//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: bulu dekat pantat bebek mandarin + baca sutra = pernikahan harmonis..benarkah?  (Read 112659 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
setahu gw namanya mantram memang biasanya singkat, dan dibaca berulang2 seh.. alasan dibaca berulang2 kurang tahu pasti. Namun kebiasaan dibacanya 3,5,7,21, 108 kali seperti yang tertulis di atas..

ini pendapat pribadi, saya juga pernah baca mantra mahayana, dan ketika membaca berulang2, saya mendengar suara saya sendiri.. sehingga impactnya saya menjadi lebih serius dan fokus membaca..

Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
apa bisa disetarakan dengan kata Buddho Buddho Buddho?

[op dlu mau kuliah..]
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Kalau gak salah saya, mahakarunia dharani itu yah kelas-nya dharani, bukan sutra...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
apa bisa disetarakan dengan kata Buddho Buddho Buddho?

[op dlu mau kuliah..]
sori riky.. saya kurang kompeten menjawab..
kita tunggu saja dari bro Chingik dkk, soalnya saya juga hanya menduga2.. :P
Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
[at]  All

Maaf,bentar ya...Mohon izin OOT,karena dari sini lah sumber konflik terjadi...

Setelah menerima banyak nasihat dari para senior[saya ucapkan banyak terima kasih kepada para senior yang telah bertindak lurus,baik,benar dan patut,dengan menegur saya dengan ciri khas yang elok,bukan melalui personal attack dan memaki dengan kata2 kasar..Semoga para senior,tidak bosan2 menegur saya bilamana dilain waktu saya "kelepasan" didalam berdiskusi,dan mengarah kepada hal2 yang dapat menimbulkan "pelecehan" terhadap Mahayana], akhirnya saya sadar. oleh karena itu dalam kesempatan ini, saya menyampaikan secara terbuka permintaan maaf kepada rekan2 mahayanist atas pernyataan2 saya yg terkesan kasar. semoga rekan2 dapat menerima maaf saya ini. terima kasih kepada para senior yg sudah mengingatkan saya.


Catatan : Terima kasih khususnya kepada Sdr. Chingik yg telah berusaha memberikan penjelasan kepada saya..Semoga bro Chingkik tetap setia dan berkenan berdiskusi dengan saya dengan cara2 yang lebih elegan dimasa yang mendatang.. ^:)^

permintaan : Semoga para senior masih dapat menerima saya didalam forum ini.. :)

