DED12:maaf ikut nanya,
kayanya semuanya cuman permainan rasa aja kan ?.
===================
SEMAR:Dalam tulisan-tulisan Madman, rasa/emosi sudah tidak mendominasi, sudah teramati, dan dalam banyak hal sudah berhenti. Jadi tidak "bermain" lagi.
Kata-kata Madman berasal dari keadaan sadar/eling, bukan dari pikiran, bukan dari rasa. Jadi berasal dari kesadaran yang tinggi, bukan "cuman".
===================
DED12:Salam kenal Om, minta ijin nanya lg ya.
Trus kapan perubahan itu terjadi, maksud saya kapan rasa mengamati itu muncul?, kan disini masih ada rasa kan om? walaupun rasa disini bersifat pasif.
==================
ANDI CAHYA:maaf ikut nanya,
kayanya semuanya cuman permainan rasa aja kan ?.
-hm.. kalau om Ded12 menganggapnya demikian, tidak masalah.. boleh kok dipandang sebagai permainan rasa
-mungkin yang perlu disadari.. yang mengatakan bahwa "kayanya semua ini cuman permainan rasa" adalah PIKIRAN hehehe...
-hmm.. disini saya banyak menekankan tentang rasa.. karena pada umumnya kita terlalu terbelenggu dengan pikiran..
-agar, pikiran tidak terlalu merajalela.. saya ajak bermain tentang rasa tujuannya adalah untuk menunjukan.. bahwa diri manusia itu bukan hanya pikiran.. tapi masih ada yang lain.. yaitu "rasa"..
-tapi sungguh sangat sayang bila hanya berhenti sampai rasa.. manusia itu lebih dari sekedar pikiran dan rasa masih ada kelanjutannya..
-hehehe.. tapi kelanjutannya, bisa anda temukan sendiri dengan mudah, bila om Ded12 telah keluar dari alam "pikiran" dan telah masuk ke alam "rasa"
-jadi permainan rasa itu hanya sebagian kecil dari lifetualty.. kalau bicara tentang keseluruhan.. atau "semua".. hmm.. lifetualty itu mungkin lebih cocok bila disebut "pembicaraan mengenai kehidupan"
Trus kapan perubahan itu terjadi, maksud saya kapan rasa mengamati itu muncul?, kan disini masih ada rasa kan om? walaupun rasa disini bersifat pasif.
-wah.. "rasa mengamati" itu apa om?
-kalau menurut saya, mengamati itu merupakan sebuah keadaan.. dimana kita tidak lagi melakukan aktifitas berfikir.. akan tetapi tetap sadar (orang pingsan karena dibius/kejedot, bisa jadi pikirannya berhenti, tapi tidak sadar)
-jadi mengamati itu, kalau di tata bahasa masuknya ke predikat, atau kata kerja.. bukan kata sifat.. jadi tidak berasa..
-betul, masih ada rasa pada mengamati.. sama seperti kita melakukan perbuatan "makan".. masih ada rasa "mie baso".. tapi karena pikiran berhenti, maka tidak ada lagi yang menilai ini rasanya enak.. ini rasanya tidak enak.. rasa mie baso, ya rasa mie baso..
-sama seperti waktu berlari.. apa rasa berlari? okey.. kalo lari panjang maka kita akan merasa cape.. atau lelah.. tapi rasa cape dan rasa lelah itu bukan lah rasa dari berlari.. karena bisa juga kita berlari pendek dan tidak merasa cape
-jadi perlu dipahami, bahwa rasa memang betul masih ada (rasa dari panca indra) tapi rasa yang ada tersebut bukanlah "rasa mengamati".. karena mengamati itu adalah keadaan.. kata kerja.. tidak berasa.
-rasa dari panca indra itu pun, belum tentu pasti terjadi didalam mengamati.. karena dalam meditasi bisa jadi seseorang bahkan tidak merasakan apapun sama sekali.. tidak melihat apapun, tidak mendengar apapun, tidak merasa apapun...
