//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: bulu dekat pantat bebek mandarin + baca sutra = pernikahan harmonis..benarkah?  (Read 112162 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Quote
Sori ya..Didalam Theravada tidak terdapat sifat "minta2" kayak gitu..maaf saja,kami yang berasal dari Theravada diajarin DO MORE TALK LESS...kalau ada USAHA pasti ada JALAN,,,bukan kalau ada DOA pasti ada JALAN...maap,saya hanya menganggap "doa" sebagai oli buat rantai sepeda,percuma olinya di kasih banyak2 tapi sepedanya tidak di gayuh ke tempat tujuan yang diinginkan... :)
[dan saya secara pribadi tidak mengakui bahwa semua Sutra Mahayana keluar langsung dari mulut Bhagava..]

Xixixixixiixix....... apa anda pikir Mantra dalam Mahayana itu BUKAN OLI??? wkwkwkwkk.....  8) 8) 8)...

 _/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Quote
lho saya kan da tulis dan setahu saya Buddha tidak mengajarkan pernikahan,Buddha tidak juga mengajarkan perceraian,itu kan asumsi anda.. :)

saya mau bertanya kepada anda ,ketika Pangeran Siddharta pergi mencari obat atas ke 3 penyakit,apakah itu disebut mengorbankan keluarga atau tidak?bukankah saat itu Yasodhara menentangnya?Raja Bimbisara menentangnya?Ratu Pajapati menentangnya? berati anda mungkin ingin berkata secara tak langsung bahwa tindakan pangeran Siddharta adalah KONYOL??

kalau anda membaca sutta bahwa ada salah 1 pangeran yang dilarang ibunya menjadi Bhikkhu,melakukan demo "mogok makan",anda jangan membuat semuanya menjadi "dalih" pembenaran belaka,kalau memang sudah ada tekad untuk menjalani kehidupan berumah tangga ya harus berusaha untuk merealisasikannya..bukan berkata,"Saya ditentang" "saya belum ini dan itu"..itu ALASAN namanya..Apakah harus dengan "doa" dan "mantra" setiap hari biar dapat ijin??

[Saya jadi bertanya,didalam sutta bagian mana ya Buddha pernah mengajarkan umatnya untuk belajar melafalkan mantra,dan melafal terus menerus.. :) ada yang mau membantu saya?]

Sang Buddha cukup mengajarkan KESADARAN,karena didalam KESADARAN,didalam TINDAKAN yang WASPADA niscaya selalu ada KEDAMAIAN disana..

Xixixixixi..... apakah menurut anda Sang Buddha tidak mengajarkan para siswa-Nya untuk BACA PARITTA?? Kalau nggak, silahkan demo sana untuk menghapus pembacaan Paritta....  ^-^ ^-^ ^-^

Nah,maaf ya,apakah paritta itu = berdoa?apakah paritta itu sama dengan memohon2 untuk mendapatkan apa yang kita "inginkan"?Apakah fungsi paritta seperti itu?Saya rasa paritta yang dibacakan setiap Puja Bakti mengandung makna pembacaan ulang KHOTBAH2 BUDDHA kepada YANG TAK NAMPAK,dan saya belum pernah TAHU bahwa ORANG MEMBACA PARITTA supaya HUBUNGAN SUAMI ISTRINYA MENJADI HARMONIS,atau orang yang MENDAPAT MASALAH datang dan MEMBACA PARITTA supaya MASALAHNYA SIRNA...dan setahu saya pembacaan ulang seperti pembacaan patimokkha dan sebagainya itu supaya para muridNya mengingat Ajarannya khususnya yang belum menembus tataran kesucian,dan menjadi bahan perenungan,saya tidak melihat bahwa pembacaan paritta menjadi sebuah objek permintaan,untuk memuaskan nafsu keinginan..enak aja ya,hubungan retak karena kesalahan sendiri,baca paritta bla2,hubungannya baik kembali..nanti orang2 selingkuh,tinggal baca aja tuh mantra.. :)


Quote
Semua aliran Buddhis ya gak ada yang ngajarin supaya BACA MANTRA / PARITTA TOK, semua ya harus berusaha PRAKTEK LAINNYA SEPERTI MEDITASI, BERDANA, dsb....  8) 8) 8)

=Jadi kembali ke SUTRA anda tadi ,bagaimana ya?jangan dilencengkan.. :)

Quote
Hahahahha..... tahu dari mana Yasodhara menentang?? Di masa Buddha Dipankara, Sumitta / Prakrti sudah berikrar bahwa ia tidak akan pernah menghalang2i niat dan tindakan Sang Bodhisattva untuk meninggalkan keduniawian!!  8) 8) 8) Apalagi waktu itu keluarga yang ditinggalkan Siddharta hidup dalam kesejahteraan kerajaan dan bukan tidak dalam perlindungan. Pangeran Siddharta juga memiliki NIAT TULUS mengatasi 3 racun dan kembali memberikan obatnya pada seluruh anggota keluarganya dan semua makhluk.

