//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Si?sap?sutta?  (Read 16552 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

cunda

  • Guest
Si?sap?sutta?
« on: 21 January 2009, 12:39:30 PM »
Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammāsambuddhassa
Hormat pada Bhagavā, Yang Maha Suci, Yang Telah Mencapai Pencerahan Sempurna

Sīsapāvanasuttaṃ


Saṃyuttanikāyo; Mahāvaggo; 12. Saccasaṃyuttaṃ; 1. Sīsapāvanasuttaṃ 1001


Ekaṃ samayaṃ bhagavā kosambiyaṃ viharati sīsapāvane

Pada suatu ketika Bhagavā bersemayam di Kosambi, di hutan Sīsapā (Siṃsapā)


Atha kho bhagavā parittāni sīsapāpaṇṇāni pāṇinā gahetvā bhikkhū āmantesi –
‘‘taṃ kiṃ maññatha, bhikkhave, katamaṃ nu kho bahutaraṃ – yāni vā mayā parittāni sīsapāpaṇṇāni pāṇinā gahitāni yadidaṃ upari sīsapāvane’’ti?


Kemudian setelah menggenggam sedikit daun Sīsapā dalam tangan Nya, kemudian Bhagavā berkata para Bhikkhu:
“Bagaimana pendapatmu, o para Bhikkhu, yang manakah yang lebih banyak, apakah daun yang ada dalam genggaman Ku atau yang ada di puncak hutan Sīsapā?”.


‘Appamattakāni, bhante, bhagavatā parittāni sīsapāpaṇṇāni pāṇinā gahitāni; atha kho etāneva bahutarāni yadidaṃ upari sīsapāvane’’ti.

“Lebih sedikit, o Bhante, daun yang ada dalam genggaman tangan Bhagavā, dan lebih banyak yang ada di hutan Sīsapā.


‘‘Evameva kho, bhikkhave, etadeva bahutaraṃ yaṃ vo mayā abhiññāya anakkhātaṃ.
Kasmā cetaṃ, bhikkhave, mayā anakkhātaṃ?


Demikianlah sesungguhnya, o para Bhikkhu, yang banyak ini walaupun telah Aku ketahui namun tidak Aku ungkapkan.
Dan mengapa, o para Bhikkhu, hal itu tak Aku ungkapkan?.


Na hetaṃ, bhikkhave, atthasaṃhitaṃ nādibrahmacariyakaṃ na nibbidāya na virāgāya na nirodhāya na upasamāya na abhiññāya na sambodhāya na nibbānāya saṃvattati; tasmā taṃ mayā anakkhātaṃ’’.


O para Bhikkhu, karena tidak berhubungan dengan manfaat, tidak berlandaskan hidup suci, tidak menuntun kepada: tanggalnya keduniawian, tanpa nafsu, padamnya nafsu, ketenteraman, pemahaman, pencerahan dan nibbāna, Oleh karena itu hal tersebut tidak Aku ungkapkan


‘‘Kiñca, bhikkhave, mayā akkhātaṃ? ‘Idaṃ dukkha’nti, bhikkhave, mayā akkhātaṃ, ‘ayaṃ dukkhasamudayo’ti mayā akkhātaṃ, ‘ayaṃ dukkhanirodho’ti mayā akkhātaṃ, ‘ayaṃ dukkhanirodhagāminī paṭipadā’ti mayā akkhātaṃ’’.


Apakah o para Bhikkhu yang telah Aku ungkapkan?
Aku telah mengungkapkan: “Inilah dukkha, inilah asal mula dukkha, inilah akhir dukkha, inilah jalan menuju akhir dukkha”


‘‘Kasmā cetaṃ, bhikkhave, mayā akkhātaṃ?
Etañhi, bhikkhave, atthasaṃhitaṃ etaṃ ādibrahmacariyakaṃ etaṃ nibbidāya virāgāya nirodhāya upasamāya abhiññāya sambodhāya nibbānāya saṃvattati; tasmā taṃ mayā akkhātaṃ.


Mengapa o para Bhikkhu, telah Aku ungkapkan?
O para Bhikkhu, karena hal itu bermanfaat, berlandasakan hidup suci, menuntun kepada: tanggalnya keduniawian, tanpa nafsu, padamnya nafsu, ketenteraman, pemahaman, pencerahan dan nibbāna, Oleh karena itu hal tersebut Aku ungkapkan


‘‘Tasmātiha, bhikkhave, ‘idaṃ dukkha’nti yogo karaṇīyo…pe… ‘ayaṃ dukkhanirodhagāminī paṭipadā’ti yogo karaṇīyo’’ti.

Oleh karena itu o para Bhikkhu, latihan tentang “Inilah dukkha” yang seharusnya dikembangkan, latihan tentang “Inilah asal-mula dukkha” yang seharusnya dikembangkan, latihan tentang “Inilah lenyapnya dukkha” yang seharusnya dikembangkan, latihan tentang “Inilah jalan menuju lenyapnya dukkha” yang seharusnya dikembangkan,
 


Sādhu sādhu sādhu



Mohon koreksi dari teman-teman

Thuti


Sumber Pustaka:
Chaţţha Sańgāyana CD-Rom - by Sayagyi Dr. S.N. Goenka –
Vipassana Research Institute, Dhammagiri - Igatpuri 422403 Dist Nashik India.


cunda

  • Guest
Re: Si?sap?sutta?
« Reply #1 on: 05 February 2009, 04:36:10 PM »
namaste suvatthi hotu

Sīsapāsuttaṃ (Siṃsapāsuttaṃ) seringkali keliru ditafsirkan, bahwa masih banyak "Dhamma" yang belum diajarkan Buddha, sehingga ajaran kepercayaan lain juga bisa "benar/sesuai" dengan Dhamma yang diajarkan Buddha.

Berdasarkan referensi "ajaran guru lain" itulah kemudian banyak orang terperoksok pada kesimpulan sepihak yang dangkal bahwa ajaran yang tersurat dan tersirat di Tipitaka adalah "bualan belaka", atau sekedar karangan para bhikkhu yang bukan arahat, dsb.

Ketika ada seseorang yang berusaha menerangkan apa yang tertulis dalam tipitaka maka orang itu dituduh "fanatik membuta" pada teori yang tertulis dalam Tipitaka, dsb

Bahkan ada orang yang menarik kesimpulan seenaknya (tanpa penyelidikan seksama) bahwa "yang benar cuma ini yang lain keliru".

Sesungguhnya kita yang masih awam akan "Dhamma Sejati" hendaknya terus menerus belajar teori melalui sumber yang dapat dipertanggung-jawabkan kebenarannya dan mau mencobanya dalam praktek ssecara bertahap dan berkala secara terus menerus, kita juga hendaknya mau berdiskusi dengan benar agar segala sesuatu yang belum jelas menjadi jelas, karena kita juga bisa mendengar dari orang lain apa-apa yang belum kita pernah dengar sebelumnya.

Melalui diskusi yang sehat kita bisa bertukar pengalaman dengan orang lain sehingga kita tidak terjebak pada pandangan picik "mau benar sendiri dan melecehkan yang lain", hanya mereka yang benar-benar melihat segala sesuatu apa adanya dengan pengetahuan/kebijaksanaan (yathābhūtaṃ ñāṇadassanaṃ) dapat terlepas dari kemelekatan "ke-ego-an" sehingga tidak memunculkan "kesombongan dan keserakahan baru", sedangkan kita yang masih belum mampu "melihat sebagaimana adanya dengan kebijaksanaan" maka sebaiknya mau menahan diri agar tidak terjebak pada kesombongan.

Thuti


Offline hatRed

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.400
  • Reputasi: 138
  • step at the right place to be light
Re: Si?sap?sutta?
« Reply #2 on: 05 February 2009, 04:40:43 PM »
bertukar pandang boleh, tapi kalo asal copas dan berpuitis yg seakan akan indah apa itu yg disebut "Kebenaran"

tambahan :

ada juga yg memberikan informasi tetapi yg memberikan info gak tau akan kebenaran informasi tersebut.

sukur2 kalo infonya benar, kalo sesat kan artinya orang sesat menyesatkan orang lain.
« Last Edit: 05 February 2009, 04:43:14 PM by hatRed »
i'm just a mammal with troubled soul



Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Si?sap?sutta?
« Reply #3 on: 05 February 2009, 04:44:00 PM »
Setuju Romo.

Segenggam daun di dalam tangan Buddha adalah semua Ajaran yang diperlukan dalam rangka mencapai tujuan sebagai Buddhis, daun2 lainnya adalah pengetahuan yang tidak berguna untuk mencapai tujuan itu dan oleh karena itu tidak diajarkan oleh Buddha.

_/\_

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: Si?sap?sutta?
« Reply #4 on: 05 February 2009, 07:53:54 PM »
Sīsapāsuttaṃ (Siṃsapāsuttaṃ) seringkali keliru ditafsirkan, bahwa masih banyak "Dhamma" yang belum diajarkan Buddha, sehingga ajaran kepercayaan lain juga bisa "benar/sesuai" dengan Dhamma yang diajarkan Buddha.

Berdasarkan referensi "ajaran guru lain" itulah kemudian banyak orang terperoksok pada kesimpulan sepihak yang dangkal bahwa ajaran yang tersurat dan tersirat di Tipitaka adalah "bualan belaka", atau sekedar karangan para bhikkhu yang bukan arahat, dsb.
maaf nih, romo.

apa bener ada yg meragukan sutta2 dengan menggunakan penyalahtafsiran simsapa sutta sebagai senjata?
saya gak pernah baca yg begitu di sini...

dan kalo memang sasaran romo itu pak hudoyo, kenapa romo gak langsung berdiskusi aja dengan pak hudoyo dari dulu?
agak heran aja, romo sepertinya justru aktif berargumen di belakang orangnya...
seperti juga yg saya denger dari radio, romo bilang: cuman doyan berdebat dengan anak2.
kok waktu itu romo gak turun tangan sendiri meluruskan?

saya merasa lebih positif kalo terjadi dialog langsung dari pakar2nya, biar kita2 bisa belajar...
maaf kalo tulisan saya menyinggung
 ^:)^
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

cunda

  • Guest
Re: Si?sap?sutta?
« Reply #5 on: 05 February 2009, 09:12:46 PM »

maaf nih, romo.

apa bener ada yg meragukan sutta2 dengan menggunakan penyalahtafsiran simsapa sutta sebagai senjata?
saya gak pernah baca yg begitu di sini...



Namaste suvatthi hotu

Salah tafsir tentang Siṃsapāsuttaṃ terjadi di masyarakat luas yang menyatakan ajaran kepercayaan lain juga mengajarkan Dhamma yang sama dengan yang di ajarkan Buddha.



Quote

dan kalo memang sasaran romo itu pak hudoyo, kenapa romo gak langsung berdiskusi aja dengan pak hudoyo dari dulu?
agak heran aja, romo sepertinya justru aktif berargumen di belakang orangnya...
seperti juga yg saya denger dari radio, romo bilang: cuman doyan berdebat dengan anak2.
kok waktu itu romo gak turun tangan sendiri meluruskan?


Untuk Siṃsapāsuttaṃ aku sama sekali tidak mengarah ke Pak Hudoyo, tapi Siṃsapāsuttaṃ sering dijadikan alasan oleh orang lain untuk membenarkan pendapatnya.

Apabila mengutip kata-kata di radio aku mohon anda tidak mengutip hanya sepenggal karena dampaknya akan serius,

Aku pernah mengusulkan diskusi soal MMD ditutup, ini aku sertakan kutipan postingan tersebut:

namaste suvatthi hotu

aku setuju dengan penjelasan Pak Hudoyo:

"Anda bukan arahat, seperti saya bukan arahat. Jadi marilah kita waspada apa yang ada di dalam batin kita sendiri, tidak usah menghiraukan orang lain".


Mari kita amati batin kita masing2 saja, dan mari tutup diskusi soal MMD disini

Semoga semua tercerahkan

Thuti



Demikianlah semoga menjadi lebih jelas

Thuti
« Last Edit: 05 February 2009, 09:16:59 PM by cunda »

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Si?sap?sutta?
« Reply #6 on: 05 February 2009, 11:18:16 PM »
Setuju Romo.

Segenggam daun di dalam tangan Buddha adalah semua Ajaran yang diperlukan dalam rangka mencapai tujuan sebagai Buddhis, daun2 lainnya adalah pengetahuan yang tidak berguna untuk mencapai tujuan itu dan oleh karena itu tidak diajarkan oleh Buddha.

_/\_

setuju dengan om cunda...

makanya seringkali salah ditafsirkan dan dijadikan pembenaran bahwa ada sekian banyak pintu dharma... dan ajaran ajaran mereka itu termasuk salah satu pintu dharma. padahal kalau dipelajari dan dibandingkan, malah kontradiksi satu sama lain.
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: Si?sap?sutta?
« Reply #7 on: 06 February 2009, 10:24:05 AM »
Untuk Siṃsapāsuttaṃ aku sama sekali tidak mengarah ke Pak Hudoyo, tapi Siṃsapāsuttaṃ sering dijadikan alasan oleh orang lain untuk membenarkan pendapatnya.

Apabila mengutip kata-kata di radio aku mohon anda tidak mengutip hanya sepenggal karena dampaknya akan serius,
saya tahu pak hudoyo gak pernah memakai simsapa sutta sebagai alasannya.
apakah itu berarti jadi posting kedua romo di atas sama sekali gak mengacu pada pak hudoyo?

mengenai radio, mohon dikoreksi kalo ada yg salah, romo.

saya juga setuju dengan ajakan pak hudoyo di atas, namun kalo ada hal2 yg gak tuntas dan dilontarkan di belakang orangnya, saya pikir mendingan dilakukan terbuka saja.
maafkan keusilan saya romo...
 ^:)^
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Si?sap?sutta?
« Reply #8 on: 06 February 2009, 10:37:49 AM »
Namaste suvatthi hotu

Salah tafsir tentang Siṃsapāsuttaṃ terjadi di masyarakat luas yang menyatakan ajaran kepercayaan lain juga mengajarkan Dhamma yang sama dengan yang di ajarkan Buddha.

Quote
Untuk Siṃsapāsuttaṃ aku sama sekali tidak mengarah ke Pak Hudoyo, tapi Siṃsapāsuttaṃ sering dijadikan alasan oleh orang lain untuk membenarkan pendapatnya.

Bro Morpheus,
Romo sudah mengklarifikasi bahwa statement itu tidak ditujukan kepada Pak Hudoyo. Kenyataannya memang di forum ini Simsapa Sutta memang sering digunakan oleh banyak member dgn tujuan spt yg disebutkan oleh Romo Cunda. Mengapa anda memaksakan tuduhan anda?

_/\_

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Si?sap?sutta?
« Reply #9 on: 06 February 2009, 10:52:43 AM »
Setuju Romo.

Segenggam daun di dalam tangan Buddha adalah semua Ajaran yang diperlukan dalam rangka mencapai tujuan sebagai Buddhis, daun2 lainnya adalah pengetahuan yang tidak berguna untuk mencapai tujuan itu dan oleh karena itu tidak diajarkan oleh Buddha.

_/\_

Berarti harus hafal Tipitaka dulu baru bisa tercerahkan?


Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Si?sap?sutta?
« Reply #10 on: 06 February 2009, 11:01:51 AM »
Setuju Romo.

Segenggam daun di dalam tangan Buddha adalah semua Ajaran yang diperlukan dalam rangka mencapai tujuan sebagai Buddhis, daun2 lainnya adalah pengetahuan yang tidak berguna untuk mencapai tujuan itu dan oleh karena itu tidak diajarkan oleh Buddha.

_/\_

Berarti harus hafal Tipitaka dulu baru bisa tercerahkan?



Memahami tidak harus hapal, dan yang lebih penting adalah mempraktikkan. Kalau dengan menghapal bisa tercerahkan, Apakah Bro Kainyn sudah tercerahkan? ;D

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: Si?sap?sutta?
« Reply #11 on: 06 February 2009, 11:08:22 AM »
Bro Morpheus,
Romo sudah mengklarifikasi bahwa statement itu tidak ditujukan kepada Pak Hudoyo. Kenyataannya memang di forum ini Simsapa Sutta memang sering digunakan oleh banyak member dgn tujuan spt yg disebutkan oleh Romo Cunda. Mengapa anda memaksakan tuduhan anda?
bang indra, romo udah mengklarifikasi mengenai simsapa sutta dan pak hudoyo, tapi beliau gak mengklarifikasikan seluruh posting keduanya, contohnya kata2 "karangan para bhikkhu yang bukan arahat". setahu saya hanya pak hudoyo yg memakai kata2 itu, tidak ada orang lain.

kalo memang post romo itu dtujukan secara general saja, ya gapapa.
kalo ditujukan untuk pak hudoyo, alangkah bagusnya dan lebih bermanfaat kalo para pakar ini berdialog langsung, ketimbang sentil2an.
manfaatnya akan terasa untuk kita, untuk buddhisme di indonesia.
itu aja, bang.
sekali lagi maafkan keusilan saya.
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Si?sap?sutta?
« Reply #12 on: 06 February 2009, 11:16:30 AM »
Apakah kalimat yg diungkapkan om morph identik dengan pak hudoyo ya? Saya sendiri tidak melihat indikasi kesana lho. Mungkin karena sensi nih...

Kalau demikian patenkan saja semua kalimat yg ditulis ;D

Sory lagi usil juga ;D
« Last Edit: 06 February 2009, 11:18:27 AM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: Si?sap?sutta?
« Reply #13 on: 06 February 2009, 11:22:51 AM »
Saya sendiri tidak melihat indikasi kesana lho.
bang bond, thanks pendapat anda, tapi pertanyaan saya buat romo...
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Si?sap?sutta?
« Reply #14 on: 06 February 2009, 11:28:57 AM »
Setuju Romo.

Segenggam daun di dalam tangan Buddha adalah semua Ajaran yang diperlukan dalam rangka mencapai tujuan sebagai Buddhis, daun2 lainnya adalah pengetahuan yang tidak berguna untuk mencapai tujuan itu dan oleh karena itu tidak diajarkan oleh Buddha.

_/\_

Berarti harus hafal Tipitaka dulu baru bisa tercerahkan?



Memahami tidak harus hapal, dan yang lebih penting adalah mempraktikkan. Kalau dengan menghapal bisa tercerahkan, Apakah Bro Kainyn sudah tercerahkan? ;D

Ya, betul. Paham ga harus hafal. Tetapi tetap bukanlah masalah "berapa banyak jumlah"-nya. Bukan juga masalah berapa banyak yang dipraktikkan (ref. Kisah Bhikkhu Ekudana dan Bhikkhu Tuccha Pothila). Banyaknya sutta adalah untuk mengayomi banyaknya kecenderungan manusia untuk mengerti tentang Dukkha.

Saya jelas bukan Arahat, dan juga akan "patah hati" kalau memang benar harus memahami seluruh Tipitaka dahulu untuk tercerahkan ;D Lebih baik saya cari agama tetangga yang kitabnya jauh lebih tipis
« Last Edit: 06 February 2009, 11:30:28 AM by Kainyn_Kutho »

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Si?sap?sutta?
« Reply #15 on: 06 February 2009, 11:33:00 AM »
Bro Morpheus,
Romo sudah mengklarifikasi bahwa statement itu tidak ditujukan kepada Pak Hudoyo. Kenyataannya memang di forum ini Simsapa Sutta memang sering digunakan oleh banyak member dgn tujuan spt yg disebutkan oleh Romo Cunda. Mengapa anda memaksakan tuduhan anda?
bang indra, romo udah mengklarifikasi mengenai simsapa sutta dan pak hudoyo, tapi beliau gak mengklarifikasikan seluruh posting keduanya, contohnya kata2 "karangan para bhikkhu yang bukan arahat". setahu saya hanya pak hudoyo yg memakai kata2 itu, tidak ada orang lain.

kalo memang post romo itu dtujukan secara general saja, ya gapapa.
kalo ditujukan untuk pak hudoyo, alangkah bagusnya dan lebih bermanfaat kalo para pakar ini berdialog langsung, ketimbang sentil2an.
manfaatnya akan terasa untuk kita, untuk buddhisme di indonesia.
itu aja, bang.
sekali lagi maafkan keusilan saya.

Sudahlah, Bro Morpheus. Kalau dilanjutkan, tidak akan ada habisnya.
(Sori ikut campur.)


Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Si?sap?sutta?
« Reply #16 on: 06 February 2009, 11:42:45 AM »
Saya jelas bukan Arahat, dan juga akan "patah hati" kalau memang benar harus memahami seluruh Tipitaka dahulu untuk tercerahkan ;D Lebih baik saya cari agama tetangga yang kitabnya jauh lebih tipis
OOT, jika harus hafal, maka tipitaka.org lah yg-tercerahkan :P
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Si?sap?sutta?
« Reply #17 on: 06 February 2009, 11:44:24 AM »
saya kira, pertanyaan pertanyaan yang menjurus pada pemojokan pribadi harus dikurangi dan kalau bisa dihilangkan seperti pertanyaan APAKAH ANDA SUDAH TERCERAHKAN ? APAKAH ANDA SUDAH ARAHAT ? dsbnya.

Menurut hemat saya, dari referensi bhikkhu arahat yang mencapai tingkat kesucian hanya dengan beberapa bait khotbah ataupun tuntunan ajaran yang singkat, lalu menjadikan kesimpulan bahwa TIPITAKA (secara keseluruhan) menjadi tidak perlu adalah kesimpulan yang terburu-buru.

Mengapa ? Karena jalan pemurnian (visudhi magga) ajaran BUDDHa untuk mencapai kesucian ARAHAT itu tidak hanya ditempuh dalam jangka waktu singkat (artian dalam satu kehidupan), tetapi sudah dipraktekkan dan dikumpulkan (PARAMI-nya) dalam banyak kehidupan.

Kebiasaan mengikuti suatu proses/cerita secara sepengal pengal akan bermuara pada berbagai pertanyaan yang konyol, seperti misalnya : Apakah mungkin BAHIYA yang notabene bukan siapa siapa, bukan bhikkhu murid BUDDHA, mencapai kesucian ARAHAT hanya mendengar tuntunan ajaran dalam beberapa bait saja ? Tetapi dalam berbagai kitab komentar telah dijelaskan mengapa BAHIYA memiliki kualitas dan kemampuan seperti itu...

Kembali lagi ke persoalan Simsapa Sutta yang menganalogikan daun di tangan BUDDHA sebagai hal yang perlu diajarkan karena berhubungan dan berkaitan dengan jalan pembebasan, Tidak menyatakan bahwa ajaran ajaran di luar genre (silsilah) ajaran BUDDHA maupun yang masih berhubungan dengan silsilah BUDDHA itu TIDAK BENAR. Tetapi BUDDHA telah menggarisbawahi bahwa AJARAN PARA BUDDHA (SEMUA BUDDHA dalam hal ini) adalah AJARAN TENTANG MENGAKHIRI DUKKHA (PEMBEBASAN).
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Si?sap?sutta?
« Reply #18 on: 06 February 2009, 11:52:41 AM »
Saya jelas bukan Arahat, dan juga akan "patah hati" kalau memang benar harus memahami seluruh Tipitaka dahulu untuk tercerahkan ;D Lebih baik saya cari agama tetangga yang kitabnya jauh lebih tipis
OOT, jika harus hafal, maka tipitaka.org lah yg-tercerahkan :P

Yang ada, saya jadi Pujangga karena kebanyakan baca Theragata/Therigata atau Sutta Nipata ;D

Bagi yang mengatakan HARUS BACA SEMUA, saya menentang. Bagi yang mengatakan HARUS BACA SEDIKIT SAJA, saya juga menentang. Semua adalah kembali pada kedewasaan bathin seseorang, bukan seperti anak SD yang ikut kurikulum.


Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Si?sap?sutta?
« Reply #19 on: 06 February 2009, 12:28:04 PM »
Saya jelas bukan Arahat, dan juga akan "patah hati" kalau memang benar harus memahami seluruh Tipitaka dahulu untuk tercerahkan ;D Lebih baik saya cari agama tetangga yang kitabnya jauh lebih tipis
OOT, jika harus hafal, maka tipitaka.org lah yg-tercerahkan :P

Yang ada, saya jadi Pujangga karena kebanyakan baca Theragata/Therigata atau Sutta Nipata ;D

Bagi yang mengatakan HARUS BACA SEMUA, saya menentang. Bagi yang mengatakan HARUS BACA SEDIKIT SAJA, saya juga menentang. Semua adalah kembali pada kedewasaan bathin seseorang, bukan seperti anak SD yang ikut kurikulum.



cocok...

jadi Tipitaka itu adalah tuntunan lengkap yang komplit mulai dari A s/d Z...

Ada yang perlu belajar dari A s/d Z, ada yang bisa mulai dari D, E , F dsbnya... ada pula yang sudah sampai Y, tinggal Z saja...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: Si?sap?sutta?
« Reply #20 on: 06 February 2009, 12:54:46 PM »
Sekedar informasi utk rekan2 sekalian.....

Sktr thn 1996, saya pernah membaca 1 buku di paham lain yang khusus membahas mengenai kelemahan agama2 di dunia ini (kecuali agama dia tentunya)

Di Buddhism, disebutkan bhw kelemahannya ada di Simsapa sutta ini dimana sutta ini dipenggal menjadi
Quote
Kemudian setelah menggenggam sedikit daun Sīmsapā dalam tangan Nya, kemudian Bhagavā berkata para Bhikkhu:

“Bagaimana pendapatmu, o para Bhikkhu, yang manakah yang lebih banyak, apakah daun yang ada dalam genggaman Ku atau yang ada di puncak hutan Sīsapā?”.

“Lebih sedikit, o Bhante, daun yang ada dalam genggaman tangan Bhagavā, dan lebih banyak yang ada di hutan Sīmsapā.

Dimana ini diasumsikan bhw Buddha bukan guru yg baik, yg tahu banyak tapi hanya mengajar sedikit saja

Padahal sebenarnya dalam sutta itu sudah jelas disebutkan dalam paragraf berikutnya yaitu

Quote
O para Bhikkhu, karena tidak berhubungan dengan manfaat, tidak berlandaskan hidup suci, tidak menuntun kepada: tanggalnya keduniawian, tanpa nafsu, padamnya nafsu, ketenteraman, pemahaman, pencerahan dan nibbāna, Oleh karena itu hal tersebut tidak Aku ungkapkan

Jadi benar yg disebut oleh romo cunda mengenai banyaknya kekeliruan tafsir simsapa sutta ini

Semoga bermanfaat bagi kita semua

metta

cunda

  • Guest
Re: Si?sap?sutta?
« Reply #21 on: 06 February 2009, 04:51:31 PM »

bang indra, romo udah mengklarifikasi mengenai simsapa sutta dan pak hudoyo, tapi beliau gak mengklarifikasikan seluruh posting keduanya, contohnya kata2 "karangan para bhikkhu yang bukan arahat". setahu saya hanya pak hudoyo yg memakai kata2 itu, tidak ada orang lain.



namaste suvatthi hotu

Pertikaian tentang kesahihan Tipitaka bukan baru dicetuskan Oleh Pak Hudoyo, jauh sebelum itu sudah terjadi (baca kitab kisah perpecahan/Abhidhammapiṭake; Kathāvatthupāḷi), hampir semua orang yang menyanggah kesahihan tipitaka beranggapan bahwa penulisan Tipitaka di masa lampau dilakukan oleh "bhikkhu biasa yang bukan arahat".

Quote

kalo memang post romo itu dtujukan secara general saja, ya gapapa.
kalo ditujukan untuk pak hudoyo, alangkah bagusnya dan lebih bermanfaat kalo para pakar ini berdialog langsung, ketimbang sentil2an.
manfaatnya akan terasa untuk kita, untuk buddhisme di indonesia.
itu aja, bang.
sekali lagi maafkan keusilan saya.
[/color]


semoga penjelasan di atas sudah cukup ya

Thuti

« Last Edit: 06 February 2009, 06:10:05 PM by cunda »

cunda

  • Guest
Re: Si?sap?sutta?
« Reply #22 on: 06 February 2009, 06:02:27 PM »


Ya, betul. Paham ga harus hafal. Tetapi tetap bukanlah masalah "berapa banyak jumlah"-nya. Bukan juga masalah berapa banyak yang dipraktikkan (ref. Kisah Bhikkhu Ekudana dan Bhikkhu Tuccha Pothila). Banyaknya sutta adalah untuk mengayomi banyaknya kecenderungan manusia untuk mengerti tentang Dukkha.

Saya jelas bukan Arahat, dan juga akan "patah hati" kalau memang benar harus memahami seluruh Tipitaka dahulu untuk tercerahkan ;D Lebih baik saya cari agama tetangga yang kitabnya jauh lebih tipis





namaste suvatthi hotu


Anda tidak diharuskan menghafal Tipitaka, biarlah para "Tipitakadhara" yang melakukannya.

Lihat contoh pencapaian Cūḷapanthaka pada:

Khuddakanikāye; Dhammapada-aṭṭhakathā; 2. Appamādavaggo; 3. Cūḷapanthakattheravatthu

Cūḷapanthaka tidak mampu menghafal “empat baris syair” di bawah ini selama empat bulan,

‘‘Padmaṃ yathā kokanadaṃ sugandhaṃ,
Pāto siyā phullamavītagandhaṃ;
Aṅgīrasaṃ passa virocamānaṃ,
Tapantamādiccamivantalikkhe’’ti.


Namun akhirnya dapat mencapai ke-arahat-an yang unik melalui instruksi Buddha agar menggosok-gosok secarik kain bersih lalu melihatnya di bawah sinar matahari sambil mengucapkan ‘‘rajoharaṇaṃ’’ (pengambil debu) berulang kali.

Beliau melihat proses ketidak-kekalan pada saat sapu tangan yang bersih menjadi kotor karena digosok-gosok.

Beliau mencapai arahat dengan kesaktian yang mampu membuat dirinya menjadi banyak.

Mau coba?

Thuti

 
« Last Edit: 06 February 2009, 06:05:59 PM by cunda »

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Si?sap?sutta?
« Reply #23 on: 06 February 2009, 09:34:55 PM »
Quote
Pertikaian tentang kesahihan Tipitaka bukan baru dicetuskan Oleh Pak Hudoyo, jauh sebelum itu sudah terjadi (baca kitab kisah perpecahan/Abhidhammapiṭake; Kathāvatthupāḷi), hampir semua orang yang menyanggah kesahihan tipitaka beranggapan bahwa penulisan Tipitaka di masa lampau dilakukan oleh "bhikkhu biasa yang bukan arahat".

pertikaian "sebagian" dari Tipitaka memang dari dulu sudah ada. apakah itu Abhidhamma atau beberapa sutta lain... bukan seluruh Tipitaka lho...

tapi yg bilang langsung: Tipitaka "disusun" & dihapal oleh non-arahat
saya baru ketemu 1 :)
(yg tak langsung sih lebih :P)
« Last Edit: 06 February 2009, 09:57:18 PM by tesla »
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Si?sap?sutta?
« Reply #24 on: 06 February 2009, 09:36:39 PM »


Ya, betul. Paham ga harus hafal. Tetapi tetap bukanlah masalah "berapa banyak jumlah"-nya. Bukan juga masalah berapa banyak yang dipraktikkan (ref. Kisah Bhikkhu Ekudana dan Bhikkhu Tuccha Pothila). Banyaknya sutta adalah untuk mengayomi banyaknya kecenderungan manusia untuk mengerti tentang Dukkha.

Saya jelas bukan Arahat, dan juga akan "patah hati" kalau memang benar harus memahami seluruh Tipitaka dahulu untuk tercerahkan ;D Lebih baik saya cari agama tetangga yang kitabnya jauh lebih tipis





namaste suvatthi hotu


Anda tidak diharuskan menghafal Tipitaka, biarlah para "Tipitakadhara" yang melakukannya.

Lihat contoh pencapaian Cūḷapanthaka pada:

Khuddakanikāye; Dhammapada-aṭṭhakathā; 2. Appamādavaggo; 3. Cūḷapanthakattheravatthu

Cūḷapanthaka tidak mampu menghafal “empat baris syair” di bawah ini selama empat bulan,

‘‘Padmaṃ yathā kokanadaṃ sugandhaṃ,
Pāto siyā phullamavītagandhaṃ;
Aṅgīrasaṃ passa virocamānaṃ,
Tapantamādiccamivantalikkhe’’ti.


Namun akhirnya dapat mencapai ke-arahat-an yang unik melalui instruksi Buddha agar menggosok-gosok secarik kain bersih lalu melihatnya di bawah sinar matahari sambil mengucapkan ‘‘rajoharaṇaṃ’’ (pengambil debu) berulang kali.

Beliau melihat proses ketidak-kekalan pada saat sapu tangan yang bersih menjadi kotor karena digosok-gosok.

Beliau mencapai arahat dengan kesaktian yang mampu membuat dirinya menjadi banyak.

Mau coba?

Thuti

 

Cerita Culapanthaka harus dilihat tidak dalam kehidupan terakhir culapanthaka yang terlahir dengan keterbatasan daya ingat. Tetapi Culapanthaka telah menjalani jalur pemurnian (visudhi magga) dalam kehidupan-kehidupan sebelumnya. BUDDHA dengan kekuatan bathin-nya dapat mengetahui kondisi bathin pendengar khotbah-nya dan dapat memberikan instruksi yang paling tepat sesuai dengan kondisi dan situasi pendengarnya. Dalam hal ini, karena dalam kehidupan Culapanthaka yang terakhir terlahir dengan keterbatasan daya ingat, maka BUDDHA memberikan instruksi unik seperti yang sdr.cunda quote di atas, yang pada akhirnya membuat Culapanthaka berhasil mencapai penembusan dan mencapai tingkat kesucian Arahat.
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: Si?sap?sutta?
« Reply #25 on: 06 February 2009, 09:45:59 PM »
semoga penjelasan di atas sudah cukup ya
sebenernya agak kabur, romo hehehehe...
saya simpulkan posting anda ditujukan untuk umum saja...
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline Lily W

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.119
  • Reputasi: 241
  • Gender: Female
Re: Si?sap?sutta?
« Reply #26 on: 06 February 2009, 09:49:11 PM »


Ya, betul. Paham ga harus hafal. Tetapi tetap bukanlah masalah "berapa banyak jumlah"-nya. Bukan juga masalah berapa banyak yang dipraktikkan (ref. Kisah Bhikkhu Ekudana dan Bhikkhu Tuccha Pothila). Banyaknya sutta adalah untuk mengayomi banyaknya kecenderungan manusia untuk mengerti tentang Dukkha.

Saya jelas bukan Arahat, dan juga akan "patah hati" kalau memang benar harus memahami seluruh Tipitaka dahulu untuk tercerahkan ;D Lebih baik saya cari agama tetangga yang kitabnya jauh lebih tipis





namaste suvatthi hotu


Anda tidak diharuskan menghafal Tipitaka, biarlah para "Tipitakadhara" yang melakukannya.

Lihat contoh pencapaian Cūḷapanthaka pada:

Khuddakanikāye; Dhammapada-aṭṭhakathā; 2. Appamādavaggo; 3. Cūḷapanthakattheravatthu

Cūḷapanthaka tidak mampu menghafal “empat baris syair” di bawah ini selama empat bulan,

‘‘Padmaṃ yathā kokanadaṃ sugandhaṃ,
Pāto siyā phullamavītagandhaṃ;
Aṅgīrasaṃ passa virocamānaṃ,
Tapantamādiccamivantalikkhe’’ti.


Namun akhirnya dapat mencapai ke-arahat-an yang unik melalui instruksi Buddha agar menggosok-gosok secarik kain bersih lalu melihatnya di bawah sinar matahari sambil mengucapkan ‘‘rajoharaṇaṃ’’ (pengambil debu) berulang kali.

Beliau melihat proses ketidak-kekalan pada saat sapu tangan yang bersih menjadi kotor karena digosok-gosok.

Beliau mencapai arahat dengan kesaktian yang mampu membuat dirinya menjadi banyak.

Mau coba?

Thuti

 

Momo... Nama panggilan buat Bro Kainyn kan Tipitakadhara... ;D

Semoga Bro Kainyn benar2 menjadi seorang Tipitakadhara...sadhu3x...

_/\_ :lotus:

~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are

Offline Adhitthana

  • Sebelumnya: Virya
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.508
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
Re: Si?sap?sutta?
« Reply #27 on: 06 February 2009, 11:09:34 PM »
Romo ini terjemahin donk .....  :)

‘‘Padmaṃ yathā kokanadaṃ sugandhaṃ,
Pāto siyā phullamavītagandhaṃ;
Aṅgīrasaṃ passa virocamānaṃ,
Tapantamādiccamivantalikkhe’’ti.



Thuti  _/\_
  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Si?sap?sutta?
« Reply #28 on: 07 February 2009, 12:18:48 AM »
"Behold the Resplendent One! Splendid like the sweet-smelling red lotus that opens up its petals in the morning. never losing its fragrance! Or like the Sun that blazes in the sky!"
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Si?sap?sutta?
« Reply #29 on: 07 February 2009, 09:18:13 AM »


Ya, betul. Paham ga harus hafal. Tetapi tetap bukanlah masalah "berapa banyak jumlah"-nya. Bukan juga masalah berapa banyak yang dipraktikkan (ref. Kisah Bhikkhu Ekudana dan Bhikkhu Tuccha Pothila). Banyaknya sutta adalah untuk mengayomi banyaknya kecenderungan manusia untuk mengerti tentang Dukkha.

Saya jelas bukan Arahat, dan juga akan "patah hati" kalau memang benar harus memahami seluruh Tipitaka dahulu untuk tercerahkan ;D Lebih baik saya cari agama tetangga yang kitabnya jauh lebih tipis





namaste suvatthi hotu


Anda tidak diharuskan menghafal Tipitaka, biarlah para "Tipitakadhara" yang melakukannya.

Lihat contoh pencapaian Cūḷapanthaka pada:

Khuddakanikāye; Dhammapada-aṭṭhakathā; 2. Appamādavaggo; 3. Cūḷapanthakattheravatthu

Cūḷapanthaka tidak mampu menghafal “empat baris syair” di bawah ini selama empat bulan,

‘‘Padmaṃ yathā kokanadaṃ sugandhaṃ,
Pāto siyā phullamavītagandhaṃ;
Aṅgīrasaṃ passa virocamānaṃ,
Tapantamādiccamivantalikkhe’’ti.


Namun akhirnya dapat mencapai ke-arahat-an yang unik melalui instruksi Buddha agar menggosok-gosok secarik kain bersih lalu melihatnya di bawah sinar matahari sambil mengucapkan ‘‘rajoharaṇaṃ’’ (pengambil debu) berulang kali.

Beliau melihat proses ketidak-kekalan pada saat sapu tangan yang bersih menjadi kotor karena digosok-gosok.

Beliau mencapai arahat dengan kesaktian yang mampu membuat dirinya menjadi banyak.

Mau coba?

Thuti

 

Ya, justru saya tahu tidak harus menghafalnya, jadi sekarang tidak putus asa dan patah hati. :)
Segala hal yang terjadi dalam kisah dalam Tipitaka juga bukan untuk ditiru begitu saja tanpa pengertian, tetapi diambil hikmahnya, intisarinya. Tidak ada gunanya menggosok-gosokkan kain di dahi menghadap gerbang timur mengharapkan pencapaian Arahatta seperti Cula-Panthaka.
Semua orang memiliki kecenderungan masing-masing (seperti Cula-Panthaka punya kecenderungan itu karena di kehidupan lampau ia menyadari ketidak-kekalan ketika menyeka mukanya dengan kain bersih, yang kemudian menjadi kotor) dan bisa merasa cocok dengan sebagian (apakah sedikit, seperti Cula-Panthaka atau banyak, seperti Ananda) Tipitaka. Baiklah dia mengembangkan bathin sesuai dengan instruksi yang cocok baginya. Baca sedikit, bukan berarti bathin tidak berkembang. Baca banyak, bukan berarti bathinnya berkembang. Mengetahui esensi dan menjalankannya yang membuat bathin berkembang.


Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Si?sap?sutta?
« Reply #30 on: 07 February 2009, 09:23:54 AM »
Momo... Nama panggilan buat Bro Kainyn kan Tipitakadhara... ;D

Semoga Bro Kainyn benar2 menjadi seorang Tipitakadhara...sadhu3x...

_/\_ :lotus:



Kalau sekarang, itu hanya semacam "julukan pujian" yang sebetulnya belum pantas buat saya sama sekali. Tetapi, semoga di masa depan saya memiliki kemampuan yang sedikit banyak pantas dengan pujian itu.
:)

Offline Lily W

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.119
  • Reputasi: 241
  • Gender: Female
Re: Si?sap?sutta?
« Reply #31 on: 07 February 2009, 11:44:12 AM »
Sadhu...sadhu..sadhu...

Jangan lupa ntar kalo ada acaranya tipitakadhara... jatah bangku saya yg VVVIP yah? ;D di tunggu lho... ;D

_/\_ :lotus:
 
~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Si?sap?sutta?
« Reply #32 on: 07 February 2009, 01:25:52 PM »

Baca sedikit, bukan berarti bathin tidak berkembang.
Baca banyak, bukan berarti bathinnya berkembang.
Mengetahui esensi dan menjalankannya yang membuat bathin berkembang.


Saya sepaham dengan penjelasan Kainyn.

IMO:
~ Pemahaman intelektual
~ Pemahaman mental

Contohnya: soal METTA

Secara intelektual kita semua memahami bahwa METTA adalah cinta kasih tanpa batas, cinta yg tidak butuh balasan, bahwa kita harus melatih METTA ke semua makhluk, dsbnya...
Tapi, apakah kita telah dapat mengerti secara mental? Apakah kita telah benar2 dapat tersenyum ketika seseorang menghina kita? Belum tentu ya?

Kenyataannya, ada juga yg memahami METTA secara mental, meskipun tidak mengerti secara intelektual. Saya kenal dengan seorang ibu yg tidak mengerti sedikitpun Dhamma, beliau tidak tahu apa itu METTA dan defenisinya. Namun tindakan ibu ini sungguh benar2 METTA sejati. Saya tidak pernah melihat beliau marah sedikitpun, beliau tidak pernah menjelekkan orang sedikitpun, dan beliau selalu tersenyum, ketika anak2nya tidak mengacuhkan dia, beliau tidak pernah mengeluh sedikitpun (padahal aku sudah 'panas' melihat sikap anak2nya terhadap mamanya), juga ketika suaminya bersikap sembarangan terhadap dia, si ibu tidak pernah protes sedikitpun. Ibu ini selalu melakukan tugas keibuannya dengan baik dan selalu melayani keluarganya dengan sempurna. Dalam opini saya, ibu ini telah memahami METTA secara mental.

Ketika itu saya merasakan Batin/mental ibu ini adalah Metta, sedangkan saya, hanya intelektualku yg memahami Metta, batinku blom.

Jadi, seperti yg Bro Kainyn katakan, belajar sedikit / banyak tidaklah perlu, yg perlu adalah mempraktikkannya, yg perlu adalah berusaha memahami ajaran secara mental.

anjali,
willi

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

cunda

  • Guest
Re: Si?sap?sutta?
« Reply #33 on: 07 February 2009, 01:30:01 PM »

Cerita Culapanthaka harus dilihat tidak dalam kehidupan terakhir culapanthaka yang terlahir dengan keterbatasan daya ingat. Tetapi Culapanthaka telah menjalani jalur pemurnian (visudhi magga) dalam kehidupan-kehidupan sebelumnya. BUDDHA dengan kekuatan bathin-nya dapat mengetahui kondisi bathin pendengar khotbah-nya dan dapat memberikan instruksi yang paling tepat sesuai dengan kondisi dan situasi pendengarnya. Dalam hal ini, karena dalam kehidupan Culapanthaka yang terakhir terlahir dengan keterbatasan daya ingat, maka BUDDHA memberikan instruksi unik seperti yang sdr.cunda quote di atas, yang pada akhirnya membuat Culapanthaka berhasil mencapai penembusan dan mencapai tingkat kesucian Arahat.


namaste suvatthi hotu

Itulah Upaya kossala (keterampilan dalam upaya) yang dimiliki seorang Buddha yang mampu membimbing seseorang mencapai pencerahan sesuai dengan "potensi kesucian" masing-masing.

Untuk Bāhiya Dārucīriya yang memiliki "potensi kesucian tercepat" beliau mengajarkan cara yang ringkas.
Tapi kepada Pañcavaggi (kelompok Lima bhikkhu), Sāriputta, Mahāmoggallāna, Mahākassapa, Anuruddha, Upāli, Puṇṇa Mantāṇiputta, Revata, Ānanda, Rāhula, Cūḷapanthaka, Paţācārā dsb Beliau mengajarkan dengan metode yang lain pula.

Thuti

cunda

  • Guest
Re: Si?sap?sutta?
« Reply #34 on: 07 February 2009, 01:31:12 PM »
Momo... Nama panggilan buat Bro Kainyn kan Tipitakadhara... ;D

Semoga Bro Kainyn benar2 menjadi seorang Tipitakadhara...sadhu3x...

_/\_ :lotus:



Kalau sekarang, itu hanya semacam "julukan pujian" yang sebetulnya belum pantas buat saya sama sekali. Tetapi, semoga di masa depan saya memiliki kemampuan yang sedikit banyak pantas dengan pujian itu.
:)



namaste suvatthi hotu

semoga hal itu tercapai dengan baik

Thuti

Offline Lily W

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.119
  • Reputasi: 241
  • Gender: Female
Re: Si?sap?sutta?
« Reply #35 on: 07 February 2009, 01:34:48 PM »

Baca sedikit, bukan berarti bathin tidak berkembang.
Baca banyak, bukan berarti bathinnya berkembang.
Mengetahui esensi dan menjalankannya yang membuat bathin berkembang.


Saya sepaham dengan penjelasan Kainyn.

IMO:
~ Pemahaman intelektual
~ Pemahaman mental

Contohnya: soal METTA

Secara intelektual kita semua memahami bahwa METTA adalah cinta kasih tanpa batas, cinta yg tidak butuh balasan, bahwa kita harus melatih METTA ke semua makhluk, dsbnya...
Tapi, apakah kita telah dapat mengerti secara mental? Apakah kita telah benar2 dapat tersenyum ketika seseorang menghina kita? Belum tentu ya?

Kenyataannya, ada juga yg memahami METTA secara mental, meskipun tidak mengerti secara intelektual. Saya kenal dengan seorang ibu yg tidak mengerti sedikitpun Dhamma, beliau tidak tahu apa itu METTA dan defenisinya. Namun tindakan ibu ini sungguh benar2 METTA sejati. Saya tidak pernah melihat beliau marah sedikitpun, beliau tidak pernah menjelekkan orang sedikitpun, dan beliau selalu tersenyum, ketika anak2nya tidak mengacuhkan dia, beliau tidak pernah mengeluh sedikitpun (padahal aku sudah 'panas' melihat sikap anak2nya terhadap mamanya), juga ketika suaminya bersikap sembarangan terhadap dia, si ibu tidak pernah protes sedikitpun. Ibu ini selalu melakukan tugas keibuannya dengan baik dan selalu melayani keluarganya dengan sempurna. Dalam opini saya, ibu ini telah memahami METTA secara mental.

Ketika itu saya merasakan Batin/mental ibu ini adalah Metta, sedangkan saya, hanya intelektualku yg memahami Metta, batinku blom.

Jadi, seperti yg Bro Kainyn katakan, belajar sedikit / banyak tidaklah perlu, yg perlu adalah mempraktikkannya, yg perlu adalah berusaha memahami ajaran secara mental.

anjali,
willi

::
^ :jempol: GRP sent daah... :D

Mari kita praktek sekarang... :)

_/\_ :lotus:
~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are

cunda

  • Guest
Re: Si?sap?sutta?
« Reply #36 on: 07 February 2009, 01:35:49 PM »
Romo ini terjemahin donk .....  :)

‘‘Padmaṃ yathā kokanadaṃ sugandhaṃ,
Pāto siyā phullamavītagandhaṃ;
Aṅgīrasaṃ passa virocamānaṃ,
Tapantamādiccamivantalikkhe’’ti.



Thuti  _/\_




Namaste suvatthi hotu


Ini terjemahan gatha tersebut

‘Padmaṃ yathā kokanadaṃ sugandhaṃ,
Pāto siyā phullamavītagandhaṃ;
Aṅgīrasaṃ passa virocamānaṃ,
Tapantamādiccamivantalikkhe’’ti.

Padma seperti halnya lotus merah yang harum,
pada pagi hari hanyalah sekumpulan bunga yang tak harum
Namun cahaya (Buddha) terlihat cemerlang
bagaikan terangnya sinar surya di angkasa.


Mohon dikoreksi


Thuti




cunda

  • Guest
Re: Si?sap?sutta?
« Reply #37 on: 07 February 2009, 01:38:56 PM »
"Behold the Resplendent One! Splendid like the sweet-smelling red lotus that opens up its petals in the morning. never losing its fragrance! Or like the Sun that blazes in the sky!"


namaste suvatthi hotu

thanks bro

thuti

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Si?sap?sutta?
« Reply #38 on: 07 February 2009, 01:39:14 PM »
Untuk Bāhiya Dārucīriya yang memiliki "potensi kesucian tercepat" beliau mengajarkan cara yang ringkas.
yg diajarkan pada seorang bhikkhu tua konon adalah sama dg yg diajarkan thd Bahiya. & tidak seperti Bahiya, dia membutuhkan waktu yg lama. siapa ya namanya?? ga ingat :P

tuntunan "ringkas" bukan artinya utk yg sudah punya kesiapan bathin atau punya potensi tinggi.
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

cunda

  • Guest
Re: Si?sap?sutta?
« Reply #39 on: 07 February 2009, 01:51:42 PM »

Ya, justru saya tahu tidak harus menghafalnya, jadi sekarang tidak putus asa dan patah hati. :)
Segala hal yang terjadi dalam kisah dalam Tipitaka juga bukan untuk ditiru begitu saja tanpa pengertian, tetapi diambil hikmahnya, intisarinya. Tidak ada gunanya menggosok-gosokkan kain di dahi menghadap gerbang timur mengharapkan pencapaian Arahatta seperti Cula-Panthaka.
Semua orang memiliki kecenderungan masing-masing (seperti Cula-Panthaka punya kecenderungan itu karena di kehidupan lampau ia menyadari ketidak-kekalan ketika menyeka mukanya dengan kain bersih, yang kemudian menjadi kotor) dan bisa merasa cocok dengan sebagian (apakah sedikit, seperti Cula-Panthaka atau banyak, seperti Ananda) Tipitaka. Baiklah dia mengembangkan bathin sesuai dengan instruksi yang cocok baginya. Baca sedikit, bukan berarti bathin tidak berkembang. Baca banyak, bukan berarti bathinnya berkembang. Mengetahui esensi dan menjalankannya yang membuat bathin berkembang.




Namaste suvatthi hotu

akooor  bro

Tapi apabila tidak mau menghafal sekarang, maka Tipitakadhara nya tertunda juga, hehehehehe (becanda)

Inilah perlunya kita diskusi dengan sehat, sehingga semua permasalahan menjadi jelas, dan apabila kita sudah memiliki metode yang cocok untuk mencapai pencerahan kita tidak tergelincir pada kesombongan dan terjerumus pada pandangan keliru yang menyatakan "cuma ini yang benar yang lain keliru" (Idaṃ eva saccaṃ mogha aññan’ti).


Kita harus sadar bahwa pengetahuan kita baru sebatas teori (pariyatti) berdasarkan kecerdasan pikiran belaka atau hapalan (inipun sering lupa) dan belum praktek (patipatti) apalagi penembusan (Pativedha) dengan kebijaksanaan (paññā)

Semoga kita makin giat praktek

Thuti

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Si?sap?sutta?
« Reply #40 on: 07 February 2009, 02:00:10 PM »

Baca sedikit, bukan berarti bathin tidak berkembang.
Baca banyak, bukan berarti bathinnya berkembang.
Mengetahui esensi dan menjalankannya yang membuat bathin berkembang.


Saya sepaham dengan penjelasan Kainyn.

IMO:
~ Pemahaman intelektual
~ Pemahaman mental

Contohnya: soal METTA

Secara intelektual kita semua memahami bahwa METTA adalah cinta kasih tanpa batas, cinta yg tidak butuh balasan, bahwa kita harus melatih METTA ke semua makhluk, dsbnya...
Tapi, apakah kita telah dapat mengerti secara mental? Apakah kita telah benar2 dapat tersenyum ketika seseorang menghina kita? Belum tentu ya?

Kenyataannya, ada juga yg memahami METTA secara mental, meskipun tidak mengerti secara intelektual. Saya kenal dengan seorang ibu yg tidak mengerti sedikitpun Dhamma, beliau tidak tahu apa itu METTA dan defenisinya. Namun tindakan ibu ini sungguh benar2 METTA sejati. Saya tidak pernah melihat beliau marah sedikitpun, beliau tidak pernah menjelekkan orang sedikitpun, dan beliau selalu tersenyum, ketika anak2nya tidak mengacuhkan dia, beliau tidak pernah mengeluh sedikitpun (padahal aku sudah 'panas' melihat sikap anak2nya terhadap mamanya), juga ketika suaminya bersikap sembarangan terhadap dia, si ibu tidak pernah protes sedikitpun. Ibu ini selalu melakukan tugas keibuannya dengan baik dan selalu melayani keluarganya dengan sempurna. Dalam opini saya, ibu ini telah memahami METTA secara mental.

Ketika itu saya merasakan Batin/mental ibu ini adalah Metta, sedangkan saya, hanya intelektualku yg memahami Metta, batinku blom.

Jadi, seperti yg Bro Kainyn katakan, belajar sedikit / banyak tidaklah perlu, yg perlu adalah mempraktikkannya, yg perlu adalah berusaha memahami ajaran secara mental.

anjali,
willi

::

Ya, kira-kira begitu. ;D Biasa yang ada di sutta itu 'kan kurang lebih ciri-ciri dari perwujudan metta. Bagaimanapun kalau kita cuma tiru2 bentuknya seperti tidak (menunjukkan ekspresi) marah, bicara lembut, cuma akan jadi "metta jadi-jadian". Untuk mengenal metta, bagaimana pun harus mengenal dari mana saja kebencian timbul. Kebencian yang timbul dalam masing-masing kita, tentu saja tidak ada dalam kitab suci, harus kita yang praktik sendiri untuk mengenalinya.

Ketika kita sudah melihatnya, merealisasikan ajaran, maka kita sudah melihat sebagian dari daun simsapa itu. Sebelum itu, sebetulnya kita hanya melihat daun lain dan tangan (merk) Buddha saja, tetapi tidak melihat daun sebenarnya yang ada dalam genggaman tangan Buddha itu.


Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Si?sap?sutta?
« Reply #41 on: 07 February 2009, 02:23:04 PM »

Ya, justru saya tahu tidak harus menghafalnya, jadi sekarang tidak putus asa dan patah hati. :)
Segala hal yang terjadi dalam kisah dalam Tipitaka juga bukan untuk ditiru begitu saja tanpa pengertian, tetapi diambil hikmahnya, intisarinya. Tidak ada gunanya menggosok-gosokkan kain di dahi menghadap gerbang timur mengharapkan pencapaian Arahatta seperti Cula-Panthaka.
Semua orang memiliki kecenderungan masing-masing (seperti Cula-Panthaka punya kecenderungan itu karena di kehidupan lampau ia menyadari ketidak-kekalan ketika menyeka mukanya dengan kain bersih, yang kemudian menjadi kotor) dan bisa merasa cocok dengan sebagian (apakah sedikit, seperti Cula-Panthaka atau banyak, seperti Ananda) Tipitaka. Baiklah dia mengembangkan bathin sesuai dengan instruksi yang cocok baginya. Baca sedikit, bukan berarti bathin tidak berkembang. Baca banyak, bukan berarti bathinnya berkembang. Mengetahui esensi dan menjalankannya yang membuat bathin berkembang.




Namaste suvatthi hotu

akooor  bro

Tapi apabila tidak mau menghafal sekarang, maka Tipitakadhara nya tertunda juga, hehehehehe (becanda)

Inilah perlunya kita diskusi dengan sehat, sehingga semua permasalahan menjadi jelas, dan apabila kita sudah memiliki metode yang cocok untuk mencapai pencerahan kita tidak tergelincir pada kesombongan dan terjerumus pada pandangan keliru yang menyatakan "cuma ini yang benar yang lain keliru" (Idaṃ eva saccaṃ mogha aññan’ti).


Kita harus sadar bahwa pengetahuan kita baru sebatas teori (pariyatti) berdasarkan kecerdasan pikiran belaka atau hapalan (inipun sering lupa) dan belum praktek (patipatti) apalagi penembusan (Pativedha) dengan kebijaksanaan (paññā)

Semoga kita makin giat praktek

Thuti

Sekarang juga lagi proses kok. Tapi karena keterbatasan (baca: kurang parami) jadi banyak lupanya. ;D
Kalau dalam pengajaran, rasanya hanya seorang Samma Sambuddha yang bisa tahu benar atau tidaknya metode seseorang. Bahkan Agga Savaka pun tidak mengetahuinya dengan pasti (seperti kasus Sariputta tidak mengajarkan Dhananjani lebih jauh karena tidak mengetahui kapasitas Dhananjani untuk menjadi seorang Ariya). Nah, kalau sekelas Sariputta saja tidak bisa tahu dengan pasti kecenderungan orang dan ajaran yang pas, apalagi saya yang bukan siapa-siapa. Sebagai orang biasa, paling kita bisa lihat benar/salah lewat kemoralan/sila saja.

Begitu juga kecerdasan pikiran. Kembali lagi ke contoh williamhalim, 'metta'. Bagaimana dijelaskan lewat kecerdasan intelektual? Tidak akan bisa, atau setidaknya, tidak akan tepat. Menariknya, bahkan mahluk sederhana seperti serangga (tanpa intelektual) bisa mengenalinya. ;D
Jadi saya setuju: selain teori, kita harus praktik untuk dapat manfaatnya.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Si?sap?sutta?
« Reply #42 on: 07 February 2009, 02:38:37 PM »
Untuk Bāhiya Dārucīriya yang memiliki "potensi kesucian tercepat" beliau mengajarkan cara yang ringkas.
yg diajarkan pada seorang bhikkhu tua konon adalah sama dg yg diajarkan thd Bahiya. & tidak seperti Bahiya, dia membutuhkan waktu yg lama. siapa ya namanya?? ga ingat :P

tuntunan "ringkas" bukan artinya utk yg sudah punya kesiapan bathin atau punya potensi tinggi.

Betul, panjang-pendek itu bukan berarti menentukan kematangan bathin seseorang.

Sebetulnya tuntunan terhadap Bahiya (yang juga diberikan kepada Malunkyaputta) TIDAK termasuk yang paling singkat, bahkan sebetulnya lumayan panjang. Hanya saja karena kecepatan "daya tangkap" dan matangnya bathin Bahiya, maka ia bisa mencapai Arahatta bahkan sebelum khotbah selesai. Saya pernah baca instruksi yang jauh lebih singkat diberikan, namun yang bersangkutan mencapai kesucian lebih lama daripada Bahiya. Contohnya Uggasena seorang pemain sirkus mendapatkan ajaran yang sangat singkat dari Buddha sewaktu berdiri di atas tiang dan mencapai arahatta bahkan sebelum turun dari tiang (Dhammapada Atthakatha, 348). Begitu juga tuntunan kepada Theri Khema adalah sangat singkat, namun pencapaiannya membutuhkan waktu yang lebih lama dan bertahap.


cunda

  • Guest
Re: Si?sap?sutta?
« Reply #43 on: 07 February 2009, 03:34:24 PM »
Untuk Bāhiya Dārucīriya yang memiliki "potensi kesucian tercepat" beliau mengajarkan cara yang ringkas.
yg diajarkan pada seorang bhikkhu tua konon adalah sama dg yg diajarkan thd Bahiya. & tidak seperti Bahiya, dia membutuhkan waktu yg lama. siapa ya namanya?? ga ingat :P

tuntunan "ringkas" bukan artinya utk yg sudah punya kesiapan bathin atau punya potensi tinggi.



Namaste suvatthi hotu

Mungkin bhikkhu tua yang anda maksud adalah Mālukyaputta

silahkan baca kisahnya di:


Saṃyuttanikāyo; Saḷāyatanavaggo; 1. Saḷāyatanasaṃyuttaṃ; 10. Saḷavaggo;
2. Mālukyaputtasuttaṃ 95


Semua murid Buddha pada saat itu memang punya kwalitas yang baik dan berpotensi tinggi untuk mencapai pencerahan baik melalui ajaran ringkas maupun melalui penjelasan rinci dan panjang lebar, bahkan ada yang perlu disertai dengan contoh latihan serta dorongan semangat .


thuti


Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Si?sap?sutta?
« Reply #44 on: 07 February 2009, 03:50:38 PM »
Untuk Bāhiya Dārucīriya yang memiliki "potensi kesucian tercepat" beliau mengajarkan cara yang ringkas.
yg diajarkan pada seorang bhikkhu tua konon adalah sama dg yg diajarkan thd Bahiya. & tidak seperti Bahiya, dia membutuhkan waktu yg lama. siapa ya namanya?? ga ingat :P

tuntunan "ringkas" bukan artinya utk yg sudah punya kesiapan bathin atau punya potensi tinggi.



Namaste suvatthi hotu

Mungkin bhikkhu tua yang anda maksud adalah Mālukyaputta

silahkan baca kisahnya di:


Saṃyuttanikāyo; Saḷāyatanavaggo; 1. Saḷāyatanasaṃyuttaṃ; 10. Saḷavaggo;
2. Mālukyaputtasuttaṃ 95


Semua murid Buddha pada saat itu memang punya kwalitas yang baik dan berpotensi tinggi untuk mencapai pencerahan baik melalui ajaran ringkas maupun melalui penjelasan rinci dan panjang lebar, bahkan ada yang perlu disertai dengan contoh latihan serta dorongan semangat .


thuti



semua memiliki potensi yg baik, namun mengapa Sang Buddha memberi tuntunan yg berbeda-beda? kalau menurut saya sih karena Sang Buddha mampu melihat kecocokan masing-masing. & tentunya faktor kecocokan itu bukan hanya masalah panjang atau ringkas.
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Si?sap?sutta?
« Reply #45 on: 07 February 2009, 08:14:49 PM »

Cerita Culapanthaka harus dilihat tidak dalam kehidupan terakhir culapanthaka yang terlahir dengan keterbatasan daya ingat. Tetapi Culapanthaka telah menjalani jalur pemurnian (visudhi magga) dalam kehidupan-kehidupan sebelumnya. BUDDHA dengan kekuatan bathin-nya dapat mengetahui kondisi bathin pendengar khotbah-nya dan dapat memberikan instruksi yang paling tepat sesuai dengan kondisi dan situasi pendengarnya. Dalam hal ini, karena dalam kehidupan Culapanthaka yang terakhir terlahir dengan keterbatasan daya ingat, maka BUDDHA memberikan instruksi unik seperti yang sdr.cunda quote di atas, yang pada akhirnya membuat Culapanthaka berhasil mencapai penembusan dan mencapai tingkat kesucian Arahat.


namaste suvatthi hotu

Itulah Upaya kossala (keterampilan dalam upaya) yang dimiliki seorang Buddha yang mampu membimbing seseorang mencapai pencerahan sesuai dengan "potensi kesucian" masing-masing.

Untuk Bāhiya Dārucīriya yang memiliki "potensi kesucian tercepat" beliau mengajarkan cara yang ringkas.
Tapi kepada Pañcavaggi (kelompok Lima bhikkhu), Sāriputta, Mahāmoggallāna, Mahākassapa, Anuruddha, Upāli, Puṇṇa Mantāṇiputta, Revata, Ānanda, Rāhula, Cūḷapanthaka, Paţācārā dsb Beliau mengajarkan dengan metode yang lain pula.

Thuti

apakah ada upaya kausalya berbentuk suka main wanita dalam mengajarkan ajaran ?
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan