[Minggu, 4 Januari 2009, 7:58am]
Hudoyo Hupudio
selamat pagi, mas sutarman.
Sutarman
selamat pagi Pak Hudoyo
Hudoyo Hupudio
apa kabar? saya baru pulang dari Mendut kemarin dulu.
Sutarman
Kabar baik Pak. Naik mobil lagi? Sama siapa saja Pak? Saya baca-baca komentar MMD banyak yg menarik Pak
Hudoyo Hupudio
saya berangkat dengan Mbak Ninin dan Siska naik pesawat.
Mas Budi & anak2 nyusul pakai mobil.
Saya pulang pakai mobil.
MMD kali ini menarik.
Yang penting, Bhante Pannya membuka dan menutup dengan memberikan wejangan.
semua sudah saya upload dalam serial "cerita dari Mendut".
Rencananya kedua wejangan itu ditambah artikel saya "Apakah MMD itu?" akan diterbitkan menjadi buklet.
Rencananya buklet itu juga akan dipasarkan, di samping dibagikan gratis pada setiap peserta retret yad.
Sutarman
Rasanya saya sdh lama sekali nggak "touch" dengan "paguyuban" MMD. Banyak sekali kemajuan yang saya rasakan.
Hudoyo Hupudio
Ya, adanya website ini sangat membantu komunitas MMD.
Sutarman
Bagus sekali Pak. Saya sdh baca materinya. Menurut hemat saya tidak usah tebal-tebal. Yang penting isinya sangat"menggugah". Selanjutnya yang penting praktek. Atau kalau mau diskusi bisa via website.
Hudoyo Hupudio
betul. Bentuk finalnya (A4) setebal 24 halaman.
Entah menjadi berapa halaman kalau sudah dicetak betul.
Saya rasa itu cukup sebagai perkenalan, sebelum peserta terjun ke dalam meditasi. Tidak perlu terlalu banyak teori.
Sutarman
Betul Pak.
Materi dr Bapak & Banthe sangat bagus, dan mewakili pandangan Buddhis maupun non Buddhis.
Hudoyo Hupudio
Yang menarik, wejangan dari Bhante tidak ada sedikit pun "bau" Buddhis-nya.
Malah yang dari saya banyak menyinggung ide-ide Buddhis ...
karena tulisan saya itu saya tujukan kepada para umat Buddha yang sekarang ini mempermasalahkan MMD,
juga kepada umat Buddha yang "bingung" melihat ada banyak versi meditasi vipassana.
Tetapi alur pemikirannya saya usahakan bisa diikuti oleh pembaca yang non-Buddhis juga.
Sutarman
Itu yg sy rasakan bisa mewakili dan "menggugah" dari pihak Buddhis maupun Non-Buddhis.
Hudoyo Hupudio
Betul.
Sutarman
Komentar-komentar di Website jg sy rasakan banyak kemajuan dlm MMD ini Pak. Sya rasakan perkembangannya dibandingkan sejak awak dulu.
Hudoyo Hupudio
Ya. ini perbedaan antara website dan milis.
yang masuk ke website adalah orang2 yang mau belajar.
sedangkan milis diterima oleh mereka yang belum tentu mau belajar, tapi kebetulan pernah mendaftar ke milis.
sehingga kadang2 muncul tanggapan yang kurang pas.
Sutarman
Saya yakin MMD memang sudah menemukan "bentuk final"-nya. Tinggal "sentuhan-sentuhan" akhir saja, yg lebih terarah ke arah komunitas yg membutuhkan.
Hudoyo Hupudio
betul
semua itu berkat paduan yang berani antara ajaran Buddha Gautama dan J. Krishnamurti.
tidak semua umat Buddhis berani membuat paduan seperti itu.
tapi sebetulnya tidak ada yang perlu ditakutkan, kalau semua itu didasari pengalaman batin sendiri dalam meditasi ...
dan bukan semata-mata spekulasi intelektual belaka.
Sutarman
Betul Pak. Nggak semua Buddhis menerima JK.
Hudoyo Hupudio
Dan yang saya kagumi adalah "keberanian" Bhante Pannyavaro untuk terlibat langsung dalam MMD.
Semula maksud saya adalah menerbitkan wejangan beliau itu,
dan tulisan saya saya tambahkan sebagai "Lampiran" saja.
