//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - Panda00

Pages: 1 [2]
16
Kalau menurut pemahaman saya, agama Tao maupun agama Kong Hu Cu, lahir & berkembang di daratan Tiongkok.
Merupakan esensi kebijakan dari suku Tionghoa.

Tahun baru imlek, adalah tahun baru yang dirayakan oleh suku Tionghoa sejak dahulu kala.
Bangsa Tionghoa, adalah bangsa yang religius.
Mereka sudah melakukan sembahyang sejak dahulu kala.
Dan ketika musim semi datang, mereka pun menyambutnya dengan sembahyang.

Di masa lalu, agama dari orang Tionghoa adalah Kong Hu Cu, maupun Tao.
Dan semua sama-sama melakukan sembahyang menyambut musim semi.
Dan ini merupakan cikal bakal dari sembahyang pada tahun baru imlek.

Oleh karena itu, bagi saya, tahun baru imlek adalah hari raya agama, bagi umat Kong Hu Cu maupun Tao.

Jika sekarang, ketika warga Tionghoa sudah memeluk berbagai agama yang ada di dunia: Buddha, kr****n, Islam, Hindu, Bahai, dsb... Dan mereka masih ikut menyambut tahun baru imlek (Chinese New Year), ini wajar & baik-baik saja.
Tetapi, jika dengan alasan ini kemudian mengabaikan akarnya, dan mencoba menghapus asal usul dari ritual keagamaan ini, menurut saya bukanlah tindakan yang baik.

Singkat kata, bagi saya, Chinese new year adalah hari raya ke-agama-an bagi umat Kong Hu Cu maupun Tao, sekaligus hari festival bagi warga Tionghoa seluruh dunia.

Mohon maaf jika pendapat saya dirasa menyinggung.

17
emangnya sebelumnya guna angkat anak buat apa?

Kwee pang / guo fang, adalah "Tradisi" suku Tionghoa.
Di mana anak kecil yang sering sakit-sakitan, di-angkat anak-kan kepada paman / teman orang tua-nya.
Tujuannya, agar ada yang "membantu" agar si anak tidak sakit-sakitan terus.
Jika harus keluar biaya berobat, orang tua angkat bisa bantu.
Jika perlu tambahan biaya pendidikan, orang tua angkat bisa bantu juga, dsb...

Sayangnya, sering kejadian, ketika sudah di kwee pang, si orang tua angkat perjalanan hidupnya berubah.
Yang tadinya sehat, mungkin jatuh sakit.
Yang tadinya jaya, mungkin bangkrut.
Akhirnya, si anak angkat ini menjadi kambing hitam, dianggap sebagai pembawa sial.

Padahal, yang namanya manusia, dalam mennjalani kehidupan ini kan selalu ada naiknya & ada turunnya.

Untuk menghindari & mengurangi kesalah-pahaman seperti ini, maka agama-agama yang ada di Tiongkok pun mengadakan Ritual kwee pang.
Misalnya dalam agama Tao, ritual kwee pang dilakukan agar si anak di-angkat anak-kan kepada Dewa/Dewi Tao, seperti Mak Co (Tian Shang Sheng Mu), Guan Gong (Kwan Kong), Hok Tek Ceng Sin (Fu De Zheng Shen), Qing Shui Zu Shi (Co Su Kong), dsb.

Banyak juga kelenteng-kelenteng, yang mengadakan ritual kwee pang kepada Mak Kwan Im.

18
yah, aku juga dengernya dari orang yang bisa (orang pinter), hehe, katanya bgitu.

ya, kira2 analoginya kaya gitu deh, masa udah ngangkat ortu tapi ga suka ngunjungin, heheheh

sebenernya memang dikwepang ato tidak, bagusnya sering berdana entah  itu kepada Vihara/Kelenteng, kepada bhikkhu/bhiksu, juga dana ke dewa/i berupa buah, manisan, air, dll

Memang sebaiknya, kalau sudah di kwee pang ke Dewa / Dewi atau Bodhisatva, sekaligus diajarkan untuk mendalami ajarannya. Dengan demikian, secara otomatis si anak akan tetap rutin pai kepada Dewa / Dewi atau Bodhisatva terkait, bukan?

Biasa kita mau enak & instan saja, ada butuh baru pai-pai.
Lagi jaya, gak pernah mendalami.
Ketika muda, sering beralasan "masih cari duit, masih dagang, masih kotor, dsb" sehingga tidak mau mendalami & menjalankan ajaran. Tunggu tua, baru mau belajar.... ya syukur kalau masih ingat. Biasa sudah dewasa, ikut pasangan ke rumah tetangga. Atau sudah tua, diajak anak mantu & cucu ke rumah tetangga.

19
terus katanya klo dah dikwepang, pada hari perayaan dewa/Bodhisattva tersebut jangan lupa sembayang, dan bawa persembahan.. ntar klo ngga apes..

Masa sih karena lupa sembahyang / bawa persembahan, lantas jadi apes?
Kalau pemahaman seperti ini terus digaungkan, tidak heran generasi muda malas untuk mendalami ajaran maupun pai kepada Dewa / Dewi maupun Bodhisatva.


Pages: 1 [2]