-hmmp.. kapan perubahan itu terjadi?
-tidak ada perubahan yang terjadi jadi ginih.. misalnya saat kita minum kopi satu gelas..
-setengah gelas kita minum kopi itu ketika kita lagi nonton film horor yang sangat menakutkan..
-setengah gelasnya lagi.. kita minum sambil memejamkan mata.. pikiran tidak berbicara sama sekali.. diminum secara perlahan.. dengan nafas yang rileks..
-bila kita cukup normal.. maka rasa kopi tersebut akan berbeda antara yang diminum ketika nonton film horor, dengan yang diminum dengan penghayatan
-okey.. kopinya masih sama.. lidah yang merasakan kopinya masih sama.. tapi rasanya bisa berbeda.. apakah ada yang berubah? sebenarnya tidak ada yang berubah.. semua masih tetap sama.. rasanya memang berbeda, tapi masih merupakan rasa yang sama..
-nah, mengenai rasa yang bersifat pasif.. hehehe saya nda ngerti om Ded12.. mungkin om bisa menjelaskan disini bagaimana rasa yang pasif, dan seperti apa rasa yang aktif itu
-dalam mengamati.. yang diamati itu bukan hanya rasa.. tapi pikiran juga.. hehehe.. kalau pikiran tidak diamati juga.. maka rasa yang diamati akan di analisis oleh pikiran.. dan pengamatan tidak terjadi, karena saat itu kita tidak sedang mengamati tapi sedang menganalisis.. sedang berfikir...
-mengamati itu adalah berada disini saat ini sekarang. hanya itu.. hanya berada saat ini disini sekarang titik!.. kalau kita berfikir, berarti tidak berada di saat ini lagi..
-hmm.. maaf ya om.. agak panjang lebar , mungkin sebagian om Ded12 sudah mengerti.. hehehe, tapi kalau ga di omongin, takutnya orang lain (yang ikut membaca) jadi salah mengerti
=======================
DED12: -hehehe.. tapi kelanjutannya, bisa anda temukan sendiri dengan mudah, bila om Ded12 telah keluar dari alam "pikiran" dan telah masuk ke alam "rasa"
Bisakah dirasakan perubahan keluar dari alam "pikiran" dan telah masuk ke alam "rasa"
-jadi perlu dipahami, bahwa rasa memang betul masih ada (rasa dari panca indra) tapi rasa yang ada tersebut bukanlah "rasa mengamati"
.. Trus kalo bukan "rasa mengamati" apa dong istilahnya?
-nah, mengenai rasa yang bersifat pasif..
Maaf kalo saya salah memakai istilah, maksud saya "rasa mengamati" atau apa saja namanya.
-dalam mengamati.. yang diamati itu bukan hanya rasa.. tapi pikiran juga.. hehehe.. kalau pikiran tidak diamati juga.. maka rasa yang diamati akan di analisis oleh pikiran.. dan pengamatan tidak terjadi, karena saat itu kita tidak sedang mengamati tapi sedang menganalisis.. sedang berfikir...
Bukankah yang perlu diamati disini adalah rasa, tempat bersemayamnya si AKU
-mengamati itu adalah berada disini saat ini sekarang. hanya itu.. hanya berada saat ini disini sekarang titik!.. kalau kita berfikir, berarti tidak berada di saat ini lagi..
yang ini aku setuju
==========================
ANDI CAHYA:Bisakah dirasakan perubahan keluar dari alam "pikiran" dan telah masuk ke alam "rasa"
-hmm.. sangat sulit menjawab pertanyaan ini.. karena ada kemungkinan pengertian om Ded12 tentang "rasa" berbeda dengan saya
-karena itu mungkin perlu di ungkapkan apa yang saya maksud dengan "rasa" pada post saya.
-menurut saya, rasa itu adalah persepsi panca indra (melihat, mendengar, meraba, mengecap, dan mencium) dan perasaan (bahagia, sedih, marah, dll).