Jadi dalam halaman sampul buklet itu hanya tercantum nama Bhante sebagai penulisnya.
Tapi Bhante malah menghendaki saya juga ikut sebagai penyumbang tulisan ...
dan nama saya tercantum juga dalam sampul buklet itu, di bawah nama bhante.
Kata Bhante, "kurang fair" kalau saya tidak ikut tampil sebagai penulis buklet itu, padahal saya pengajar MMD.
Wah, dengan demikian, Bhante lebih "melibatkan diri" dengan MMD.
Saya tidak tahu bagaimana reaksi sementara kalangan umat Buddha terhadap perkembangan ini.
Tapi bagi saya, yang jelas fakta & kebenaran tidak bisa ditutup-tutupi lagi.
Fakta pengalaman batin manusia dalam meditasi, yang diungkap oleh Buddha 2500 tahun lalu, dan yang diungkap oleh Krishnamurti pada abad ke-20 adalah identik ...
Ini tidak bisa ditutup-tutupi atau diingkari lagi,
kecuali oleh mereka yang secara ekstrem bersikap eksklusif.
Sutarman
Betul Pak. Buku itu ckp menampilkan keseimbangan pandangan utk melihat fakta.
Hudoyo Hupudio
ya, mudah-mudahan buku itu bisa membantu pencerahan banyak umat Buddhis, maupun non-Buddhis.
Di sisi lain, juga semoga buku itu membuka mata sementara peminat Krishnamurti yang bersikap meremehkan 'duduk diam' ...
dan menganggap bahwa K tidak mengajarkan meditasi
meditasi dalam arti 'duduk diam'.
Sutarman
Sy juga melihat Banthe Pannavaro sbg bikkhu bersikap sangat inklusif. Ini semacam "revolusi".
Hudoyo Hupudio
Benar. Saya belum pernah mendengar atau membaca ada bhikkhu Indonesia lain yang bicara seperti beliau.
Di dunia ini pun baru Ajahan Chah yang bicaranya mirip Bhante Pannyavaro.
Selebihnya masih kental dengan doktrin-doktrin Buddhisme.
Hudoyo Hupudio
wah, chatnya terhapus.
tapi saya sudah save
sampai 8:30amHudoyo Hupudio: Selebihnya masih kental dengan doktrin-doktrin Buddhisme.
Sutarman
comp sy hang, jd sys tadi off dl Pak.
Hudoyo Hupudio
begitu :-)
Sutarman
Dlm kesehariannya apakah JK "duduk diam" scr rutin & "formal", Pak?
Hudoyo Hupudio
o iya ...
dalam bukunya "Krishnamurti Notebook", ia menceritakan apa yang dialaminya dalam duduk diam ketika terbangun di pagi hari menjelang fajar.
saya mengutip banyak dari buku itu dalam buku "Duduk Diam dengan Batin yang Hening"
Sutarman
Dlm ajarannya apakah JK mengajarkan "duduk diam" itu secara "formal"?
Hudoyo Hupudio
K juga secara eksplisit mengajar duduk diam kepada anak-anak sekolahnya di India dan Inggris.
Itu juga saya muat dalam buku "Duduk Diam ..."
Selain duduk diam ketika bangun di waktu pagi, K hampir setiap sore berjalan cepat sendirian tanpa bicara selama 1 - 1,5 jam
orang2 yang mengikuti di belakangnya juga tidak bicara.
Mas Tarman sudah punya buku "Duduk Diam ..."?
Sutarman
Sudah Pak. Tapi stlh praktek MMD, sy benar-benar orang yg kehilangan minat baca buku. Jd, nggak sy baca tuntas.
Hudoyo Hupudio
saya sendiri juga tidak berminat baca buku-buku spiritual ...
bahkan buku "The Power of Now" yang banyak dipuji orang, hanya saya baca setengahnya ..
setelah sampai setengah berikutnya, Tolle memberikan iming2, menceritakan bagaimana rasanya hening itu.
sampai di situ saya berhenti.
tapi saya masih membaca buku-buku K.
bukan untuk mencari sesuatu dari buku2 itu ...
melainkan karena saya merasa buku itu sebuah cermin kosong untuk mengamati batin saya sendiri,
kosong dalam arti tidak ada iming-iming apa2.
Sutarman
Kl gitu, buku Bapak, sdh pas: tidak tebal, menampilkan "praktek meditasi JK" dr pandangan Buddhis, dan menampilkan "ajaran pembebasan Buddha" dari pandangan JK.
Hudoyo Hupudio
ya.
satu lagi tentang meditasi K
pada waktu perang dunia II 1939-1945 K tinggal di Ojai, California.
karena dia seorang pasifis, dia dilarang oleh FBI untuk bicara di depan umum.
Ini berlangsung sampai perang selesai.
Jadi K tidak berbuat apa2, selain berkebun dan memelihara sapi dan unggas.
Di situ ia bermeditasi setiap hari ... secara formal duduk diam selama 2-3 jam.
Jadi, K mengajarkan duduk diam, mempraktikkan duduk diam (sekalipun ia sudah tercerahkan secara tuntas!) ...
dan seluruh ceramahnya bersumber dari pengalaman meditasinya.
Jadi, tidak betul para peminat K yang meremehkan duduk diam, dengan berbagai dalih ...
dengan mengutip kata-kata K secara berat sebelah.
Itu cuma disebabkan karena kemalasan saja.
Sehingga kadang2 K mengeluh: "Tidak seorang pun berubah."
Bukan keluhan sih, ia cuma mengungkapkan fakta dari orang-orang yang ada di sekitarnya.
Sutarman
Betul, Pak. Itu karena mungkin mereka tidak tahu bedanya antara "teori" dan "praktek langsung".
Hudoyo Hupudio
Betul. Ada yang bilang orang-orang yang berada di sekitar K terlalu silau dengan "matahari" sehingga matanya buta.
Sutarman
Itu problem umum di semua agama dan ajaran spiritual. Mereka merasa "aman" cukup dengan "teori" dan "keimanan" saja, tanpa "amal" apa pun.
Hudoyo Hupudio
Ya ... apalagi kalau berada di dekat guru mursyidnya.
Hudoyo Hupudio
Baiklah, Mas Tarman. ... Ada yang perlu dibahas lagi? ... Saya akan meneruskan beberapa pekerjaan di website ini.
Silakan baca-baca .. Untuk sementara saya signoff dulu. Terima kasih atas chatnya.
bye
Sutarman
Ternyata peminat JK jg terjebak hal yg sama. Mdh2an tidak dgn MMD. Sy sendiri merasakan tidak tergantung dgn Bapak, kecuali utk fasilitas MMDnya sebagai sarana meditasi intensif.
Hudoyo Hupudio
Itu yang betul.
Sutarman
trims Pak. Bye
Hudoyo Hupudio
Banyak peminat K yang terjebak pada 'rasa tercerahkan' ...
yang tercermin dalam bagaimana mereka menyikapi orang2 yang masih "melekat" pada iman dan ritualisme,
pada umumnya tercetus sikap2 melecehkan.
sikap2 demikian justru menunjukkan bahwa "pencerahan" banyak peminat K sebetulnya cuma di tataran intelektual belaka ...
tidak menyentuh hatinya.
ini juga terjadi di kalangan umat Buddha yang melecehkan ajaran2 teologi agama-agama Samawi.
"pencerahan" mereka dari ajaran Sang Buddha cuma di kulitnya saja, cuma di level intelektual belaka.
tidak meresap ke dalam hati.
OK, Mas Tarman, sampai jumpa lagi. Bye.
Sutarman
Di kalangan muslim jg banyak yang tdk praktek sholat, atau praktek sholat cuma sbg "ritual" yg kehilangan "esensi"-nya saja. Jarang yg mau mengembangkan sholat menjadi "meditasi" dan "perawatan tubuh". sehingga "tidak dapat apa-apa" dr "sholat"nya
Hudoyo Hupudio
ya, betul, itu ada di semua kelompok keagamaan.
Sutarman
Bye Pak. Lain kali di sambung lagi. Trims.
Hudoyo Hupudio
di kalangan Buddhis, banyak orang merasa puas dengan ikut kebaktian, tanpa benar2 menengok ke dalam batinnya sendiri.
tanpa bermeditasi.
hasilnya ya seperti sekarang: terpecah belah, menderita terus.
Ok, Bye, Mas Tarman.
[9:03am]