terlihat dalam artikel-artikel--dan mungkin juga diskusi-diskusi--dalam thread ini.

Untuk pertama kali, saya forward artikel dari blogspot Dewi Lestari (penulis, selebriti) tentang MMD.

Salam,
hudoyo


Dari: http://dee-idea.blogspot.com/

Thursday, June 21, 2007

TUJUH TAHUN MENUJU MENDUT

Barangkali inilah artikel dengan tingkat kesulitan paling tinggi yang pernah saya tulis, karena saya akan mencoba menuliskan sesuatu yang sudah pasti tidak bisa digambarkan dengan kata-kata. Semua yang saya tulis berikut ini ibarat setetes air laut mencoba menjelaskan samudera. Kendati terdengar sia-sia, mudah-mudahan upaya ini masih punya makna.

Selama tiga hari, berlokasikan di Vihara Mendut – Magelang, saya mengikuti Meditasi Mengenal Diri (MMD) di bawah bimbingan Pak Hudoyo Hupudio. Beliau, MMD, dan milis spiritualnya, sudah saya kenal sejak tujuh tahun yang lalu lewat internet, bahkan beliau pernah saya “todong” untuk membuat pengantar buku pertama saya “Supernova: Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh”. Namun baru tahun inilah saya berkenalan langsung dengan Pak Hudoyo. Pertama, ketika kami sama-sama menjadi pembicara dalam diskusi tentang meditasi di Bandung bulan Februari lalu, dan kedua ketika saya menjadi peserta MMD angkatan ke-99 di Mendut.

Meski berbasiskan meditasi vipassana, MMD sendiri merupakan meditasi lintas agama, terbukti dari komposisi peserta yang beragam. Angkatan ke-99 yang berjumlah total 31 orang ini, mayoritas peserta beragama Katholik dan Islam, disusul Buddhis sebanyak lima orang, dan yang beragama Protestan sebanyak empat orang.

Sekalipun sudah delapan tahun menggeluti dan merenungi masalah spiritualitas, saya bukanlah meditator yang disiplin. Kegiatan bermeditasi saya lakukan dengan frekuensi dan intensitas yang acak. Saya tidak asing dengan konsep vipassana, tapi baru di Mendutlah saya secara fokus menyelami pengalaman mengamati diri.

Hari pertama dimulai dengan pengarahan. Pak Hudoyo berpesan agar kami meninggalkan semua pemahaman, pengetahuan, harapan, dan segala teknik yang kami ketahui. Tidak ada doa. Tidak bicara. Tidak ada apa-apa. Tugas kami hanya menjadi pengamat pasif. Total. Dan beliau mengingatkan, “Kalian akan memasuki neraka.” Neraka yang dimaksud adalah segala sakit yang akan dimuntahkan oleh badan, segala resah dan bimbang yang akan dimuntahkan oleh batin, dan sekali lagi, tugas kami hanya mengamati.

Kami bermeditasi kurang lebih dua belas jam sehari, diselingi tiga kali diskusi, satu kali istirahat, dan dua kali makan. Neraka itu saya alami dalam tiga sesi pertama. Perjuangan berat untuk sekadar duduk diam satu jam, dan perjuangan lebih berat lagi untuk mengalami apa artinya “mengamati”.

Saya mulai dengan tidak menjustifikasi dan bereaksi, tapi hanya memberi label pada segala fenomena batin yang terungkap: “perasaan”, “memori”, “gambar”, “bosan”, “pegal”, dan seterusnya. Hingga pada satu titik saya kelelahan sendiri dengan proses memberi label itu. Fenomena fisik seperti rasa pegal dan kesemutan pun enggan hilang, bahkan ketika saya pikir saya sudah “mengamati”.

Pada saat meditasi pagi hari ke-2, saya mulai mengalami sesuatu. Selagi pikiran saya lepaskan mengembara tanpa label, tiba-tiba saya seperti terjatuh. Tepatnya, seperti dibangunkan. Bukan oleh kehendak, melainkan terjadi tiba-tiba di luar kendali sang “aku”. Dan deskripsi paling mendekati dari kondisi terbangun itu adalah… hening. Tak lama, pikiran kembali lolos seperti belut licin dan mulai berkata “Barangkali ini hening yang dimaksud. Bagaimana caranya bisa kembali ke sini?” Seketika, hening itu hilang.