-nah.. masuk ke alam "rasa" berarti hanya me-rasa..
-saat itu aktifitas pikiran akan sangat berkurang.. keadaan pikiran saat itu biasanya berupa letupan-letupan pikiran yang sepenggal sepenggal.. dan tidak berlanjut menjadi perenungan / pemikiran.
-bila ditanyakan apakah bisa dirasakan perubahan dari alam pikiran ke alam rasa..
-bila saya jawab bisa, maka akan terjadi ke-aneh-an pola pikir yaitu: indra yang mana yang merasakannya? apakah mata,hidung,atau keseluruhan? atau perasaan apa yang timbul? apakah senang, sedih, bahagia, tenang?..
-bila saya jawab tidak bisa, maka akan terjadi juga ke-aneh-an pola pikir yaitu: bagaimana mungkin masuk alam rasa tapi tidak bisa dirasakan
-hehehe... karena itu, saya samakan terlebih dahulu.. pengertian rasa disini.. yaitu sebatas panca indra & perasaan (emosi)
-perpindahan dari alam pikiran ke alam rasa.. tidak dapat dirasakan (mengacu pada pengertian rasa = panca indra & perasaan/emosi) tapi dapat disadari
.. Trus kalo bukan "rasa mengamati" apa dong istilahnya?
-hanya rasa.. yaitu rasa dari panca indra & perasaan yang berupa emosi..
Maaf kalo saya salah memakai istilah, maksud saya "rasa mengamati" atau apa saja namanya.
-ampun om.. tidak ada yang salah.. dan saya tidak bermaksud menyalahkan.. justru, saya mau minta maaf.. kalau sampai ada yang salah, sayalah orangnya disini saya hanya berniat berbicara tentang hidup.. bukan tentang benar atau salah.
-hmm.. mungkin, yang om Ded12 maksud dengan "rasa mengamati" itu adalah "kesadaran bahwa kita sedang mengamati"
-bila memang demikian.. tidak ada yang salah dengan istilah "rasa mengamati", hanya saja kita perlu sedikit hati-hati.. karena kesadaran bukanlah rasa.
-didalam tidur.. kita dapat merasa takut.. dapat merasa senang.. bahkan dapat merasakan enaknya ayam goreng atau rasa sakit.. tapi saat itu kita tidak sadarkan diri..
-berada dalam mimpi kita bisa me-rasa tanpa kesadaran..
Bukankah yang perlu diamati disini adalah rasa, tempat bersemayamnya si AKU
-dalam mengamati.. yang diamati adalah pikiran, rasa, lingkungan.. pada saat yang bersamaan..
-wah... kalau menurut saya.. si AKU/EGO itu bersemayam di pikiran... karena itu saat pikiran tidak ada maka EGO pun ikut ikutan jadi tiada..
-yang selama ini mengendalikan hidup bukan rasa tapi pikiran.. rasa lapar, dimanipulasi oleh pikiran menjadi keinginan untuk makan makanan yang enak dan mahal..
-rasa puas diri yang sederhana dimanipulasi oleh pikiran menjadi pengejaran jabatan dan pencarian kekuasaan..
-rasa kebahagiaan.. dimanipulasi oleh pikiran menjadi keinginan untuk menjadi orang kaya yang mencari uang dengan jalan apapun dan menghalalkan segala cara..
-padahal.. rasa lapar bisa terpuaskan hanya dengan nasi dan garam..
-padahal.. rasa puas diri bisa terpuaskan hanya dengan menjadi diri sendiri apa adanya...
-padahal.. rasa kebahagiaan dapat diperoleh dengan menyadari bahwa diri ini merupakan bagian dari kehidupan..
-ah.. mungkin demikian lah batas kemampuan dan pengetahuan serta kesadaran saya dalam mengomentari tulisan om Ded12.. mohon maaf bila penuh kekurangan.. dan semoga bermanfaat
============================
SEMAR:Tampaknya diskusi antara Madman dan Ded12 ini menjadi simpang-siur karena ada dua kata kunci yang dimaknai (didefinisikan) secara berbeda, bahkan bertolak belakang, oleh Madman dan oleh Ded12.
