Narator : “Menciptakan Takdir” berarti membentuk nasib dan bukannya menjadi terikat olehnya.
Ajaran “Belajar Menciptakan Takdir” membicarakan prinsip di balik nasib dan pengetahuan yang diperlukan untuk merobahnya.
Dengan menceritakan pengalaman-pengalaman pribadinya dan upaya-upaya yang dilakukannya dalam mengubah takdir, Liao-Fan mengajari anaknya, Tian-Chi, untuk tidak terikat oleh nasib tetapi sebaliknya berusaha sekuat tenaga untuk mempraktekkan kebajikan dan mengikis habis perbuatan yang salah.
Orang jangan menolak berbuat baik semata-mata karena tindakan tersebut kelihatannya tidak berarti manfaatnya, atau melakukan kejahatan hanya karena tampak sepele.
Jika dilakukan dengan cara yang benar, dapat dipastikan bahwa takdir seseorang akan berubah. Seiring dikatakan “Dengan menahan diri dari tindakan yang salah dan melaksanakan segala bentuk perbuatan baik, malapetaka juga akan menyingkir dan nasib baik berdatangan.”Inilah prinsip di balik penciptaan nasib seseorang.
Liao-Fan: Ayah meninggal ketika saya masih kecil dan ibu membujuk saya untuk belajar ilmu pengobatan daripada menjadi seorang sarjana.
Ibu : Belajar ilmu pengobatan merupakan jalan yang baik untuk menyokong dirimu sendiri dan menolong orang lain. Selain itu, dengan keahlian seperti itu engkau tidak perlu khawatir lagi dalam mencari nafkah dan bahkan bisa terkenal dengan ilmu pengobatanmu. Ayahmu juga selalu berharap seperti itu.
Liao-Fan: Suatu hari, di kuil Awan Welas Asih, saya bertemu dengan orang tua yang berpenampilan luar biasa dan berjenggot panjang. Dia begitu mirip petapa suci sehingga saya cepat-cepat memberi hormat padanya. Orang tua itu berkata pada saya…
Orang Tua : Engkau ditakdirkan menjadi pejabat Negara. Engkau dapat mencapai kedudukan Sarjana Terpandang Tingkat Pertama tahun depan, tetapi mengapa engkau tidak belajar untuk mengikuti ujian?
Liao-Fan : Jadi saya menceritakan padanya bagaimana ibu menyarankan saya berhenti berusaha menjadi sarjana dan sebaliknya mempelajari ilmu pengobatan. Kemudian saya menanyakan nama, tempat lahir dan tempat tinggalnya. Dia menjawab...
Orang Tua : Nama panggilan saya Kong. Saya datang dari Propinsi Yunnan. Saya mewarisi pengetahuan dari Tuan Shao, rang yang mengembangkan seni meramal. Menurut perhitungan, saya seharusnya meneruskannya kepadamu.
Liao-Fan : Saya membawa Tuan Kong ke rumah saya dan memebritahu ibu mengenainya. Ibu berpesan untuk memperlakukannya dengan baik dan berkata…
Ibu : Karena Tuan Kong begitu ahli dalam seni meramal masa depan, dia seharusnya juga mengetahui masa lalu kita. Mari kita tanya padanya dan uji keasliannya.
Liao-Fan : Hasilnya, saya menemukan perhitungan Tuan Kong sangat tepat bahkan untuk hal-hal kecil. Setelah mendengar nasehatnya, kembali terpikir oleh saya untuk belajar. Saya kemudain meminta nasehat sepupu saya Shen-Chen. Dia memberiku saran …
Sepupu : Kawanku, Tuan Yu Hai-Gu sedang mengajar di rumah Sheng Yo-Fu. Saya dengan sengan hati akan membawa kamu ke sana untuk menumpang tinggal dan belajar.
Liao-Fan : Itulah ceritanya bagaimana saya menjadi murid Yu. Kembali, Tuan Kong membuat ramalan untukku.
Tuan Kong : Sebagai murid, engkau akan memperoleh ranking ke-14 dalam ujian kabupaten, ranking ke-71 dalam ujian daerah, dan ranking ke-9 dalam ujian propinsi.
Liao-Fan : Tahun berikutnya, pada tiga tempat pelaksanaan ujian itu, saya mendapatkan ranking persis dengan yang diramalkan Tuan Kong. Kemudian Tuan Kong membeberkan ramalan bagi seluruh hidup saya.
Tuan Kong : Engkau akan lulus ujian ini dan ujian itu pada tahun sekian dan sekian engkau akan menjadi pegawai negeridi tahun sekian, dan pada tahun sekian engkau akan mendapatkan kenaikan pangkat. Akhirnya, engakau akan ditunjuk sebagai hakim selama 3 ½ tahun, engkau akan meletakkan jabatan dan kembali ke kampung halaman. Pada umur 53 tahun engkau akan mati sekitar pukul 01.00 pagi di bulan ke-8 tanggal 14. Sayang sekali engkau tidak akan mempunyai anak.
Liao-Fan : Saya mencatat dan mengingat semua perkataannya. Sejak itu, hasil dan setiap ujian yanga saya ikuti ternyata sesuai dengan ramalan Tuan Kong. Tuan Kong meramalkan saya abru akan dinaikkan jabatan setelah meneirma upah seberat 91 goni dan 5 gantang beras. Akan tetapi, hanya dengan menerima 71 goni beras, saya telah mendapat rekomendasi kenaikan pangkat dari Tuan Tu, pejabat senior bidang pendidikan. Ini membuat saya diam-diam mulai meragukan ramalan-ramalan Tuan Kong.
Liao-Fan : Akan tetapi, ramalan Tuan Kong pada akhirnya ternyata tepat, sebab rekomendasi tadi ditolak Tuan Yang, atasan Tuan Tu. Hingga beberapa tahun kemudian, saat Tuan Ying Chiu-Min melihat hasil ujian saya terdahulu dan berseru…
Tuan Ying : Kelima karangan singkat ini sungguh bagus, sama baiknya dengan laporan untuk Kaisar sendiri! Bagaimana mungkin kita dapat mengubur karya sarjana sehebat ini?
Liao-Fan : Tuan Ying memerintahkan pengadilan mengeluarkan surat perintah resmi bagu saya untuk dijadikan kandidat “siswa kerajaan” di bawah otoritas beliau. Setelah menjalani kenaikan pangkat yang bersejarah ini, perhitungan menunjukkan bahwa saya telah menerima persis 91 goni dan 5 gantang beras. Sejak itu, apakah itu kenaikan pangkat, promosi atau pun peningkatan jumlah kekayaan, saya betul-betul percaya bahwa semuanyanya terjadi sesuai dengan waktunya. Bahkan umur orang pun sudah ditakdirkan.
Saya mulai melihat bahwa segalanya ini sudah pasti, dan berhenti untuk mencari kemenangan dan keuntungan. Setelah terpilih sebagai seorang siswa kerajaan, saya diharuskan memasuki Universitas Beijing. Tahun-tahun di ibukota, minta saya untuk bermeditasi tumbuh dan saya sering duduk diam tanpa memikirkan apa pun, saya kehilangan minat terhadap buku dan berhenti belajar sama sekali.
Sebelum saya memasuki Universitas Nasional di Nanjing, saya berkunjung kepada Yun Gu, seorang guru Zen yang telah cerah, di Pegunungan Chishia. Kami duduk saling berhadapan di dalam Aula Zen selama tiga hari tiga malam tanpa tidur. Guru Yun-Gu akhirnya bertanya kepada saya ..
Guru Yun-Gu : Orang biasa tidak mampu mencapai tingkat kesucian karena mereka terlalu banyak memiliki pikiran yang berkeliaran dan palsu. Dalam meditasi tiga hari yang kita jalankan, saya tidak melihat sedikit pun danya pikiran yang bercabang dalam diri Anda. Bagaimana bisa begitu?
Liao-Fan : Saya menjawab, “Tuan Kong telah meramal dengan tepat semua yang akan terjadi dalam hidup saya. Saya telah mengerti bahwa hidup, mati, promosi, dan kegagalan sduah ditakdirkan. Tidak ada gunanya bagi saya untuk memikirkan atau berusaha mendapatkannya. Itulah sebabnya Guru tidak melihat adanya pikiran yang berkeliaran dalam diri saya.” Guru Yun-Gu tertawa.
Guru Yun-Gu : Tadinya saya pikir engkau orang yang punya kemampuan luar biasa! Sekarang saya sadar engkau bukan siapa-siapa melainkan Cuma orang wam, dan rata-rata!
Liao-Fan : Merasa bingung atas perkataan Guru Yun-Gu, saya memohon penjelasan darinya.
Guru Yun-Gu : Batin orang rata-rata selalu ditempati oleh pikiran yang melantur dan khayalan, sehingga secara alamiah kehidupan mereka diikat oleh hawa yin-yang, dan nasib. Kita tidak dapat menyangkat bahwa takdir itu memang ada, namun hanya orang-orang biasa yang terikat olehnya. Takdir tidak dapat mengikat mereja yang mengembangkan kebajikan agung.
Narator : Jasa-jasa baik yang berhasil dikumpulkan dari perbuatan-perbuatan besar sedemikian agungnya sehingga nasib ‘asli’ juga dapat berubah menjadi lebih baik dengan melakukan perbuatan-perbuatan itu.
Guru Yun-Gu : Jasa-jasa yang dikumpulkan sesungguhnya dapat mengubah takdir mereka dari penderitaan kepada kebahagiaan, dari kemiskinan kepada kemakmuran, dan umur pendek menjadi umur panjang. Demikian pula halnya, takdir tidak dapat menjamin mereka yang melakukan perbuatan yang luar biasa jahatnya.
Narator : Kejahatan yang berat dan kuat dapat menghancurkan hidup orang yang dipenuhi kemakmuran dan nasib baik karena akibat kejahatan itu akan merusak takdirnya semula. Hidup orang itu dapat berubah dari baik menjadi buruk.