Saya merenungi pengalaman sekian detik itu dan menyadari bahwa manusia menghabiskan hidupnya dalam bermimpi. Kita hidup dalam kuasa pikiran yang tak pernah dibiarkan berhenti. Tak henti-hentinya tertarik ke masa lalu dan terdorong ke masa depan. Dan kita menyangka kita sungguhan hidup. Guru saya pernah berkata: Mind is always delayed. Evaluating is the job description of the mind. That’s why, the mind is always slightly behind, and at the same time always trying to be slightly forward so it can protect. Hal itu juga dikonfirmasi oleh penjelasan Pak Hudoyo saat diskusi, pikiran adalah alat manusia untuk bertahan hidup, tapi ketika pikiran dijadikan penuntun maka selamanya kita terseret-seret ke masa lalu yang sudah tidak ada dan masa depan yang belum terjadi. Kita bermimpi sekalipun kita terjaga. Kita bermimpi tentang cinta, tentang hidup, dan tentang Tuhan. Tanpa menghentikan pikiran, tak sekalipun kita mengalami cinta, hidup, dan Tuhan yang sesungguhnya. Yang ada hanyalah konsep dan upaya.

Pada saat meditasi sore hari ke-2, entah bagaimana awalnya, tapi saya sebagai subjek mendadak melemah, dan saya tersadar bahwa selama ini saya hanya terpusat pada fenomena yang terjadi pada diri saya*pikiran, perasaan, kenangan, fisik*tapi tidak sekalipun saya memperhitungkan fenomena di sekitar saya seperti suara burung, suara mobil di kejauhan, atau bunyi gesekan karpet. Pengamatan saya yang tadinya berbatas seperti sorot senter, mendadak meluas seperti lampu ruangan. Dan saya menyadari bahwa hal-hal kecil yang saya lewatkan ternyata fenomena yang sama rata dengan pegal kaki atau celotehan benak saya. Setelah diberi perhatian yang serupa, mendadak tak ada yang menetap. Label lenyap, hanya murni mengamati. Dan pengamatan ini menghentikan semuanya, termasuk kaki saya yang kesemutan. Satu peserta bertanya saat diskusi, apakah saya pernah bermeditasi selama itu sebelumnya, karena dilihatnya saya bermeditasi dua jam tanpa bergerak. Saya jujur menjawab, belum. Itulah meditasi duduk terlama yang pernah saya lakukan.

Dari pengalaman tadi, saya menyadari betapa si “aku” menciptakan subjek dalam setiap diri kita, membuat kita pusat yang terpenting dan semua hanyalah objek dalam pengalaman si subjek. Namun tak sekalipun kita menyadari bahwa si subjek, si “aku”, juga rekaan. Dalam pengamatan murni, “aku” tereduksi menjadi objek, sama-sama cuma fenomena. Perasaan saya hanya fenomena, fisik saya juga fenomena, burung di udara pun fenomena. Sebagai konsep, kita bisa meneriakkan “kita adalah satu, we are one” dan membungkusnya dalam melodi indah. Namun tanpa berhentinya pikiran, kebersatuan hanyalah semboyan manis. Kita mengaku mengenal Tuhan dan beragama, tapi dalam mimpi kolektif kita tentang Tuhan dan agama, perdamaian hanya akan seperti hantu yang tak terkejar.

Pada meditasi pagi hari ke-3, saya mulai memasuki suasana hening sejak berjalan menuju aula. Dan pagi itu, saya mengalami sesuatu yang sangat sulit diungkap dengan kata-kata. Segalanya menjadi denyut. Timbul dan lenyap begitu cepat. Denyut ini seperti “memakani” segala pengalaman seperti mulut PacMan. Tak ada yang dibiarkannya bertahan sedikit lama. Dengan ritme yang cepat dan cenderung tetap, semua fenomena yang muncul pun padam lagi tanpa kecuali. Bahkan luapan ekstase yang saya rasakan tak bisa bertahan lama. Pikiran yang hendak berkata-kata putus di tengah-tengah. Rasa haru yang singgah pun pergi lagi tanpa bisa saya cegah. Namun sebutir air mata berhasil lolos, saya merasakannya mengalir di pipi. Dan saat mata saya akhirnya membuka, air mata itu sudah kering tanpa bekas.

Dalam diskusi terakhir, Pak Hudoyo menjelaskannya sebagai pencerahan akan timbul dan lenyapnya fenomena. Apa yang kita pikir sebagai kontinuitas sesungguhnya adalah keterputusan. Seperti riil film yang sebenarnya cuma potongan gambar yang terputus-putus, tapi tampak bergerak kontinu ketika diputar. Para ilmuwan menelaahnya dalam fisika kuantum. Sebuah partikel sesungguhnya tidak diam statis, melainkan muncul dan lenyap. Anicca, atau impermanensi, adalah kata yang membersit saat saya merenungkan pengalaman meditasi saya tadi. Konsep yang sudah lama saya tahu dan akhirnya menjadi aktual lewat pengalaman.