Karena bahasa Indonesia masih relatif baru dan masih berkembang, maka beberapa istilah, terutama yang menyangkut kejiwaan, masih simpang siur maknanya; ini berbeda dengan bahasa Inggris, misalnya, yang sudah tertata selama ratusan tahun - setiap istilah sudah mempunyai makna yang baku. Oleh karena itu, jika dalam bahasa Indonesia ada istilah-istilah yang mendua maknanya, sebaiknya disamakan dulu persepsinya dengan mengacu pada bahasa Inggris.
Kata kunci itu adalah:
(1)
"RASA"Madman memaknai '
rasa' itu kadang-kadang sebagai '
sensation' (apa yang dirasakan melalui pancaindra), dan kadang-kadang sebagai '
emotion' (reaksi batiniah terhadap 'sensation', biasanya menyertai 'pikiran'). Singkatnya, bagi Madman, 'rasa' itu sepenuhnya bersifat
"duniawi". Pengertian Ded12 tentang 'rasa' masih kabur bagi saya - sekalipun di sana-sini saya melihat Ded12 memaknai 'rasa' sebagai '
kesadaran' atau
'keadaan batin' (
state of mind), seperti dalam ungkapan
"rasa mengamati",
"alam rasa",
"rasa tempat bersemayamnya Aku". Dalam bahasa Jawa ada istilah
'rahsa', yang definisinya pun kabur; malah sering dikatakan 'rahsa' itu hanya bisa dialami, tapi tidak bisa dipikirkan. Di sini 'rahsa' mempunyai makna
"transendental" (mengatasi pikiran), berbeda dengan makna yang diberikan oleh Madman.
(2) "
AKU"
Ded12, yang mulai menampilkan istilah 'Aku' dalam diskusi ini tampaknya memaknai 'Aku' itu sebagai entitas yang "
tinggi" yang mengatasi pikiran, emosi, perasaan, keinginan dsb. Jadi, bagi Ded12, 'Aku' itu juga mempunyai pengertian "
transendental", mengatasi pikiran yang "duniawi"; ini memang sering merupakan salah satu pokok pikiran dalam banyak sistem pemikiran spiritual dan keagamaan.
Madman justru memaknai 'Aku' itu sebagai
sinonim (sama, tidak lebih) dari 'ego', pikiran, emosi, perasaan, keinginan itu sendiri; jadi Madman memaknai 'aku' itu sebagai sepenuhnya "
duniawi", bukan "transendental".
Kesimpulan:
Ded12 berangkat dari
paradigma spiritual yang mengasumsikan
adanya suatu entitas yang dapat dikenali dan diberi label "Aku", yang berada di "
alam rahsa" yang bersifat
"transendental".Madman berangkat dari
kenyataan aktual yang bisa dirasakan oleh semua manusia,
tanpa berteori atau berspekulasi tentang keadaan batin
"transendental". Komentar saya:
Sesungguhnya batin manusia itu tidak bisa dipersepsikan sebagai "alam-alam" yang terpisah satu sama lain, seperti "alam pikiran", "alam rasa" dsb. Batin manusia adalah kesatuan dari proses-proses, yang mempunyai banyak komponen yang masing-masing merupakan proses pula. Tidak ada yang statis dalam batin manusia.