Anumodana _/\_
  [at] bro Riky,
Terima kasih dan saya memberi apresiasi atas keterbukaan pikiran bro. Butuh satu keberanian besar untuk menyatakan permohonan maaf secara terbuka. Saya percaya bila ada seorang ariya yang melihat ini, akan mengucapkan "sadhu , sadhu, sadhu".
Berhubung bro sekarang telah bersedia mendengarkan, maka pada kesempatan ini, izinkan saya menyampaikan isi hati.  Saya belajar agama Buddha sejak bertahun-tahun. Di sini kita tentu setuju semua bahwa kita sama-sama mengagumi guru agung kita Sang Buddha.  Bahkan ketika ada yang saling berebutan ingin menyatakan diri mewakili pandangan paling benar dari ajaran Buddha, saya juga merasa tertantang dan ingin menonjolkan diri dengan meneriakkan "Sayalah murid kesayangan Buddha".  Saya sangat bersemangat. Saya senang dan luap dalam kegembiraan bila ada yang mengatakan saya adalah siswa Buddha yang baik, terpuji, dan lain-lain. Begitu mengagumi Buddha, saya membaca Sutta dengan perasaan haru, kagum, sampai bersujud sambil membayangi Sang Buddha berdiri diri depan saya. Begitu mengagumi Buddha, saya sejujurnya kehilangan akal sehat. Kehilangan akal sehat terhadap sikap kritiis seperti rekan2 kita yang lain. Mereka bisa memilah-milah dan membuat kesimpulan bahwa ini yg asli , ini yg palsu. ini yg otentik, ini yang cult. Baik, mereka mungkin telah mencapai satu keberhasilan setingkat di atas saya. Saya belum. Saya mungkin jauh di bawah, tapi terus terang karena itulah , mengapa saya katakan saya tidak menggunakan akal sehat, tidak kritis yang akhirnya membuat saya memutuskan utk tidak mau memilah-milah, tidak mau membuat kesimpulan. Memang banyak yg menganggap itu bodoh, mungkin. Okelah, lalu jangan melarang saya utk menundukkan kepala dan biarkan saya tetap bersujud di kaki Sang Buddha.  yaah, saya lebih bahagia dgn berpegang padnagnan bahwa Theravada benar, Mahayana benar, Tantrayana benar dan gunakan salah satu utk kecocokan di kemudiannya. Saya membaca tulisan Ajahn Chah, Ajahn Brahm, Ajahn Sumedho, Sri Dhammananda, Buddhadasa , Maha Sayadaw, dan seterusnya.   Saya senang sekali, saya anggap mereka guru2 besar, lebih besar dari tokoh dunia lainnya seperti  Einstein, Bertrand Russell, Newton, Da Vinci, Galileo ,dll.  Apalagi Sutta2 dalam Nikaya, saya menjadikannya sebagai koleksi pribadi, barang siapa yang menyentuhnya dgn tidak sopan, saya bisa jadi kesal, karena betapa besar rasa berharganya terhadap Sutta itu, betap besar rasa cinta saya pada Sang Buddha. Begitu besar cinta saya, sampai saya tidak menggunakan akal sehat, saya katakan tidak menggunakan akal sehat karena tidak lagi mau memilah-milah, tidak mau menyimpulkan seperti rekan2 lain yg bisa menyimpulkan yang asli yang palsu, yg otentik yg cult. Sehingga saya koleksi saja semua, dan hasilnya, saya pun tidak mau membuat penolakan secara sepihak , sy ingin berdamai dgn batin saya, saya mencintai Buddha dlm aliran manapun (yg tentu saja diakui secara luas 3 yg maintstream itu).     
Begitulah akhirnya apa pun sikap cinta saya, pada akhirnya saya sama seperti rekan2 lainnya, bahwa saya harus melepas semuanya. Saat semua itu dilepaskan dalam kesadaran meditasi, tidak lagi label2 asli palsu, otentik cult. Saya duduk lalu melepaskan semua ide-ide yg muncul di masa lalu, membiarkan ide2 masa depan lewat bak awan berlalu, saya hanya mengamati nafas, dan disitu tidak ada konsep2, tidak ada kesimpulan kesimpulan asli palsu, otentik cult, benar salah. Setelah kesadaran saya berjalan stabil, pancaindra saya menghilang, bahkan diri itu pun sirna, yang tertahan adalah kesadaran murni,yang sedang mengamati nimitta-nimitta. Tapi semua ini tidak ada kesimpulan2  ,tidak ada ide2. Semua hanya kesadaran tok.
Saya masih ingat ketika membaca senandung pencerahan dari master Shengyen, senandung itu mengatakan bhw seorang yang telah mencapai pencerahan tidak membuang khayalan juga tidak mengejar pencerahan. ahaa...tentu saja orang yg tercerahkan, batinnya yang sati terus menerus, kahyalan apalagi yg harus dibuang, karena sudah tdk ada kahyalan, pencerahan apalagi yg ingin dikejar, karena sudah berada di atas track pencerahannya. Sekejap itu juga saya menegasi semua diskriminasi terhadap bentuk2, dan senandung pencerahan ini mengingatkan saya, saat memasuki kesadaran murni ini, apa bedanya metode chan dgn anapanasati, toh sama2 mengarah ke sana yang tidak butuh konsep2 , seperti menapaki jalan yang beda tapi bertemu di persimpangan yg sama. Begitu juga ketika menjampar Budho, Budho, atau Amituofo2, semuanya diarahkan pada kesadaran yang sedikit demi sedikit menghilangkan ide2 yg muncul dr kepalsuan pancakhanda, hingg tidak lagi terkontaminasi gerak gerik pancakhanda.  Dari sini , saya berkata bahwa maaf teman2, mungkin inilah jalan terbodoh yang saya pilih, yak, memilih mencintai Buddha bukan dgn akal sehat.
Uneg2 ini saya sampaikan hanya utk bermohon setulus-tulusnya sperti orang rendahan ,orang sesat, orang yg dicurigai ingin mempropagandakan doktrin Mahayana,  kepada rekan2 bijak ,  bahwa jangan mencibir saya sebagai non-Theravada karena saya mencintai Sang Buddha bukan karena saya berdiri di pihak mana, saya ingin mencinta dgn segala irasional yg mungkin terdengar konyol,  sehingga saya bukan saja Mahayana, saya juga Theravada. Mungkin saya dihujat tidak ada pendirian , tapi pendirian juga bukan jalan satu2nya.  Saya adalah semuanya dan semuanya adalah bagian dari yg ingin saya peluk, karena nilai2 ajaran Buddha ada di dalamnya. Mungkin saya adlah cacing yg menyukai kotoran, tapi dewa di surga yang jijik sama kotoran blm tentu memahami kesamaan sifat antara kotoran dan istana surgawinya, sama-sama kosong dari inti.
Setelah keluar dari meditasi , semua memang terlihat berbeda, matahari masih bersinar terang, malam hari masih menunjukkan kegelapannya, masih ada diskriminasi dlm pikiran, tapi ah...itu kan kepalsuan pikiran yg digerakkan oleh pancakhanda, dan kesadaran murni itu bebas dari itu, tidak ada diskriminasi. Maka mari kita masuk ke dalam kesadaran murni, sirnalah diskriminasi, dan alangkah indahnya itu.
Terima kasih bro Riky, terima kasih bro Forte, terima kasih bro Bond, all...
I love u pull..... :))
 

