"apakah peduli kepada teman adalah baik?"
dalam hal ini saya senada dg Pak Hud, menilai sesuatu "baik" atau "tidak-baik" adalah gerak dari "aku"/ego. di sini permasalahannya bukanlah karena [peduli teman] itu adalah perbuatan yg salah (atau benar).
ketika hal ini ditanyakan........batin saya bertolak dengan yang disebut pak hud "aku"
dimana janganlah berproses pada penilaian...label...dsb-nya....
lalu?jika saya berkata baik..apakah maksud kata itu?
jika saya tidak menjawab....apakah maksud dari tindakan itu?
bukan "jangan" menilai, namun sadari ketika pikiran kita sedang menilai.
ketika kita menilai, kita tidak sedang sadar/sati
ketika anda sadari pikiran sedang menilai, aksi menilai tsb telah berlalu.
ketika aksi menilai anda berlalu, anda tidak butuh jawaban dari pertanyaan menilai tadi.
ketika hal ini berlangsung....dari dalam batin saya merasa "something wrong" dengan ini....
ditambah lagi saya membaca beberapa Tipitaka dan disitu ada sebuah hal yang sama dengan yang saya alami....
teruskan saja meditasi anda... informasi apapun yg anda terima sebelum meditasi cukup menjadi tolak ukur, jgn dipaksakan utk sama. pengalaman anda berbeda dg saya, pak hudoyo, atau tipitaka, menurut saya itu sah2 saja.
nothing wrong(tetapi sayang pak hud tidak menjelaskan dan beranggap bahwa Tipitaka itu ditulis oleh orang awam(bukan arahat) )
yah itukan anggapan pak hud...
anggapan saya beda, anggapan anda beda lagi...
anggapan itu berasal dari kerja pikiran kita masing2x
"kejadian pastinya" kita ga ada yg tau. (saya ga ada abhinna utk melihat masa lampau, tidak tau kalau anda
)
jadi bertambahlah kebingungan itu.
wajar saja karena referensi nya Tipitaka itu....
saya tidak bertambah binggung kalau beda pendapat dg orang lain atau tipitaka tuh...
kenapa saya harus sama dg orang lain atau tipitaka?
atau sebaliknya
kenapa orang lain atau tipitaka harus sama dg saya?
betul sekali kata anda.......ribut soal itu ini...hanyalah pikiran yang tidak bebas.....
tetapi membandingkan pendapat/pengalaman tanpa pikiran melekat.....sungguh diskusi yang baik.
wah... saya berpendapat kegiatan membandingkan pikiran kita dg orang lain tetap berasal dari "aku" yg melekat pada pikiran.
apa yang dilihat sebagai apa yang dilihat..kata-kata ini berkaitan dengan JB 8
begitu melihat tubuh...kita melihat tubuh sebagaimana adanya....
tidak kekal,tidak konstan dan berubah-ubah...
begitu mendengar sebagai apa yang didengar...kata-kata ini berkaitan dgn JB 8
objek suara apapun baik dimasa lampau atau sekarang tidaklah pernah kekal...
ketika kita melekat disitu penderitaan ada...
apakah yang harus di lekat-kan jika ada penderitaan?.....
setuju,
wujud, suara, aroma, rasa, sentuhan, pikiran semua memiliki corak umum yaitu
dukkha, anicca, anatta.
walau teori ini sudah kita ketahui, tapi "aku" tidak serta merta langsung melepaskan kemelekatannya.
inilah faktor lenyapnya dukkha.
ketika kita telah melihat dg jelas 3 corak umum tadi melalui meditasi, itulah lenyapnya dukkha. (bukan faktor lagi)
begitu juga apa yang dikenali sebagai apa yang dikenali..
tidaklah mungkin berpandangan bahwa semua itu adalah "milik-ku" atau berhubungan dengan "aku"
dari situ muncullah penderitaan.....
menurut saya justru sangat mungkin utk berpandangan bahwa "ini aku"
"kesadaran ini adalah kesadaranku"
"pikiran ini adalah pikiranku"
"tangan ini adalah tanganku"
dst...
bukti singkat saja, saya, kamu & orang lain takut (menolak) akan kematian
seberapapun kita membohongin diri dg konsep surga, tabungan karma baik kita, ciu tao, atau dg konsep kebahagiaan lainnya tetap aja kita takut.
kemelekatan kita terhadap eksistensi kita sudah melekat begitu dalam...
bukan cuma manusia, binatang pun punya naluri utk mempertahankan eksistensinya
segala keputusan.....tidaklah baik kita memberi label........karena itu adalah "aku"
termasuk baik dan buruk........misalkan ketika kita ditanyakan tentang
"apakah perbuatan ini baik?"
melabeli & menilai adalah berbeda...
pada meditasi nafas "keluar" & "masuk" adalah melabeli
sedangkan "baik" atau "tidak baik" adalah menilai
(AFAIK saya rasa pak hud tidak ada melarang & mengatakan itu tidak baik, nasehatnya selalu sama saja, sadari saja)
dalam versi sejauh yang saya tangkap dan mudah-mudahan salah tangkap....
tentu lah ini tidak dijawab.....
ada banyak pertanyaan yg sebenarnya tercipta dari kemelekatan thd pikiran (intelektual)
pintu indra tempat masuk ransangan dalam Buddhisme ada 6, termasuk pikiran. jadi kemelekatan kita bukan cuma pada 5 indra seperti wujud, suara, bau, dll yah...
menurut saya, menciptakan pertanyaan & mencari jawaban terus adalah kemelekatan thd pikiran.
skr anda masih berada di pertanyaan sederhana, "baik" atau "tidak baik", tapi kalau diikuti terus, pertanyaan anda akan makin canggih. kemelekatan itu makin dituruti akan makin besar.
pertanyaan yg tidak dijawab Buddha pun, menurut saya adalah karena hal ini, bukan karena bathin orang tsb tidak siap.
sedangkan sejauh saya belajar dhamma tentu jawaban nya berbeda........
"lakukanlah jika baik dalam pandangan mu tentu hasil nya baik....tetapi jangan lupa untuk melihat sekitar mu"
(hasilnya baik utk siapa yah?)
itu adalah suatu keyakinan/filosofi hidup/pandangan, menurut saya bathin yg bebas tidak butuh pembenaran /sandaran seperti ini lagi thd apa yg telah ataupun akan dilakukan.