//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: MMD (Meditasi Mengenal Diri)  (Read 570576 times)

0 Members and 3 Guests are viewing this topic.

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #255 on: 15 May 2008, 04:46:09 AM »
Maksudnya dengan mengamati secara pasif seperti ini bukan:

Saya bermeditasi, lalu tiba2 kaki saya gatal, lalu saya bilang dalam hati "oh, ada rasa gatal di kaki saya", begitu?

Mari kita lihat prosesnya: (1) ada rasa gatal > (2) batin menyadari rasa gatal itu > (3) batin berpikir/berkata: "Wah, gatal" ... Di situ ada dua peristiwa: (A) rasa gatal dan (B) pikiran yang bicara. ... Nah, cobalah sadari, di samping rasa gatal itu, juga pikiran yang bicara tadi. ... Kalau disadari, pikiran itu akan berhenti. ... Yang tinggal hanyalah rasa gatal saja dalam kesadaran kita. ... Jadi batin tetap berada pada keadaan #2, tidak melanjut ke #3. ... Yang ada hanya (A), tanpa (B). ... Itulah maksudnya SADAR secara PASIF.

Saya tidak terlalu suka menggunakan kata 'MENGAMATI', karena di situ terkesan ada suatu tindakan aktif dari si aku ... juga ada kesan KONSENTRASI pada obyek yang diamati. ... Sebaiknya digunakan 'SADARI'.

Salam,
Hudoyo

« Last Edit: 15 May 2008, 04:48:17 AM by hudoyo »

Offline EVO

  • Sebelumnya Metta
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.369
  • Reputasi: 60
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #256 on: 15 May 2008, 08:24:44 AM »
Mari kita lihat prosesnya: (1) ada rasa gatal > (2) batin menyadari rasa gatal itu > (3) batin berpikir/berkata: "Wah, gatal" .
yang menghubungkan kita ama.... rasa gatal itu.... adalah pikiran kita......
kalau pikiran akan rasa gatal itu hilang.......
otomatis rasa gatal itu akan hilang .....
yang ada tinggal kesadaran aja....
dan ini berlaku untuk apapun yang timbul dalam proses 'menyadari batin' kita
benar tak mo....

Offline Lex Chan

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.437
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
  • Love everybody, not every body...
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #257 on: 15 May 2008, 09:35:53 AM »
Laporan "permainan kematian yang gila":

Aneh, akhir2 ini kok saya jadi tidak peduli lagi dengan permainan itu...
Masih ingat dan tahu mengenai permainan itu, tapi... (sulit diungkapkan dengan kata2).. :)
“Give the world the best you have and you may get hurt. Give the world your best anyway”
-Mother Teresa-

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #258 on: 15 May 2008, 09:58:58 AM »
yang menghubungkan kita ama.... rasa gatal itu.... adalah pikiran kita......
kalau pikiran akan rasa gatal itu hilang.......
otomatis rasa gatal itu akan hilang .....
yang ada tinggal kesadaran aja....
dan ini berlaku untuk apapun yang timbul dalam proses 'menyadari batin' kita
benar tak mo....

Rasa gatal itu tetap ada ... tapi tidak ada lagi pikiran yang menanggapinya ... jadi 100% rasa gatal itu tidak mengganggu lagi ... seolah-olah tidak ada.


Offline Lex Chan

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.437
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
  • Love everybody, not every body...
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #259 on: 15 May 2008, 10:22:03 AM »
Quote
jangan juga berusaha mengamati.. sang EGO ini sangat nakal.. dari pengalaman saya.. bila seseorang bersikukuh mengamati EGO.. suatu hari sang EGO bisa belajar trik baru yaitu trik MATI SURI.. EGO dapat menjadi diam untuk beberapa lama.. menjadi begitu tenang.. sampai kita yakin bahwa kita telah tercerahkan.. dan kembali menyusup dengan jalan yang sangat halus bila hal ini terjadi.. sangat berbahaya.. sangat sulit untuk menyadari hal ini.. 