 
« Last Edit: 24 March 2010, 05:56:45 PM by chingik »

Offline Wolvie

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 805
  • Reputasi: 25
Quote
Tambahan:

Pembacaan Dharani sebaiknya didahului dengan mantra2 di bawah ini :

AUM RAM!
(Mantra untuk membersihkan suasana semesta alam)

AUM SVAR!
(Mantra untuk melindungi diri pemuja)

NAMO SATTANAM SAMYAKSAMBODDHI KOTINAM JITA!
AUM JARA! VAJRA! KUNDHI! SVAHA!
(Mantra untuk memohon kepada Sang Maha Ibu Dunia)

AUM BHUR!
(Mantra untuk memutar Roda Dharani)

AUM MANI PADME HUM!
(Mantra untuk menerangi Sang Hati)

Mantra2 pendek di atas harus dibaca masing-masing 3, 5, 7, 9, atau 21 kali sesukanya, setelah itu baru membaca Maha Karuna Dharani.

Apakah alasannya harus dimulai dengan mantra tersebut?dan kalau misalnya mantranya hanya dibaca 1 kalai bagaimana?

gak tau, sy cuma copy dari buku.

mau praktek sukur, ngga pun ngga papa.

Baca Dharani bukan perkara mudah, itu menurut sy. Bukan karena bahasanya yang sulit tapi menurut pengalaman sy sendiri, klo lagi marah atau dongkol atau bingung, ngga bisa baca sampai tuntas. Boleh percaya boleh ngga, makanya dianjurkan agar mempersiapkan diri waktu mau menjapa, itu pasti ada alasannya. Mungkin (dari pengalaman sy) itu sebabnya ada tahapan2 yang mesti dijalani sebelum membaca. Misalnya mesti cia cai.

Dan sy udah membuktikan kemanjuran Dharani ini, meskipun bukan sy yang menjapa (seorang yang sy mintain tolong yang membacakan). Memang bukan untuk keperluan merukunkan pasutri seperti judul thread ini, tapi untuk kesembuhan.

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...

Ha..ha rumusnya bulu bebek koq diubah lagi. Inti yg ingin saya sampaikan. Urusan spiritual itu bukan matematika. Kalau mau dibuat matematika saya tidak kredible. Silakan bro buat rumus sendiri. Coba cari penemuan metafisika dengan matematika.

Buddha saja tidak buat persamaan matematika dalam melihat hukum universe yg kompleks. Koq ini malah dibuat2  ;D
 
Mau tau rumus faktor lain atau faktor xx yg bro tanyakan ? coba dulu vipasanna. lalu bandingkan pengalaman anda dengan orang lain rumusnya sama ngak.

Karena saya belum vipasanna, dan sepertinya sdr bond sudah vipasanna, coba sebutkan dulu faktor lain atau faktor xx, ntar pasti ada praktisi yang bisa klarifikasi... Monggo....

Percuma ngak bakal nyambung...latih dulu bro. kalau ngak maaf deh.. karena faktor xx itu menyangkut pengalaman saya dan orang lain. Belum tentu faktor x saya = faktor x anda.
« Last Edit: 24 March 2010, 06:28:47 PM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
saya pribadi blm memahami makna mantram. Tapi kalo gak salah mantram tdk bisa dijelaskan scr ilmiah, karena ada kaitan dgn sifat metafisika. Byk fenomena dunia yg blm bisa dijelaskan, so saya rasa diskusi ini tidak akan mencapai titik kesimpulan yg bisa diandalkan. Mahayana  saja blm memahami mantram sebaik Tantrayana. Itulah sebabnya Mahayana hanya menjalankan ritual praktik pembacaan mantra dgn tulus berdasarkan keyakinan bhw itu ajaran Buddha. Kalo Tantrayana jauh lebih memahaminya, dan karena saya tidak begitu mendalami Tantra, saya blm sanggup menjelaskan lebih jauh.  Tapi dari penjelasan bro bond misalnya, itu memberi sinyal bhw sebenarnya mantra itu harus dipraktikkan berdasarkan kekuatan keyakinan+faktor2 lain yg mendukungnya. Bila tidak maka percuma, akan sama seperti membaca artikel kata2 yg kosong tanpa efek.

