//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Si?sap?sutta?  (Read 16545 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Si?sap?sutta?
« Reply #15 on: 06 February 2009, 11:33:00 AM »
Bro Morpheus,
Romo sudah mengklarifikasi bahwa statement itu tidak ditujukan kepada Pak Hudoyo. Kenyataannya memang di forum ini Simsapa Sutta memang sering digunakan oleh banyak member dgn tujuan spt yg disebutkan oleh Romo Cunda. Mengapa anda memaksakan tuduhan anda?
bang indra, romo udah mengklarifikasi mengenai simsapa sutta dan pak hudoyo, tapi beliau gak mengklarifikasikan seluruh posting keduanya, contohnya kata2 "karangan para bhikkhu yang bukan arahat". setahu saya hanya pak hudoyo yg memakai kata2 itu, tidak ada orang lain.

kalo memang post romo itu dtujukan secara general saja, ya gapapa.
kalo ditujukan untuk pak hudoyo, alangkah bagusnya dan lebih bermanfaat kalo para pakar ini berdialog langsung, ketimbang sentil2an.
manfaatnya akan terasa untuk kita, untuk buddhisme di indonesia.
itu aja, bang.
sekali lagi maafkan keusilan saya.

Sudahlah, Bro Morpheus. Kalau dilanjutkan, tidak akan ada habisnya.
(Sori ikut campur.)


Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Si?sap?sutta?
« Reply #16 on: 06 February 2009, 11:42:45 AM »
Saya jelas bukan Arahat, dan juga akan "patah hati" kalau memang benar harus memahami seluruh Tipitaka dahulu untuk tercerahkan ;D Lebih baik saya cari agama tetangga yang kitabnya jauh lebih tipis
OOT, jika harus hafal, maka tipitaka.org lah yg-tercerahkan :P
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Si?sap?sutta?
« Reply #17 on: 06 February 2009, 11:44:24 AM »
saya kira, pertanyaan pertanyaan yang menjurus pada pemojokan pribadi harus dikurangi dan kalau bisa dihilangkan seperti pertanyaan APAKAH ANDA SUDAH TERCERAHKAN ? APAKAH ANDA SUDAH ARAHAT ? dsbnya.

Menurut hemat saya, dari referensi bhikkhu arahat yang mencapai tingkat kesucian hanya dengan beberapa bait khotbah ataupun tuntunan ajaran yang singkat, lalu menjadikan kesimpulan bahwa TIPITAKA (secara keseluruhan) menjadi tidak perlu adalah kesimpulan yang terburu-buru.

Mengapa ? Karena jalan pemurnian (visudhi magga) ajaran BUDDHa untuk mencapai kesucian ARAHAT itu tidak hanya ditempuh dalam jangka waktu singkat (artian dalam satu kehidupan), tetapi sudah dipraktekkan dan dikumpulkan (PARAMI-nya) dalam banyak kehidupan.

Kebiasaan mengikuti suatu proses/cerita secara sepengal pengal akan bermuara pada berbagai pertanyaan yang konyol, seperti misalnya : Apakah mungkin BAHIYA yang notabene bukan siapa siapa, bukan bhikkhu murid BUDDHA, mencapai kesucian ARAHAT hanya mendengar tuntunan ajaran dalam beberapa bait saja ? Tetapi dalam berbagai kitab komentar telah dijelaskan mengapa BAHIYA memiliki kualitas dan kemampuan seperti itu...

Kembali lagi ke persoalan Simsapa Sutta yang menganalogikan daun di tangan BUDDHA sebagai hal yang perlu diajarkan karena berhubungan dan berkaitan dengan jalan pembebasan, Tidak menyatakan bahwa ajaran ajaran di luar genre (silsilah) ajaran BUDDHA maupun yang masih berhubungan dengan silsilah BUDDHA itu TIDAK BENAR. Tetapi BUDDHA telah menggarisbawahi bahwa AJARAN PARA BUDDHA (SEMUA BUDDHA dalam hal ini) adalah AJARAN TENTANG MENGAKHIRI DUKKHA (PEMBEBASAN).
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Si?sap?sutta?
« Reply #18 on: 06 February 2009, 11:52:41 AM »
Saya jelas bukan Arahat, dan juga akan "patah hati" kalau memang benar harus memahami seluruh Tipitaka dahulu untuk tercerahkan ;D Lebih baik saya cari agama tetangga yang kitabnya jauh lebih tipis
OOT, jika harus hafal, maka tipitaka.org lah yg-tercerahkan :P

Yang ada, saya jadi Pujangga karena kebanyakan baca Theragata/Therigata atau Sutta Nipata ;D

Bagi yang mengatakan HARUS BACA SEMUA, saya menentang. Bagi yang mengatakan HARUS BACA SEDIKIT SAJA, saya juga menentang. Semua adalah kembali pada kedewasaan bathin seseorang, bukan seperti anak SD yang ikut kurikulum.


Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Si?sap?sutta?
« Reply #19 on: 06 February 2009, 12:28:04 PM »
Saya jelas bukan Arahat, dan juga akan "patah hati" kalau memang benar harus memahami seluruh Tipitaka dahulu untuk tercerahkan ;D Lebih baik saya cari agama tetangga yang kitabnya jauh lebih tipis
OOT, jika harus hafal, maka tipitaka.org lah yg-tercerahkan :P

Yang ada, saya jadi Pujangga karena kebanyakan baca Theragata/Therigata atau Sutta Nipata ;D

Bagi yang mengatakan HARUS BACA SEMUA, saya menentang. Bagi yang mengatakan HARUS BACA SEDIKIT SAJA, saya juga menentang. Semua adalah kembali pada kedewasaan bathin seseorang, bukan seperti anak SD yang ikut kurikulum.



cocok...

jadi Tipitaka itu adalah tuntunan lengkap yang komplit mulai dari A s/d Z...

Ada yang perlu belajar dari A s/d Z, ada yang bisa mulai dari D, E , F dsbnya... ada pula yang sudah sampai Y, tinggal Z saja...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: Si?sap?sutta?
« Reply #20 on: 06 February 2009, 12:54:46 PM »
Sekedar informasi utk rekan2 sekalian.....

Sktr thn 1996, saya pernah membaca 1 buku di paham lain yang khusus membahas mengenai kelemahan agama2 di dunia ini (kecuali agama dia tentunya)

Di Buddhism, disebutkan bhw kelemahannya ada di Simsapa sutta ini dimana sutta ini dipenggal menjadi
Quote
Kemudian setelah menggenggam sedikit daun Sīmsapā dalam tangan Nya, kemudian Bhagavā berkata para Bhikkhu:

“Bagaimana pendapatmu, o para Bhikkhu, yang manakah yang lebih banyak, apakah daun yang ada dalam genggaman Ku atau yang ada di puncak hutan Sīsapā?”.

“Lebih sedikit, o Bhante, daun yang ada dalam genggaman tangan Bhagavā, dan lebih banyak yang ada di hutan Sīmsapā.

Dimana ini diasumsikan bhw Buddha bukan guru yg baik, yg tahu banyak tapi hanya mengajar sedikit saja

Padahal sebenarnya dalam sutta itu sudah jelas disebutkan dalam paragraf berikutnya yaitu

Quote
O para Bhikkhu, karena tidak berhubungan dengan manfaat, tidak berlandaskan hidup suci, tidak menuntun kepada: tanggalnya keduniawian, tanpa nafsu, padamnya nafsu, ketenteraman, pemahaman, pencerahan dan nibbāna, Oleh karena itu hal tersebut tidak Aku ungkapkan

Jadi benar yg disebut oleh romo cunda mengenai banyaknya kekeliruan tafsir simsapa sutta ini

Semoga bermanfaat bagi kita semua

metta

cunda

  • Guest
Re: Si?sap?sutta?
« Reply #21 on: 06 February 2009, 04:51:31 PM »

bang indra, romo udah mengklarifikasi mengenai simsapa sutta dan pak hudoyo, tapi beliau gak mengklarifikasikan seluruh posting keduanya, contohnya kata2 "karangan para bhikkhu yang bukan arahat". setahu saya hanya pak hudoyo yg memakai kata2 itu, tidak ada orang lain.



namaste suvatthi hotu

Pertikaian tentang kesahihan Tipitaka bukan baru dicetuskan Oleh Pak Hudoyo, jauh sebelum itu sudah terjadi (baca kitab kisah perpecahan/Abhidhammapiṭake; Kathāvatthupāḷi), hampir semua orang yang menyanggah kesahihan tipitaka beranggapan bahwa penulisan Tipitaka di masa lampau dilakukan oleh "bhikkhu biasa yang bukan arahat".