Tiga hari bermeditasi di Mendut menjadi titik balik saya berikutnya. Sesudah Five Mindfulness Trainings di Hongkong yang memberi pemahaman segar tentang kode etik hidup, Meditasi Mengenal Diri memberi pengalaman tentang realitas sejati dari hidup itu sendiri. Dan ada benang merah yang menalikan keduanya: Thich Nhat Hanh dan Hudoyo Hupudio dengan caranya masing-masing telah mampu menghadirkan ajaran universal Sang Buddha bagi siapa saja yang ingin bebas dari penderitaan*apa pun denominasi agama dan kepercayaannya. Vipassana sebaiknya tidak dipandang eksklusif milik umat Buddha, tapi siapa pun yang ingin mengenal diri. Lima Sila yang diikuti pemahaman benar dapat diterapkan dalam hidup siapa saja, selama mereka memang berkomitmen untuk menciptakan koeksistensi yang harmonis dengan semua makhluk.

Saya akan mengakhiri artikel ini dengan mengutip pesan Pak Hudoyo setiap usai berdiskusi: lupakan ini semua. Lupakan cerita saya. Setiap kata adalah upaya, bukan kenyataan yang sesungguhnya. Kenyataan itu sendiri telah pergi dan berganti. Pikiran kita hanya bisa mengejar dan berujar. Namun pada saat yang sama, kita pun bisa tersadar dan terbangun dari mimpi panjang ini.

* Keterangan dan diskusi tentang MMD dapat disimak di milis-spiritual [at] yahoogroups.com atau meditasi-mengenal-diri [at] yahoogroups.com

Posted by Dewi Lestari at 3:58 PM

Brati segala sesuatu adalah non sense??Cuma kosong dan tdk ada apa2???
Mau itu perasaan,pikiran,aku,suara2 burung,internal mau eksternal adalah hanya sebuah fenomena yg muncul dan lenyap begitu saja??
Tugas kita hanya mengamati segala sesuatu yg muncul dan lenyap tanpa mempertahankan apapun??Dan tugas kita bahkan tdk untuk sekedar "Sadar" tetapi hanya mengamati setiap "Kesdran" itu?
Kemudian mengamati tanpa melihat label??Ketika mendengar suara burung hanya mendengar sajakah??Tanpa berpikir itu adl suara burung?Apakah seperti itu disebut mengamati tanpa memberi label??Seperti "perasaan","bosan","pegal" dll?
BRati apakah ketika untuk mencapai persepsi murni kita harus berhenti berpikir dan memberi label terhadap setiap fenomena yg muncul dan lenyap?Intinya tugas kita cuma 1kah??Yakni mengamati segala fenomena tanpa mengubahnya...Mendengar mendengarlah tanpa memberi label suara apa yg kita dengar?(merinding gw saat membaca artikel pertama dr pak Hudoyo)
_/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #338 on: 03 June 2008, 07:28:03 PM »
Pak Hudoyo, saya berencana untuk ikut retret MMD bapak di mendut, apakah ada perubahan jadwal?? ;D
Saya berencana utk ikut retret MMD Sepekan alias 7 hr 8 mlm di mendut pada bulan desember nanti... gimana cara mendaftarnya yach?? apakah ada formulir yg harus di isi? ato cukup lewat sms aja ke pak waluyo? :)
Saya bener2 penasaran dgn teknik yg bapak ajarkan disini... sangat berbeda dgn teknik2 meditasi pada umumnya... ;D

Jadwal MMD di Mendut tidak berubah ... silakan kirim sms ke Mas Waluyo ... kalau bisa jangan ditunda-tunda lagi ... karena dua bulan sebelumnya biasanya sudah penuh ... (kalau karena sesuatu hal Anda tidak jadi ikut, bisa dibatalkan dengan sms juga) ...

Selama meditasi seminggu itu, Anda punya cukup waktu untuk berdiskusi dengan saya ... Di samping diskusi umum setiap malam pk19 ... ada pula wawancara 4 mata setiap pagi & petang secara bergiliran ...

Salam,
hudoyo


Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #339 on: 03 June 2008, 07:52:57 PM »
Quote
Dalam diskusi terakhir, Pak Hudoyo menjelaskannya sebagai pencerahan akan timbul dan lenyapnya fenomena. Apa yang kita pikir sebagai kontinuitas sesungguhnya adalah keterputusan. Seperti riil film yang sebenarnya cuma potongan gambar yang terputus-putus, tapi tampak bergerak kontinu ketika diputar. Para ilmuwan menelaahnya dalam fisika kuantum. Sebuah partikel sesungguhnya tidak diam statis, melainkan muncul dan lenyap. Anicca, atau impermanensi, adalah kata yang membersit saat saya merenungkan pengalaman meditasi saya tadi. Konsep yang sudah lama saya tahu dan akhirnya menjadi aktual lewat pengalaman.