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
saya pribadi blm memahami makna mantram. Tapi kalo gak salah mantram tdk bisa dijelaskan scr ilmiah, karena ada kaitan dgn sifat metafisika. Byk fenomena dunia yg blm bisa dijelaskan, so saya rasa diskusi ini tidak akan mencapai titik kesimpulan yg bisa diandalkan. Mahayana  saja blm memahami mantram sebaik Tantrayana. Itulah sebabnya Mahayana hanya menjalankan ritual praktik pembacaan mantra dgn tulus berdasarkan keyakinan bhw itu ajaran Buddha. Kalo Tantrayana jauh lebih memahaminya, dan karena saya tidak begitu mendalami Tantra, saya blm sanggup menjelaskan lebih jauh.  Tapi dari penjelasan bro bond misalnya, itu memberi sinyal bhw sebenarnya mantra itu harus dipraktikkan berdasarkan kekuatan keyakinan+faktor2 lain yg mendukungnya. Bila tidak maka percuma, akan sama seperti membaca artikel kata2 yg kosong tanpa efek.

Betul sekali bro chingik.
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
sundul lagi ;D
bantu sundul pertanyaan edward
Dear all,

Dalam Mahayana memang ada Sutra2 yang sifatnya memberi manfaat secara duniawi.  Kekuatan yang bersifat metafisik itu ada bukan tidak ada. 
Dharma diajarkan dengan memberi manfaat kepada siapa pun yang merasa cocok, sehingga ada yang bersifat lokiya, ada yang bersifat lokuttara, ada yg bersifat Neyartha ada yg bersifat Nitharta, ada yang bersifat  paramartha, ada yang bersifat samvrti.  Semua ditujukan tergantung pada makhluk yang berbeda-beda karakternya.
Dan satu hal lagi, kaidah penafsiran sutra mahayana tidaklah sekedar dilihat secara tersurat, apalagi secara sepotong-sepotong. Sutra-sutra itu seperti sebuah jaringan yang saling terkait satu sama lain, sehingga tidak selalu dilihat secara satu sisi saja.  Dalam konteks Mahayana , sutra seperti sebuah jejaring (net).
 
Saya tidak ingin mendebatkan isi sutra ini. Tapi mohon diingat
Sekotor apapun pandangan saudara2 terhadap sebuah sutra, adalah tidak baik bersikap  menyindir (dgn cara yg sangat halus ) atau mentertawakannya.   
 oleh karena itu mohon kendalikan batin masing2. karena akan merugikan diri sendiri , dan tidak membawa pada kemajuan. Kita sama2 merasa diri sebagai siswa Buddha, maka minimal mari berusaha bersikap seperti yang dipuji oleh para ariya.
 
 _/\_
 



Seingat saya, dalam Tripitaka memank terbagi menjadi beberapa segmen dan bagian. Bahkan ada sutra yang bukan berasal dari ucapan Sakyamuni Buddha sendiri, tetapi "disetarakan" kualitas-nya dengan sutra, seperti sutra altar oleh Hui Neng.
Dalam topik ini, termasuk dalam  bagian manakah sutra ini?

NB: Dlm tradisi penamaan China,  Sang Buddha Gotama biasa umum dipanggil Sakyamuni Buddha (Se Cia Mu Ni Fo), karena merujuk pada Buddha yang berasal dari suku Sakya.Tidak ada merendahkan dalam hal ini.

Agar mengembalikan pembahasan sesuai topik, ada yg bisa bantu menjelaskan pertanyaan saya?

TATIYAMPI  :whistle:

Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline andry

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.117
  • Reputasi: 128
apa bisa disetarakan dengan kata Buddho Buddho Buddho?

[op dlu mau kuliah..]
ente kalo mo tau segala sesuatu ttg mantra, coba pelajari dari hindu dan tantra
Samma Vayama

Offline naviscope

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.084
  • Reputasi: 48
[at]  All

Maaf,bentar ya...Mohon izin OOT,karena dari sini lah sumber konflik terjadi...

Setelah menerima banyak nasihat dari para senior[saya ucapkan banyak terima kasih kepada para senior yang telah bertindak lurus,baik,benar dan patut,dengan menegur saya dengan ciri khas yang elok,bukan melalui personal attack dan memaki dengan kata2 kasar..Semoga para senior,tidak bosan2 menegur saya bilamana dilain waktu saya "kelepasan" didalam berdiskusi,dan mengarah kepada hal2 yang dapat menimbulkan "pelecehan" terhadap Mahayana], akhirnya saya sadar. oleh karena itu dalam kesempatan ini, saya menyampaikan secara terbuka permintaan maaf kepada rekan2 mahayanist atas pernyataan2 saya yg terkesan kasar. semoga rekan2 dapat menerima maaf saya ini. terima kasih kepada para senior yg sudah mengingatkan saya.


