//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: MMD (Meditasi Mengenal Diri)  (Read 570335 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #1110 on: 11 January 2009, 01:09:34 AM »
saya praktek dulu.............kalau ada yang sy kurang pahami saya tanya lagi...

terima kasih sebelumnya _/\_
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #1111 on: 12 January 2009, 08:35:20 PM »
pak hudoyo.

sy agak bingung.......saya beri contoh saja.

pada saat perbuatan kita lakukan baik itu atau buruk...............

jika telah melakukan action.....persis yang anda bilang langkah 1.
terus....apakah yang membedakan perbuatan itu baik atau buruk jikalau bukan "aku" yang menimang?

misalkan seorang arahat melakukan perbuatan....kalau bukan "aku" ----> pencerapan mengenai hal baik dan buruk....apakah dimata arahat perbuatan itu semua "sama"

sy rasa ada yang namanya langkah#2...."ini baik" ini buruk"................

Y.M Sariputta saja memuji kesaktian saudara nya Y.M Maha Monggalana.......
seperti "sungguh mengaggumkan kesaktian anda"-dsb-nya
nah dari sini jika bukan "aku" siapa yang menilai?

jika persepsi pada langkah #1,maka seharus nya Sariputta tidak memuji-nya juga tidak mencela-nya.....karena itu merupakan hanya fenomena.

apakah pada batin seperti itu muncul "ini menganggumkan" "ini tidak menganggumkan"?

demikian pada waktu Y.M MahaKassapa...."sebaiknya saya mengadakan sidang Sangha demi melestarikan Buddha Dhamma"...
bukankah ini semua keputusan disebabkan pencerapan ini baik ini tidak baik alias "aku"


mohon bimbingannya _/\_
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #1112 on: 13 January 2009, 12:57:12 AM »
pak hudoyo.

sy agak bingung.......saya beri contoh saja.

pada saat perbuatan kita lakukan baik itu atau buruk...............

jika telah melakukan action.....persis yang anda bilang langkah 1.
terus....apakah yang membedakan perbuatan itu baik atau buruk jikalau bukan "aku" yang menimang?

misalkan seorang arahat melakukan perbuatan....kalau bukan "aku" ----> pencerapan mengenai hal baik dan buruk....apakah dimata arahat perbuatan itu semua "sama"

sy rasa ada yang namanya langkah#2...."ini baik" ini buruk"................

Y.M Sariputta saja memuji kesaktian saudara nya Y.M Maha Monggalana.......
seperti "sungguh mengaggumkan kesaktian anda"-dsb-nya
nah dari sini jika bukan "aku" siapa yang menilai?

jika persepsi pada langkah #1,maka seharus nya Sariputta tidak memuji-nya juga tidak mencela-nya.....karena itu merupakan hanya fenomena.

apakah pada batin seperti itu muncul "ini menganggumkan" "ini tidak menganggumkan"?

demikian pada waktu Y.M MahaKassapa...."sebaiknya saya mengadakan sidang Sangha demi melestarikan Buddha Dhamma"...
bukankah ini semua keputusan disebabkan pencerapan ini baik ini tidak baik alias "aku"


mohon bimbingannya _/\_

HUDOYO:

Rekan Marcedes,

Rupanya Anda salah paham tentang proses pikiran sebagaimana diuraikan Sang Buddha dalam Mulapariyaya-sutta.

Dalam langkah #1, yang disebut 'persepsi murni', di situ belum ada pengidentifikasian, pelabelan, apalagi penilaian "ini baik", "itu buruk", "ini boleh", "itu tidak boleh", apalagi TINDAKAN. Semua itu terjadi SESUDAHNYA, yakni pada langkah #2 - #6, ketika muncul si aku/atta, ... lalu si aku itu ber-relasi dengan objek yang dihadapinya ... lalu si aku itu mempunyai keinginan & kehendak (cetana) tertentu terhadap objek itu ... lalu si aku itu bertindak.