Mungkin ini yang pernah saya alami.. Memang aneh rasanya..
Saya mengalami "KESADARAN BARU", batin yang hening di mana tidak ada lagi keinginan untuk melanggar Pancasila Buddhis..
Saat itu, kalau merujuk kepada teori, saya pikir jangan2 saya sudah sotapanna.. ;D
Eh, ternyata itu hanya sementara.. Kenyataannya, saya masih "seperti yang dulu".. :)

Si "EGO" pura2 mati untuk sementara waktu, mencoba untuk meyakinkan bahwa si "EGO" sudah mati.
“Give the world the best you have and you may get hurt. Give the world your best anyway”
-Mother Teresa-

Offline uwi

  • Teman
  • **
  • Posts: 98
  • Reputasi: 8
  • Gender: Male
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #260 on: 15 May 2008, 11:35:25 AM »
^^saya belum pernah lihat ego pura2 mati, kayaknya sih karena saking kuatnya ego saya :D
"Etam mama, eso hamasmi, eso me atta 'ti."

Offline EVO

  • Sebelumnya Metta
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.369
  • Reputasi: 60
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #261 on: 15 May 2008, 12:09:46 PM »
kenapa hasil dari setiap permainan orang berbeda
apakah itu pengaruh dari si pengetahuan yang di pelopori oleh si pikiran

Offline Lex Chan

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.437
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
  • Love everybody, not every body...
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #262 on: 15 May 2008, 12:43:42 PM »
kenapa hasil dari setiap permainan orang berbeda
apakah itu pengaruh dari si pengetahuan yang di pelopori oleh si pikiran

Lha, tahu dari mana hasilnya beda?
Saya belum dapat laporan dari pemain lainnya tuh..
“Give the world the best you have and you may get hurt. Give the world your best anyway”
-Mother Teresa-

Offline EVO

  • Sebelumnya Metta
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.369
  • Reputasi: 60
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #263 on: 15 May 2008, 12:54:49 PM »
kan ada aku
cuman saja aku ngak full
jadi aku membuat catatan sendiri
perasaan batin yang bergejolak

Offline Lex Chan

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.437
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
  • Love everybody, not every body...
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #264 on: 15 May 2008, 01:01:23 PM »
kan ada aku
cuman saja aku ngak full
jadi aku membuat catatan sendiri
perasaan batin yang bergejolak

Gejolaknya bagaimana?
Bisa diceritakan?
“Give the world the best you have and you may get hurt. Give the world your best anyway”
-Mother Teresa-

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Diskusi Ded12 - AndiCahya: "Rasa" dan "Aku"
« Reply #265 on: 16 May 2008, 10:22:21 AM »
DED12:

maaf ikut nanya,
kayanya semuanya cuman permainan rasa aja kan ?.

===================
SEMAR:

Dalam tulisan-tulisan Madman, rasa/emosi sudah tidak mendominasi, sudah teramati, dan dalam banyak hal sudah berhenti. Jadi tidak "bermain" lagi.

Kata-kata Madman berasal dari keadaan sadar/eling, bukan dari pikiran, bukan dari rasa. Jadi berasal dari kesadaran yang tinggi, bukan "cuman".

===================
DED12:

Salam kenal Om, minta ijin nanya lg ya.
Trus kapan perubahan itu terjadi, maksud saya kapan rasa mengamati itu muncul?, kan disini masih ada rasa kan om? walaupun rasa disini bersifat pasif.

==================
ANDI CAHYA:

Quote
maaf ikut nanya,
kayanya semuanya cuman permainan rasa aja kan ?.
-hm.. kalau om Ded12 menganggapnya demikian, tidak masalah.. boleh kok dipandang sebagai permainan rasa
-mungkin yang perlu disadari.. yang mengatakan bahwa "kayanya semua ini cuman permainan rasa" adalah PIKIRAN  hehehe...
-hmm.. disini saya banyak menekankan tentang rasa.. karena pada umumnya kita terlalu terbelenggu dengan pikiran..
-agar, pikiran tidak terlalu merajalela.. saya ajak bermain tentang rasa  tujuannya adalah untuk menunjukan.. bahwa diri manusia itu bukan hanya pikiran.. tapi masih ada yang lain.. yaitu "rasa"..
-tapi sungguh sangat sayang bila hanya berhenti sampai rasa.. manusia itu lebih dari sekedar pikiran dan rasa  masih ada kelanjutannya..
-hehehe.. tapi kelanjutannya, bisa anda temukan sendiri dengan mudah, bila om Ded12 telah keluar dari alam "pikiran" dan telah masuk ke alam "rasa"
-jadi permainan rasa itu hanya sebagian kecil dari lifetualty.. kalau bicara tentang keseluruhan.. atau "semua".. hmm.. lifetualty itu mungkin lebih cocok bila disebut "pembicaraan mengenai kehidupan"


Quote
Trus kapan perubahan itu terjadi, maksud saya kapan rasa mengamati itu muncul?, kan disini masih ada rasa kan om? walaupun rasa disini bersifat pasif.
-wah.. "rasa mengamati" itu apa om?
-kalau menurut saya, mengamati itu merupakan sebuah keadaan.. dimana kita tidak lagi melakukan aktifitas berfikir.. akan tetapi tetap sadar  (orang pingsan karena dibius/kejedot, bisa jadi pikirannya berhenti, tapi tidak sadar)
-jadi mengamati itu, kalau di tata bahasa masuknya ke predikat, atau kata kerja.. bukan kata sifat.. jadi tidak berasa..
-betul, masih ada rasa pada mengamati.. sama seperti kita melakukan perbuatan "makan".. masih ada rasa "mie baso".. tapi karena pikiran berhenti, maka tidak ada lagi yang menilai ini rasanya enak.. ini rasanya tidak enak.. rasa mie baso, ya rasa mie baso..
-sama seperti waktu berlari.. apa rasa berlari? okey.. kalo lari panjang maka kita akan merasa cape.. atau lelah.. tapi rasa cape dan rasa lelah itu bukan lah rasa dari berlari.. karena bisa juga kita berlari pendek dan tidak merasa cape
-jadi perlu dipahami, bahwa rasa memang betul masih ada (rasa dari panca indra) tapi rasa yang ada tersebut bukanlah "rasa mengamati".. karena mengamati itu adalah keadaan.. kata kerja.. tidak berasa.
-rasa dari panca indra itu pun, belum tentu pasti terjadi didalam mengamati.. karena dalam meditasi bisa jadi seseorang bahkan tidak merasakan apapun sama sekali.. tidak melihat apapun, tidak mendengar apapun, tidak merasa apapun...

-hmmp.. kapan perubahan itu terjadi?
-tidak ada perubahan yang terjadi  jadi ginih.. misalnya saat kita minum kopi satu gelas..
-setengah gelas kita minum kopi itu ketika kita lagi nonton film horor yang sangat menakutkan..
-setengah gelasnya lagi.. kita minum sambil memejamkan mata.. pikiran tidak berbicara sama sekali.. diminum secara perlahan.. dengan nafas yang rileks..
-bila kita cukup normal.. maka rasa kopi tersebut akan berbeda antara yang diminum ketika nonton film horor, dengan yang diminum dengan penghayatan
-okey.. kopinya masih sama.. lidah yang merasakan kopinya masih sama.. tapi rasanya bisa berbeda.. apakah ada yang berubah? sebenarnya tidak ada yang berubah.. semua masih tetap sama.. rasanya memang berbeda, tapi masih merupakan rasa yang sama..
-nah, mengenai rasa yang bersifat pasif.. hehehe saya nda ngerti om Ded12.. mungkin om bisa menjelaskan disini bagaimana rasa yang pasif, dan seperti apa rasa yang aktif itu
-dalam mengamati.. yang diamati itu bukan hanya rasa.. tapi pikiran juga.. hehehe.. kalau pikiran tidak diamati juga.. maka rasa yang diamati akan di analisis oleh pikiran.. dan pengamatan tidak terjadi, karena saat itu kita tidak sedang mengamati tapi sedang menganalisis.. sedang berfikir...
-mengamati itu adalah berada disini saat ini sekarang. hanya itu.. hanya berada saat ini disini sekarang titik!.. kalau kita berfikir, berarti tidak berada di saat ini lagi..

-hmm.. maaf ya om.. agak panjang lebar , mungkin sebagian om Ded12 sudah mengerti.. hehehe, tapi kalau ga di omongin, takutnya orang lain (yang ikut membaca) jadi salah mengerti

=======================
DED12:
 
Quote
-hehehe.. tapi kelanjutannya, bisa anda temukan sendiri dengan mudah, bila om Ded12 telah keluar dari alam "pikiran" dan telah masuk ke alam "rasa"
Bisakah dirasakan perubahan keluar dari alam "pikiran" dan telah masuk ke alam "rasa"


Quote
-jadi perlu dipahami, bahwa rasa memang betul masih ada (rasa dari panca indra) tapi rasa yang ada tersebut bukanlah "rasa mengamati"

.. Trus kalo bukan "rasa mengamati" apa dong istilahnya?


Quote
-nah, mengenai rasa yang bersifat pasif..

Maaf kalo saya salah memakai istilah, maksud saya "rasa mengamati" atau apa saja namanya.


Quote
-dalam mengamati.. yang diamati itu bukan hanya rasa.. tapi pikiran juga.. hehehe.. kalau pikiran tidak diamati juga.. maka rasa yang diamati akan di analisis oleh pikiran.. dan pengamatan tidak terjadi, karena saat itu kita tidak sedang mengamati tapi sedang menganalisis.. sedang berfikir...

Bukankah yang perlu diamati disini adalah rasa, tempat bersemayamnya si AKU


Quote
-mengamati itu adalah berada disini saat ini sekarang. hanya itu.. hanya berada saat ini disini sekarang titik!.. kalau kita berfikir, berarti tidak berada di saat ini lagi..

yang ini aku setuju

==========================
ANDI CAHYA:

Quote
Bisakah dirasakan perubahan keluar dari alam "pikiran" dan telah masuk ke alam "rasa"
 
-hmm.. sangat sulit menjawab pertanyaan ini.. karena ada kemungkinan pengertian om Ded12 tentang "rasa" berbeda dengan saya
-karena itu mungkin perlu di ungkapkan apa yang saya maksud dengan "rasa" pada post saya.
-menurut saya, rasa itu adalah persepsi panca indra (melihat, mendengar, meraba, mengecap, dan mencium) dan perasaan (bahagia, sedih, marah, dll).
-nah.. masuk ke alam "rasa" berarti hanya me-rasa..
-saat itu aktifitas pikiran akan sangat berkurang.. keadaan pikiran saat itu biasanya berupa letupan-letupan pikiran yang sepenggal sepenggal.. dan tidak berlanjut menjadi perenungan / pemikiran.
-bila ditanyakan apakah bisa dirasakan perubahan dari alam pikiran ke alam rasa..
-bila saya jawab bisa, maka akan terjadi ke-aneh-an pola pikir yaitu: indra yang mana yang merasakannya? apakah mata,hidung,atau keseluruhan? atau perasaan apa yang timbul? apakah senang, sedih, bahagia, tenang?..
-bila saya jawab tidak bisa, maka akan terjadi juga ke-aneh-an pola pikir yaitu: bagaimana mungkin masuk alam rasa tapi tidak bisa dirasakan
-hehehe... karena itu, saya samakan terlebih dahulu.. pengertian rasa disini.. yaitu sebatas panca indra & perasaan (emosi)
-perpindahan dari alam pikiran ke alam rasa.. tidak dapat dirasakan (mengacu pada pengertian rasa = panca indra & perasaan/emosi) tapi dapat disadari


Quote
.. Trus kalo bukan "rasa mengamati" apa dong istilahnya?