Kalau kita memahami perbedaan pemaknaan dari istilah 'rasa', maka yang dimaksud dengan pertanyaan Ded12,
"Bisakah dirasakan perubahan keluar dari alam 'pikiran' dan telah masuk ke alam 'rasa'", sesungguhnya adalah
"Bisakah 'dirasakan, disadari, dialami' berhentinya 'pikiran' dan munculnya keadaan batin (state of mind) di mana 'pikiran' berhenti (tanpa berteori atau berspekulasi tentang hakikat keadaan batin itu)?"Jawabannya sebetulnya sederhana saja: karena di situ sudah dikatakan bahwa 'pikiran berhenti', maka jelas tidak ada instrumen lagi untuk memberi label, mengkategorikan, membandingkan, dan mengenali. Singkatnya,
keadaan batin yang mengatasi pikiran itu tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata, dengan demikian
tidak bisa diberi label, misalnya "Tuhan", "Aku" dsb. Dengan memberi label berarti pikiran kita telah
menyeret keadaan itu ke tingkat pikiran, yang sebetulnya
tidak sesuai dengan hakikatnya sendiri.
Orang yang berada pada keadaan batin yang mengatasi pikiran itu ibaratnya orang yang bangun dari tidur bermimpi, sedangkan orang yang terus berkutat dengan pikirannya itu ibarat orang yang tidur bermimpi, kadang-kadang mimpi indah, kadang-kadang mimpi buruk. - Orang yang bangun TAHU perbedaan antara keadaan bangun dan keadaan bermimpi, tetapi ia tidak bisa menceritakan perbedaan itu kepada orang yang sedang bermimpi (orang yang masih terbelenggu dalam pikirannya sendiri). - Di sini, justru orang yang bangun itu pikirannya sudah berhenti, akunya sudah berakhir. - Oleh karena itu, kata "
Buddha" berarti
"Yang Telah Bangun" (The Awakened One).Salam,
semar
=======================
DED12:Salam kenal Om Semar, thanks pencerahannya.
Karena hidup maka ada rasa, bisakah orang yang tidak punya rasa dikatakan hidup?, terlepas dari sadar atau tidak sadar orang tersebut.
=======================
SEMAR:Salam kenal kembali, Mas Ded12.
bisakah orang yang tidak punya rasa dikatakan hidup?,
Kalau yang dimaksud dengan 'rasa' itu
'emosi' (rasa senang, rasa susah, rasa menderita, rasa bahagia dsb), maka 'rasa' itu adalah
REAKSI batin terhadap segala rangsangan yang masuk melalui pancaindra maupun ingatan yang muncul dalam batinnya. - Bila batin sudah
tidak bereaksi lagi terhadap lingkungan, dengan kata lain bila batin sudah masuk ke dalam
keheningan yang sempurna, tidak ada lagi rasa senang dan susah. - Justru itulah
HIDUP YANG SEJATI.
Salam,
semar
=======================
ANDI CAHYA:heueheu..... as simple as that! sesederhana itu..
terima kasih om semar, telah menjelaskan kesimpangsiuran, yang terjadi..
-hmm.. kalau diruntut lagi dari awal, hal ini terjadi karena saya banyak omong mengenai alam rasa & alam pikiran heueheueu...
-tadinya, saya pisahkan alam rasa & alam pikiran.. agar EGO dapat mulai memperhatikan "rasa".. yang biasanya selama ini tidak diperhatikan sama sekali.. karena terlalu banyak berfikir.. gunanya agar aktifitas pikiran dapat dikurangi dalam kehidupan sehari hari..
-heuehueu.. nda sangka.. di dalam bahasa jawa, pengertian rahsa itu lain sekali..
-kenyataannya, ya seperti yang om semar bilang:
"Sesungguhnya batin manusia itu tidak bisa dipersepsikan sebagai "alam-alam" yang terpisah satu sama lain, seperti "alam pikiran", "alam rasa" dsb. Batin manusia adalah kesatuan dari proses-proses, yang mempunyai banyak komponen yang masing-masing merupakan proses pula. Tidak ada yang statis dalam batin manusia."
-heuheu... beberapa hari ini.. benar-benar menjadi pengalaman berharga buat saya.. kemarin.. bermasalah dengan "semangat hidup".. heuehueehu... sekarang.. "alam rasa & alam pikiran"..
-apa yang saya maksud.. apa yang saya ingin sampaikan.. diterima secara berbeda.. di artikan dengan sangat berbeda..
-heueheuehu good...
madman.