Oh...saya tidak mengerti mengapa ya Raja Bimbisara begitu kuatir sampai2 membangun 3 istana,dan menikahkan pangeran Siddharta pada usianya yang ke 16 dengan putri Yasodhara,dan apakah Yasodhara ada diberitahu bahwa Pajapati bukan ibu pangeran Siddharta yang sebenarnya melainkan hanya ibu tiri karena setelah 7 hari melahirkan pangeran Siddharta,Ratu Mahamaya meninggal dunia,dan sesuai ramalan dari 8 Brahma,bahwa apabila melihat 4 kondisi maka pangeran Siddharta akan menjadi Buddha,untuk menghindari Siddharta tahu bahwa ada yang dinamakannya "kematian" maka Raja Bimbisara merahasiakan kematian Mahamaya,dan Pajapati menceritakannya kepada yasodhara,untuk "mengikat" Siddharta..[Silakan baca dari Komik Bodhi by Ehipassiko Foundation]


Quote
Maka dari itu Pangeran Siddharta meninggalkan keluarga ya tidak bisa disamakan dengan orang2 yang jadi bhiksu CUMA GARA-GARA TENGKAR SAMA ISTRI DAN LARI DARI TANGGUNG JAWAB EKONOMI!!  8) 8) 8)
Saya tidak tahu apakah pada zaman Gotama atau zaman sekarang ada yang jadi Bhikkhu[Saya lagi bilang Tradisi Theravada ya,kalau Tradisi Mahayana sih saya tutup sebelah mata,karena berkali2 saya nampak tuh Suhu yang botak,ke mall jalan2..dan saya kaget baru tahu suhu tersebut berasal dari Mahayana bagian mana,dan vihara mana..] karena LARI DARI TANGGUNG JAWAB,karena SETAHU saya MENJADI BHIKKHU THERAVADA lebih SULIT daripada MENJALANI KEHIDUPAN DI PENJARA,itu saya lihat dari Buku Membuka PINTU HATI by AJAHN BRAHM..ada 227 PERATURAN,kalau BHIKKHU HUTAN ditambah 13 PERATURAN.. :)

Saya pernah membaca salah satu sutta yang menyebutkan,"Orang yang hidup perumah tangga akan sulit menjalani kehidupan non perumah tangga,bilamana pikirannya terikat oleh kesenangan kehidupan berumah tangga.." [kira2 seperti itu]

Quote
Coba renungkan lagi kenapa Sang Buddha membuat Vinaya yang mana mengharuskan seseorang ingin menjadi bhiksu harus mendapat izin terlebih dahulu dari keluarga yang bersangkutan!!  8)

 _/\_
The Siddha Wanderer

Saya tidak tahu bahwa seorang suami harus mendapat izin dari istri untuk menjadi Bhikkhu,itu tercantum dimana ya?Setahu saya hanya soal "anak" yang harus mendapat izin dari orang tuanya.. :)

Anumodana _/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Quote
Sori ya..Didalam Theravada tidak terdapat sifat "minta2" kayak gitu..maaf saja,kami yang berasal dari Theravada diajarin DO MORE TALK LESS...kalau ada USAHA pasti ada JALAN,,,bukan kalau ada DOA pasti ada JALAN...maap,saya hanya menganggap "doa" sebagai oli buat rantai sepeda,percuma olinya di kasih banyak2 tapi sepedanya tidak di gayuh ke tempat tujuan yang diinginkan... :)
[dan saya secara pribadi tidak mengakui bahwa semua Sutra Mahayana keluar langsung dari mulut Bhagava..]

Xixixixixiixix....... apa anda pikir Mantra dalam Mahayana itu BUKAN OLI??? wkwkwkwkk.....  8) 8) 8)...

 _/\_
The Siddha Wanderer

Sudah deh,tak perlu putar2...

Sutra itu jelas tertulis :
"Jika sepasang suami istri tidak rukun dan harmonis, keadaannya seperti air dan api, carikan bulu bagian belakang dari bebek mandarin, di depan rupang Bodhisattva Avalokitesvara yang Maha Pengasih, lafalkan Mantra Agung [Maha Karuna Dharani] sebanyak 1008 ditujukan kepada bulu-bulu tersebut dan berikan kepada kedua pasangan itu untuk dipakai, maka pasangan suami istri tersebut akan berbahagia dan saling menghormati dan mencintai satu dengan lainnya sampai akhir hayatnya." (Maha Karunacitta Dharani Sutra)

dimana bagian dari sutra itu yang "mengayuh" sepeda?

apakah bagian ini,"Carikan bulu bagian belakang dari bebek mandarin, di depan rupang Bodhisattva Avalokitesvara yang Maha Pengasih, lafalkan Mantra Agung [Maha Karuna Dharani] sebanyak 1008 ditujukan kepada bulu-bulu tersebut dan berikan kepada kedua pasangan itu untuk dipakai, maka pasangan suami istri tersebut akan berbahagia dan saling menghormati dan mencintai satu dengan lainnya sampai akhir hayatnya."?

mungkin masuk akal juga buat kaum Mahayana,cari bulu bebek kan perlu usaha juga :)

gitu ya maksudnya?