Nah ini dia yg di bold ada hubungannya dengan pengalaman saya, saya mau nanya Pak Hud cuma sedikit OOT, dan berkaitan dengan Abhidhamma. Yaitu cetasika dalam Abhidhamma dikatakan cetasika bisa terdiri atau bersekutu antara lobha dan moha sebaga contohnya. Sebenarnya dalam realitanya apakah cetasika -->lobha dan moha itu muncul bersamaan dalam waktu yg sama atau tidak?. Terus terang saya penasaran sekali, dan kalau dilihat dari yg saya bold itu maka sebenarnya tidak demikian yaitu tidak muncul bersamaan. Dan saya yakin Pak Hud sudah mengetahui bahwa saya sudah mengulang pertanyaan ini beberapa kali di thread Abhidhamma, hanya koq saya merasa berbeda antara teori dan praktek(belum ada penjelasan yg memadai)? oleh karena itu mohon penjelasannya.Mumpung Pak Hud juga praktisi dan kebetulan nongol juga pengalaman orang lain yg sama.
Terima kasih sebelumnya. _/\_
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #340 on: 03 June 2008, 08:33:51 PM »


Quote
hmm.. mungkin karena pikiran punya batas.. suatu hari.. pikiran saya kaya yang nge-hang kek komputer.. selama beberapa hari ga bisa mikir.. otak seperti menolak berfikir.. males bgt.. hanya ingin diam.. bahkan ngobrol sama orang pun harus konsentrasi... semuanya ya seperti datang dan berlalu.. males banget nangkep sesuatu itu..
 

Nah lho, tampaknya Anda mengalami suatu peristiwa yang terjadi secara mendadak. ... Pikiran Anda seolah-olah mentok ... lalu berhenti, atau cenderung berhenti ... Anda cenderung untuk diam, cenderung menolak interaksi dengan orang lain ... untuk melakukan kegiatan yang remeh sehari-hari, yang biasanya dilakukan dengan 'spontan', sekarang membutuhkan konsentrasi ... Anda melihat semuanya mengalir, semuanya fana; bagi Anda, ini bukan cuma teori konseptual yang biasanya diajarkan oleh agama, melainkan fakta aktual yang Anda alami secara nyata: semuanya timbul & lenyap, mengalir, fana ... oleh karena itu, Anda cenderung melepaskan diri dari segala sesuatu yang bersifat duniawi (yang tidak kekal) ini ...
Pak berati ketika proses pikiran terhenti maka segala sesuatu yg dilakukan membutuhkan konsentrasi dan mesti diserap dulu?

Quote
-nah pengalaman itu om, yang mengenalkan saya sama yang namanya keheningan.. ternyata, segala sesuatu itu hening.. yang rame itu cuma pikiran..
-dari situ saya belajar, diam itu bukan hening.. diri ini bukan pikiran.. dan kebijaksanaan itu bukan berasal dari pikiran..
 

Anda bukan belajar secara teoretis, secara intelektual--sebagaimana orang belajar agama--melainkan Anda "belajar" dengan mengalami sendiri - bahwa 'pada hakikat yang terdalam segala sesuatu itu hening'. Anda juga "belajar" bahwa semua masalah, semua konflik itu berada atau bersumber pada pikiran (si aku), dan Anda belajar pula bahwa - berbeda dengan "kebijaksanaan" yang dipahami oleh kebanyakan orang sebagai hasil dari penalaran/pemikiran (intellection) - ada kearifan/kebijaksaan lain yang bukan berasal dari pikiran, melainkan yang justru hadir ketika pikiran & si aku berhenti.
Hening itu bukan diam,diam itu bukan hening.Hening itu adalah ketika pikiran terhenti?Berati kebijaksanaan tertinggi bukan didapat dr pikiran?Kebijaksanaan tertinggi didapat ketika pikiran itu sendiri sudah terhenti?

Quote
-tubuh bernafas sendiri.. mo ke wc ya bergerak sendiri.. mo makan ya makan sendiri.. saya cuma mengamati.. sepertinya saya itu cuma jadi "gerakan".. kalau tubuh ini berlari, saya seperti menjadi gerakan lari itu.. aneh pokonya!
-waktu itu, ga ada rasa takut.. rasa senang.. ya cuma hening..
 