-hanya rasa.. yaitu rasa dari panca indra & perasaan yang berupa emosi..


Quote
Maaf kalo saya salah memakai istilah, maksud saya "rasa mengamati" atau apa saja namanya.
 
-ampun om.. tidak ada yang salah.. dan saya tidak bermaksud menyalahkan.. justru, saya mau minta maaf.. kalau sampai ada yang salah, sayalah orangnya  disini saya hanya berniat berbicara tentang hidup.. bukan tentang benar atau salah.
-hmm.. mungkin, yang om Ded12 maksud dengan "rasa mengamati" itu adalah "kesadaran bahwa kita sedang mengamati"
-bila memang demikian.. tidak ada yang salah dengan istilah "rasa mengamati", hanya saja kita perlu sedikit hati-hati.. karena kesadaran bukanlah rasa.
-didalam tidur.. kita dapat merasa takut.. dapat merasa senang.. bahkan dapat merasakan enaknya ayam goreng atau rasa sakit.. tapi saat itu kita tidak sadarkan diri..
-berada dalam mimpi kita bisa me-rasa tanpa kesadaran..


Quote
Bukankah yang perlu diamati disini adalah rasa, tempat bersemayamnya si AKU
 
-dalam mengamati.. yang diamati adalah pikiran, rasa, lingkungan.. pada saat yang bersamaan..
-wah... kalau menurut saya.. si AKU/EGO itu bersemayam di pikiran... karena itu saat pikiran tidak ada maka EGO pun ikut ikutan jadi tiada..
-yang selama ini mengendalikan hidup bukan rasa tapi pikiran.. rasa lapar, dimanipulasi oleh pikiran menjadi keinginan untuk makan makanan yang enak dan mahal..
-rasa puas diri yang sederhana dimanipulasi oleh pikiran menjadi pengejaran jabatan dan pencarian kekuasaan..
-rasa kebahagiaan.. dimanipulasi oleh pikiran menjadi keinginan untuk menjadi orang kaya yang mencari uang dengan jalan apapun dan menghalalkan segala cara..
-padahal.. rasa lapar bisa terpuaskan hanya dengan nasi dan garam..
-padahal.. rasa puas diri bisa terpuaskan hanya dengan menjadi diri sendiri apa adanya...
-padahal.. rasa kebahagiaan dapat diperoleh dengan menyadari bahwa diri ini merupakan bagian dari kehidupan..

-ah.. mungkin demikian lah batas kemampuan dan pengetahuan serta kesadaran saya dalam mengomentari tulisan om Ded12.. mohon maaf bila penuh kekurangan.. dan semoga bermanfaat

============================
SEMAR:

Tampaknya diskusi antara Madman dan Ded12 ini menjadi simpang-siur karena ada dua kata kunci yang dimaknai (didefinisikan) secara berbeda, bahkan bertolak belakang, oleh Madman dan oleh Ded12.

Karena bahasa Indonesia masih relatif baru dan masih berkembang, maka beberapa istilah, terutama yang menyangkut kejiwaan, masih simpang siur maknanya; ini berbeda dengan bahasa Inggris, misalnya, yang sudah tertata selama ratusan tahun - setiap istilah sudah mempunyai makna yang baku. Oleh karena itu, jika dalam bahasa Indonesia ada istilah-istilah yang mendua maknanya, sebaiknya disamakan dulu persepsinya dengan mengacu pada bahasa Inggris.

Kata kunci itu adalah:

(1) "RASA"

Madman memaknai 'rasa' itu kadang-kadang sebagai 'sensation' (apa yang dirasakan melalui pancaindra), dan kadang-kadang sebagai 'emotion' (reaksi batiniah terhadap 'sensation', biasanya menyertai 'pikiran'). Singkatnya, bagi Madman, 'rasa' itu sepenuhnya bersifat "duniawi".

Pengertian Ded12 tentang 'rasa' masih kabur bagi saya - sekalipun di sana-sini saya melihat Ded12 memaknai 'rasa' sebagai 'kesadaran' atau 'keadaan batin' (state of mind), seperti dalam ungkapan "rasa mengamati", "alam rasa", "rasa tempat bersemayamnya Aku". Dalam bahasa Jawa ada istilah 'rahsa', yang definisinya pun kabur; malah sering dikatakan 'rahsa' itu hanya bisa dialami, tapi tidak bisa dipikirkan. Di sini 'rahsa' mempunyai makna "transendental" (mengatasi pikiran), berbeda dengan makna yang diberikan oleh Madman.

(2) "AKU"

Ded12, yang mulai menampilkan istilah 'Aku' dalam diskusi ini tampaknya memaknai 'Aku' itu sebagai entitas yang "tinggi" yang mengatasi pikiran, emosi, perasaan, keinginan dsb. Jadi, bagi Ded12, 'Aku' itu juga mempunyai pengertian "transendental", mengatasi pikiran yang "duniawi"; ini memang sering merupakan salah satu pokok pikiran dalam banyak sistem pemikiran spiritual dan keagamaan.

Madman justru memaknai 'Aku' itu sebagai sinonim (sama, tidak lebih) dari 'ego', pikiran, emosi, perasaan, keinginan itu sendiri; jadi Madman memaknai 'aku' itu sebagai sepenuhnya "duniawi", bukan "transendental".

Kesimpulan:

Ded12 berangkat dari paradigma spiritual yang mengasumsikan adanya suatu entitas yang dapat dikenali dan diberi label "Aku", yang berada di "alam rahsa" yang bersifat "transendental".

Madman berangkat dari kenyataan aktual yang bisa dirasakan oleh semua manusia, tanpa berteori atau berspekulasi tentang keadaan batin "transendental".

Komentar saya:

Sesungguhnya batin manusia itu tidak bisa dipersepsikan sebagai "alam-alam" yang terpisah satu sama lain, seperti "alam pikiran", "alam rasa" dsb. Batin manusia adalah kesatuan dari proses-proses, yang mempunyai banyak komponen yang masing-masing merupakan proses pula. Tidak ada yang statis dalam batin manusia.

Kalau kita memahami perbedaan pemaknaan dari istilah 'rasa', maka yang dimaksud dengan pertanyaan Ded12, "Bisakah dirasakan perubahan keluar dari alam 'pikiran' dan telah masuk ke alam 'rasa'", sesungguhnya adalah "Bisakah 'dirasakan, disadari, dialami' berhentinya 'pikiran' dan munculnya keadaan batin (state of mind) di mana 'pikiran' berhenti (tanpa berteori atau berspekulasi tentang hakikat keadaan batin itu)?"

Jawabannya sebetulnya sederhana saja: karena di situ sudah dikatakan bahwa 'pikiran berhenti', maka jelas tidak ada instrumen lagi untuk memberi label, mengkategorikan, membandingkan, dan mengenali. Singkatnya, keadaan batin yang mengatasi pikiran itu tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata, dengan demikian tidak bisa diberi label, misalnya "Tuhan", "Aku" dsb. Dengan memberi label berarti pikiran kita telah menyeret keadaan itu ke tingkat pikiran, yang sebetulnya tidak sesuai dengan hakikatnya sendiri.

Orang yang berada pada keadaan batin yang mengatasi pikiran itu ibaratnya orang yang bangun dari tidur bermimpi, sedangkan orang yang terus berkutat dengan pikirannya itu ibarat orang yang tidur bermimpi, kadang-kadang mimpi indah, kadang-kadang mimpi buruk. - Orang yang bangun TAHU perbedaan antara keadaan bangun dan keadaan bermimpi, tetapi ia tidak bisa menceritakan perbedaan itu kepada orang yang sedang bermimpi (orang yang masih terbelenggu dalam pikirannya sendiri). - Di sini, justru orang yang bangun itu pikirannya sudah berhenti, akunya sudah berakhir. - Oleh karena itu, kata "Buddha" berarti "Yang Telah Bangun" (The Awakened One).

Salam,
semar

=======================
DED12:

Salam kenal Om Semar, thanks pencerahannya.

Karena hidup maka ada rasa, bisakah orang yang tidak punya rasa dikatakan hidup?, terlepas dari sadar atau tidak sadar orang tersebut.

=======================
SEMAR:

Salam kenal kembali, Mas Ded12.


Quote
bisakah orang yang tidak punya rasa dikatakan hidup?,
 
Kalau yang dimaksud dengan 'rasa' itu 'emosi' (rasa senang, rasa susah, rasa menderita, rasa bahagia dsb), maka 'rasa' itu adalah REAKSI batin terhadap segala rangsangan yang masuk melalui pancaindra maupun ingatan yang muncul dalam batinnya. - Bila batin sudah tidak bereaksi lagi terhadap lingkungan, dengan kata lain bila batin sudah masuk ke dalam keheningan yang sempurna, tidak ada lagi rasa senang dan susah. - Justru itulah HIDUP YANG SEJATI.

Salam,
semar

=======================
ANDI CAHYA:

heueheu..... as simple as that! sesederhana itu..
terima kasih om semar, telah menjelaskan kesimpangsiuran, yang terjadi..
-hmm.. kalau diruntut lagi dari awal, hal ini terjadi karena saya banyak omong mengenai alam rasa & alam pikiran  heueheueu...
-tadinya, saya pisahkan alam rasa & alam pikiran.. agar EGO dapat mulai memperhatikan "rasa".. yang biasanya selama ini tidak diperhatikan sama sekali.. karena terlalu banyak berfikir.. gunanya agar aktifitas pikiran dapat dikurangi dalam kehidupan sehari hari..
-heuehueu.. nda sangka.. di dalam bahasa jawa, pengertian rahsa itu lain sekali..
-kenyataannya, ya seperti yang om semar bilang:
"Sesungguhnya batin manusia itu tidak bisa dipersepsikan sebagai "alam-alam" yang terpisah satu sama lain, seperti "alam pikiran", "alam rasa" dsb. Batin manusia adalah kesatuan dari proses-proses, yang mempunyai banyak komponen yang masing-masing merupakan proses pula. Tidak ada yang statis dalam batin manusia."
-heuheu... beberapa hari ini.. benar-benar menjadi pengalaman berharga buat saya.. kemarin.. bermasalah dengan "semangat hidup".. heuehueehu... sekarang.. "alam rasa & alam pikiran"..
-apa yang saya maksud.. apa yang saya ingin sampaikan.. diterima secara berbeda.. di artikan dengan sangat berbeda..
-heueheuehu good...

madman.

Offline gendhisjawi

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 5
  • Reputasi: 0
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #266 on: 18 May 2008, 10:36:07 PM »
Kepada rekan-rekan Budhis, saya sampaikan Selamat Merayakan Waisak.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #267 on: 18 May 2008, 11:22:13 PM »
_/\_
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Umat Awam

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 770
  • Reputasi: 28
  • Gender: Male
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #268 on: 19 May 2008, 07:55:20 AM »
Happy Vesak too... _/\_

Offline Lex Chan

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.437
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
  • Love everybody, not every body...
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #269 on: 20 May 2008, 02:24:47 PM »
Laporan "permainan kematian yang gila":

Mungkin ini ungkapan yang aneh dan konyol bagi sebagian orang..

Saya cuma mau bilang, ternyata "mati itu nikmat".. ;D
Bukan "mati" sebagai tutup usia, tetapi "mati" sebagai berhenti..
Tidak ada lagi yang perlu dikejar, mati ya mati saja.. :)

Semakin dekat waktunya, semakin merindukannya.. ^-^
“Give the world the best you have and you may get hurt. Give the world your best anyway”
-Mother Teresa-

 

anything