Jadi, TINDAKAN seorang biasa (puthujjana) SELALU didahului oleh 'keinginan', kemudian 'kehendak' (cetana). ... Dan itu didasari oleh 'penilaian' tentang 'baik' vs 'buruk', 'boleh' vs 'tidak boleh' dsb.

Nah, tindakan orang biasa seperti itulah yang saya katakan bisa salah: apa yang kita kira benar belakangan ternyata salah, atau sebaliknya. Itulah sebabnya mengapa manusia selalu dirongrong oleh rasa menyesal.

Sedangkan pada seorang arahat, karena tindakannya tidak berasal dari PEMIKIRAN, PERTIMBANGAN dan KEHENDAK--dengan kata lain, tindakan seorang arahat adalah spontan, tanpa lewat pikiran--maka tidak pernah salah.

*****

Sang Buddha kemudian menyarankan kepada para pemeditasi vipassana, agar mengamati batinnya dan tidak membiarkan munculnya si aku/atta, pemikiran, pertimbangan, penilaian benar/salah, boleh/tidak boleh dsb. Dengan kata lain, Sang Buddha menyarankan agar proses batin itu berhenti pada langkah #1 saja (Mulapariyaya-sutta); dalam Bahiya-sutta Sang Buddha mengatakan, agar "berkaitan dengan yang terlihat hanya ada yang terlihat" ... artinya jangan diikuti dengan pengidentifikasian, pelabelan, pembandingan, penilaian baik/buruk, boleh/tidak boleh, keinginan, kehendak, tindakan dsb.

Dalam Bahiya-sutta, dengan tegas Sang Buddha mengatakan, jika kita bisa berada dalam keadaan itu, maka KITA TIDAK ADA LAGI. ... Ini dengan tegas menjawab pertanyaan Anda, "Apakah yang membedakan perbuatan itu baik atau buruk jikalau bukan "aku" yang menimbang?" ... Sang Buddha menegaskan, KALAU KITA BISA BERADA DALAM KESADARAN VIPASSANA ITU, maka KITA TIDAK ADA LAGI, dan ITULAH AKHIR DUKKHA. Jadi, menurut Sang Buddha, tercapainya nibbana (akhir dukkha) harus memenuhi prasyarat, yakni LENYAPNYA AKU/diri/atta.


Quote
sy rasa ada yang namanya langkah#2...."ini baik" ini buruk"................


Anda mau menyanggah Sang Buddha dalam Mulapariyaya-sutta? ... Silakan baca lagi sutta penting itu perlahan-lahan. Jangan sampai kepeleset.

*****

Rekan Marcedes,

Tentang kata-kata Sariputta Thera, Maha Kassapa Thera dsb yang tercantum dalam kitab suci, jangan terlalu dihiraukan. Anda & saya tidak bisa menggunakan rujukan seperti itu untuk MEMAHAMI jalan pikiran seorang arahat. Apalagi kata-kata Maha Kassapa Thera yang Anda kutip; menurut hemat saya pribadi, itu bukan kata-kata seorang arahat, melainkan kata-kata seorang puthujjana (penulis kitab suci itu yang menurut saya belum arahat), karena seorang arahat tidak pernah berpikir "ingin melestarikan apa pun" dalam kehidupan ini, karena hal itu bertentangan dengan hakikat eksistensi yang tidak abadi ini.

Alih-alih mencoba memahami jalan pikiran seorang arahat, saya sarankan lakukanlah tuntunan Sang Buddha dalam Mulapariyaya-sutta dan Bahiya-sutta terhadap pikiran Anda sendiri.

Anda terlalu cepat, dalam waktu 2 hari saja, menarik kesimpulan seperti di atas. Saran saya, lakukan retret vipassana sekurang-kurangnya selama satu minggu. Nanti, kalau Anda berhasil masuk ke dalam keheningan, di mana si aku & pikiran ini berhenti, Anda akan tahu sendiri jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan Anda di atas.

Lebih baik lagi kalau Anda ikut retret MMD, karena hal-hal seperti ini sama sekali tidak dibahas dan tidak dilatih dalam retret vipassana "tradisional" yang diajarkan oleh para bhante yang saya ketahui, kecuali Bhante Pannyavaro, Ajahn Chah, dan mungkin Sayadaw U Tejaniya. Kalau Anda ikut retret MMD, Anda bisa berdiskusi dengan saya sepuas-puasnya setiap malam.

Bacalah wejangan Sri Pannyavaro Mahathera pada pembukaan & penutupan retret MMD Seminggu di Vihara Mendut bulan Desember kemarin (dalam buklet yang sudah dapat Anda download). Beliau berkata pada prinsipnya, "Amati saja, tapi jangan dipadamkan." (maksudnya lobha, dosa, moha dll dalam batin kita) Nanti semuanya akan diam dan padam dengan sendirinya. Mungkin Anda sekarang tidak bisa mengerti itu.

Salam,
Hudoyo
« Last Edit: 13 January 2009, 01:01:59 AM by hudoyo »

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #1113 on: 13 January 2009, 08:38:25 AM »
Pak Hudoyo,
selama bapak menuliskan postingan mengenai MMD dan selama ini pula saya mencoba memperhatikan ,mempelajari dan mempraktekan secara pribadi meskipun kadang muncul pertanyaan iseng ,nakal dan agak nyeleneh soal MMD ini namun saya melihat bahwa dari praktik MMD yang saya coba jalankan selama ini adalah baik adanya.
Karena seperti yang bapak pernah tuliskan bahwa bapak mengobok2 batin karena pandangan yang tidak sama maka timbul perdebatan, dari itu saya telusuri apa yang dimaksud dengan batin yang terobok2 tak lain tak bukan adalah karena kebanyakan orang meditasi sudah terkonsep dalam pikirannya harus begini dan begitu, banyak pemeditasi terutama pemula telah memenjarakan pikirannya sedemikian rupa sehingga apapun praktek meditasi yang dia jalankan tidak menghasilkan apa2 kecuali sensasi yang dimunculkan batin itu sendiri(seperti penggambaran tenang yang tentunya dikonsepkan lagi dari buku2).

Dalam MMD mungkin membalikkan dan membuka penjara pikiran itu sendiri sehingga ketika seseorang pemeditasi tradisional memasuki MMD,batin dia seperti diobok2  berkata "Ini bukan sebenarnya""saya tidak terima""bukan seperti yang saya lakukan". penolakan-penolakan batin ini tentunya tidak akan membawa orang pada keberhasilan Meditasi itu sendiri.
Apa yang bapak terangkan mengenai batin yang padam,melihat namun tidak memaksakan padam,akhirnya saya mengerti jalan naturalnya sebuah pikiran, dan ketika melihat kembali tulisan Ajahn Chah,maka saya lebih mengerti apa yang saya alami dalam praktek MMD itu sendiri.
 _/\_
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #1114 on: 14 January 2009, 01:54:58 AM »
Yup, saya juga merasa sejauh ini adanya kecocokan antara praktik pengembangan saya dgn yg di dalam MMD. Gak pernah ikut sih hanya dr menelaah konsep yg ada. Tp dgn kecenderungan yg berbeda tentunya.

Menurutku, harus berani utk melangkah keluar dari pola pembelajaran yg ada dan mencoba melihat bagaimanakah realita di luar pagar pembatas kita itu?
Tanpa keberanian melangkah keluar dari pakem, realita kita hanyalah sebatas pembenaran dan pen'cocok'an kita dgn apa yg kita pelajari itu. And, di satu waktu yg pas bngt timing momentnya, saya membaca sebuah quote pendek dr JK yg sesuai dg apa yg saya rasakan.
Di saat itu pula saya mencoba utk reset lagi praktik yg saya rasa stuck dan restart. Metode sendiri tentunya. ;D
Hanya sayang rasanya kalo melihat bbrp orang yg segitu kuat penolakan yg timbul sehingga menghalangi utk mempelajari sesuatu diluar jalurnya secara lebih objektif dan tdk terdistorsi pandangan sendiri atau mayoritas. :-?

Sekedar sharing sedikit pengalaman pribadi.

mettacittena
_/\_
appamadena sampadetha

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #1115 on: 14 January 2009, 07:19:40 AM »
Pak Hudoyo,
selama bapak menuliskan postingan mengenai MMD dan selama ini pula saya mencoba memperhatikan ,mempelajari dan mempraktekan secara pribadi meskipun kadang muncul pertanyaan iseng ,nakal dan agak nyeleneh soal MMD ini namun saya melihat bahwa dari praktik MMD yang saya coba jalankan selama ini adalah baik adanya.
Karena seperti yang bapak pernah tuliskan bahwa bapak mengobok2 batin karena pandangan yang tidak sama maka timbul perdebatan, dari itu saya telusuri apa yang dimaksud dengan batin yang terobok2 tak lain tak bukan adalah karena kebanyakan orang meditasi sudah terkonsep dalam pikirannya harus begini dan begitu, banyak pemeditasi terutama pemula telah memenjarakan pikirannya sedemikian rupa sehingga apapun praktek meditasi yang dia jalankan tidak menghasilkan apa2 kecuali sensasi yang dimunculkan batin itu sendiri(seperti penggambaran tenang yang tentunya dikonsepkan lagi dari buku2).

Dalam MMD mungkin membalikkan dan membuka penjara pikiran itu sendiri sehingga ketika seseorang pemeditasi tradisional memasuki MMD,batin dia seperti diobok2  berkata "Ini bukan sebenarnya""saya tidak terima""bukan seperti yang saya lakukan". penolakan-penolakan batin ini tentunya tidak akan membawa orang pada keberhasilan Meditasi itu sendiri.
Apa yang bapak terangkan mengenai batin yang padam,melihat namun tidak memaksakan padam,akhirnya saya mengerti jalan naturalnya sebuah pikiran, dan ketika melihat kembali tulisan Ajahn Chah,maka saya lebih mengerti apa yang saya alami dalam praktek MMD itu sendiri.
 _/\_


Rekan Nyanadhana,

Wah, saya turut bermudita-citta membaca posting Anda kali ini. Ternyata, seperti yang Anda tekankan, kesadaran itu universal, dan baru terbuka setelah orang terbebas dari belenggu-belenggu konsep-konsep yang ada di kepalanya.

Yang saya harapkan, agar rekan-rekan pemeditasi vipassana yang lain, sepeti Fabian dsb, juga pada akhirnya memperoleh pencerahan seperti Anda. Sayang sekali, bukan, kalau orang bermeditasi sekian tahun lamanya, tepi batinnya tetap tertutup oleh konsep-konsep doktirn yang ada di kepalanya.

Sekali lagi, turut bermudita-citta.

Salam,
Hudoyo

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #1116 on: 14 January 2009, 07:25:59 AM »
Yup, saya juga merasa sejauh ini adanya kecocokan antara praktik pengembangan saya dgn yg di dalam MMD. Gak pernah ikut sih hanya dr menelaah konsep yg ada. Tp dgn kecenderungan yg berbeda tentunya.

Menurutku, harus berani utk melangkah keluar dari pola pembelajaran yg ada dan mencoba melihat bagaimanakah realita di luar pagar pembatas kita itu?
Tanpa keberanian melangkah keluar dari pakem, realita kita hanyalah sebatas pembenaran dan pen'cocok'an kita dgn apa yg kita pelajari itu. And, di satu waktu yg pas bngt timing momentnya, saya membaca sebuah quote pendek dr JK yg sesuai dg apa yg saya rasakan.
Di saat itu pula saya mencoba utk reset lagi praktik yg saya rasa stuck dan restart. Metode sendiri tentunya. ;D
Hanya sayang rasanya kalo melihat bbrp orang yg segitu kuat penolakan yg timbul sehingga menghalangi utk mempelajari sesuatu diluar jalurnya secara lebih objektif dan tdk terdistorsi pandangan sendiri atau mayoritas. :-?

Sekedar sharing sedikit pengalaman pribadi.

mettacittena
_/\_

Terima kasih banyak, Rekan Xuvie.

Tinggal satu pertanyaan teoretis kepada para moderator DC: "MMD itu meditasi Buddhis atau bukan?"

Kalau bukan, bagaimana mungkin Sri Pannyavaro Mahathera mendukung dan melibatkan diri langsung dengan MMD?

Kalau MMD meditasi Buddhis, kenapa di DC di taruh di tempatnya yang seperti sekarang? ... :)

Ah, tapi itu tidak penting buat saya. Mungkin penting buat para admin DC sendiri ... :) ... karena merekalah yang mengatur semua ini.

Salam,
Hudoyo
« Last Edit: 14 January 2009, 07:29:42 AM by hudoyo »

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #1117 on: 14 January 2009, 08:08:05 AM »
Yah.. bergantung pd opini mainstream dan yg punya otoritas juga akhirnya. Jawabannya biar masing2 yg tentuin saja.
Saya lebih sreg dg ungkapan kuno 'Siwa Buddha tat twa bhinneka tunggal ika. Tanhana Dharma Mangrwa'. So mau dilabeli Buddhis, atau ngga .. Kasih daaahh.. :D

mettacittena
_/\_
appamadena sampadetha

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #1118 on: 14 January 2009, 08:31:25 AM »
<< Jawabannya biar masing2 yg tentuin saja. >>

Ya, setuju. ... Tapi kalau orang punya posisi sebagai admin dari sebuah forum diskusi, itu bukan "masing-masing tentuin sendiri", melainkan ia bisa menggiring opini para member.

Salam

Offline Hendra Susanto

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.197
  • Reputasi: 205
  • Gender: Male
  • haa...
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #1119 on: 14 January 2009, 08:35:29 AM »
wah... wahh... ternyata masih bo kangguan :))

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #1120 on: 14 January 2009, 08:38:46 AM »
o iya, nggantung terus ... sampai akhir zaman

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #1121 on: 14 January 2009, 08:51:15 AM »
Ada penggiringan atau tidak, kurang bermanfaat utk diduga2. :)
Andai ada, Berarti ybs memilih utk digiring, bkn melalui ehipassiko sendiri. Bener dong 'masing2 tentuin sendiri', pak? Yaitu dia menentukan pilihannya utk bergantung pd mainstream dan otoritas.
Ya kembali lagi, apakah mau tetap dlm kandang yg nyaman, dan takut dibuang kelompok atau mencari kebebasan sendiri. :)

_/\_
appamadena sampadetha

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #1122 on: 14 January 2009, 09:04:40 AM »
<< Ada penggiringan atau tidak, kurang bermanfaat utk diduga2. >>

Ini bukan dugaan, melainkan fakta dari setiap kelompok di mana saja di mana ada otoritas; sekalipun cuma dalam bentuk moderator yang berhak menentukan mana yang Buddhis dan mana yang non-Buddhis.

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #1123 on: 14 January 2009, 09:23:24 AM »
Maksud saya td, saya yg menduga2 pak. hehe.. Secara saya bkn yg terlibat lsg.
Karenanya saya merasa kurang bermanfaat utk menduga2 lebih lanjut. :)
Pasti. Dan posisi otoritas itu memang diperlukan di kelompok manapun menurutku. Maap kl salah ^:)^

mettacittena
_/\_
appamadena sampadetha

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #1124 on: 14 January 2009, 09:23:45 AM »
pak hudoyo.

sy agak bingung.......saya beri contoh saja.

pada saat perbuatan kita lakukan baik itu atau buruk...............

jika telah melakukan action.....persis yang anda bilang langkah 1.
terus....apakah yang membedakan perbuatan itu baik atau buruk jikalau bukan "aku" yang menimang?

misalkan seorang arahat melakukan perbuatan....kalau bukan "aku" ----> pencerapan mengenai hal baik dan buruk....apakah dimata arahat perbuatan itu semua "sama"

sy rasa ada yang namanya langkah#2...."ini baik" ini buruk"................

Y.M Sariputta saja memuji kesaktian saudara nya Y.M Maha Monggalana.......
seperti "sungguh mengaggumkan kesaktian anda"-dsb-nya
nah dari sini jika bukan "aku" siapa yang menilai?

jika persepsi pada langkah #1,maka seharus nya Sariputta tidak memuji-nya juga tidak mencela-nya.....karena itu merupakan hanya fenomena.

apakah pada batin seperti itu muncul "ini menganggumkan" "ini tidak menganggumkan"?

demikian pada waktu Y.M MahaKassapa...."sebaiknya saya mengadakan sidang Sangha demi melestarikan Buddha Dhamma"...
bukankah ini semua keputusan disebabkan pencerapan ini baik ini tidak baik alias "aku"


mohon bimbingannya _/\_

HUDOYO:

Rekan Marcedes,

Rupanya Anda salah paham tentang proses pikiran sebagaimana diuraikan Sang Buddha dalam Mulapariyaya-sutta.

Dalam langkah #1, yang disebut 'persepsi murni', di situ belum ada pengidentifikasian, pelabelan, apalagi penilaian "ini baik", "itu buruk", "ini boleh", "itu tidak boleh", apalagi TINDAKAN. Semua itu terjadi SESUDAHNYA, yakni pada langkah #2 - #6, ketika muncul si aku/atta, ... lalu si aku itu ber-relasi dengan objek yang dihadapinya ... lalu si aku itu mempunyai keinginan & kehendak (cetana) tertentu terhadap objek itu ... lalu si aku itu bertindak.

Jadi, TINDAKAN seorang biasa (puthujjana) SELALU didahului oleh 'keinginan', kemudian 'kehendak' (cetana). ... Dan itu didasari oleh 'penilaian' tentang 'baik' vs 'buruk', 'boleh' vs 'tidak boleh' dsb.

Nah, tindakan orang biasa seperti itulah yang saya katakan bisa salah: apa yang kita kira benar belakangan ternyata salah, atau sebaliknya. Itulah sebabnya mengapa manusia selalu dirongrong oleh rasa menyesal.

Sedangkan pada seorang arahat, karena tindakannya tidak berasal dari PEMIKIRAN, PERTIMBANGAN dan KEHENDAK--dengan kata lain, tindakan seorang arahat adalah spontan, tanpa lewat pikiran--maka tidak pernah salah.

*****

Sang Buddha kemudian menyarankan kepada para pemeditasi vipassana, agar mengamati batinnya dan tidak membiarkan munculnya si aku/atta, pemikiran, pertimbangan, penilaian benar/salah, boleh/tidak boleh dsb. Dengan kata lain, Sang Buddha menyarankan agar proses batin itu berhenti pada langkah #1 saja (Mulapariyaya-sutta); dalam Bahiya-sutta Sang Buddha mengatakan, agar "berkaitan dengan yang terlihat hanya ada yang terlihat" ... artinya jangan diikuti dengan pengidentifikasian, pelabelan, pembandingan, penilaian baik/buruk, boleh/tidak boleh, keinginan, kehendak, tindakan dsb.

Dalam Bahiya-sutta, dengan tegas Sang Buddha mengatakan, jika kita bisa berada dalam keadaan itu, maka KITA TIDAK ADA LAGI. ... Ini dengan tegas menjawab pertanyaan Anda, "Apakah yang membedakan perbuatan itu baik atau buruk jikalau bukan "aku" yang menimbang?" ... Sang Buddha menegaskan, KALAU KITA BISA BERADA DALAM KESADARAN VIPASSANA ITU, maka KITA TIDAK ADA LAGI, dan ITULAH AKHIR DUKKHA. Jadi, menurut Sang Buddha, tercapainya nibbana (akhir dukkha) harus memenuhi prasyarat, yakni LENYAPNYA AKU/diri/atta.


Quote
sy rasa ada yang namanya langkah#2...."ini baik" ini buruk"................


Anda mau menyanggah Sang Buddha dalam Mulapariyaya-sutta? ... Silakan baca lagi sutta penting itu perlahan-lahan. Jangan sampai kepeleset.

*****

Rekan Marcedes,

Tentang kata-kata Sariputta Thera, Maha Kassapa Thera dsb yang tercantum dalam kitab suci, jangan terlalu dihiraukan. Anda & saya tidak bisa menggunakan rujukan seperti itu untuk MEMAHAMI jalan pikiran seorang arahat. Apalagi kata-kata Maha Kassapa Thera yang Anda kutip; menurut hemat saya pribadi, itu bukan kata-kata seorang arahat, melainkan kata-kata seorang puthujjana (penulis kitab suci itu yang menurut saya belum arahat), karena seorang arahat tidak pernah berpikir "ingin melestarikan apa pun" dalam kehidupan ini, karena hal itu bertentangan dengan hakikat eksistensi yang tidak abadi ini.

Alih-alih mencoba memahami jalan pikiran seorang arahat, saya sarankan lakukanlah tuntunan Sang Buddha dalam Mulapariyaya-sutta dan Bahiya-sutta terhadap pikiran Anda sendiri.

Anda terlalu cepat, dalam waktu 2 hari saja, menarik kesimpulan seperti di atas. Saran saya, lakukan retret vipassana sekurang-kurangnya selama satu minggu. Nanti, kalau Anda berhasil masuk ke dalam keheningan, di mana si aku & pikiran ini berhenti, Anda akan tahu sendiri jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan Anda di atas.

Lebih baik lagi kalau Anda ikut retret MMD, karena hal-hal seperti ini sama sekali tidak dibahas dan tidak dilatih dalam retret vipassana "tradisional" yang diajarkan oleh para bhante yang saya ketahui, kecuali Bhante Pannyavaro, Ajahn Chah, dan mungkin Sayadaw U Tejaniya. Kalau Anda ikut retret MMD, Anda bisa berdiskusi dengan saya sepuas-puasnya setiap malam.

Bacalah wejangan Sri Pannyavaro Mahathera pada pembukaan & penutupan retret MMD Seminggu di Vihara Mendut bulan Desember kemarin (dalam buklet yang sudah dapat Anda download). Beliau berkata pada prinsipnya, "Amati saja, tapi jangan dipadamkan." (maksudnya lobha, dosa, moha dll dalam batin kita) Nanti semuanya akan diam dan padam dengan sendirinya. Mungkin Anda sekarang tidak bisa mengerti itu.

Salam,
Hudoyo

saya mengerti anda katakan......masalah nya ketika mempraktekkan hal ini....seperti nya kebijaksanaan saya malah tertutup dan lebih memilih diam bengong ditempat

misalkan........
sy merasakan gatal......karena sadar maka tidak jadi di garuk.
sy merasakan haus......karena sadar maka tidak jadi minum.
sy merasa badan gerah......karena sadar maka tidak jadi mandi.........

pergi ke vihara pun...bahkan saya tidak ingin namaskara lagi..........karena sadar....tetapi lebih memilih namaskara. akhir nya di lakukan............

bukankah ini namanya sedang salah belajar? mohon bimbingan _/\_


dan keraguan saya menjadi-jadi ketika mengingat fenomena seperti.............
Y.M Sariputta memuji Y.M Mahamoggalana.
Sang buddha sendiri memuji murid nya......seperti Y.M Upali yang terunggul dalam vinaya

dan lebih parah lagi................pada waktu seseorang kenalan bertemu....dia tersenyum.....sy seperti tidak merespon....
dan akhir nya muncul perenungan cepat.....dan sy memilih merespon........

dan bahkan tidak mungkinlah TIPITAKA terbentuk........karena ada "ide"/ "aku" yang ingin menuliskan Tipitaka itu ke Daun.

----------------------------------------------------
di satu sisi saya ingin tanyakan.............

anda kata saya menggerakkan tangan saya ke-atas...............yang manakah lebih dulu.
1.keinginan(cettana) untuk menggerakkan tangan
2.kesadaran(kesadaran pada waktu menggerakkan tangan)_/\_
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!