Nah, Anda menyadari bahwa jasmani ini mempunyai kearifannya sendiri (yang sering kali kalah/tertutupi oleh pikiran & keinginan kita sendiri). Tubuh Anda tahu berapa banyak ia harus makan, berapa banyak ia harus tidur, tidak berlebihan dan tidak kekurangan. Anda mengalami bahwa ada Sesuatu Yang Lain yang menggerakkan tubuh Anda ketika Anda & pikiran ini diam; seolah-olah tubuh Anda ini sekadar wayang kulit yang digerakkan oleh "dalang" yang bukan Anda (Sesuatu Yang Lain itu). Sementara itu batin Anda dalam keadaan kosong, hening, tidak ada pikiran, tidak ada emosi (tidak ada senang atau susah, tidak ada sakit atau nikmat, tidak ada bahagia atau menderita).
Itukah inti ajaran SB bahwa ajaran Buddha sendiri adalah kosong?Karena kita batin kosong bukan berati badan jasmani lenyap seketika.Luar biasaa sekali(Merinding gw)Brati badan jasmani ini sudah tau apa yg mesti dilakukannya ketika pikiran tidak mencemarinya.Inikah yg dinamakan melihat segala sesuatu apa adanya?Brati pikiran adalah pencemaran yg paling halus antara segala pencemaran...Karena sesungguhnya ketika kita berhenti berpikir badan jasmani ini sudah bergerak,krn badan jasmani ini memiliki kearifannya sendiri(ketika pergi ke wc bukan lagi karena "ingin" tetapi si badan jasmani sendiri tau apa yg akan dilakukannya sesuatu dengan tubuh.bukan berasal dr pikiran maupun batin sendiri..)


Quote
malah pikiran sibuk mengajukan "keberatan" seperti ntar disangka gila.. gimana kalo ga balik lagih.. kedepannya kalo tambah parah gmn.. tapi saya seperti terpisah dari pikiran.. tetep santai, cuek, dan seluruh tubuh rileks bgt! dan pikiran pun jadi lebih "menerima" keadaan saya..

Pak yg dimaksud keberatan diatas apa?

Yang masih muncul itu adalah sisa-sisa pikiran dan si aku yang masih belum berhenti dengan tuntas. PIkiran itu mencemaskan akan terjadinya sesuatu yang tidak pernah dialaminya sebelum ini; dan yang terutama pikiran itu mengkhawatirkan lenyapnya dirinya - yang adalah si aku ini. Pikiran sangat takut akan kehilangan sesuatu yang sangat dikenalnya dalam kesadaran sehari-hari--yang sesungguhnya adalah ciptaannya sendiri--yakni akunya/dirinya sendiri. Di lain pihak, batin Anda yang terdalam sudah melepaskan pengidentifikasian dengan pikiran Anda, dan berada dalam keadaan diam, hening, tenang, menerima, dan ikhlas.
Brati fenomena ini muncul karena pikiran sudah takut kehilangan "aku" atau ciptaannya sendiri?

Quote
hehehe... setelah mengalami "gila" dan menjadi madman.. saya jadi tertarik bgt belajar meditasi dari dasar! soalna kalo mengandalkan pikiran.. takutnya jadi kaya nietze yang berakhir di RSJ heuehuehuehu soalna beberapa hari itu sempet ketawa sendiri tanpa sebab.. nangis sendiri tanpa sebab.. histeris sendiri.. badan kejang-kejang sendiri (kaya kerasukan)
-beberapa hari itu sebenernya apa yang terjadi pada saya om?
--------------------------------------------------
 

Ternyata pengalaman batiniah itu telah menyadarkan Anda, dan Anda mulai berlatih meditasi. Anda sadar bahwa tingkat kesadaran yang baru Anda alami itu--di mana pikiran dan si aku berhenti--lebih tinggi atau lebih dalam tatarannya daripada tingkat kesadaran sehari-hari yang dikuasai oleh pikiran.
Kok ketika pikiran berhenti terjd hal2 seperti fenomena yg dialami oleh saudara Madman?Apakah ketawa,nangis itu karena kearifan dr badan jasmani saja?Dan Madman tetap sadar terhadap apa yg dilakukannya tetapi berhenti berpikir cuma menerima menerima,membiarkan fenomena tsb muncul dan lenyap begitu saja?

Memang betul, Nietzsche menjadi gila karena pemikirannya (inteleknya) melambung tinggi tetapi ia tidak bisa lepas dari tataran intelek. Sebaliknya, di dunia Timur, para orang arif biasanya mengembangkan pemahaman mereka berdasarkan pengalaman dalam meditasi, ketika pikiran & si aku ini berhenti. -- Anda sebetulnya tidak perlu takut menjadi gila, selama Anda tetap sadar bahwa pikiran ini terbatas, terkondisi, sehingga tidak bisa digunakan untuk memahami kebenaran yang terdalam, malah harus diam agar kebenaran itu bisa muncul.
Diam?Kurang jelas bisa pak hudoyo jelaskan sedikit?


Quote
skarang.. saya belajar meditasi, masih bergulat sama posisi tubuh.. ga tau gmn, tapi dalam meditasi, saya jadi tau ini tubuh GA BERES!! banyak yang ga bener.. mohon penjelasannya om semar: apakah tubuh dengan meditasi bisa ngeberesin masalah FISIK tubuh? (tubuh memperbaiki dirinya sendiri)
 

Yah, jangan 'bergulat' dengan posisi tubuh. Maksudnya 'bergulat' tentu bergerak mencari posisi tubuh yang nyaman untuk duduk dalam waktu lama, bukan? ... Pahamilah bahwa tubuh makhluk hidup ini adalah tempat dari segala rasa tidak enak! (Semakin tua semakin banyak rasa tidak enak ini muncul, tidak pernah hilang, sampai akhirnya tubuh ini rusak; pahamilah itu.) Manusia berupaya menghilangkan rasa tidak enak itu dengan selalu bergerak -- bahkan dalam tidur pun ia selalu bergerak. ... Nah, dalam meditasi duduk, bila Anda diam seperti patung batu, dalam waktu singkat muncullah berbagai rasa tidak enak, mulai dari rasa gatal, pegal, kesemutan, nyeri, linu, mati rasa (baal) dsb. (Tidakkah menarik, bahwa justru dalam keadaan diam, muncul segala rasa tidak enak? Itu disebabkan karena Anda mulai melihat kenyataan yang sesungguhnya dari jasmani ini, tanpa ditutupi oleh gerak tubuh.) Kalau Anda terus berkutat mencoba mencari posisi yang nyaman dan menghilangkan rasa tidak enak, maka meditasi Anda tidak akan pernah "maju", dan Anda akan terus terlibat atau terbelenggu dengan tubuh Anda; Anda tidak pernah bebas dari rongrongan tubuh Anda. Tidak ada yang bisa Anda lakukan kecuali menerima, tabah dan tetap diam seperti patung batu menghadapi semua rasa tidak enak itu. Memang, pada awal orang belajar duduk diam, ibaratnya orang harus masuk ke dalam neraka lebih dulu, yaitu nerakanya jasmani, dengan munculnya segala rasa tidak enak. Maka tergantung pada kadar keikhlasan kita, cepat atau lambat semua rasa sakit itu akan lenyap, dan kita bisa duduk 2 - 3 jam atau lebih. Tetapi, mau tidak mau neraka itu harus dilewati, tidak bisa dipintasi! (Bersamaan dengan itu, ada pula neraka batin yang harus dilewati, yakni munculnya segala keadaan batin yang tidak enak, seperti bosan, kesal, jenuh, frustrasi, menolak, melawan, ingin berhenti, dsb. Neraka batin ini pun harus diterima dan dilewati dengan ikhlas dan sabar, dan tidak ditolak atau dilawan. Kalau orang berontak dan melawannya, ia akan terjerat dalam berbagai emosi tidak enak itu terus-menerus. Sebaliknya, bila ia bisa ikhlas dan menerima, maka dalam waktu tidak terlalu lama segala emosi yang tidak enak ini akan lenyap, dan ia bisa duduk lama.
Luar biasa,brati hal yg membodohkan kita selama ini yg menghambat menuju kebahagian tertinggi itu sendiri adalah pikiran?Pikiran memanipulasi segala hal yg seharusnya menjd sebagaimana adanya?Misal soal badan yg tlah dijelaskan ketika ada rasa tdk enak kemudian kita bergerak utk mencari rasa nyaman sehingga kita menjadi buta terhadap segala sesuatu yg nyata(sebenarnya)...Kita hanya bisa sadar dan menerima?Jangan ditolak maupun dilawan.Bisa jelaskan apa maksudnya menerima dengan ikhlas?APakah "sadar" atau "mengamati" sesungguh apa yg mesti dilakukan "sadar" atau "mengamati"?

Tentang pertanyaan Anda, semua perubahan dan perkembangan dalam meditasi harus terjadi secara alamiah, tanpa campur tangan si aku. Tubuh ini akan mengatur dirinya secara memadai apabila tidak dicampuri oleh pikiran dan si aku. Kalau batin relatif bebas dari konflik dan stres, maka tubuh ini pun akan relatif bebas dari ketegangan dan penyakit. Oleh karena itu, orang yang terbiasa bermeditasi pada umumnya tubuhnya sehat, segar, daya tahannya (imunitas) meningkat, sehingga jarang sakit atau kalau pun sakit tidak selama orang yang tidak terbiasa bermeditasi. Batinnya jernih, terang dan tenang, dan ia tidak akan pikun pada hari tuanya. Semua itu terjadi secara alamiah, tanpa perlu dicampuri dan direkayasa oleh pikiran & si aku.
Hebat banget deh..TOP...(Gw baru tau tubuh punya kearifan sendiri)
Brati jika kita lapar itu sudah ada tanda dr tubuh,tapi ketika kita "ingin" makan brati pikiran masih sangat dicemari oleh pikran

Quote
mendiamkan pikiran udah relatif lebih gampang.. cuma masih terbatas bgt.. lama-lama pikiran jadi kemana mana.. ga isa di kontrol lagih.. seperti perang yang tidak berkesudahan... bikin frustasi.. heuehuehu...
 

Memang, pikiran ini seperti monyet atau kuda liar yang tidak bisa diam, melompat-lompat ke sana kemari. Keadaan yang alamiah ini menjadi lebih parah lagi dengan adanya si aku (pikiran lagi) yang ingin mengontrol, ingin mengendalikan, karena diajarkan begitu oleh agama atau oleh guru meditasi; jadilah batin ini suatu medan pertempuran yang tidak berkesudahan seperti kata Anda. Maka saran saya: sadarilah pikiran/si aku yang ingin mengontrol/mengendalikan ini; maka keinginan mengontrol itu pun berhenti ... sekalipun pikiran masih tetap berseliweran, tetapi batin tidak lagi mencampuri dan hanya sekadar menyaksikan secara pasif ... dan lama-kelamaan pikiran itu menjadi jarang, satu-satu, dan akhirnya akan diam dengan sendirinya. -- Itulah sebabnya, bagi pemula MMD ini tidak menghasilkan apa-apa kalau hanya dilatih 1 - 2 jam saja, melainkan perlu dilatih beberapa hari non-stop.
Batin ama pikiran beda ya?Batin=pikiran sudah terhentikah?(Jika salah mohon dikoreksi).Kok pikiran masih tetapi "liar" tetapi batin tdk mencampuri hanya menyaksikan secara pasif?Maksudnya?



Quote
makin meditasi kok perasaan makin banyak yang ga beres ya sama diri ini.. suka berkecil hati saat melihat keadaan diri ini.. 

Ya, memang itu sering dialami oleh para pemula meditasi. Dalam meditasi mereka teringat akan ajaran-ajaran tentang meditasi atau ajaran agama yang pernah didengar, itu menjadi cita-cita atau gambaran [image] tentang bagaimana batin orang yang bermeditasi; tapi itu tidak sesuai dengan keadaan batinnya pada saat itu, lalu timbullah konflik bila ia melihat apa yang ada tidak sesuai dengan apa yang diharapkan atau dicita-citakan. Terjadilah konflik antara 'apa yang ada' dengan 'apa yang seharusnya' (yang ada dalam pikiran). Sadarilah konflik ini, dan batin Anda akan kembali ke dalam keadaan yang aktual (nyata), yang ada pada saat kini, betapa pun berseliwerannya pikiran pada saat itu. Itulah pintu menuju keheningan sempurna, dan realisasi dari Apa Yang Ada (Al-Haqq).
Benar seperti kata pak Hudoyo,ketika hal tdk sesuai teori maka akan menjd takut dan ragu apakah hal tsb sudah "benar" atau "tdk"

_/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #341 on: 03 June 2008, 08:39:30 PM »
Apakah MMD (Meditasi Mengenal Diri) itu? MMD adalah suatu meditasi yang unik. Bagaimana keunikannya akan terlihat dalam artikel-artikel--dan mungkin juga diskusi-diskusi--dalam thread ini.

Untuk pertama kali, saya forward artikel dari blogspot Dewi Lestari (penulis, selebriti) tentang MMD.

Salam,
hudoyo


Dari: http://dee-idea.blogspot.com/

Thursday, June 21, 2007

TUJUH TAHUN MENUJU MENDUT

Barangkali inilah artikel dengan tingkat kesulitan paling tinggi yang pernah saya tulis, karena saya akan mencoba menuliskan sesuatu yang sudah pasti tidak bisa digambarkan dengan kata-kata. Semua yang saya tulis berikut ini ibarat setetes air laut mencoba menjelaskan samudera. Kendati terdengar sia-sia, mudah-mudahan upaya ini masih punya makna.
[...]

Brati segala sesuatu adalah non sense??Cuma kosong dan tdk ada apa2???

"Nonsense", "kosong", "tidak ada apa-apa" adalah kesimpulan pikiran ... yang mencoba memahami suatu keadaan yang tidak bisa dijangkau oleh pikiran itu sendiri ... keadaan itu berada di luar pikiran ...

"Kesimpulan pikiran" itu lain sekali dengan apa yang sesungguhnya dialami ketika nanti pikiran berhenti ... di situ kamu akan melihat apa-adanya ... tanpa dicemari oleh pikiran, perasaan, keinginan dsb ... Kamu akan melihat bahwa ungkapan seperti "nonsense", "kosong", "tidak ada apa-apa" itu tidak relevan lagi ...


Quote
Mau itu perasaan,pikiran,aku,suara2 burung,internal mau eksternal adalah hanya sebuah fenomena yg muncul dan lenyap begitu saja??

Coba renungkan 'kesimpulan pikiran' ini lagi: "HANYA sebuah fenomena yg muncul dan lenyap BEGITU SAJA??" ... Kata-kata yang saya beri bold itu menunjukkan bahwa 'kesimpulan pikiran' itu terkondisi oleh keadaannya sekarang beserta harapan & keinginannya ... karena tidak sesuai dengan harapannya, maka apa yang dilihatnya dinilainya sebagai "hanya" dan "begitu saja" ...

Padahal jika kamu nanti mengalami sendiri hal itu ... artinya, kamu melihat ANICCA ... dan kalau kamu mampu MELIHAT Anicca ... secara otomatis kamu BEBAS dari Anicca ... Nanti, kamu akan menyadari bahwa 'kesimpulan pikiran' tadi --"hanya", "begitu saja"-- ternyata tidak pas untuk menyatakan kebebasan itu ...


Quote
Tugas kita hanya mengamati segala sesuatu yg muncul dan lenyap tanpa mempertahankan apapun??Dan tugas kita bahkan tdk untuk sekedar "Sadar" tetapi hanya mengamati setiap "Kesdran" itu?

Jangan melihat itu sebagai "tugas", "cara" atau "metode" ... sebab, kalau kamu merasa HARUS melakukan itu sebagi "tugas" ... maka kamu akan berhadapan dengan kenyataan bahwa batinmu akan selalu menanggapi apa yang kamu alami ... batinmu tidak netral ... kalau ada yang enak, nyaman, ingin kamu pertahankan ... kalau ada yang tidak enak, tidak nyaman, kamu tolak ...

Maka akan terjadi konflik antara 'apa yang harus dilakukan' dan 'apa yang sesungguhnya terjadi' ... konflik ini akan menghambat meditasi ...

Jadi, sekali lagi, jangan memegang "tugas", "cara", "metode" apa pun ... Lihat saja setiap fenomena badan & batin ... termasuk melihat reaksi batin terhadap apa yang muncul ...


Quote
Kemudian mengamati tanpa melihat label??Ketika mendengar suara burung hanya mendengar sajakah??Tanpa berpikir itu adl suara burung?Apakah seperti itu disebut mengamati tanpa memberi label??Seperti "perasaan","bosan","pegal" dll?

Ini juga sama ... ketika pancaindra melihat atau mencerap sesuatu ... mau tidak mau timbul pikiran yang memberi label ... sadari saja timbulnya label-label itu ... dengan demikian, pikiran itu tidak berlarut-larut ... tidak berpikir berkepanjangan ... Kamu tidak mungkin melihat tanpa memberi label pada saat sekarang ... Itu akan datang dengan sendirinya nanti ... bukan disengaja, atau diupayakan ...


Quote
BRati apakah ketika untuk mencapai persepsi murni kita harus berhenti berpikir dan memberi label terhadap setiap fenomena yg muncul dan lenyap?

Jangan bercita-cita untuk "mencapai persepsi murni" ... jangan berupaya untuk "berhenti berpikir", jangan berupaya untuk "berhenti memberi label" ... Alih-alih, sadari saja ketika setiap persepsi hampir selalu diikuti oleh pikiran & pelabelan ...


Quote
Intinya tugas kita cuma 1kah??Yakni mengamati segala fenomena tanpa mengubahnya...Mendengar mendengarlah tanpa memberi label suara apa yg kita dengar?(merinding gw saat membaca artikel pertama dr pak Hudoyo)
_/\_

Sekali lagi, jangan melihat itu sebagai "tugas" ... alih-alih 'lihat apa adanya' termasuk juga melihat setiap REAKSI pikiran, pelabelan yang terjadi ... yang TIDAK MUNGKIN berhenti secara instan.

*****

Nah, saya rasa instruksinya sederhana sekali ... dan tidak perlu dipikir-pikir, dianalisis dsb ...

Yang penting dalam meditasi adalah PRAKTIK ... tanpa praktik, tidak ada gunanya bicara tentang meditasi ... Bacalah diskusi saya dengan Andi Cahya ... di situ yang dibicarakan adalah masalah-masalah yang ditemukan di dalam praktik ... bukan cuma berteori ...

Nah, silakan Riky mempraktikkan meditasi yang instruksinya sangat sederhana itu ... Dan dalam posting yang akan datang kamu laporkan apa yang kamu alami dalam praktik itu ... tanpa berteori lagi.

Salam,
hudoyo


Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #342 on: 03 June 2008, 08:45:28 PM »
Oke pak...Sadari saja semuanya tanpa ditolak maupun diterima tanpa digengam maupun dilepas sadari sadari sadari segala fenomena yg muncul maunpun lenyap...
_/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #343 on: 03 June 2008, 08:46:04 PM »
Pak praktiknya maksud bebas bukan??Tdk duduk bersila tutup mata...
Tapi segala sesuatu yg dilakukan?
_/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #344 on: 03 June 2008, 08:49:07 PM »
Jangan berteori lepaskan segalanya lupakah segala analis pengetahuan biarkan dia mengalir jangan memaksanya........
_/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...