Sebagai umat awam yg menjalani kehidupan duniawi yg mungkin belum dapat melepaskan begitu banyak kemelekatan thd duniawi, mereka yg hidup dlm suasana glamor dibandingkan dengan mereka yg hidup dlm kesederhanaan (hidup sesuai dengan kebutuhan), apakah keduanya mempuyai tingkat kesulitan yg sama dalam mencapai "kebahagiaan" ?
Yesus pernah bersabda:
~ Lebih mudah bagi seekor unta untuk melewati lubang jarum ketimbang orang2 kaya memasuki pintu surga.
Jadi, dari sabda Yesus tersebut tersirat bahwa agak susah bagi orang2 kaya untuk mencapai pencerahan. Hal ini masuk akal juga karena orang2 kaya menikmati lebih banyak kenikmatan duniawi, lebih banyak harta untuk dijaga, lebih banyak kemelekatan yg mengelilingi sehingga otomatis tantangan untuk melepas kemelekatan adalah berat dibanding orang2 yg mempunyai sedikit harta.
Namun, tidak selalu harus begitu, ada juga orang2 kaya yg sangat murah hati, senang menolong, tidak banyak beban pikiran, tidak terlalu banyak pengharapan. Sebaliknya, ada juga orang2 yg kurang berada malah lebih 'susah' pikirannya dibanding orang2 kaya, selalu mengimpikan hal2 yg tidak bisa dijangkaunya, akibatnya pikirannya tidak bisa tenang dan selalu gelisah, hampir sama gelisahnya dengan orang2 kaya yang menjaga hartanya.
Artinya apa?
Artinya semuanya tergantung pada batin masing2. Tergantung pada ekspektasi yg ditanamkan pada setiap tindakan yg dilakukan. Menanamkan ekspektasi yg terlalu tinggi berpotensi menuai penderitaan yg lebih berat.
Kebahagiaan adalah vipakka (hasil/akibat). Pada saat kamma dilakukan, pada saat itu pula kita menanamkan potensi hasilnya ('ekspektasi akan hasil'). Jadi, vipaka (bahagia / menderita) sebenarnya "
telah ada" sejak kamma dilakukan....
::