Catatan : Terima kasih khususnya kepada Sdr. Chingik yg telah berusaha memberikan penjelasan kepada saya..Semoga bro Chingkik tetap setia dan berkenan berdiskusi dengan saya dengan cara2 yang lebih elegan dimasa yang mendatang.. ^:)^

permintaan : Semoga para senior masih dapat menerima saya didalam forum ini.. :)

Anumodana _/\_
  [at] bro Riky,
Terima kasih dan saya memberi apresiasi atas keterbukaan pikiran bro. Butuh satu keberanian besar untuk menyatakan permohonan maaf secara terbuka. Saya percaya bila ada seorang ariya yang melihat ini, akan mengucapkan "sadhu , sadhu, sadhu".
Berhubung bro sekarang telah bersedia mendengarkan, maka pada kesempatan ini, izinkan saya menyampaikan isi hati.  Saya belajar agama Buddha sejak bertahun-tahun. Di sini kita tentu setuju semua bahwa kita sama-sama mengagumi guru agung kita Sang Buddha.  Bahkan ketika ada yang saling berebutan ingin menyatakan diri mewakili pandangan paling benar dari ajaran Buddha, saya juga merasa tertantang dan ingin menonjolkan diri dengan meneriakkan "Sayalah murid kesayangan Buddha".  Saya sangat bersemangat. Saya senang dan luap dalam kegembiraan bila ada yang mengatakan saya adalah siswa Buddha yang baik, terpuji, dan lain-lain. Begitu mengagumi Buddha, saya membaca Sutta dengan perasaan haru, kagum, sampai bersujud sambil membayangi Sang Buddha berdiri diri depan saya. Begitu mengagumi Buddha, saya sejujurnya kehilangan akal sehat. Kehilangan akal sehat terhadap sikap kritiis seperti rekan2 kita yang lain. Mereka bisa memilah-milah dan membuat kesimpulan bahwa ini yg asli , ini yg palsu. ini yg otentik, ini yang cult. Baik, mereka mungkin telah mencapai satu keberhasilan setingkat di atas saya. Saya belum. Saya mungkin jauh di bawah, tapi terus terang karena itulah , mengapa saya katakan saya tidak menggunakan akal sehat, tidak kritis yang akhirnya membuat saya memutuskan utk tidak mau memilah-milah, tidak mau membuat kesimpulan. Memang banyak yg menganggap itu bodoh, mungkin. Okelah, lalu jangan melarang saya utk menundukkan kepala dan biarkan saya tetap bersujud di kaki Sang Buddha.  yaah, saya lebih bahagia dgn berpegang padnagnan bahwa Theravada benar, Mahayana benar, Tantrayana benar dan gunakan salah satu utk kecocokan di kemudiannya. Saya membaca tulisan Ajahn Chah, Ajahn Brahm, Ajahn Sumedho, Sri Dhammananda, Buddhadasa , Maha Sayadaw, dan seterusnya.   Saya senang sekali, saya anggap mereka guru2 besar, lebih besar dari tokoh dunia lainnya seperti  Einstein, Bertrand Russell, Newton, Da Vinci, Galileo ,dll.  Apalagi Sutta2 dalam Nikaya, saya menjadikannya sebagai koleksi pribadi, barang siapa yang menyentuhnya dgn tidak sopan, saya bisa jadi kesal, karena betapa besar rasa berharganya terhadap Sutta itu, betap besar rasa cinta saya pada Sang Buddha. Begitu besar cinta saya, sampai saya tidak menggunakan akal sehat, saya katakan tidak menggunakan akal sehat karena tidak lagi mau memilah-milah, tidak mau menyimpulkan seperti rekan2 lain yg bisa menyimpulkan yang asli yang palsu, yg otentik yg cult. Sehingga saya koleksi saja semua, dan hasilnya, saya pun tidak mau membuat penolakan secara sepihak , sy ingin berdamai dgn batin saya, saya mencintai Buddha dlm aliran manapun (yg tentu saja diakui secara luas 3 yg maintstream itu).     
Begitulah akhirnya apa pun sikap cinta saya, pada akhirnya saya sama seperti rekan2 lainnya, bahwa saya harus melepas semuanya. Saat semua itu dilepaskan dalam kesadaran meditasi, tidak lagi label2 asli palsu, otentik cult. Saya duduk lalu melepaskan semua ide-ide yg muncul di masa lalu, membiarkan ide2 masa depan lewat bak awan berlalu, saya hanya mengamati nafas, dan disitu tidak ada konsep2, tidak ada kesimpulan kesimpulan asli palsu, otentik cult, benar salah. Setelah kesadaran saya berjalan stabil, pancaindra saya menghilang, bahkan diri itu pun sirna, yang tertahan adalah kesadaran murni,yang sedang mengamati nimitta-nimitta. Tapi semua ini tidak ada kesimpulan2  ,tidak ada ide2. Semua hanya kesadaran tok.
Saya masih ingat ketika membaca senandung pencerahan dari master Shengyen, senandung itu mengatakan bhw seorang yang telah mencapai pencerahan tidak membuang khayalan juga tidak mengejar pencerahan. ahaa...tentu saja orang yg tercerahkan, batinnya yang sati terus menerus, kahyalan apalagi yg harus dibuang, karena sudah tdk ada kahyalan, pencerahan apalagi yg ingin dikejar, karena sudah berada di atas track pencerahannya. Sekejap itu juga saya menegasi semua diskriminasi terhadap bentuk2, dan senandung pencerahan ini mengingatkan saya, saat memasuki kesadaran murni ini, apa bedanya metode chan dgn anapanasati, toh sama2 mengarah ke sana yang tidak butuh konsep2 , seperti menapaki jalan yang beda tapi bertemu di persimpangan yg sama. Begitu juga ketika menjampar Budho, Budho, atau Amituofo2, semuanya diarahkan pada kesadaran yang sedikit demi sedikit menghilangkan ide2 yg muncul dr kepalsuan pancakhanda, hingg tidak lagi terkontaminasi gerak gerik pancakhanda.  Dari sini , saya berkata bahwa maaf teman2, mungkin inilah jalan terbodoh yang saya pilih, yak, memilih mencintai Buddha bukan dgn akal sehat.
Uneg2 ini saya sampaikan hanya utk bermohon setulus-tulusnya sperti orang rendahan ,orang sesat, orang yg dicurigai ingin mempropagandakan doktrin Mahayana,  kepada rekan2 bijak ,  bahwa jangan mencibir saya sebagai non-Theravada karena saya mencintai Sang Buddha bukan karena saya berdiri di pihak mana, saya ingin mencinta dgn segala irasional yg mungkin terdengar konyol,  sehingga saya bukan saja Mahayana, saya juga Theravada. Mungkin saya dihujat tidak ada pendirian , tapi pendirian juga bukan jalan satu2nya.  Saya adalah semuanya dan semuanya adalah bagian dari yg ingin saya peluk, karena nilai2 ajaran Buddha ada di dalamnya. Mungkin saya adlah cacing yg menyukai kotoran, tapi dewa di surga yang jijik sama kotoran blm tentu memahami kesamaan sifat antara kotoran dan istana surgawinya, sama-sama kosong dari inti.
Setelah keluar dari meditasi , semua memang terlihat berbeda, matahari masih bersinar terang, malam hari masih menunjukkan kegelapannya, masih ada diskriminasi dlm pikiran, tapi ah...itu kan kepalsuan pikiran yg digerakkan oleh pancakhanda, dan kesadaran murni itu bebas dari itu, tidak ada diskriminasi. Maka mari kita masuk ke dalam kesadaran murni, sirnalah diskriminasi, dan alangkah indahnya itu.
Terima kasih bro Riky, terima kasih bro Forte, terima kasih bro Bond, all...
I love u pull..... :))
 