Anumodana _/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Quote
saya masih belum menemukan dimana letak BODHICITTA yang MENCAKUP TEKAD MENCAPAI KE-BUDDHAAN, SEMANGAT, CINTA KASIH dan PRAJNA

yang saya dapatkan dari Sutra yang anda camtumkan hanya kata "semoga saya begini dan begitu.." "semoga saya begini dan begitu" "semoga saya begini dan begitu"..

Kalau dalam Pancasila ditulis begini :
1.Saya BERUSAHA untuk menghindari pembunuhan[disana tidak ditulis Semoga dengan cepat saya menghindari pembunuhan]
2.Saya BERUSAHA untuk menghindari pencurian[disana tidak ditulis Semoga dengan cepat saya menghindari pencurian]
3.Saya BERUSAHA untuk menghindari perzinahan[disana tidak ditulis Semoga dengan cepat saya menghindari perzinahan]
4.Saya BERUSAHA untuk menghindari kata2 dusta/tidak benar[disana tidak ditulis Semoga dengan cepat saya menghindari kata2 dusta/tidak benar]
5.Saya BERUSAHA untuk menghindari makan/minum yang bisa melemahkan kesadaran[disana tidak ditulis Semoga dengan cepat saya menghindari makan/minum yang bisa melemahkan kesadaran]

Xixixixixixiixi....... tekad (ADHISTANA) tidak sama PLEK dengan pengambilan SILA lah!!..wkwkwkwk... Anda tidak menemukan itu URUSAN ANDA. Yang penting saya MENEMUKANNYA dan ketika saya berdoa "Semoga" maka dalam diri saya muncul sebuah tekad untuk membahagiakan semua makhluk seperti ucapan "Semoga semua makhluk berbahgia". Dan ini berdampak pada TINDAKAN SAYA.  8) 8) 8)

 _/\_
The Siddha Wanderer


wow.."Xixixixixixiixi....... tekad (ADHISTANA) tidak sama PLEK dengan pengambilan SILA lah!!..wkwkwkwk..." ?? baru tahu saya bahwa Tekad tidak sama dengan pengambilan SILA,apakah mungkin anda mau mengatakan bahwa pengambilan SILA itu tidak diperlukan TEKAD didalamnya? :o

saya :o ,karena setahu saya semuanya sila itu dibutuhkan "usaha" dan "tekad" yang kuat...setelah bertekad maka mereka berusaha..didalam sutra itu..kayak "doa" nya aja yang kebanyakan,dimana letak tekad dan usahanya?

kalau anda,mungkin anda cerdas,kasihan dong sama yang lainnya yang kurang cerdas..MAHAYANA= kenderaan besar kan?kenderaan yang bisa menampung semua makhluk,kenderaan yang penuh berkorban,rela berkorban,yang tekad2 nya luar binasa[lihat sutra Amitabha],nah sekarang dengan tekad Mahayana anda yang SUANGAT BESAR,tolong dibagikan pengetahuan anda itu.. :)

Anumodana _/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline andry

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.117
  • Reputasi: 128
Theravada diajarin DO MORE TALK LESS...kalau ada USAHA pasti ada JALAN,,,bukan kalau ada DOA pasti ada JALAN...
Anumodana _/\_
wah, ati2 bro ricky.. ente belom ngadepin raja nya mara tuhh...
ntar2 jadi DO MORE TALK MORE
Samma Vayama

Offline kullatiro

  • Sebelumnya: Daimond
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.153
  • Reputasi: 97
  • Gender: Male
  • Ehmm, Selamat mencapai Nibbana
Quote
"Jika sepasang suami istri tidak rukun dan harmonis, keadaannya seperti air dan api, carikan bulu bagian belakang dari bebek mandarin, di depan rupang Bodhisattva Avalokitesvara yang Maha Pengasih, lafalkan Mantra Agung [Maha Karuna Dharani] sebanyak 1008 ditujukan kepada bulu-bulu tersebut dan berikan kepada kedua pasangan itu untuk dipakai, maka pasangan suami istri tersebut akan berbahagia dan saling menghormati dan mencintai satu dengan lainnya sampai akhir hayatnya." (Maha Karunacitta Dharani Sutra)

sbelum melanjutkan diskusi, yg saya ingin tanyakan benarkah sutra ini demikian atau sutra palsu?

pakai? memangya bulu mandarin itu di pakai di mana? di tempel kan di mana tuh :))

wa rasa luar nya palsu tapi isinya adalah latihan konsentrasi dan kesabaran baca sampai 1008, ini juga sama menggunakan kekuatan konsentrasi yang dihasilkan oleh konsentrasi dan kesabaran.

boleh dibilang ini adalah trik untuk latihan memusat kan perhatian dengan benar bila bisa bersabar dan berkonsentras tujuan nya tersampaikan dan latihan nya sukses.
« Last Edit: 17 March 2010, 10:12:12 PM by daimond »

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
waduh, baru buka thread ini kemarin sudah heboh...hahahaha

 [at] bro gandalf
anda negatif sekali mendengar kata "pantat"... objek itu netral bro...lagian saya mengasumsikan memang pada bagian belakang bebek dekat pantat...

oke sekarang pembahasannya..
teliti baik-baik kata sutra itu

"Jika sepasang suami istri tidak rukun dan harmonis, keadaannya seperti air dan api, carikan bulu bagian belakang dari bebek mandarin, di depan rupang Bodhisattva Avalokitesvara yang Maha Pengasih, lafalkan Mantra Agung [Maha Karuna Dharani] sebanyak 1008 ditujukan kepada bulu-bulu tersebut dan berikan kepada kedua pasangan itu untuk dipakai, maka pasangan suami istri tersebut akan berbahagia dan saling menghormati dan mencintai satu dengan lainnya sampai akhir hayatnya." (Maha Karunacitta Dharani Sutra)

dari sini kita sudah melihat bahwa anggap saja seorang suhu atau pihak ke-3...
memberikan mantra dan membacakan mantra "di depan altar" kemudian diberikan pada kedua belah pihak ( suami istri ) maka niscaya dari benci pun bisa jadi damai...... LUAR BIASA.

jadi biar agama lain asalkan dapat bulu sakti dari pihak ke - 3 ( biksu,suhu,atau apa lah ) bisa damai kah rumah tangga itu?  misalkan seorang biksu stelah menyelesaikan ritual nya, lalu cukupp memberikan pada pasangan yg sedang ribut, pasangan itu langsung jadi damai harmonis? 
kek nya HOAX neh sutra..


saya sampai tertawa membaca berbagai alasan berbagai macam guna menutup kesalahan.

Jatuhkam ramantep itu tidak menjamin BAHWA pemakai nya 100% sukses...ingat itu, gw beli Jathukam anda kalau memang 100% bisa jadi kaya raya. ;D
dan lagi sejak kapan dalam TIPITAKA ada yg namanya JATUKHAM RAMANTHEP ??  ga ada tuh..cuma tradisi dari bikkhu-bikkhu yg punya kemampuan khusus....

jadi apabila biksu sudah membacakan mantra sebanyak 1008x kemudian mengambil bulu bebek mandarin...kalau masih cerai juga berarti Tripitaka nya bohong donk? ^^

nanti kalau ada pernikahan saya sarankan di vihara mahayana saja dilaksanakan...soalnya ada amulet khusus yg boleh kita minta dari biksu misalnya yg menjamin pernikahan akan rukun sampai akhir hayat. hehehehe


Quote
"Jika sepasang suami istri tidak rukun dan harmonis, keadaannya seperti air dan api, carikan bulu bagian belakang dari bebek mandarin, di depan rupang Bodhisattva Avalokitesvara yang Maha Pengasih, lafalkan Mantra Agung [Maha Karuna Dharani] sebanyak 1008 ditujukan kepada bulu-bulu tersebut dan berikan kepada kedua pasangan itu untuk dipakai, maka pasangan suami istri tersebut akan berbahagia dan saling menghormati dan mencintai satu dengan lainnya sampai akhir hayatnya." (Maha Karunacitta Dharani Sutra)

sbelum melanjutkan diskusi, yg saya ingin tanyakan benarkah sutra ini demikian atau sutra palsu?

pakai? memangya bulu mandarin itu di pakai di mana? di tempel kan di mana tuh :))

wa rasa luar nya palsu tapi isinya adalah latihan konsentrasi dan kesabaran baca sampai 1008, ini juga sama menggunakan kekuatan konsentrasi yang dihasilkan oleh konsentrasi dan kesabaran.

boleh dibilang ini adalah trik untuk latihan memusat kan perhatian dengan benar bila bisa bersabar dan berkonsentras tujuan nya tersampaikan dan latihan nya sukses.
saudara daimond, yg membacakan mantra itu pihak ke-3 di mana seorang biksu atau siapa lah...terus di berikan pada pihak yg bersangkutan ( suami istri )
jadi suami istri ini tidak perlu membaca sutra ataupun apa....bahkan kalau agama lain pun...asalkan dapat BULU KHUSUS...maka bisa hidup harmoni saling mencintai sampai akhir hayat ;D




 [at] bro gandalf
Makna Pakai itu di pakai dimana? 
kalau jatuhkam biasanya di kalungin di leher...
« Last Edit: 18 March 2010, 01:06:49 AM by marcedes »
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline truth lover

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 392
  • Reputasi: 3
waduh, baru buka thread ini kemarin sudah heboh...hahahaha

 [at] bro gandalf
anda negatif sekali mendengar kata "pantat"... objek itu netral bro...lagian saya mengasumsikan memang pada bagian belakang bebek dekat pantat...

oke sekarang pembahasannya..
teliti baik-baik kata sutra itu

"Jika sepasang suami istri tidak rukun dan harmonis, keadaannya seperti air dan api, carikan bulu bagian belakang dari bebek mandarin, di depan rupang Bodhisattva Avalokitesvara yang Maha Pengasih, lafalkan Mantra Agung [Maha Karuna Dharani] sebanyak 1008 ditujukan kepada bulu-bulu tersebut dan berikan kepada kedua pasangan itu untuk dipakai, maka pasangan suami istri tersebut akan berbahagia dan saling menghormati dan mencintai satu dengan lainnya sampai akhir hayatnya." (Maha Karunacitta Dharani Sutra)

dari sini kita sudah melihat bahwa anggap saja seorang suhu atau pihak ke-3...
memberikan mantra dan membacakan mantra "di depan altar" kemudian diberikan pada kedua belah pihak ( suami istri ) maka niscaya dari benci pun bisa jadi damai...... LUAR BIASA.

jadi biar agama lain asalkan dapat bulu sakti dari pihak ke - 3 ( biksu,suhu,atau apa lah ) bisa damai kah rumah tangga itu?  misalkan seorang biksu stelah menyelesaikan ritual nya, lalu cukupp memberikan pada pasangan yg sedang ribut, pasangan itu langsung jadi damai harmonis? 
kek nya HOAX neh sutra..


saya sampai tertawa membaca berbagai alasan berbagai macam guna menutup kesalahan.

Jatuhkam ramantep itu tidak menjamin BAHWA pemakai nya 100% sukses...ingat itu, gw beli Jathukam anda kalau memang 100% bisa jadi kaya raya. ;D
dan lagi sejak kapan dalam TIPITAKA ada yg namanya JATUKHAM RAMANTHEP ??  ga ada tuh..cuma tradisi dari bikkhu-bikkhu yg punya kemampuan khusus....

jadi apabila biksu sudah membacakan mantra sebanyak 1008x kemudian mengambil bulu bebek mandarin...kalau masih cerai juga berarti Tripitaka nya bohong donk? ^^

nanti kalau ada pernikahan saya sarankan di vihara mahayana saja dilaksanakan...soalnya ada amulet khusus yg boleh kita minta dari biksu misalnya yg menjamin pernikahan akan rukun sampai akhir hayat. hehehehe


Quote
"Jika sepasang suami istri tidak rukun dan harmonis, keadaannya seperti air dan api, carikan bulu bagian belakang dari bebek mandarin, di depan rupang Bodhisattva Avalokitesvara yang Maha Pengasih, lafalkan Mantra Agung [Maha Karuna Dharani] sebanyak 1008 ditujukan kepada bulu-bulu tersebut dan berikan kepada kedua pasangan itu untuk dipakai, maka pasangan suami istri tersebut akan berbahagia dan saling menghormati dan mencintai satu dengan lainnya sampai akhir hayatnya." (Maha Karunacitta Dharani Sutra)

sbelum melanjutkan diskusi, yg saya ingin tanyakan benarkah sutra ini demikian atau sutra palsu?

pakai? memangya bulu mandarin itu di pakai di mana? di tempel kan di mana tuh :))

wa rasa luar nya palsu tapi isinya adalah latihan konsentrasi dan kesabaran baca sampai 1008, ini juga sama menggunakan kekuatan konsentrasi yang dihasilkan oleh konsentrasi dan kesabaran.

boleh dibilang ini adalah trik untuk latihan memusat kan perhatian dengan benar bila bisa bersabar dan berkonsentras tujuan nya tersampaikan dan latihan nya sukses.
saudara daimond, yg membacakan mantra itu pihak ke-3 di mana seorang biksu atau siapa lah...terus di berikan pada pihak yg bersangkutan ( suami istri )
jadi suami istri ini tidak perlu membaca sutra ataupun apa....bahkan kalau agama lain pun...asalkan dapat BULU KHUSUS...maka bisa hidup harmoni saling mencintai sampai akhir hayat ;D




 [at] bro gandalf
Makna Pakai itu di pakai dimana? 
kalau jatuhkam biasanya di kalungin di leher...

jadi Mahayana baca paritta ditujukan kepada bulu pantat bebek ya?    :))
Theravada gimana...? baca paritta ditujukan kepada tahi sapi nggak ya?   :whistle:
The truth, and nothing but the truth...

Offline truth lover

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 392
  • Reputasi: 3
Quote
Sori ya..Didalam Theravada tidak terdapat sifat "minta2" kayak gitu..maaf saja,kami yang berasal dari Theravada diajarin DO MORE TALK LESS...kalau ada USAHA pasti ada JALAN,,,bukan kalau ada DOA pasti ada JALAN...maap,saya hanya menganggap "doa" sebagai oli buat rantai sepeda,percuma olinya di kasih banyak2 tapi sepedanya tidak di gayuh ke tempat tujuan yang diinginkan... :)
[dan saya secara pribadi tidak mengakui bahwa semua Sutra Mahayana keluar langsung dari mulut Bhagava..]

Xixixixixiixix....... apa anda pikir Mantra dalam Mahayana itu BUKAN OLI??? wkwkwkwkk.....  8) 8) 8)...

 _/\_
The Siddha Wanderer

Sudah deh,tak perlu putar2...

Sutra itu jelas tertulis :
"Jika sepasang suami istri tidak rukun dan harmonis, keadaannya seperti air dan api, carikan bulu bagian belakang dari bebek mandarin, di depan rupang Bodhisattva Avalokitesvara yang Maha Pengasih, lafalkan Mantra Agung [Maha Karuna Dharani] sebanyak 1008 ditujukan kepada bulu-bulu tersebut dan berikan kepada kedua pasangan itu untuk dipakai, maka pasangan suami istri tersebut akan berbahagia dan saling menghormati dan mencintai satu dengan lainnya sampai akhir hayatnya." (Maha Karunacitta Dharani Sutra)

dimana bagian dari sutra itu yang "mengayuh" sepeda?

apakah bagian ini,"Carikan bulu bagian belakang dari bebek mandarin, di depan rupang Bodhisattva Avalokitesvara yang Maha Pengasih, lafalkan Mantra Agung [Maha Karuna Dharani] sebanyak 1008 ditujukan kepada bulu-bulu tersebut dan berikan kepada kedua pasangan itu untuk dipakai, maka pasangan suami istri tersebut akan berbahagia dan saling menghormati dan mencintai satu dengan lainnya sampai akhir hayatnya."?

mungkin masuk akal juga buat kaum Mahayana,cari bulu bebek kan perlu usaha juga :)

gitu ya maksudnya?


Anumodana _/\_

Mungkin itu yang dimaksud upaya kausalya, gitu lho mas dave
The truth, and nothing but the truth...

Offline The Ronald

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.231
  • Reputasi: 89
  • Gender: Male
mo tanya 1008 kali.. pas nya berapa? bisa kurang dikit ga? tp hasilnya sama, jd ingat kisah 108 pendekar
...

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Dear all,

Dalam Mahayana memang ada Sutra2 yang sifatnya memberi manfaat secara duniawi.  Kekuatan yang bersifat metafisik itu ada bukan tidak ada. 
Dharma diajarkan dengan memberi manfaat kepada siapa pun yang merasa cocok, sehingga ada yang bersifat lokiya, ada yang bersifat lokuttara, ada yg bersifat Neyartha ada yg bersifat Nitharta, ada yang bersifat  paramartha, ada yang bersifat samvrti.  Semua ditujukan tergantung pada makhluk yang berbeda-beda karakternya.
Dan satu hal lagi, kaidah penafsiran sutra mahayana tidaklah sekedar dilihat secara tersurat, apalagi secara sepotong-sepotong. Sutra-sutra itu seperti sebuah jaringan yang saling terkait satu sama lain, sehingga tidak selalu dilihat secara satu sisi saja.  Dalam konteks Mahayana , sutra seperti sebuah jejaring (net).
 
Saya tidak ingin mendebatkan isi sutra ini. Tapi mohon diingat
Sekotor apapun pandangan saudara2 terhadap sebuah sutra, adalah tidak baik bersikap  menyindir (dgn cara yg sangat halus ) atau mentertawakannya.   
 oleh karena itu mohon kendalikan batin masing2. karena akan merugikan diri sendiri , dan tidak membawa pada kemajuan. Kita sama2 merasa diri sebagai siswa Buddha, maka minimal mari berusaha bersikap seperti yang dipuji oleh para ariya.
 
 _/\_
 


Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan

 [at] Samanera Peacemind:
Ada di buku RAPB hal 2015 -2016 jilid 2, di mana ada banyak kemiripan dengan metode pembacaan mantra Mahayana, misalnya:
"Si pembaca harus termotivasi oleh keinginan mencapai Pembebasan." (Ini mirip dengan Mahayana yang menekankan Bodhicitta pada pembacaan Mantra)

Kotoran sapi (gomaya) digunakan untuk melapisi tempat di mana Atanatiya Paritta dibacakan.

The Siddha wanderer

oh..gitu. Saya pikir kotoran sapi di situ ada kekuatan magis atau sakralnya. Dalam kitab Tipitaka dan Atthakatha, memang kotoran sapi sering disebut-sebut, dan salah satu fungsinya yaitu untuk melapisi lantai. Memang tampaknya bagi kaum brahmana yang menganggap sapi sebagai binatang suci, kotoran binatang ini pun dijadikan obyek yang suci. Sebagai contoh, dalam Cundasutta dari Anguttaranikāya, seorang brahmana bernama Cunda mengungkapkan bahwa menyentuh kotoran sapi yang masih basah dianggap sebagai media untuk membersihkan diri.

Dalam kitab Komentar untuk Sekkhasutta dari Majhimanikāya, fungsi kotoran sapi inipun hanya untuk melapisi lantai. Dikatakan bahwa ketika Sang Buddha diundang orang2 Sakya untuk menempati sebuah gedung pertemuan yang baru dibangun, mereka melapisi lantai ruangan itu dengan kotoran sapi basah, dan injak2 sampai rata dan halus. Setelah itu, lantai diberi berbagai macam minyak yang harum dan ditutup dengan matras. Selanjutnya, sebagai tahap akhir, lantai tersebut ditutup dengan permadani yang dihiasi dengan berbagai macam gambar seperti kuda, singa, harimau, bulan, matahari, dll. Menggunkan kotoran sapi untuk melapisi lantai tampaknya hanya tradisi orang India yang telah dipraktikkn sebelum Sang Buddha muncul. Tradisi ini bukan diajarkan Sang BUddha, namun juga tidak ditolak oleh Sang BUddha. Bagi kaum brahmana, kotoran sapi ini dipercaya memiliki sifat sakral, tapi sejauh Tipitaka atau KOmentar memandang, kotoran sapi bukan merupakn sesuatu yang sakral.

Maaf mau sekedar menambahkan Samanera. Di Tipitaka juga dijelaskan bahwa kotoran sapi digunakan untuk melapisi dinding selain lantai, saya awalnya agak bingung mengapa digunakan kotoran sapi, belakangan saya tahu, karena sifatnya yang memperkuat sehingga dindingnya tidak mudah pecah setelah kering. Pengetahuan ini saya dapat setelah menonton discovery channel mengenai cara pembuatan benteng-benteng di China digunakan jerami dan alang-alang kering sebagai bahan yang memperkuat struktur benteng disana. Sifat kotoran sapi setelah kering bagai serat jerami dan alang alang sehingga bagus dipakai sebagai campuran tanah  liat dalam melapisi dinding.

Pada jaman modern bahan memperkuat ini disebut enforcement material, pada bangunan modern digunakan besi beton dan pada fiberglass digunakan serat kaca, pada jaman dahulu belum ada, jadi yang digunakan  adalah jerami, alang-alang dan kotoran sapi.

Penggunaan kotoran sapi selain melapisi bangunan bersama dengan tanah liat juga digunakan sebagai bahan bakar pengganti kayu karena sulit mendapatkan kayu di India di daerah yang gersang.

 _/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
mo tanya 1008 kali.. pas nya berapa? bisa kurang dikit ga? tp hasilnya sama, jd ingat kisah 108 pendekar

:hammer: malah tawar-menawar, emangnya dagang?

Offline kullatiro

  • Sebelumnya: Daimond
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.153
  • Reputasi: 97
  • Gender: Male
  • Ehmm, Selamat mencapai Nibbana
wah ingat cerita kisa gotami nah selain kisa gotami punya cerita ada satu lagi yaitu tiga helai kumis macan.

wa rasa yang benar bawa bulu pantat bebek itu dan baca sendiri sampai 1008 sekalian latihan kesabaran kalodah sabar bisa baca sampai 1008 pasti bisa dong bersabar sama pasangan an nya sampai 1008 kali kira-kira begitu (yah jangan minta di bacain itu sama saja boong gak ada faedah nya, yang dapet faedah/manfaat nya yah yang baca sampai 1008 itu)


Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Quote
"Jika sepasang suami istri tidak rukun dan harmonis, keadaannya seperti air dan api, carikan bulu bagian belakang dari bebek mandarin, di depan rupang Bodhisattva Avalokitesvara yang Maha Pengasih, lafalkan Mantra Agung [Maha Karuna Dharani] sebanyak 1008 ditujukan kepada bulu-bulu tersebut dan berikan kepada kedua pasangan itu untuk dipakai, maka pasangan suami istri tersebut akan berbahagia dan saling menghormati dan mencintai satu dengan lainnya sampai akhir hayatnya." (Maha Karunacitta Dharani Sutra)

Itu yang di bold,agak aneh kalo di zaman sang buddha sudah ada rupang bodhisatva avalokitesvara. Coba aja baca sutra itu, di sana dinyatakan jelas "membaca sutra di hadapan rupang bodhisatva avalokitesvara". bagaimana mungkin di zaman sang Buddha (2500 tahn lalu) sudah ada patung. bukankah di zaman itu belum ada simbol buddhis apapun, apalagi sampai orang india membuat patung bertema figur relijius. gak usah patung avalokitesvara deh, patung buddha gotama ada gak? kayaknya seh gak pernah ada tuh di sutta maupun sutra...[atau jangan-jangan sutra Mahayana lebih pinter berimajinasi dan berkreasi??hihihi..]

patung sang buddha pertama kali dipopulerkan oleh orang yunani, ketika agama buddha menyebar sampai ke yunani. orang yunani ini ahli dalam membuat patung, salah satu tema patung karya orag yunani yg paling terkenal adala patung wanita telanjang dan patung dewa-dewi mereka. kemudian patung kepala buddha gotama juga terkenal di dunia sebagai karya orang yunani. dari karya orang yunani inilah makanya banyak pengikut buddha pun menggunakan objek patung di kemudian hari. dan JELAS PATUNG TIDAK PERNAH DIPAKAI DI ZAMAN BUDDHA GOTAMA MASIH HIDUP. ini satu fakta yg kuat. [bisa ditelurusi lewat Mr.Google :)]

jadi kesimpulannya SUTRA ITU HOAX atau memang SUTRA MAHAYANA ITU ADALAH SUTRA YANG DIBIKIN BELAKANGAN OLEH OKNUM2 TERTENTU. kalau masih dilakukan pembenaran, berarti dasar mereka itu "tidak mau mengalah" semua, MOHA.

konyol sekali di saat sang buddha menekunkan kehidupan melepaskan segala bentuk duniawi, BELIAU MALAH MENYURUH BHIKSU UNTUK MEMBACA MANTRA DI DEPAN PATUNG AVALOKITESVARA. bukankah di dalam kisah mahayana katanya avalokitesvara pun ada di zaman itu. berarti avalokitesvara itu bisa ditemui oleh orang2. kalo begitu, ngapain baca mantra di depan patung nya. mendingan juga datang dan ketemu langsung dengan avalokitesvara. ini SUTRA YANG SANGAT KONYOL.

dalam SUTTA THERAVADA, sang buddha  menyatakan bahwa kita sebaiknya menghindari mata pencahrarian yang tidak benar. mata pencahian yg tidak benar ini contohnya PENIPUAN, PENUJUMAN, PRAKTIK LINTAH DARAT, dll..[salah 1 dari 8 Jalan Mulia,mata pencaharian benar]

nah terus juga ada sutta [Digha Nikaya] di mana sang buddha menyatakan bahwa di saat petapa-petapa lain bermata pencaharian dengan meramal, menjadi makcomblang, menghitung astronomi, menjadi penengah suami-istri, memberikan jimat2, dll... kita tidak melakukan itu. "kita" yang dimaksud sang buddha adalah PARA BHIKKHU. jadi sang buddha dan para bhikkhu yang benar itu bermata pencaharian yang benar. apa yang benar itu? yang benar yah pindapata dan menerima undangan makan dari perumah tangga. asalkan perumah tangga itu setidaknya bukan orang yang mencapai tataran kesucian (sotapanna - arahat).

adi maksudnya, di zaman sang buddha, ada banyak petapa aliran lain yang dapat makan / bermata pencaharian dengan cara  meramal, menjadi makcomblang, menghitung astronomi, menjadi penengah suami-istri, memberikan jimat2, dll. NAH HAL HAL SEPERTI INI JUSTRU "DIIZINKAN" DALAM MAHAYANA. makanya secara theravada, bhiksu mahayana itu KACAU!

dan satu lagi...
dalam mahayana, sering dipakai istilah "BUddha sakyamuni". sakkyamuni ini berasal dari kata "sakya" dan "muni". "sakya" adalah nama suku siddhatha gotama. kalau "muni" itu nama gelar terhormat, seperti "MASTER" atau "guru". dalam pemahaman kita, "SAKYAMUNI" itu pengertiannya RENDAH SEKALI. SAKYAMUNI = GURU TERHORMAT DARI SUKU SAKYA

coba pahami itu! sangat rendah. sama aja seperti BATAKMUNI, JAWAMUNI, SUNDAMUNI. padahal buddha gotama itu guru seluruh alam semesta. panggilan SAKYAMUNI ini hanya terkenal dari kaum brahmana. kaum brahmana di zaman sang buddha itu sering manggil buddha gotama dengan panggilan "PETAPA GOITAMA" atau "SAKYAMUNI". karena dengan panggilan itu, para brahmana merasa tidak lebih rendah dari buddha gotama. sebab panggilan "BUDDHA" itu benar2 mulia, jadi para brahmana itu tidak mau memanggil buddha gotama dengan panggilan "BUDDHA".

istilah "SAKYAMUNI" itu adalah istilah yang dipakai oleh orang luar. orang luar itu tentu saja para brahmana dan umat awam dari sekte lain. para bhikkhu maupun umat awam yang sudah berlindung pada buddha gotama, PASTI AKAN MEMANGGIL BELIAU DENGAN SEBUTAN "SANG BUDDHA", "SANG BHAGAVA". TIDAK PERNAH ADA UMAT BUDDHA DI ZAMAN DULU YANG MANGGIL BUDDHA GOTAMA DENGAN SEBUTAN "BUDDHA SAKYAMUNI". panggilan sakyamuni benar2 mencirikan panggilan orang dari pihak  luar...[yang EGO nya masih sangat KUAT]

dan menurut suatu referensi,  istilah "SAKYAMUNI" pun lahir dari bahasa sansekerta. bahasanya para kaum elit, golongan brahmana, bahasanya para petapa aliran lain (sebab di zaman dulu, semua petapa merasa dirinya lebih tinggi dari umat awam. makanya mereka menggunakan bahasa mereka yang lebih elit, yaitu bahasa sansekerta. selain itu, bahasa sansekerta / petapa lain selalu mengucapkan mantra-mantra karena mereka percaya bahwa bahasa sansekerta itu "bahasa suci", jadi pelafalan mantra pasti akan manjur).

beda sekali dengan buddha gotama yang tidak memakai mantra atau embel embel apapun[bisa dilihat dari Anggutara Nikaya bahwa "Bukan dengan doa atau sumpah,..."]. buddha gotama mengucapkan paritta yang isinya hanya mendorong orang lain untuk mempraktikkan apa yang diucapkan dalam parita itu. coba aja teliti semua paritta theravada. semua yang diucapkan di paritta adalah hal hal yang harus dipraktikkan. ini sama seperti pembacaan tekad. paritta sering kali manjur karena diucapkan atas dasar kebenaran, kekuatan dari perkataan benar akan mendukung kebenaran untuk muncul.

misalnya paritta angulimala: "...dulu saya telah banyak membunuh makhluk hidup. dengan pernyataan kebenaran ini, semoga anda dapat melahirkan dengan selamat".[Saccakiriya Gatha]

Anumodana _/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

 

anything