Quote

kalo memang post romo itu dtujukan secara general saja, ya gapapa.
kalo ditujukan untuk pak hudoyo, alangkah bagusnya dan lebih bermanfaat kalo para pakar ini berdialog langsung, ketimbang sentil2an.
manfaatnya akan terasa untuk kita, untuk buddhisme di indonesia.
itu aja, bang.
sekali lagi maafkan keusilan saya.
[/color]


semoga penjelasan di atas sudah cukup ya

Thuti

« Last Edit: 06 February 2009, 06:10:05 PM by cunda »

cunda

  • Guest
Re: Si?sap?sutta?
« Reply #22 on: 06 February 2009, 06:02:27 PM »


Ya, betul. Paham ga harus hafal. Tetapi tetap bukanlah masalah "berapa banyak jumlah"-nya. Bukan juga masalah berapa banyak yang dipraktikkan (ref. Kisah Bhikkhu Ekudana dan Bhikkhu Tuccha Pothila). Banyaknya sutta adalah untuk mengayomi banyaknya kecenderungan manusia untuk mengerti tentang Dukkha.

Saya jelas bukan Arahat, dan juga akan "patah hati" kalau memang benar harus memahami seluruh Tipitaka dahulu untuk tercerahkan ;D Lebih baik saya cari agama tetangga yang kitabnya jauh lebih tipis





namaste suvatthi hotu


Anda tidak diharuskan menghafal Tipitaka, biarlah para "Tipitakadhara" yang melakukannya.

Lihat contoh pencapaian Cūḷapanthaka pada:

Khuddakanikāye; Dhammapada-aṭṭhakathā; 2. Appamādavaggo; 3. Cūḷapanthakattheravatthu

Cūḷapanthaka tidak mampu menghafal “empat baris syair” di bawah ini selama empat bulan,

‘‘Padmaṃ yathā kokanadaṃ sugandhaṃ,
Pāto siyā phullamavītagandhaṃ;
Aṅgīrasaṃ passa virocamānaṃ,
Tapantamādiccamivantalikkhe’’ti.


Namun akhirnya dapat mencapai ke-arahat-an yang unik melalui instruksi Buddha agar menggosok-gosok secarik kain bersih lalu melihatnya di bawah sinar matahari sambil mengucapkan ‘‘rajoharaṇaṃ’’ (pengambil debu) berulang kali.

Beliau melihat proses ketidak-kekalan pada saat sapu tangan yang bersih menjadi kotor karena digosok-gosok.

Beliau mencapai arahat dengan kesaktian yang mampu membuat dirinya menjadi banyak.

Mau coba?

Thuti

 
« Last Edit: 06 February 2009, 06:05:59 PM by cunda »

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Si?sap?sutta?
« Reply #23 on: 06 February 2009, 09:34:55 PM »
Quote
Pertikaian tentang kesahihan Tipitaka bukan baru dicetuskan Oleh Pak Hudoyo, jauh sebelum itu sudah terjadi (baca kitab kisah perpecahan/Abhidhammapiṭake; Kathāvatthupāḷi), hampir semua orang yang menyanggah kesahihan tipitaka beranggapan bahwa penulisan Tipitaka di masa lampau dilakukan oleh "bhikkhu biasa yang bukan arahat".

pertikaian "sebagian" dari Tipitaka memang dari dulu sudah ada. apakah itu Abhidhamma atau beberapa sutta lain... bukan seluruh Tipitaka lho...

tapi yg bilang langsung: Tipitaka "disusun" & dihapal oleh non-arahat
saya baru ketemu 1 :)
(yg tak langsung sih lebih :P)
« Last Edit: 06 February 2009, 09:57:18 PM by tesla »
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Si?sap?sutta?
« Reply #24 on: 06 February 2009, 09:36:39 PM »


Ya, betul. Paham ga harus hafal. Tetapi tetap bukanlah masalah "berapa banyak jumlah"-nya. Bukan juga masalah berapa banyak yang dipraktikkan (ref. Kisah Bhikkhu Ekudana dan Bhikkhu Tuccha Pothila). Banyaknya sutta adalah untuk mengayomi banyaknya kecenderungan manusia untuk mengerti tentang Dukkha.

Saya jelas bukan Arahat, dan juga akan "patah hati" kalau memang benar harus memahami seluruh Tipitaka dahulu untuk tercerahkan ;D Lebih baik saya cari agama tetangga yang kitabnya jauh lebih tipis





namaste suvatthi hotu


Anda tidak diharuskan menghafal Tipitaka, biarlah para "Tipitakadhara" yang melakukannya.

Lihat contoh pencapaian Cūḷapanthaka pada:

Khuddakanikāye; Dhammapada-aṭṭhakathā; 2. Appamādavaggo; 3. Cūḷapanthakattheravatthu

Cūḷapanthaka tidak mampu menghafal “empat baris syair” di bawah ini selama empat bulan,

‘‘Padmaṃ yathā kokanadaṃ sugandhaṃ,
Pāto siyā phullamavītagandhaṃ;
Aṅgīrasaṃ passa virocamānaṃ,
Tapantamādiccamivantalikkhe’’ti.


Namun akhirnya dapat mencapai ke-arahat-an yang unik melalui instruksi Buddha agar menggosok-gosok secarik kain bersih lalu melihatnya di bawah sinar matahari sambil mengucapkan ‘‘rajoharaṇaṃ’’ (pengambil debu) berulang kali.

Beliau melihat proses ketidak-kekalan pada saat sapu tangan yang bersih menjadi kotor karena digosok-gosok.

Beliau mencapai arahat dengan kesaktian yang mampu membuat dirinya menjadi banyak.

Mau coba?

Thuti

 

Cerita Culapanthaka harus dilihat tidak dalam kehidupan terakhir culapanthaka yang terlahir dengan keterbatasan daya ingat. Tetapi Culapanthaka telah menjalani jalur pemurnian (visudhi magga) dalam kehidupan-kehidupan sebelumnya. BUDDHA dengan kekuatan bathin-nya dapat mengetahui kondisi bathin pendengar khotbah-nya dan dapat memberikan instruksi yang paling tepat sesuai dengan kondisi dan situasi pendengarnya. Dalam hal ini, karena dalam kehidupan Culapanthaka yang terakhir terlahir dengan keterbatasan daya ingat, maka BUDDHA memberikan instruksi unik seperti yang sdr.cunda quote di atas, yang pada akhirnya membuat Culapanthaka berhasil mencapai penembusan dan mencapai tingkat kesucian Arahat.
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: Si?sap?sutta?
« Reply #25 on: 06 February 2009, 09:45:59 PM »
semoga penjelasan di atas sudah cukup ya
sebenernya agak kabur, romo hehehehe...
saya simpulkan posting anda ditujukan untuk umum saja...
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline Lily W

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.119
  • Reputasi: 241
  • Gender: Female
Re: Si?sap?sutta?
« Reply #26 on: 06 February 2009, 09:49:11 PM »


Ya, betul. Paham ga harus hafal. Tetapi tetap bukanlah masalah "berapa banyak jumlah"-nya. Bukan juga masalah berapa banyak yang dipraktikkan (ref. Kisah Bhikkhu Ekudana dan Bhikkhu Tuccha Pothila). Banyaknya sutta adalah untuk mengayomi banyaknya kecenderungan manusia untuk mengerti tentang Dukkha.

Saya jelas bukan Arahat, dan juga akan "patah hati" kalau memang benar harus memahami seluruh Tipitaka dahulu untuk tercerahkan ;D Lebih baik saya cari agama tetangga yang kitabnya jauh lebih tipis





namaste suvatthi hotu


Anda tidak diharuskan menghafal Tipitaka, biarlah para "Tipitakadhara" yang melakukannya.

Lihat contoh pencapaian Cūḷapanthaka pada:

Khuddakanikāye; Dhammapada-aṭṭhakathā; 2. Appamādavaggo; 3. Cūḷapanthakattheravatthu

Cūḷapanthaka tidak mampu menghafal “empat baris syair” di bawah ini selama empat bulan,

‘‘Padmaṃ yathā kokanadaṃ sugandhaṃ,
Pāto siyā phullamavītagandhaṃ;
Aṅgīrasaṃ passa virocamānaṃ,
Tapantamādiccamivantalikkhe’’ti.


Namun akhirnya dapat mencapai ke-arahat-an yang unik melalui instruksi Buddha agar menggosok-gosok secarik kain bersih lalu melihatnya di bawah sinar matahari sambil mengucapkan ‘‘rajoharaṇaṃ’’ (pengambil debu) berulang kali.

Beliau melihat proses ketidak-kekalan pada saat sapu tangan yang bersih menjadi kotor karena digosok-gosok.

Beliau mencapai arahat dengan kesaktian yang mampu membuat dirinya menjadi banyak.

Mau coba?

Thuti

 

Momo... Nama panggilan buat Bro Kainyn kan Tipitakadhara... ;D

Semoga Bro Kainyn benar2 menjadi seorang Tipitakadhara...sadhu3x...

_/\_ :lotus:

~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are

Offline Adhitthana

  • Sebelumnya: Virya
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.508
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
Re: Si?sap?sutta?
« Reply #27 on: 06 February 2009, 11:09:34 PM »
Romo ini terjemahin donk .....  :)

‘‘Padmaṃ yathā kokanadaṃ sugandhaṃ,
Pāto siyā phullamavītagandhaṃ;
Aṅgīrasaṃ passa virocamānaṃ,
Tapantamādiccamivantalikkhe’’ti.



Thuti  _/\_
  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Si?sap?sutta?
« Reply #28 on: 07 February 2009, 12:18:48 AM »
"Behold the Resplendent One! Splendid like the sweet-smelling red lotus that opens up its petals in the morning. never losing its fragrance! Or like the Sun that blazes in the sky!"
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Si?sap?sutta?
« Reply #29 on: 07 February 2009, 09:18:13 AM »


Ya, betul. Paham ga harus hafal. Tetapi tetap bukanlah masalah "berapa banyak jumlah"-nya. Bukan juga masalah berapa banyak yang dipraktikkan (ref. Kisah Bhikkhu Ekudana dan Bhikkhu Tuccha Pothila). Banyaknya sutta adalah untuk mengayomi banyaknya kecenderungan manusia untuk mengerti tentang Dukkha.

Saya jelas bukan Arahat, dan juga akan "patah hati" kalau memang benar harus memahami seluruh Tipitaka dahulu untuk tercerahkan ;D Lebih baik saya cari agama tetangga yang kitabnya jauh lebih tipis





namaste suvatthi hotu


Anda tidak diharuskan menghafal Tipitaka, biarlah para "Tipitakadhara" yang melakukannya.

Lihat contoh pencapaian Cūḷapanthaka pada:

Khuddakanikāye; Dhammapada-aṭṭhakathā; 2. Appamādavaggo; 3. Cūḷapanthakattheravatthu

Cūḷapanthaka tidak mampu menghafal “empat baris syair” di bawah ini selama empat bulan,

‘‘Padmaṃ yathā kokanadaṃ sugandhaṃ,
Pāto siyā phullamavītagandhaṃ;
Aṅgīrasaṃ passa virocamānaṃ,
Tapantamādiccamivantalikkhe’’ti.


Namun akhirnya dapat mencapai ke-arahat-an yang unik melalui instruksi Buddha agar menggosok-gosok secarik kain bersih lalu melihatnya di bawah sinar matahari sambil mengucapkan ‘‘rajoharaṇaṃ’’ (pengambil debu) berulang kali.

Beliau melihat proses ketidak-kekalan pada saat sapu tangan yang bersih menjadi kotor karena digosok-gosok.

Beliau mencapai arahat dengan kesaktian yang mampu membuat dirinya menjadi banyak.

Mau coba?

Thuti

 

Ya, justru saya tahu tidak harus menghafalnya, jadi sekarang tidak putus asa dan patah hati. :)
Segala hal yang terjadi dalam kisah dalam Tipitaka juga bukan untuk ditiru begitu saja tanpa pengertian, tetapi diambil hikmahnya, intisarinya. Tidak ada gunanya menggosok-gosokkan kain di dahi menghadap gerbang timur mengharapkan pencapaian Arahatta seperti Cula-Panthaka.
Semua orang memiliki kecenderungan masing-masing (seperti Cula-Panthaka punya kecenderungan itu karena di kehidupan lampau ia menyadari ketidak-kekalan ketika menyeka mukanya dengan kain bersih, yang kemudian menjadi kotor) dan bisa merasa cocok dengan sebagian (apakah sedikit, seperti Cula-Panthaka atau banyak, seperti Ananda) Tipitaka. Baiklah dia mengembangkan bathin sesuai dengan instruksi yang cocok baginya. Baca sedikit, bukan berarti bathin tidak berkembang. Baca banyak, bukan berarti bathinnya berkembang. Mengetahui esensi dan menjalankannya yang membuat bathin berkembang.