iya Anda benar, itu hanya slogan karena kami masih belum mampu melihat Dhamma yang sejati.
adalah lebih mudah menjelaskan apel kepada orang yang melihat dan mau mengerti bahwa benda tersebut adalah apel.
adalah susah dan tidak mungkin menjelaskan apel kepada orang buta tetapi mau melihat bahwa benda tersebut adalah apel.
ujar2an hal dibawah ini seperti tetangga sebelah kami yang memiliki moto: lebih baik tidak melihat tapi percaya
adalah lebih mudah menjelaskan apel kepada orang yang buta tetapi mau melihat apel tersebut
adalah susah dan tidak mungkin menjelaskan apel kepada orang yang tidak buta tetapi tidak mau melihat apel tersebut.
"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma."
sepertinya ini hanya jadi hiasan saja.
kami tidak sedang berilusi jika kami sedang berilusi kami tidak berada di Forum ini
kemungkinan Anda yang sedang berilusi
dengan tidak melihat kami tetapi mengatakan hal tanpa ada dasar kami sedang berilusi.
kami lebih percaya dengan melihat bukan sperti ujar2an Anda diatas ttg orang buta "
lebih baik tidak melihat tapi percaya"
kami berpikir bahwa contoh yang Anda berikan tentang orang buta tidaklah tepat, bagaiman jika Anda mengatakan kepada orang buta bahwa yang Anda berikan itu apel dan 99 orang yang datang kepada orang buta tsb memberikan durian dan meyakinkan orang buta itu bahwa durian tsb adalah apel.
kami pikir dan yakin bahwa orang buta tersebut akan meng-Amini, bahwa durian tsb adalah apel.
btw, apakah ada contoh orang buta yang percaya dengan "melihat" ? atau itu hanya hiasan saja ?
Bro tidak melihat sesuatu hal yang sedang dijelaskan oleh orang lain, tetapi hanya melihat sesuatu/hal yang ingin bro lihat sendiri dan meresponnya berdasarkan persepsi bro sendiri.
Dengan kata lain , bro melihat ilusi bro sendiri dan meresponnya
kalau boleh, Anda bisa jelaskan "melihat apa adanya" itu seperti apa ?
ambilah contoh "melihat apa adanya" dalam kehidupan sehari2 dan beserta rujukannya secara konvensional (lokuttara) dan hakiki (paramattha).
Kami harapkan rujukan "melihat apa adanya" berasal dari sutra karena ini berada diboard mahayana.
Kenapa kita melihat hal yang ingin kita lihat dan tidak melihat hal apa adanya, karena ego kita menutupi mata kita. Pengetahuan membuat ego kita semakin besar. Apa yang kita tahu memperkuat ego kita.
Apa yang kita pelajari membuat ego kita semakin kuat, semakin melekat daripada melepaskannya, kita malah terjebak dengan ego kita.
Jadi apa gunanya pengetahuan dhamma itu, bila itu membuat LDM kita semakin menebal
kami akui bahwa kami masih memiliki ego & LDM karena kami masih sekkha.
apakah dengan menunjukan "ego" dan LDM orang lain, Anda menjadi terbebaskan dari hal2 tsb ?
atau Anda tampak akan lebih bijaksana dengan memaparkan "ego" dan LDM orang lain ?
Ataukah Anda telah terbebas dari "ego" dan LDM sehingga menunjuk "ego" dan LDM orang lain ?
jika Anda memang seseorang yang
bijaksana, alangkah baiknya jika Anda memberi contoh teladan kepada kami bagaimana terbebas dari "ego" dan LDM.