 


i loph u pull juga....
bro chingik
lain kale pake paragraf ya ketiknya yach...
pake titik, pake koma, ama spasi

gw ampek mabok baca-nya, ampek tahan nafas baca sampai selesai..... wkwkwkw.....
Tinggalkan masa lalu, lepaskan beban akan masa depan, tidak terikat dengan yang sekarang maka kamu akan merasakan kedamain batin.

Leave the past alone, do not worry about the future, do not cling to the present and you will achieve calm.

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
[at]  All

Maaf,bentar ya...Mohon izin OOT,karena dari sini lah sumber konflik terjadi...

Setelah menerima banyak nasihat dari para senior[saya ucapkan banyak terima kasih kepada para senior yang telah bertindak lurus,baik,benar dan patut,dengan menegur saya dengan ciri khas yang elok,bukan melalui personal attack dan memaki dengan kata2 kasar..Semoga para senior,tidak bosan2 menegur saya bilamana dilain waktu saya "kelepasan" didalam berdiskusi,dan mengarah kepada hal2 yang dapat menimbulkan "pelecehan" terhadap Mahayana], akhirnya saya sadar. oleh karena itu dalam kesempatan ini, saya menyampaikan secara terbuka permintaan maaf kepada rekan2 mahayanist atas pernyataan2 saya yg terkesan kasar. semoga rekan2 dapat menerima maaf saya ini. terima kasih kepada para senior yg sudah mengingatkan saya.


Catatan : Terima kasih khususnya kepada Sdr. Chingik yg telah berusaha memberikan penjelasan kepada saya..Semoga bro Chingkik tetap setia dan berkenan berdiskusi dengan saya dengan cara2 yang lebih elegan dimasa yang mendatang.. ^:)^

permintaan : Semoga para senior masih dapat menerima saya didalam forum ini.. :)

Anumodana _/\_
  [at] bro Riky,
Terima kasih dan saya memberi apresiasi atas keterbukaan pikiran bro. Butuh satu keberanian besar untuk menyatakan permohonan maaf secara terbuka. Saya percaya bila ada seorang ariya yang melihat ini, akan mengucapkan "sadhu , sadhu, sadhu".
Berhubung bro sekarang telah bersedia mendengarkan, maka pada kesempatan ini, izinkan saya menyampaikan isi hati.  Saya belajar agama Buddha sejak bertahun-tahun. Di sini kita tentu setuju semua bahwa kita sama-sama mengagumi guru agung kita Sang Buddha.  Bahkan ketika ada yang saling berebutan ingin menyatakan diri mewakili pandangan paling benar dari ajaran Buddha, saya juga merasa tertantang dan ingin menonjolkan diri dengan meneriakkan "Sayalah murid kesayangan Buddha".  Saya sangat bersemangat. Saya senang dan luap dalam kegembiraan bila ada yang mengatakan saya adalah siswa Buddha yang baik, terpuji, dan lain-lain. Begitu mengagumi Buddha, saya membaca Sutta dengan perasaan haru, kagum, sampai bersujud sambil membayangi Sang Buddha berdiri diri depan saya. Begitu mengagumi Buddha, saya sejujurnya kehilangan akal sehat. Kehilangan akal sehat terhadap sikap kritiis seperti rekan2 kita yang lain. Mereka bisa memilah-milah dan membuat kesimpulan bahwa ini yg asli , ini yg palsu. ini yg otentik, ini yang cult. Baik, mereka mungkin telah mencapai satu keberhasilan setingkat di atas saya. Saya belum. Saya mungkin jauh di bawah, tapi terus terang karena itulah , mengapa saya katakan saya tidak menggunakan akal sehat, tidak kritis yang akhirnya membuat saya memutuskan utk tidak mau memilah-milah, tidak mau membuat kesimpulan. Memang banyak yg menganggap itu bodoh, mungkin. Okelah, lalu jangan melarang saya utk menundukkan kepala dan biarkan saya tetap bersujud di kaki Sang Buddha.  yaah, saya lebih bahagia dgn berpegang padnagnan bahwa Theravada benar, Mahayana benar, Tantrayana benar dan gunakan salah satu utk kecocokan di kemudiannya. Saya membaca tulisan Ajahn Chah, Ajahn Brahm, Ajahn Sumedho, Sri Dhammananda, Buddhadasa , Maha Sayadaw, dan seterusnya.   Saya senang sekali, saya anggap mereka guru2 besar, lebih besar dari tokoh dunia lainnya seperti  Einstein, Bertrand Russell, Newton, Da Vinci, Galileo ,dll.  Apalagi Sutta2 dalam Nikaya, saya menjadikannya sebagai koleksi pribadi, barang siapa yang menyentuhnya dgn tidak sopan, saya bisa jadi kesal, karena betapa besar rasa berharganya terhadap Sutta itu, betap besar rasa cinta saya pada Sang Buddha. Begitu besar cinta saya, sampai saya tidak menggunakan akal sehat, saya katakan tidak menggunakan akal sehat karena tidak lagi mau memilah-milah, tidak mau menyimpulkan seperti rekan2 lain yg bisa menyimpulkan yang asli yang palsu, yg otentik yg cult. Sehingga saya koleksi saja semua, dan hasilnya, saya pun tidak mau membuat penolakan secara sepihak , sy ingin berdamai dgn batin saya, saya mencintai Buddha dlm aliran manapun (yg tentu saja diakui secara luas 3 yg maintstream itu).     
Begitulah akhirnya apa pun sikap cinta saya, pada akhirnya saya sama seperti rekan2 lainnya, bahwa saya harus melepas semuanya. Saat semua itu dilepaskan dalam kesadaran meditasi, tidak lagi label2 asli palsu, otentik cult. Saya duduk lalu melepaskan semua ide-ide yg muncul di masa lalu, membiarkan ide2 masa depan lewat bak awan berlalu, saya hanya mengamati nafas, dan disitu tidak ada konsep2, tidak ada kesimpulan kesimpulan asli palsu, otentik cult, benar salah. Setelah kesadaran saya berjalan stabil, pancaindra saya menghilang, bahkan diri itu pun sirna, yang tertahan adalah kesadaran murni,yang sedang mengamati nimitta-nimitta. Tapi semua ini tidak ada kesimpulan2  ,tidak ada ide2. Semua hanya kesadaran tok.
Saya masih ingat ketika membaca senandung pencerahan dari master Shengyen, senandung itu mengatakan bhw seorang yang telah mencapai pencerahan tidak membuang khayalan juga tidak mengejar pencerahan. ahaa...tentu saja orang yg tercerahkan, batinnya yang sati terus menerus, kahyalan apalagi yg harus dibuang, karena sudah tdk ada kahyalan, pencerahan apalagi yg ingin dikejar, karena sudah berada di atas track pencerahannya. Sekejap itu juga saya menegasi semua diskriminasi terhadap bentuk2, dan senandung pencerahan ini mengingatkan saya, saat memasuki kesadaran murni ini, apa bedanya metode chan dgn anapanasati, toh sama2 mengarah ke sana yang tidak butuh konsep2 , seperti menapaki jalan yang beda tapi bertemu di persimpangan yg sama. Begitu juga ketika menjampar Budho, Budho, atau Amituofo2, semuanya diarahkan pada kesadaran yang sedikit demi sedikit menghilangkan ide2 yg muncul dr kepalsuan pancakhanda, hingg tidak lagi terkontaminasi gerak gerik pancakhanda.  Dari sini , saya berkata bahwa maaf teman2, mungkin inilah jalan terbodoh yang saya pilih, yak, memilih mencintai Buddha bukan dgn akal sehat.
Uneg2 ini saya sampaikan hanya utk bermohon setulus-tulusnya sperti orang rendahan ,orang sesat, orang yg dicurigai ingin mempropagandakan doktrin Mahayana,  kepada rekan2 bijak ,  bahwa jangan mencibir saya sebagai non-Theravada karena saya mencintai Sang Buddha bukan karena saya berdiri di pihak mana, saya ingin mencinta dgn segala irasional yg mungkin terdengar konyol,  sehingga saya bukan saja Mahayana, saya juga Theravada. Mungkin saya dihujat tidak ada pendirian , tapi pendirian juga bukan jalan satu2nya.  Saya adalah semuanya dan semuanya adalah bagian dari yg ingin saya peluk, karena nilai2 ajaran Buddha ada di dalamnya. Mungkin saya adlah cacing yg menyukai kotoran, tapi dewa di surga yang jijik sama kotoran blm tentu memahami kesamaan sifat antara kotoran dan istana surgawinya, sama-sama kosong dari inti.
Setelah keluar dari meditasi , semua memang terlihat berbeda, matahari masih bersinar terang, malam hari masih menunjukkan kegelapannya, masih ada diskriminasi dlm pikiran, tapi ah...itu kan kepalsuan pikiran yg digerakkan oleh pancakhanda, dan kesadaran murni itu bebas dari itu, tidak ada diskriminasi. Maka mari kita masuk ke dalam kesadaran murni, sirnalah diskriminasi, dan alangkah indahnya itu.
Terima kasih bro Riky, terima kasih bro Forte, terima kasih bro Bond, all...
I love u pull..... :))
 

 


Ini lah yang saya kagumi dari anda,sehingga sejenak saya meninggalkan semua aspek kekritisan saya...anda benar2 contoh moderator yang baik,seorang moderator,tidak hanya menengahi tetapi memberi contoh serta mengarahkan sesuai dengan contoh...tidak seperti moderator lainnya yang sesudah memaki berdalih bahwa makiannya adalah benar...

saya hanturkan terima kasih kepada anda,kalau saya tidak bertemu dengan anda,dan para senior DC lainnya yang menegur saya,saya pasti akan berpegang teguh dalam kekritisan saya tanpa batasan...kalau saya bertemu dengan Bond,hancurlah saya...karena pelajaran yang bisa saya dapatkan hanya makian belaka,tidak ada isi substansi..tidak ada hubungan dengan hal yang didiskusikan..sedangkan anda,anda mengajar sesuai dengan diskusi dan isi substansi..semoga banyak moderator seperti anda ini di DC,sehingga DC tidak akan kehilangan member2 berpontensi yang muak karena tingkah moderator yang terlalu sok berkuasa... :)

jikalau ada kata2 saya yang kurang tepat,atau berkenan dihati para member,saya hanturkan permintaan maaf yang setulus2nya..ini hanya uneq2 saya terhadap forum DC,saya berharap bahwa ada perubahan didalam kebijakan forum DC...

Love YOu All ^^

terima kasih _/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
 [at] naviscope, hehe , ini namanya ngetik sambil kebelet mau pipis. Jadinya ngalir terus.. haaaaahaaaahaaaaa


Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
 [at] all, perselisihan sudah diselesaikan dengan baik, tapi silahturahmi (maaf2an)nya gak perlu terlalu panjang juga.


ayo :backtotopic: